• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERANANAN MODAL SOSIAL UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS

DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

RICARDUS KEIYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

Ricardus Keiya. Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR). Di bawah bimbingan Fredian Tonny Nasdian

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu hal yang wajib dijalankan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Bank Samapah Bintang Mangrove (BSBM) adalah bentuk implementasi CSR PT PLN (persero). Prinsip CSR tersebut harusnya didukung oleh partisipasi masyarakat, namun berdasarkan hasil yang ditemukan di lapangan menunjukan bahwa, partisipasi masyarakat sangat rendah. Partisipasi masyarakat tersebut sangat rendah akbiat pengorganisasian komunitas yang kurang efektif. Namun dapat dikatakan bahwa implementasi program CSR berjalan dengan baik, karena bentuk kerja sama atau jaringan yang dibangun dengan warga komunitas sangat baik. Kerja sama tersebut merupakan bagian penting dari modal sosial masyarakat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode kualitatif dan metode kuantitatif, yang dilakukan melalui wawancara mendalam dan penyebaran kuesioner.

Kata Kunci : corporate social responsibility (CSR), partisipasi, modal sosial, pengorganisasian komunitas.

ABSTRACT

Ricardus Keiya. The Role Of Social Capital To Improve Community Participation In The Program Of Corporate Social Responsibility (CSR). Under the guidance of Fredian Tonny Nasdian

Corporate social responsibility is a matter that must be executed by a company in the running of its activities. Landfills also Star Bank of Mangrove (BSBM) is a form of Implementation of CSR PT PLN (persero). CSR principles are duly supported by the participation of the community, but based on the results found in the field showed that, public participation is very low. Community participation is very low result of community organizing less effective. However, it can be said that the implementation of CSR programs run properly, because the form of cooperation or a network built by the citizens of the community very well. Such cooperation is an important part of the social capital of the community. The methodology used in this study is a qualitative methods and quantitative methods, carried out through in-depth interviews and dissemination of the questionnaire.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERANANAN MODAL SOSIAL UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS

DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

RICARDUS KEIYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)

Nama Ricardus Keiya

NIM I34100159

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memiliki seluruh ilmu. Peneliti bersyukur atas segala rahmat

dan nikmat yang diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang berjudul

“Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)” ini dapat diselesaikan tanpa

hambatan dan masalah yang berarti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Atas dasar itu maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian dan memberikan banyak masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta, Alm Ayah Marius Keiya dan Ibu Maria Gobay selalu mendukung penelulis melalui doa-doa. Serta selalu memberikan motivasi. 3. Pemerintah Kab. Paniai yang memberikan beasiswa penuh hingga akhir kuliah. 4. Nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove sebagai responden dan seluruh pihak

yang menjadi informan pada penelitian ini. Data dan informasi sungguh sangat berarti bagi penelitian ini.

5. Keluarga Ibu Chusniyati dan Bapak Kisbianto di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya, yang telah banyak membantu peneliti selama proses penelitian di lapangan.

6. Seluruh tenaga pendidik, dosen, asisten dosen dan asisten praktikum di Departemen SKPM IPB yang telah membagikan ilmu, wawasan, serta pengetahuan bagi peneliti, serta seluruh pegawai dan karyawan yang telah mencurahkan tenaganya bagi kelancaran proses belajar mengajar.

7. Teman seperjuangan dan sepermainan, sahabat-sahabat terbaik yang dianugerahkan Tuhan dalam kehidupanku, Adi Candra Berampu, Fuad Habibi Siregar, Sylsilia Trinova Sembiring, Estya Permana, Fatwa M Aziz, Rizky Anggara, M Demmy Busthomi, M Ajron Abdullah, dan Resa Urpon. kalian adalah sahabat yang telah menjadikan masa-masa mahasiswaku begitu manis dan patut dikenang untuk selamanya.

8. Teman-teman satu bimbingan, Idha, Mahdi, Fingky, dan Randy Wiguna yang telah saling membantu dan menyemangati satu sama lain.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang Partisipasi dalam CSR.

Bogor, 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) 7

Konsep Komunitas 9

Pengorganisasian Komunitas 9

Konsep Modal Sosial 10

Konsep Partisipasi 11

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis Penelitian 14

Definisi Operasional 14

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Metode Penelitian 17

Teknik Penentuan Informan dan Responden 18

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

PROFIL KELURAHAN GUNUNG AYAR TAMBAK 19

Kondisi Geografi dan Demografi 19

Kondisi Sosial dan Ekonomi 19

Ikthisar 22

PROFIL KOMUNITAS BANK SAMPAH BINTANG MANGGROVE

25

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) 27

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.PLN (PERSERO)

BENTUK PENGORGANISASIAN KOMUNITAS BANK

SAMPAH BINTANG MANGGROVE

(14)

xii

Locality Development (Pengembangan Komunitas Lokal) 41

Social Planning (Perencanaan Sosial ) 42

Sosial Action ( Aksi Sosial ) 42

Ikthisar 43

PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS DALAM PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGGROVE

45 Tahap Pengambilan Keputusan dan Tahap Evalusi 45 Tahap Pelaksanaan dan Tahap Menikmati Hasil 46

Tingkta Partisipasi Secara Keseluruhan 47

Ikthisar 48

PENGORGANISASIAN KOMUTAS DAN TINGKAT

PARTISIPASI

49 Pengaruh Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat

Partisipasi Masyarakat

49 Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi

Masyarakat

51

Ikthisa 52

KESIMPULAN DAN SARAN 53

Kesimpulan 53

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 57

(15)

DAFTAR TABEL

Definisi Operasional Modal Sosial

Definis Operasional Pengorganisasian Komunitas Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Agama

Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Etnis

Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Struktur Mata Pencaharian

Jumlah dan Persentasi Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan Tingkat kultur dan budaya

Tingkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Pengambilan Keptusan

Tinggkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Evaluasi Tinggkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Pelaksanaan Tingkat Partisipasi Tahap Menikmati Hasil

Jumlah dan Presentase Responden Menurut Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi Warga Komunitas

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsep Triple Bottom Line 8

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi Komunitas

13

Gambar 3 Peta Kecamatan Gunung Anyar Tambak 19

Gambar 4 Kawasan Bank Sampah Bintang Manggrove 31 Gambar 5 Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Manggrov 32 Gambar 6 Mekanisme Simpan Pinjam Bank Sampah Bintang Manggrove 33 Gambar 7 Tahapan Tingkat Partisipasi Warga Komunitas Bank Sampah

Bintang Magrove

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Warga kampung Gunung Anyar Tambak berprofesi sebagai nelayan, yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan di laut. Namun perubahan iklim maupun cuaca yang kurang bersahabat membuat nelayan beserta keluarganya tidak selalu mendapatkan hasil ekonomi dari kegiatan melaut. Kesadaran masyarakat termasuk nelayan akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, menjadikan nelayan juga ikut terlibat mengumpulkan sampah plastik yang juga terdapat di laut dan muara suangai.

