• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esai Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Esai Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota Bandung

Kota Bandung merupakan salah satu kota destinasi wisata belanja di Indonesia. Sebagai salah satu destinasi wisata belanja, citra kota Bandung tentunya tidak jauh atau melekat dengan menjamurnya keberadaan para penjual kaki lima. Pedagang Kaki Lima (selanjutnya disingkat PKL) adalah pedagang yang melakukan usaha perdagangan di sektor informal yang menggunakan fasilitas umum baik di lahan terbuka dan/atau tertutup dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak.

Eksistensi PKL yang kebanyakan berjualan secara liar di Kota Bandung sudah sejak lama menimbulkan banyak permasalahan, mulai dari pemandangan kota yang kumuh dan tidak teratur, penyebab jalan macet, penghasil sampah, hingga berbuntut pula pada pungutan liar dan penyediaan lahan parkir liar bagi warga yang berbelanja dengan PKL. Lihat saja fakta lapangan kumpulan PKL di Cicadas, selain terlihat kumuh dan semeraut, mayoritas PKL Cicadas yang berjualan makanan ini menghasilkan sampah yang dibuang sembarangan. Selain merusak pemandangan dengan tenda-tenda bongkar pasang, PKL juga sering tidak bisa menjaga kebersihan sekitar. Kemudian PKL di sepanjang jalan Cihampelas, di samping berjualan di badan jalan, para PKL banyak pula yang nekat menjual dagangannya di tengah-tengah jalan sambil berlalu-lalang sehingga menimbulkan kemacetan. Semua akibat dari munculnya PKL yang tidak tertatu, tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam merugikan masyarakat sekitar khususnya sebagai pengguna jalan.

Sebelumnya, pemerintah Kota Bandung sudah memberlakukan berbagai upaya untuk menertibkan para PKL, terutama yang dinilai sangat merugikan pengguna jalan, misalnya dengan pengarahan dan sosialisasi bagi PKL, diberlakukannya pembongkaran paksa secara berkala oleh Satuan Polisi Pamong Praja (selanjutnya disingkat Satpol PP), relokalisasi sementara dan lain sebagainya.

Namun fakta berkata lain, bukannya PKL semakin tertib dan jumlahnya yang semakin berkurang, justru sebaliknya, jumlah PKL semakin tumbuh pesat dari tahun ke tahun. Menurut Kepala Bidang Penegakan Hukum Daerah Satpol PP Kota Bandung, Moch. Teddy Wirakusumah, sampai pada periode November 2013, jumlah PKL di kota Bandung sudah sebanyak 25 ribu orang.1 Sedangkan jika dibandingkan dengan jumlah

tahun sebelumnya, menurut Kepala Satpol PP Kota Bandung Ferdy Ligaswara, pada tahun 2012, jumlah PKL di kota Bandung adalah sebanyak 17 ribu orang.2

Tentu saja melihat peningkatan jumlah PKL yang begitu signifikan dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah saat ini dalam menertibkan PKL

(2)

masih belum maksimal. Oleh sebab itu, tidak heran jika pemerintah saat ini berkewajiban untuk turun tangan dalam mengambil langkah baru, demi tercapainya ketertiban pedagang kaki lima di kota Bandung.

Pertanyaan sederhana yang muncul adalah jika sebelumnya pemerintah telah memberikan berbagai upaya dalam menertibkan PKL, mulai dari sosialisasi hingga bahkan cara paksa berupa pembongkaran, namun hingga saat ini upaya-upaya tersebut belum menampakkan hasil, maka apa langkah baru yang akan dilakukan oleh pemerintah saat ini?

Secara yuridis, salah satu bentuk upaya terbaru pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi permasalahan PKL adalah melalui aturan hukum. Buktinya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor: 04 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (selanjutnya disingkat Perda Kota Bandung No.4/2011). Tujuan utama dikeluarkannya peraturan ini adalah demi tercapainya Kota Bandung yang aman, bersih, dan tertib serta memantapkan Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata.

