• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE

Bank sampah bintang manggrove (BSBM) adalah salah satu program berbasis warga komunitas yang diharapkan dapat memanfaatkan bentuk-bentuk peran modal sosial sesuai dengan kebutuhan kelompok. Menurut Ridell (1997), dalam Suharto (2006), menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utaman dalam modal sosial antara lain adalah kepercayaan (trust), norma- norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Pada bagian ini pembahas akan membahas bagaimana bentuk modal sosisial yang ada pada BSBM, sehingga kemudian berperan penting terhadap proses kerja BSBM tersebut.

Modal sosial awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam komunitasnya. Sebagai salah satu elemen yang terkandung dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.

Modal sosial sebagai sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain, baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk social capital (modal sosial) berupa institusi lokal maupun kekayaan Sumber Daya Alamnya. modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu). Disisi lain, modal sosial dinilai sebagi serangkaian nilai atau norma-norma formal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memingkinkan terjalinnya kerjasama antara mereka. Merujuk dari Ridell (1997), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma- norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).

Dalam konteks pembangunan manusia, Modal Sosial memiliki pengaruh yang sangat menentukan. Di suatu komunitas yang memiliki Modal Sosial rendah, kualitas pembangunan manusianya akan jauh tertinggal. Beberapa dimensi pembangunan manusia yang sangat dipengaruhi oleh Modal Sosial antara lain kemampuannya menyelesaikan berbagai masalah kolektif, mendorong roda perubahan yang cepat di tengah masyarakat, memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki nasib secara bersama-sama, memperbaiki mutu kehidupan seperti meningkatkan kesejahteraan, perkembangan anak dan banyak keuntungan lainnya yang dapat diperoleh. Bangsa yang memiliki Modal Sosial tinggi akan cenderung lebih efisien dan efektif menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan rakyatnya.

Suatu kelompok masyarakat yang memiliki Modal Sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi terutama pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi. Masyarakat yang bersatu

36

dan memiliki hubungan keluar lingkungan kelompoknya (eksternalitas) secara intensif dan dengan didukung oleh semangat kebajikan untuk hidup saling menguntungkan, akan merefleksikan kekuatan itu sendiri.

Bank Sampah Bintang Manggrove merupakan suatu wadah bagi masyarakat Gunung Anyar Tambak untuk menjadi pedoman untuk hidup berdampingan dengan sesama warga komunitas. Bank Sampah Bintang Manggrove (BSBM) menjadi salah satu kelembagaan, yang mampu mengatur kebersamaan antara warga komunitas, selain itu BSBM bekerja sebagai penampung aspirasi dari warga komunitas.

Sesuai dengan pengertian Ridell (1997) mengenai modal sosial, Bank Sampah secara jelas telah menerapkan tiga hal penting tersebut. Kepercayaan, Jaringan, dan norma. Komunitas BSBM telah diarahkan sedemikian rupah, sehingga Mereaka tetap menjalankan ketiga hal tersebut.

Pada tahap kepercayaan, warga komunitas diatur agar mampu mempercayakan sesama mereka dalam BSBM. Kemudian pada tahapan norma, BSBM sebagai salah satu lembaga sosial mampu mnciptakan aturan-aturan yang kemudian akan diikuti bersam-sama guna menciptakan kerukan warga komunitas. BSBM juga memberikan sanksi bagi warga komunitas yang melangga, hal ini di harapkan agar BSBM tetap berjalan pada batas-batas yang ditetapkan bersama. Pada tahapan jaringan, BSBM yang adalah suatu binaan CSR PT PLN maka sampai saat ini hubungan yang terbangun dengan pihak luar sangata menjanjikan untuk tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

BSBM sebagai lembaga masyarat telah menjalankan ketiga bagian dari modal sosial, sehingga setiap warga komunitas yang tergabung didalam memiliki alasan yang jelas untuk menjalankan seluruh visi dan misi BSBM.

Kepercayaan

Cox (1995) menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh.