Sampah seringkali dianggap sebelah mata oleh masyarakat, bahkan dibiarkan tidak terurus dan menjadi beban bagi lingkungan dan kehidupan ekosistem didalamnya. Di tangan masyarakat kampung nelayan di kawasan Gunung Anyar Tambak, Surabaya, Jawa Timur ini, sampah menjadi sesuatu yang membawa keuntungan tidak hanya secara ekonomi, melainkan juga bagi kesehatan masyarakat setempat.

Melalui Bank Sampah yang dibentuk masyarakat dan diberi nama Bank Sampah Bintang Mangrove, masyarakat tidak hanya diajak untuk memilah dan mengolah sampah rumah tangganya sendiri, melainkan juga diajak untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Setiap harinya masyarakat diajak untuk mengumpulkan sampahnya sendiri, memilahnya dan menjual sampah yang sudah di tentukan kategorinya di Bank Sampah Bintang Mangrove.

Sampah yang terkumpul diantaranya plastik, seng, kayu, kardus, serta jenis sampah lainnya dikelompokkan sesuai jenisnya, untuk kemudian didaur ulang bagi yang masih bisa digunakan, serta disetor ke pengepul besar. Sampah yang terkumpul diantaranya plastik, seng, kayu, kardus, serta jenis sampah lainnya dikelompokkan sesuai jenisnya, untuk kemudian didaur ulang bagi yang masih bisa digunakan, serta disetor ke pengepul besar.

Bank sampah merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan dalam menjalankan usahanya. Bentuk kepeduliaanya terhadap warga sekitar. Hal ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut dengan istilah corporate social responsibility (CSR)

(18)

2

direalisasikan dengan mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam kerangka etis yang benar pula.

CSR tidak terlepas dari berbagai kepentingan pemilik saham dan pemangku kepetingan perusahaan. Konsep inilah kemudian yang diterjemahkan John Elkington sebagai Konsep Triple Bottom Line, yaitu profit, people, dan planet. Konsep ini menjelaskan bahwa selain mengejar profit (keuntungan), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).

PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang sadar betapa pentingnya penerapan CSR dalam kerangka etis. Dari berbagai bentuk program CSR yang dijalankan oleh PT PLN salah satunya berfokus pada bina lingkungan dimana program Bank Sampah menjadi program andalannya. Bank Sampah sama seperti Bank pada umumnya, terdapat nasabah, memiliki buku tabungan, dan mereka bisa menabung kapan saja. Bedanya adalah nasabah tidak menyerahkan uang, melainkan sampah ke teller Bank Sampah, kemudian dikonversi menjadi tabungan dan dapat diuangkan. Hasil tabungan tersebut dapat digunakan untuk membayar iuran listrik nasabah setiap bulannya, dapat juga ditarik secara tunai, hebatnya lagi nasabah dapat meminjam uang untuk modal usaha dan pengembalian kredit pinjaman cukup menggunakan sampah.

Bank Sampah binaan CSR PT PLN mulai beroperasi pada tahun 2012. Melalui program Bank Sampah ini PT PLN bermaksud untuk mendidik masyarakat tentang bagaimana seharusnya memanfaatkan sampah agar menjadi sesuatu yang bernilai. Masyarakat diajarkan agar tidak membuang sampah sembarangan, bagaimana memilah sampah lalu dikumpulkan, kemudian disetorkan ke Bank Sampah sebagai tabungan. Dengan demikian sampah tidak menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan. Saat ini Bank Sampah binaan CSR PT PLN telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya yang menarik perhatian peneliti adalah keberadaan Bank Sampah Bintang Mangrove yang beroperasi di Kelurahan Anyar Tambak, Surabaya. Menarik karena awal mula berdirinya diilhami oleh kondisi tanaman mangrove yang ditanam seringkali mati disebabkan banyaknya jumlah sampah di sekitar pantai. Sehingga timbul inisiasi untuk mengadakan sebuah kegiatan yang bertujuan membersihkan sampah-sampah di sekitar pantai tersebut, maka didirikanlah Bank Sampah Bintang Mangrove.

Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya.Ada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Sehubungan dengan hal itu maka dapat kita lihat bahwa negara ini merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Seluruh kekayaan alam ini merupakan kekayaan bangsa yang harus dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

(19)

disia-siakan oleh pemerintah Indonesia. Menanggapi masalah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Peraturan tersebut mengharuskan tiap perusahaan melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam praktiknya pelaksanaan program-program CSR bertujuan agar masyarakat atau komunitas penerima program terberdayakan dengan baik dan memperoleh manfaat yang maksimal dari program CSR tersebut. Tetapi pada kenyataannya pelaksanaan CSR tersebut tidak semudah seperti apa yang tertulis diatas kertas, kerap kali manfaat yang diterima baik oleh perusahaan maupun masyarakat kurang maksimal. Banyak faktor-faktor yang berperan dalam menyukseskan program CSR ini, salah satunya adalah partisipasi dari masyarakat penerima program itu sendiri.

Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988), partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. Batasan dari partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan. Partisipasi pun dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal dari masing-masing individu, misalnya adalah Modal Sosial.

Modal sosial adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dan Cullen, 2000 dalam Nasdian 2005). Sementara menurut Ife dan Tesoriero (2008), modal sosial dapat dilihat sebagai sebuah

„perekat‟ yang menyatukan masyarakat – hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas sosial dan komunitas. Ridell (1997) dalam Suharto (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).

(20)

4

Rumusan Masalah

Tanggungjawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan yang sering disalah artikan oleh perusahaan, merujuk pada tiga prinsip dasar Triple Bottom Line yang diperkenalkan oleh John Elkington (1994) memuat tiga hal yaitu profit, people, dan planet. Keuntungan dari segi perekonomian yang didapatkan perusahaan juga harus memberikan dampak positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat di sekitar wilayah operasi (profit), tentunya dampak positif tersebut dirasakan oleh keseluruhan stakeholder (people). Apabila hubungan ekonomi dan sosial telah menunjukkan hasil positif maka akan berkorelasi pula pada lingkungan sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan (planet). Oleh karena itu perlu dipahami bagaimana proses dan implementasi kegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan, bagaimana program CSR perusahaan dan implementasinya ?

Dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat, khususnya dalam kerangka CSR, kekuatan-kekuatan dalam suatu masyarakat, diantaranya adalah modal sosial, berperan dalam merespons program-program CSR yang sedang dan telah dimplementasikan oleh perusahaan.Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Dalam hal ini, modal sosial dipandang sebagai suatu entitas sosial dalam implementasi CSR. Oleh karena itu dalam penelitian, perlu diidentifikasi bentuk-bentuk modal sosial sebagai suatu media pengorganisasian komunitas dalam CSR. Pertanyaannya, apa bentuk modal sosial yang berperan sebagai “media” atau “medan” pengorganisasi komunitas dalam implementasi program CSR dan sampai sejauh mana kekuatan pengorganisasian komunitas dalam program CSR tersebut ?

(21)

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis peran modal sosial sebagai medan pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan partisipasi warga komunitas dalam implementasi program CSR. Untuk menjawab tujuan utama tersebut maka tujuan penelitian secara spesifik adalah:

1. Mendeskripsikan program dan implementasi program CSR;

2. Mengidentifikasi bentuk modal sosial sebagai media pengorganisasian komunitas dalam program CSR;

3. Menganalisis kekuatan pengorganisasian komunitas dalam program CSR;

4. Menganalisis tingkat partisipasi warga komunitas dalam implementasi program CSR; dan

5. Menganalisis hubungan kekuatan pengorganisasi dan tingkat partisipasi warga komunitas dalam program CSR

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai CSR.

2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas .

3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dan modal sosial dalam program CSR dalam upaya peningkatan Taraf hidup berdasarkan ekonomi lokal.

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Perkembangan CSR sebenarnya sudah mulai terlihat sejak masa penjajahan dan politik etis penjajah belanda sebagai bentuk balas budi bagi Indonesia yang telah mereka jajah cukup lama, hanya saja politik etis terdahulu hanya menyoroti ketiga aspek berupa pendidikan, saluran irigasi, dan migrasi.Pembahasan CSR untuk zaman ini bukanlah suatu hal yang asing kembali melihat dari asal-mula konsep CSR.

Prastowo (2011) menjelaskan CSR adalah mekanisme alamiah sebuah

perusahaan untuk „membersihkan` keuntungan-keuntungan besar yang diperoleh. Sebagaimana diketahui cara-cara perusahaan untuk memperoleh keuntungan kadang-kadang merugikan orang lain, baik itu yang tidak disengaja apalagi yang disengaja.Lingkungan yang rusak akibat eksploitasi yang berlebihan, masyarakat kecil yang hilang kesempatannya dalam memperoleh rezeki akibat aktivitas perusahaan, Semestinya perusahaan sudah mempunyai kesadaran sosial atas dampak yang ditimbulkannya. Dari definisi CSR dianggap sebagai sesuatu yang hanya akan dilakukan apabila perusahaan merugikan masyarakat dan pemberian bantuan masih bersifat charity.Pada hakekatnya CSR bukanlah suatu kegiatan yang hanya berkapasitas sebagai pemberian biasa (charity).

Konsep tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) merupakan suatu pendekatan perubahan atau pengembangan masyarakat khususnya peningkatan sumberdaya manusia yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai bagian dari tanggungjawab sosialnya.Pendekatan ini bertujuan agar masyarakat turut terlibat atau menjadi bagian dari perusahaan tersebut dan menikmati manfaat dari keberadaan perusahaan di suatu wilayah tertentu. Pendekatan pengembangan masyarakat tersebut mengacu pada konsep Community Development yang kaitannya dapat

dilihat dari perspektif ”economic”, ”social justice” maupun

perspektif ”ecological”, sebagai konsep yang dikenalkan oleh European Union dimana perusahaan memadukan aspek sosial dan lingkungan dalam kegiatan bisnisnya serta dalam interaksinya dengan pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela (Suharto 2005).

Beranjak dari definisi CSR kemudian konsep tanggung jawab mulai menuju pada implementasi yang sebenarnya, beberapa diantaranya adalah mengaitkan beberapa aspek penting dalam kehidupan, diantaranya ekonomi, sosial, dan ekologi. Keterkaitan antara ketiga komponen ini merupakan sebuah integrasi sempurna dalam pelaksanaan CSR. Perspektif ekonomi memandang bahwa keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tidak semata-mata hasil dari perusahaan saja, lebih dari itu masayarakat juga mengambil peranan yang sangat signifikan dalam perolehan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.

(24)

8

bukanlah hanya sebagai suatu kewajiban terlebih kontibusi dari stakeholders terkait, sifatnya pun tidak melulu bersifat charity namun lebih menekankan pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Korelasi antara ekonomi dan sosial terlihat jelas dalam melihat detail hubungannya, apabila masyarakat sekita perusahaan sudah sejahtera terutama dalam hal perekonomian maka bukanlah hal yang mustahil bahwa Taraf hidup sosial juga akan terwujud, dengan beberapa indikator yag akan dijelaskan kemudian hubungan antar stakeholders dan shareholders akan terhindar dari konflik yang kerap kali terjadi di beberapa kasus implementasi CSR, hal ini dibuktikan dengan adanya variasi definisi lain seperti Kalangan industri Kanada yang menyatakan bahwa CSR merupakan upaya yang ditempuh perusahaan dalam mencapai keseimbangan ekonomi, lingkungan, dan sosial sesuai harapan para pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari (Elkington 1949 dikutip Pambudi2005) bahwa CSR adalah aktivitas yang mengejar triple buttom line yang terdiri dari profit, people, dan planet (3P). Secara konseptual tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal Triple BottomLines yaitu 3 P (Suharto 2005) : 1) Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang

2) People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap Taraf hidup manusia, beberapa perusahaan mengembangkan program tanggung jawab sosial perusahaan seperti pemberian beasiswa bagi pelajar disekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga masyarakat.

3) Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program TSP yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata(ekoturisme).

Sumber: Elkington dalam Wibisono (2007) Gambar 1 Konsep Triple Bottom Line

(25)

Taraf hidup bagi masyarakat. Masyarakat merupakan subyek yang erat dengan lingkungan sekitar perusahaan, bahwa people adalah unsur yang harus dipedulikan, kebanyakan dari beberapa implementasi perusahaan kurang memperhatikan people sebagai pihak yang sangat berpengaruh. Sebenarnya dapat kita lihat pula dengan keberhasilan CSR dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat sekitar akan memberikan banyak dampak positif. Selain adanya jaminan keamanan aktivitas perusahaan, masyarakat juga akan memberikan kontribusi dari beragam aspek.