Dalam substansinya, berdasarkan pada sumber Perda Kota Bandung No.4/2011, mekanisme yang diberlakukan pemerintah daerah Kota Bandung adalah dengan melakukan pencatatan dan penerbitan tanda pengenal khusus bagi PKL wilayah Kota Bandung. Setiap PKL wajib memiliki tanda pengenal berjualan yang diterbitkan oleh Walikota. Penerbitan tanda pengenal khusus PKL tersebut dapat didelegasikan kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (selanjutnya disingkat menjadi SKPD). Untuk tanda pengenal yang telah diterbitkan, diberikan dan dipergunakan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun serta tidak dapat dipindahtangankan. Tanda pengenal ini sifatnya dapat diperbaharui sepanjang lokasi/tempat berdagang PKL tersebut tidak dipergunakan/tidak dikembalikan kepada fungsi semula.

Untuk dapat memperoleh tanda pengenal, setiap PKL wajib mengajukan permohonan dengan syarat-syarat memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Bandung, surat pernyataan bahwa yang bersangkutan siap dengan sukarela dan tanpa ganti rugi apapun untuk dipindahkan setiap saat apabila ada kebijakan baru yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan PKL yang tidak memiliki tanda pengenal khusus tersebut, tidak diperbolehkan berjualan.

(3)

lokasi pasar seperti Gede Bage, Balubur, kemudian area basement Mall Bandung Indah Plaza dan Pasar Pamoyanan Bandung.

Sebagai konsekuensinya setelah diberikan alokasi tempat yang baru, berdasarkan pasal 20 Perda Kota Bandung No.4/2011, yang mana diberlakukan sejak 1 Februari 2014, PKL dilarang untuk melakukan kegiatan berdagang di zona merah. Zona merah di sini adalah lokasi yang tidak boleh terdapat PKL, yaitu meliputi lokasi sekitar tempat ibadat, rumah sakit, komplek militer, jalan nasional, jalan provinsi dan tempat-tempat lain yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain berdasarkan Perda Kota Bandung No.4/2011. Misalnya untuk tahap awal, ada empat kawasan yang masuk zona merah, yaitu Jalan Merdeka, Jalan Kepatihan, Jalam Dalem Kaum, dan Alun-alun Masjid Agung Bandung. Para PKL juga dilarang melakukan kegiatan berdagang di jalan, trotoar, ruang terbuka hijau, dan fasilitas umum, kecuali lokasi tersebut telah ditetapkan/ditunjuk/diizinkan oleh Walikota.

Di samping itu, para PKL dilarang melakukan kegiatan berdagang dengan mendirikan tempat yang bersifat semi permanen dan/atau permanen secara liar; melakukan kegiatan berdagang yang mengakibatkan kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan, dan kenyamanan terganggu; menggunakan lahan yang melebihi ketentuan yang telah diizinkan oleh Walikota; berpindah tempat dan/atau memindahtangankan tanda pengenal tanpa sepengetahuan/persetujuan tertulis dari Walikota; menelantarkan dan/atau membiarkan kosong tempat berdagang/lahannya selama (empat belas) hari; menggunakan tempat berdagang/lahan lebih dari satu lapak; membuang sampah dan limbah di sembarang tempat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup dan penyumbatan di saluran pembuangan air (drainase); menggunakan tempat berdagang untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang/bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; meninggalkan/menyimpan tempat dan barang dagangan pada kawasan/tempat berdagang setelah selesai berdagang; menjual barang dagangan yang merugikan, membahayakan bagi konsumen yang dilarang oleh peraturan perundang-perundangan.3

Lokasi yang diperbolehkan untuk PKL berjualan adalah meliputi zona kuning dan hijau. Zona kuning yaitu lokasi yang bisa ditutup dan dibuka berdasarkan waktu dan tempat. Sedangkan zona hijau yaitu lokasi yang diperbolehkan berdagang bagi PKL. Contoh penerapan zona kuning adalah adalah pasar tumpah di daerah yang hanya boleh berdagang pada jam tertentu yaitu mulai pukul 22.00 WIB sampai 06.00 WIB. Berbeda dengan zona kuning, zona kuning diperbolehkan untuk PKL berdagang berdasarkan waktu dari pukul 17.00 WIB sampai 04.00 WIB, dengan catatan zona