Kepercayaan yang terbangun antara warga komunitas BSBM dapat dikatakan sangat lemah. Hal ini di tunjukan dari adanya konflik laten yang terjadi antara pengurus BSBM. Konflik tersebut diakibatkan oleh adanay sifat saling curiga antara pengurus dan anggota, menyangkut penggunaan dana. Hal inilah yang kemudian membuat pudarnya rasa saling percarya antar warga. Berikut adalah kutipan dari seorang informan Pak (SY-43 Thn)

“..mas maaf-maaf ini ya, orang-orang disini sudah tidak percaya sama pengurus bank sampah lagi, pengurus sudah dicurigai menggelapkan bantuan dana yang diberikan oleh pihak luar, ya... akibatnya jadi kaya gini masyarakat sudah jarang ada yang bekerja lagi, kalau pun ada yang bekerja pasti karena butuh duit..” (lihat lampiran 7)

Pada awalnya semua pengurus maupun angota BSBM sangat solid. Hal itu terlihat dari kerja sama yang terjadi diantara anggota maupun pengurus. Namun lama-kelamahan hubungan harmonis antar warga komunitas semakin pudar. Saperti yang dikatakan salah seorang responden berikut

“..Iya mas..duluh awalnya saya dan warga bekerja bersama- sama. Tapi sekarang, mas, warga susah untuk bekerja. Semenjak saya dicurigai mencari keuntungan pribadi dari bank sampah. Akhirnya saya bekerja sendiri dibantu sama beberapa pengurus. Warga mau kerja lagi kalau lagi susah duit, mad..”Ibu (CH-37 Thn) (lihat lampiran lampiran 8 )

Norma-Norma

Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995).

Norma-norma yang dijalankan oleh warga komunitas BSBM bersumber dari PT.PLN (PERSERO) dan Pemerintah. Norma-norma tersebut berupa larangan membuang sampah di sembaran tempat, karena akan merusak keindahan kota dan akan merusak tumbuhan manggrove. Untuk menjalankan atau melncarkan tujuan tersebut Pihak PT PLN memfasilitasi seluru perumahan warga dengan tempat sampah gratis.

Berdasarkan hasil yang ditemukan di lapangan, maka dapat dikatakan bahwa norma-norma yang dibuat tersebut sepenunya tidak dijalankan dengan baik karena kurangnnya pengawasan baik dari pihak PT.PLN maupun Pemerintah. Masyarakat masih saja membuang sampah disembarang tempat meskipun telah disediakan tempat sampah gratis. berikut adalah kutupan wawancara salah seorang responden

“..Mas, saya rasa Pemerintah dan pihak PLN telah mefasilitasi masyarakt dari berbagai sisi, baik sisi fisik maupun mentalnya, tapi kondisi disini kalau diliha-lihat ya, mas, masih sama aja mas, masyarakat masih membuang sampah sembarang. Mungkin kalau bisa ya, mas.. pihak PLN dan Pemerintah harus ketat mengawasi dan menggontrol keadaan di sini. Mas, mengapa saya katakan demikian, mas, karena warga tidak perna diberikan sansksi meskipun mereka membung sampah sembarang..” Pak (SY-43 Thn) (lampiran 7)

Norma-norma dalam warga komunitas tersebut dikatakan lemah karen, tidak adanya sanksi yang diberikan oleh pihak BSBM maupun pihak pemerintahann serta pihak PT PLN, kepada warga masyarakat yang melanggar, yakni membuang sampah di sembarang tempat.

Jaringan

Putnam (1993), mengemukakan bahwa jaringan dalam komunitas dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Pada Warga komunitas BSBM

38

jaringan dilihat berdasarkan hubungan yang telah dibangun dengan pihak luar serta tujuan-tujuan yang telah dicapai.

Berdasarkan hasil dari lapangan maka dapat dikatakn bahwa jaringan yang terbangun sangat kuat, karena pihak PT PLN dan Pemerintah selalu mengambil bagian dalam seluruh kegiatan, mereka juga memberikan fasilitas baik fisik maupun non fisik guna menundukung pencapaian dari program BSBM. Hubungan yang terbangun dengan pihak luar pun sangat baik. Selain itu tujuan dari program bank sampah sendiri pun telah tercapai yakni, pelestarian mangrove.

Kerja sama yang terjalin antara warga komunitas dan pihak CSR PT PLN ini terlihat sangat baik, hal ini terbukti dari bantuan-bantuan dand fasilitas-fasilitas yang diberikan pihak PT PLN kepada warga komunits.