Diungkapkan oleh Nursahid (2006) mengutip Steiner (1994) yang mengemukakan tiga alasan penting mengapa kalangan bisnis merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya.Pertama, perusahaan adalah “makhluk” masyarakat dan oleh karenanya harus merespon permintaan masyarakat. Ketika harapan masyarakat terhadap fungsi perusahaan berubah maka perusahaan juga harus melakukan aksi yang sama. Perusahaan menyadari mereka beroperasi dalam suatu tatanan ekonomi, politik budaya dan teknologi yang “memaksa”. Secara instingtif, perusahaan akan melakukan aksi konformitas terhadap terjadinya perubahan perubahan atas ekspektasi masyarakat tersebut. Kedua, kepentingan bisnis jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri karena arena bisnis dan masyarakat memiliki hubungan bersifat simbiotik.Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara mengurangi atau menghindari kritik dari masyarakat, dan pada akhirnya akan sampai kepada upaya mempengaruhi peraturan pemerintah. Jika perusahaan menghindari peraturan pemerintah dengan cara merespon suatu tuntutan sosial (social demands), sama halnya dengan mengurangi biaya perusahaan, karena diyakini bahwa adanya peraturan-peraturan pemerintah secara umum membuat biaya-biaya lebih mahal dan menekan fleksibilitas operasi perusahaan.

Konsep Komunitas

Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasi dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama. Komunitas dalam prespektif sosiologi adalah warga setempat yang dibedakan berdasarkan tingkat interaksi yang tinggi. Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama (commo needs). Jika tidak ada kebutuhan maka itu bukan komunitas (Jim Ife,1995 dalam Nasdian 2006 ).

Pengorganisasian Komunitas

Pengembangan kapasitas komunitas fokus kepada empat strategi pengembangan, (Chaskin, 2001): salah satunya adalah Community Organizing. Community organizing merupakan salah satu cara yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas sosial dari suatu komunitas.

(26)

10

yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong. Tujuan pengorganisasian komunitas adalah (1) Membangun kekuatan masyarakat (2) Memperkokoh kekuatan komunitas basis (3) Membangun jaringan (4) Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah. Menurut Rotman dan Tropman (1987) dalam Nasdian ( 2006), ada tiga pola pengorganisasian warga komunitas dalam kerangka pengembangan masyarakat

1. Pengembangan komunitas lokal 2. Perencana Sosial

3. Aksi sosial

Selanjutnya (Wahit, 2009) menyatakan model pengorganisasian masyarakat yaitu sebagai berikut:

a. Locality development (Pengembangan Komunitas Lokal)

Model ini lebih menekankan peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri. Prinsipnya adalah keterlibatan langsung mayarakat, melayani sendiri, membantu diri sendiri dalam penyelesaian masalah dan mengembangkan keterampilan individu/kelompok dalam proses pemecahan masalah.

b. Social planning (Perencanaan Sosial )

Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakan birokrasi. Keputusan komunitas didasarkan pada fakta/data yang dikumpulkan, kemudian dibuat keputusan secara rasional. Penekan pada penyelesaian masalah bukan proses pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan/ hasil. Model ini mengggunakan pendekatan langsung/perintah dalam rangka untuk merubah masyarakat, dengan penekanan pada perencanaan. c. Sosial action ( Aksi Sosial )

Model ini lebih fokus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah komunitas pada polarisasi/pemusatan isu yang ada di komunitas dengan menggunakan konflik/konfrontasi antara penduduk dan pengambil keputusan/kebijakan. Penekanan pada proses atau tujuan. Fokus utamanya mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok. Konsep Modal Sosial

Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan melalui hubungan sosial.Dalam pendekatan ini, modal dipandang sebagai aset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin, 2004).

Dalam tulisan Suharto (2006) dijelaskan bahwa merujuk pada Ridell (1997), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepercayaan

(27)

masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh.Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam, 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Robert, 2002).

2. Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995). Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

3. Jaringan

Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam, 1993).Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995) mengemukakan argumennya bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.

Konsep Partisipasi

Partisipasi merupakan konsep yang sangat penting untuk diteliti, setelah mengetahui hubungan pemberdayaan dengan kontribusi stakeholders, maka dengan indikator partisipasi kita dapat mengukur kontribusi dari masing-masing stakeholders tersebut. Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Dikutip Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

(28)

12

pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan yang tidak berguna.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.

(29)

telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki.

Kerangka Pemikiran

Perusahaan adalah salah satu aset pembangunan yang daiharapkan dapat meningkatkan pembangunan bangsa melalui program CSR, terlebih lagi di daerah sekitarnya. Pada tahap ini pengimplementasian program CSR perusahaan diharapkan mampu member kontribusi yang besar terhap proses pemberdayaan masyarakat singga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pada tahapan berikutnya adalah pada tahapan modal sosial.Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan melalui hubungan sosial. Terdapat tiga parameter kapital sosial (modal sosial) yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) (Ridell (1997). Komponen modal sosial tersebut kemudian akan diteliti hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam beberapa tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Uphoff (1979), yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, serta tahap evaluasi. Untuk meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat maka hal utama yang mesti di lihat adalah pengorganisasian komunitas.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi Komunitas

(30)

14

Hipotesis Hipotesa Penelitian

Hipotesis Penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:  Semakin kuat pengorganisasian komunitas maka semakin tinggi

tingkat partisipasi nasabah bank samapah. Definisi Operasional

Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini:

Tabel 1. Definisi Operasinonal Tingkat Partisipasi

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data Tingkat

partisipasi tahap

perencanaan

Keterlibatan responden dalam rapat dan proses perencanaan atau pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan program Bank Sampah, baik bersifat teknis maupun non-teknis. Diukur berdasarkan jumlah kehadiran dan keaktifan peserta selama proses perencanaan kegiatan. Aspek kehadiran dilihat berdasarkan jumlah kehadiran peserta pada rapat-rapat yang diadakan selama proses perencanaan kegiatan, intensitas rapat akan diketahui di lapangan (emik). Adapun aspek keaktifan dalam rapat akan dilihat melalui keaktifan peserta dalam bertanya, memberikan usulan, dan

Keikutsertaan peserta program Bank Sampah dalam pelaksanaan program. Diukur dengan melihat keanggotaan, kehadiran dalam kegiatan-kegiatan yang ada, dan keaktifan sebagai nasabah dalam mengumpulkan tabungan sampah serta membayar kredit jika meminjam di Bank Sampah.