“..mas saya rasa pihak PT.PLN benar-benar berkomitmen mambantu mesyarakat disini, dan ini merupakan satu hal yang mestinya masyarakat syukuri. Coba mas lihat di tempat lain mana ada perusahaan yang mau susah-susah memberi bantuan kepada masyarakat. Saya pikir ini adalah hubungan yang harus tetap dipertahankan oleh masyarakat, karena hanya hubungan yang kita jalin ini saja yang mampu menahan BSBM ini..” Pak (YS-43 Thn) (lampiran 7)

Fasislitas yang diberikan pihak PT PLN berupa, pelatihan-pelatihan, serta fasilitas lainnya yang dapat menunjang tujuan BSBM, misalnya adalah tempat sampah, kantor BSBM, serta kendaraan baik darat maupun kendaraan air. Berikut kutipan seorang informan.

“...Alhamdulilah, mas. Pihak PT PLN tidak perna berhenti mendampingi dan memberikan tetap dukungan. Pada intinya pengurus BSBM sangat sengang dengan kerja sama yang telah dibangun dengan pihak PT PLN. PT PLN tetap konsisten mas, dengan sikap mereka yankni memndampingi masyarakat dalam memberantas samapah-sampah. Ya, mas otomatis kami pihak pemerintahan juga senang karena sekatang terlihat hasil dari kerja tersebut, lingkungan bisa bersih, mas...” Pak (JL-47 Thn) (lampiran 6)

Ikhtisar

BSBM adalah salah satu bentuk kegiatan yang dikelolah oleh masyarakat Gunung Ayar Tambak dengan tujuan memberantas sampah. Sebagai salah satu organisasi berbasis warga komunitas, maka BSBM dituntut agar dapat membina modal sosial yang telah dibangun dari sejak awal. Modal sosial tersebut berupa, kepercayaan, norma-norma dan jaringan. Ketiga bentuk modal sosial tersebut sangat berguna untuk kegiatan warga komunitas, BSBM gunung ayar tambak.

Tingkat kepercayaan antara anggota dan pengurus lamban-laun mulai pudar, meski awalnya sangat kuat. Hal ini dipicu oleh adanya kecemburuan

sosial sehingga terjadi konflik laten. Pengurus BSBM dituduh memanfaatkan program BSBM untuk kepentingan pribadi, dan akhirnya sulit untuk membangun kepercayaan yang ada dalam masyarakt.

Norma-norma yang dibuat dan disepakati bersama oleh warga komunitas BSBM adalah larangan membuang sampah sembarangan. Pada awal berjalannya program BSBM, norma-norma tersebut masih berjalan baik. Hal ini kemudian membuat CSR PT PLN memberikan tempat samapah gratis untuk setiap kepala keluarga. Namun setelah berjalannya waktu, norma-norma tersebut tersebut tidak lagi digunakan. Oleh karena itu, yang sangat penting adalah pengawasan dari pihak PT PLN dan pemerintahan, karena pengawasan dan kontrol dari kedua pihak tersebut sangat lemah.

Jaringan yang dibangun sampai saat ini sangatlah baik. Hal itu terbukti dari perhatian-perhatian yang diberikan oleh pihak PT PLN dan Pemerintahan. Bentuk kerjasama inilah yang kemudian berperan penting dalam partisipasi masyarakat dalam program BSBM.

Pada awalanya di kegiatan BSBM, ketiga bentuk modal sosial tersebut berjalan dengan baik. Semua aturan dan tingkat kepercayaan antara anggota BSBM terlihat lancar-lancar. Namun sekarang hanyalah tinggkat Jaringan yang berperan penting dalam program BSBM. Kerjasama yang dibangun terlihat sangat baik, hal itu terbukti dari perhatian-perhatian yang diberikan oleh pihak CSR dan Pemerintahan. Tingkat jaringan atau kerja sama inilah yang kemudian membuat tujuan program BSBM tercapai, yakni kebersihan lingkungan dan penenaman mangrove yang sudah bebas dari gangguan sampah

BENTUK PENGORGANISASIAN KOMUNITAS BANK