Rendah (Skor 5-7) Sedang (Skor 8-11) Tinggi (Skor 12-15)

(31)

Tingkat partisipasi tahap evaluasi

Keikutsertaan peserta program

Bank Sampah dalam

mengevaluasi kekurangan atau kesalahan pelaksanaan program. Partisipasi pada tahap ini diukur berdasarkan keikutsertaan dalam memberikan saran dan kritik, kehadiran dalam rapat/kumpul evaluasi, membuat laporan secara lisan ataupun tulisan, serta keaktifan dalam membantu proses keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari program CSR. Partisipasi pada tahap menikmati hasil diukur dari manfaat yang didapat oleh responden dari adanya kegiatan, berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, kebersihan

Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan melalui hubungan sosial.Dalam pendekatan ini, modal dipandang sebagai aset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin, 2004).Dalam tulisan Suharto (2006) dijelaskan bahwa merujuk pada Ridell (1997), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).Modal sosial di ukur dengan metode kuantitatif

Tabel 2. Definisi Operasional Modal Sosial

Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis

Data

Tingkat Kepercayaan

Kepercayaan dilihat berdasarkan adanya perilaku jujur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma diukur

jaringan diukur berdasarkan bentuk hubungan yang telah dibangun dengan pemangku kepentingan, baik

Ya (13 -15) Ragu-ragu (9-12) Tidak (5-8)

(32)

16

eksternal maupun internal

Tujuan pengorganisasian komunitas adalah (1) Membangun kekuatan masyarakat (2) Memperkokoh kekuatan komunitas basis (3) Membangun jaringan (4) Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah.

Tabel 3. Definisi Operasional Pengorganisasian Komunitas.

Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis data Hubungan klien

(tingkat jaringan)

Pola hubungan yang dijalin antara CD Worker dengan subyek pengorganisasian komunitas. Hubungan klien di ukur berdasarkan tingkat interaksi yang terjadi. Pengorganisasian komunitas diukur berdasarkan tingkat jaringan pada modal sosial. jaringan di ukur berdasarkan bentuk hubungan yang telah dibangun dengan pemangku kepentingan, baik eksternal maupun internal

Ya (13 -15) Ragu-ragu (9-12) Tidak (5-8)

(33)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kota Surabaya, di kelurahan ini terdapat Bank Sampah Bintang Mangrove yang merupakan salah satu binaan dari CSR PT PLN (PERSERO). Sebelum menentukan lokasi, peneliti telah melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian, internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai Bank Sampah Bintang Mangrove. Pemilihan lokasi kemudian dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa Bank Sampah dianggap yang terbaik. Sehingga menjadi menarik kemudian bagi peneliti untuk melihat partisipasi dan pengorganisaisan komunitas serta modal sosial yang terdapat pada warga komunitas.

Penelitian ini berlangsung selama bulan Mei 2014. Untuk proses pengumpulan data di lapangan, peneliti tinggal di kelurahan Gunung Anyar selama seminggu pada bulan Mei 2014 tersebut

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Agustus September

(34)

18

mendalam terhadap informan dan narasumber dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam program CSR perusahaan.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan dan responden dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) teknik tersebut sengaja dipilih karena peneliti mengasumsikan semua populasi adalah homogen, maksudnya homogen adalah dari keanggotaan warga komunitas sebagai anggota Bank Sampah. Populasi penelitian secara keseluruhan berjumlah 182 anggota.

Unit analisis yang digunakan oleh peneliti adalah pada tingkatan individu. Responen dipilih berdasarkan daftar nama yang diperoleh dari pengurus bank sampah. Informan dipilih berdasarkan pengetahuan seputar Bank Sampah dan memiliki peranan penting.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan kuantitatif dengan menerapkan metode survei, kemudian untuk data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Untuk data kuantitatif awalnya peneliti memilih dan menentukan responden, Setelah responden terpilih selanjutnya peneliti mendatangi rumah responden untuk melakukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuisioner. Selain itu untuk data kualitatif peneliti memilih beberapa orang yang dianggap penting kemudian mendatangi ke rumah atau tempat kerja mereka untuk dilakukan wawancara mendalam.

Data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur-literatur berupa dokumen tertulis yang memuat informasi dan data yang dibutuhkan untuk mendukung fokus penelitian. Seperti dokumen profil kelurahan, profil bank sampah, dokumen nasabah dan kegiatan bank sampah, dan dokumen terkait CSR PT PLN (PERSERO).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang terkumpul diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20 untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik regresi (untuk data berbentuk ordinal). Uji regresi digunakan untuk melihat pengaruh antara tingkat pengorganisasian komunitas dengan tingkat partisipasi.

(35)
(36)

20

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah pinggiran dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo, namun kondisi sosial masyarakatnya cukup beragam. Dapat dilihat dari jenis agama dan etnis masyaratnya seperti dijelaskan pada table 5.

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Agama

Agama Jumlah Orang %

Budha 88 1.1

Hindu 63 0.8

Islam 5 237 66.7

Katholik 737 9.4

Kristen 1 725 22.0

Total 7 850 100

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Etnis

Etnis Jumlah Orang %

Ambon 39 0.5

Bali 26 0.3

Batak 26 0.3

China 1 034 13.2

Jawa 6 524 83.2

Madura 161 2.0

Pattae 40 0.5

Total 7 850 100

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Beragamnya agama dan etnis masyarakat disebabkan wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah urban dengan tingkat mobilitas masyarakat cukup tinggi. Selain itu, banyak perumahan-perumahan baru didirikan di sekitar kawasan Gunung Anyar Tambak dimana kebanyakan penghuninya merupakan pendatang.

(37)

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Struktur Mata Pencaharian

Sektor Mata Pencaharian Jumlah Orang %

Sektor peternakan 3 0.1

Sektor perikanan dan nelayan 112 5.1

Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga

70 3.2 Sektor industri menengah dan besar 1 438 65.5

Sektor jasa 574 26.1

Total 2 197 100

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang sudah dekat dengan laut, tepatnya selat madura, sehingga tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi. Sehingga tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Maka wajar jika tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Karena dekat dengan laut, cukup banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan. Di kawasan timur wilayah kelurahan ini terdapat tambak-tambak yang cukup luas. Cukup banyak warga yang menggantungkan sumber penghidupannya dari tambak-tambak ini dengan berprofesi sebagai pengusaha tambak maupun sebagai buruh tambak. Karena berbatasan langsung denga laut lepas dan juga dilewati sebuah sungai yang merupakan bagian hilir, maka terdapat hutan manggrove yang cukup luas di wilayah Gunung Anyar Tambak. Tercatat dalam profil kelurahan bahwa luas hutan manggrove mencapai 47.9 Ha. Manggrove ini juga telah dikembangkan menjadi sumber perekonomian masyarakat dengan dijadikan sebagai kawasan agrowisata manggrove sekaligus kawasan pelestarian manggrove.

Sumber daya alam yang tergolong kaya dan beragam tersebut belum dapat dioptimalkan sebagai sumber pendapatan utama oleh seluruh masyarakat Gunung Anyar Tambak. Banyak dari masyarakat yang memilih bekerja di sektor lain terutama pekerjaan yang terdapat di kota seperti buruh pabrik, satpam, pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, pedagang, dan pekerjaan informal lainnya. Justru nelayan perahu kecil yang berasal dari Madura yang banyak mencari tangkapan ikan di laut lepas dekat Gunung Anyar Tambak.

(38)

22

Tabel 8. Jumlah dan Persentasi Masyarakat Gunung Anyar Tambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tidak Tamat SD / Sederajat 24 0.4

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Ikhtisar

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya. Luas wilayah Gunung Ayar Tambak mencapai 1 129.4 Ha, berada dalam kisaran 5 M diatas permukaan laut Kelurahan ini terbagi ke dalam 2 Rukun Warga dan 5 Rukun Tetangga. Sampai pada bulan Desember 2014 penduduk Gunung Anyar Tambak berjumlah 7 850 jiwa yang terdiri dari 3 970 jiwa laki-laki dan 3 644 jiwa perempuan dan jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1 854 KK. Kondisi sosial masyarakat cukup beragam. Dapat dilihat dari agama yang dianut masyarakat berjumlah 6 jenis dan etnis masyarakat berjumlah 8 jenis. Artinya heterogenitas masyarakat cukup tinggi.

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang dekat dengan laut lepas, tepatnya selat madura, sehingga tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi. Sehingga tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Maka wajar jika tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Namun karena dekat dengan laut, terdapat tambak yang terbilang luas di kelurahan ini. Tambak-tambak tersebut dimanfaatkan untuk budidaya ikan, udang, ciput, dan udang.

(39)
(40)
(41)

PROFIL KOMUNITAS BANK SAMPAH BINTANG

MANGGROVE

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kelurahan di Surabaya yang memiliki beragam etnis dengan budaya yang berbeda. Kecamatan Gunung Anyar Surabaya terletak di daerah yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan. Daerah yang begitu strategis ini kemudian membuat Gunung Ayara Tambak menjadi salah satu daerah yang ditujuh oleh berbagai etnis untuk melangsungkan hidup. Suku Madura adalah salah satunya dari beberapa suku yang mendiami wilayah ini.

Profesi nelayan merupakan pilihan dari penduduk Gunung Anyar Tambak, selain itu kebanyakan dari mereka juga merupakan juragan tambak ikan dan udang yang tersebar di pesisir Kecamatan ini. Bebrapa masyarakat bekerja pada industri-indusri, ada juga yang bekerja sebagai petani kemudian ada juga yang bekerja pada sektor jasa.

Saat ini pemerintah setempat bersama masyarakat sedang giat untuk melakukan penghijauan dengan banyak menanam pohon manggrove di kawasan Gunung Anyar dan rutin membersikan sampah melalui Bank Sampah Bintang Manggrove. Bank Sampah ini kemudian dimanfatkan oleh warga komunitas untuk membersikan sampah sekaligus menjadi tempat mencari usaha sampingan.

Program kerja BSBM adalah membersikan lingkungan sekaligus membatu masyarakat yang kurang mampu, oleh karena itu BSBM sebagai salah satu lembaga, di tuntut untuk dapat merangkul warga komunitas yang terdiri dari berbagi suku, ras, agama, bahkan pekerjaan yang berbeda.

Struktur Sosial/Kultur sebagai suatu kelembagaan BSBM tentunya memiliki anggota yang bersatu dan memiliki visi yang sama untuk kemajuan BSBM. Anggot-anggota ini tentunya memiliki peran dan karakter yang berbeda-beda. Warga asli Gunung anyar tambak adalah suku jawa. Masuknya beberapa suku lain ke Gunung Anyar Tamak diperkirakan pada awal tahun 1990-an. Suku lain yang datang Gunung Anyar Tambak adalah, Madura, Ambon dll.

(42)

26

Tabel 9 Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan Tingkat kultur dan budaya

Prentasi terbesar pada komunitas BSBM adalah mayoritas Agama yaitu Islam, pekerjaan terbanyak komunitas sebagai nelayan, pendidikan pada umumnya pada tinggkatan SD/Sederajat, dan suku atau etnis yang mendominasi BSBM adalah suku Jawa.

Seperti halnya pedesaan lainnya di Indonesia. Pada kelembagaan BSBM Gunung Anyar Tambak, terdapat strata atau kelas-kelas sosial yang memetakan masyarakat, Misalanya adanya warga dengan penghasilan tinggi ada juga yang pas-passan. Para Juragan biasanya mengatur hasil pertanian maupun perikanan, sehingga terjadi ketimpangan pada masyarakat. Kehadiran BSBM merupakan salah satu solusi untuk menyatukan masyarakat dengan kelas berbeda dan kultur berbeda.

Krakteristik Jumlah Persentase

(43)

PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Informasi terkait dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah dijalankan oleh PT PLN (PERSERO) secara umum diuraikan pada bab ini. Program bank sampah merupakan suatu program yang telah dijalankan oleh PT PLN (PERSERO). Salah satu bank sampah adalah Bank Sampah Bintang Magrove (BSBM), yang merupakan salah satu unit yang akan di kajian penulis.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN (PERSERO)

PT PLN (PERSERO) adalah salah satu perusahan milik negara yang bertujuan menyediakan bahan energi listrik ke seluruh penjuruh Indonesia. Dalam menjalankan tugas perusahaan sebagai penyediah energi listrik perusahan ini telah melakukan beragam program sosial yang bertujuan untuk memberikan kontribusi sosial bagi masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR).

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana pada pasal 74 ayat 1

disebutkan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan”. Demikian halnya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN (PERSERO) juga telah diamanati oleh Negara melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

CSR PT PLN (PERSERO) dalam menjalankan programnya telah berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Hal ini secara langsung telah mencakup tiga prinsip Triplle Bottom Line yang telah kemukakan John Elkington yakni aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Wewenang dan tanggung jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT PLN (Persero), mencakup di antaranya1:

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dan CSR dengan lingkup kegiatan Community relation, Community Services, Community Empowering dan Pelestarian alam.

 Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.

1

(44)

28

 Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan peningkatan citra perusahaan.

 Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam termasuk penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance. Secara umum program CSR yang dilaksanakan terbagi dalam 3 kategori, yaitu

1. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Kategori ini pun terbagi lagi ke dalam sub-sub kategori yang lebih khusus dan spesifik yaitu:

a) Community Relation

Kegiatan ini berfokus pada usaha membangun kesepahaman antara PT PLN (PERSERO) dengan berbagai pemangku kepentingan, utamanya masyarakat. Usaha ini dikembangkan melalui aksi komunikasi dan penyebaran informasi yang tidak semata searah melainkan dua arah, yakni antara perusahaan dan pemangku kepentingan terdapat proses saling komunikasi dan saling bertukar informasi atau pesan. Seperti kegiatan sosialisasi instalasi listrik melalui penerangan kepada pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET dan kegiatan sosialisasi bahaya layang-layang pada kabel saluran listri di daerah Sumenep, Madura, Jawa Timur.

b) Community Services

Kegiatan ini berfokus pada pelayanan terhadap masyarakat atau kepentingan umum. Kegiatan yang pernah dilakukan dilakukan antara lain memberikan bantuan bencana alam, bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PT PLN, bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bantuan pengaspalan jalan umum di Bogor dan Buleleng, Bali, bantuan perbaikan sarana ibadah, operasi katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di Indoenesia serta bantuan Sarana air bersih.

c) Community Empowering

(45)

pengembangan UKM di Papua, dan pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan bagi pengrajin souvenir khas Papua.

2. Program Desa Mandiri Energi

Kategori ini terbagi ke dalam beberapa sub kategori yang lebih spesifik yaitu:

a) Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangunan PLTMH biasanya di daerah-daerah terpencil yang belum terjamah oleh jaringan listrik, namun daerah-daerah tersebut memiliki sumber daya air yang potensial dan luas hutan yang cukup untuk menjamin pasokan air. Pembangunan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa penerangan dan akses terhadap energ listrik sekaligus mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, utamanya hutan karena berfungsi sebagai sumber pasokan air. Beberapa PLTMH yang telah dibangun antara lain, unit PLTMH Desa Pesawaran Indah, Lampung. Kemudian unit PLTMH Dusun Lebak Picung, menerangi 52 KK, 1 sekolah dasar dan 1 musholla. Unit PLTMH Desa Adat Susuan Karang Asem, Provinsi Bali dengan kapasitas 25 KW. Unit PLTMH Dusun Kampung Sawah, kapasitas 6 KW, menerangi 40 KK. Unit PLTMH Dusun Bojong Cisono, kapasitas 6 KW, menerangi 70 KK. Unit PLTMH Dusun Cibadak, kapasitas 6 KW, menerangi 266 KK. Unit PLTMH Dusun Cisuren, kapasitas 12 KW, menerangi 120 KK. Unit PLTMH Dusun Ciawi, kapasitas 6 KW, menerangi 180 KK. Unit PLTMH Dusun Luewi Gajah, kapasitas 6 KW, menerangi 70 KK. Unit PLTMH Dusun Parakan Darai, kapasitas 10 KW, menerangi 54 KK. Unit PLTMH PLTMH di Sungai Code, Yogyakarta.

b) Pembangkit listrik biogas

Pembangkit listrik biogas dibangun di daerah-daerah dengan kegiatan peternakan dominan. Pembangkit ini memanfaatkan kotoran ternak seperti sapi sebagai bahan utama. Proses pembangkitan listrik dilakukan dengan memanfaatkan gas metan dari proses fermentasi kotoran ternak. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik atau dapat digunakan untuk memasak. Sisa fermentasi dapat digunanakan sebagai pupuk. PLN telah mendukung pengembangan komunitas berbasis optimalisasi biogas dan potensi lokal di Desa Bojong Sleman yang mandiri, bekerja sama dengan Fakultas Teknik UGM.

c) Pendidikan dan penyuluhan

Dalam kategori ini kegiatan yang dijalankan tidak hanya pembangunan prasarana yang berkaitan dengan energi, dalam Program CSR Desa Mandiri Energi PT PLN (PERSERO) juga menyelenggarakan berbagai program pendidikan dan penyuluhan yang bertujuan memberi pengertian mengenai pengaruh listrik, jaringan transmisi dan distribusi listrik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat selain pelaksanaan program bantuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.

(46)

30

Kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon rutin dilakukan untuk membantu lingkungan dalam pemulihan dampak aktivitas perusahaan maupun manusia dan melestarikannya. Sampai pada tahun 2014, tercatat PT PLN (PERSERO) telah menanam pohon sebanyak lebih dari 200 000 pohon di berbagai tempat di Indonesia.

3. Program Pengembangan Masyarakat

Seperti kategori kegiatan CSR PT PLN (PERSERO) (PERSERO) lainnya, kategori ini juga terbagi ke dalam sub-sub kategori sebagai berikut:

a) Program Kemitraan (PK)

Program ini senafas dengan amanat Peraturan Menteri Negara BUMN tahun 2007. Dimana BUMN, dalam hal ini PT PLN (PERSERO) menjalankan program kemitraan dengan usaha-usaha kecil masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana yang berasal dari pembagian laba PT PLN (PERSERO). Pelaksanaan kegiatan PK lazimnya dilakukan melalui pembinaan secara struktural oleh PT PLN (PERSERO), langsung pada Mitra Binaan melalui Kantor Wilayah/Distribusi, Cabang, atau Unit Pelayanan. Pelaksanaan PK pada dasarnya dilakukan melalui beberapa tahap. Dimulai dengan melakukan survei penelitian lapangan atas permohonan bantuan dari calon Mitra Binaan, evaluasi kelayakan, pembinaan kemitraan berupa pendidikan dan pelatihan, pemasaran, bantuan modal kerja, memproses jaminan kredit, pemantauan dan evaluasi pada Mitra Binaan, pencatatan dan pembukuan transaksi yang terkait, serta membuat laporan secara periodik (triwulan dan tahunan).

Setiap tahunnya dana program kemitraan dialokasikan sebesar 2% dari laba perusahaan setelah pajak. Pada tahun 2009, jumlah Mitra Binaan mencapai sekitar 35 644 unit, dengan total akumulasi penyaluran dana PKBL sampai 31 Desember 2010 sebanyak Rp 252 823 646 534,-.

b) Program Bina Lingkungan

Kegiatan Bina Lingkungan dilaksanakan dalam bentuk bantuan pendidikan bagi pelajar sekitar lokasi transmisi dan distribusi yang tidak mampu, namun memiliki kecerdasan dan kemauan besar untuk melanjutkan pendidikan. Selain itu, ada kegiatan pelestarian alam berupa program penghijauan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal bekerja sama dengan Pemerintah dan realisasi penghijauan sekitar instalasi PLN. Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka Bina Lingkungan adalah kegiatan bantuan bencana alam (BUMN Peduli) yang terjadi seperti di Merapi, Mentawai, Gunung Sinabung, banjir bandang Wasior dan kegiatan sosial lainnya.

c) Bank Sampah

(47)

program dan mendukung perkembangan bank sampah maka pada tahun 2012, CSR-Bina Lingkungan PLN meluncurkan aksi Program

Wirausaha Bersinar “PPOB – Bayar listrik dengan sampah” dan “Bank Sampah Induk“. Selain sebagai bentuk keberlanjutan program tahun sebelumnya, kegiatan ini juga sebagai bentuk komitmen PLN untuk terus mengembangkan bank sampah dan mencari terobosan agar memberi manfaat bersama antara masyarakat dan perusahaan. Aksi

Program “bayar listrik dengan sampah” dapat membantu pelanggan

serta memudahkan masyarakat untuk membayar listrik. Aksi ini juga bertujuan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan warga dan organisasi atau komunitas di perkampungan/desa, meningkatkan kebersihan lingkungan serta menjaga kelestarian alam. Selain itu, dengan dibukanya loket bayar listrik di bank sampah, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bank sampah yang diperoleh dari biaya administrasi rekening listrik yang dipungut dari setiap pembayaran. Keuntungan tersebut akan kembali dinikmati masyarakat setempat untuk mengembangkan usaha bank sampah dan pelanggan dapat menghemat pengeluaran lainnya seperti transportasi maupun parkir dan juga waktu yang lebih cepat karena lebih dekat.

Gambar 4 kawasan Bank Sampah Bintang Manggrove Bank Sampah Bintang Manggrove Binaan CSR PT PLN

(PERSERO)

Bank Sampah Bintang Mangrove (BSBM) terletak di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya. BSBM mulai diliris pada bulan Desember 2011, oleh staff CSR PT PLN (PERSERO) PERSERO Distribusi Jawa Timur dan tokoh-tokoh masyarakat beserta stakeholder lainya. BSBM sendiri mulai beroperasi pada tahun 2012 setelah diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Ibu Tri Rismaharini. Pertama diresmikan pada tahun 2012 tersebut, ada 23 orang yang menjadi pengurus BSBM dan nasabah awal sebanyak 59 orang. Adapun saat ini, pada april 2014 tercatat pengurus yang masih aktif tersisa delapan (8) orang dan nasabah mencapai 182 nasabah.

(48)

32

sampah yang tidak terkontrol dipesisir pantai dan sungai. Sebelum adanya bank sampah biasayan masyarakat membersikan sampah-sampah dengan melakukan gotong royong.

Gotong royong yang dilakukan warga masyarakat ini tidak efektif sehingga tetap saja bibit mangrove yang baru ditanam tersebut hanyut terbawa sampah. Karena cara ini dianggap tidak berhasil dan membutuhkan dana yang banyak untuk membayarkan fee tertentu secara terus menerus, maka Tim CSR Bina Lingkungan PT PLN (PERSERO) melakukan pendekatan kepada warga untuk merintis berdirinya BSBM di tepi sungai secara partisipatif.

Dalam perkembangannya BSBM tidak luput dari berbagai masalah. Salah satunya adalah ketidaksepahaman antara warga, pengurus BSBM, dan tokoh masyarakat. Ada beberapa orang warga yang mengira BSBM menjadi lahan mencari uang bagi pengurusnya saja, maklum karna program BSBM yang telah diapresiasi tersebut perna di datagi oleh 2 lembaga yakni yang pertama Pertama, Tim JICA (Japan International Coorporatiaon Agency). Kedua, Tim JICA bersama perwakilan kota-kota dari negara-negara ASEAN. Bahkan pada bulan Januari 2014 lalu, BSBM mendapat apresiasi positif dari media televisi nasional. BSBM dan tokoh utamanya, Ibu Chusniyati menjadi narasumber di acara bincang inspirasi Kick Andy di MetroTV.

Gambar 5 Struktur Kepengurusan Bank Sampah Bintang Manggrove

Perkembangan pesat terlihat jelas setelah 6 bulan beroperasi. Perkembangan tersebut dibuktikan dengan pembersiahan sampah. Setiap bulannya sekitar 700-900 Kg sampah dapat diangkat oleh nelayan dari sungai dan bibir pantai. Bahkan beberapa warga yang semula berprofesi sebagai

nelayan beralih menjadi “nelayan sampah” yang melaut hanya untuk mencari sampah menggunakan perahu.

Gambar

Gambar 1  Konsep Triple Bottom Line
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Definisi Operasinonal Tingkat Partisipasi
Tabel 2. Definisi Operasional Modal Sosial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kota Bandung merupakan kota yang terkenal akan wisata kulinernya termasuk kuliner bakso, pecinta bakso khususnya di tanah air mengalami meningkatan dari tahun ke

Untuk perhitungan GDH sum rule pada reaksi fotoproduksi kaon hingga en- ergi tinggi secara teoretik dengan menggunakan model isobarik, penggunaan model ini memberikan kurva

Raja Nagori Balimbingan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun tepatnya di depan Polsekta Tanah Jawa, mobil yang ditumpangi oleh terdakwa diberhentikan oleh pihak

Setelah pengguna masuk sesuai mata pelajaran yang dipilih, maka akan tampil menu sesuai dengan kewenangan pengguna, apakah sebagai administrator MGMP yang mempunyai

Hasil penelitian tentang pengaruh self tapping terhadap intensitas nyeri dysmenorrhea primer pada mahasiswi PSIK FK UGM dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi

[r]

Imbuhan dan/atau Pelengkap Pakan Imbuhan dan/atau Pelengkap Pakan yang digunakan yang digunakan sebagai campuran pakan harus telah. sebagai campuran pakan harus telah

Topics will typically be examined in a variety of ways that test the different Assessment Objectives – from being presented with graphs or maps or photographs and being asked to