3Peraturan Daerah Kota Bandung nomor : 04 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pedagang

(4)

berdasarkan waktu ini hanya dikhususkan untuk pedagang kuliner. Terakhir, zona hijau merupakan wilayah-wilayah tertentu berdasarkan hasil relokasi, revitalisasi pasar, konsep belanja tematik, konsep festival dan konsep Pujasera sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, sebagai bentuk pencegahan kembalinya PKL berjualan liar dan menganggu kelancaran penggunaan jalan, maka diberlakukan ketentuan sanksi bagi para PKL di daerah zona merah. Bagi PKL yang melanggar aturan menjual di daerah zona merah padahal memiliki tanda pengenal khusus PKL yang diperbolehkan berjualan di zona hijau, maka akan diberi peringatan paling banyak tiga kali berturut-turut dalam waktu sembilan bulan. Jika masih dilanggar, maka akan dikenai sanksi berupa pencabutan tanda pengenal khusus PKL. Apabila kondisi ini tidak diindahkan, maka Kepala SKPD yang membidangi ketentraman dan ketertiban umum melakukan penutupan, pembongkaran terhadap tempat berjualan PKL dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-perundangan. Sedangkan untuk PKL yang tidak memiliki tanda pengenal khusus PKL tidak diperbolehkan sama sekali berjualan di Kota Bandung. Hal ini disebabkan karena yang diprioritaskan untuk berjualan adalah para PKL yang merupakan asli Bandung.

Berdasarkan ketentuan dalam Perda Kota Bandung No.4/2011, ternyata tidak hanya PKL sebagai penjual yang akan dikenakan sanksi jika melanggar, bagi pembeli apabila yang melanggar aturan dengan membeli hasil dagangan dari PKL di wilayah zona merah dan zona kuning yang tidak sesuai waktunya juga akan dikenai sanksi berupa denda paksa penegakkan hukum sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah). Sedangkan bagi masyarakat yang tidak mampu membayar denda, jika dalam waktu 3x24 jam tidak memenuhi mampu bayar, pelaku akan diproses ke tindak pidana ringan (selanjutnya disingkat menjadi tipiring) atau denda kelipatan Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah).

Di stu sisi, menurut salah satu pengamat sosial Indonesia, Dudung Nurahmat mengatakan bahwa denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) bagi pembeli yang membeli barang dagangan dari PKL di zona merah tampaknya mulai efektif. Kebijakan Wali Kota Bandung dalam menangani PKL yang bandel ini harus dudukung. Salah satu bukti bentuk justifikasi pemberlakuan Perda Kota Bandung No.4/2011 telah dialami oleh dua lelaki warga Malang dan Sumedang. Para pemuda ini tertangkap basah sedang makan bakso di alun-alun Kota Bandung oleh petugas setempat. Kedua pemuda tersebut ditangkap petugas Satpol PP yang sedang patroli dan diperiksa di meja Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disingkat PPNS). Salah satu dari pelaku dikenakan biaya denda paksa sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu), sedangkan pemuda lainnya Kartu Tanda Penduduknya (selanjutnya disingkat KTP) disita.4 Tujuan

4

(5)

dari sanksi denda paksa ini adalah menertibkan baik PKL mau pun pembeli supaya untuk tidak berjualan dan bertransaksi apa lagi makan di sekitar tempat umum. Sanksi biaya denda paksa diharapkan bisa menjadi solusi memberi efek jerah bagi PKL dan pembeli untuk tidak berjualan dan bertransaksi tidak pada tempatnya.

Di samping sanksi yang diberikan, sesungguhnya ada lebih banyak manfaat yang akan diterima baik PKL dan masyarakat Kota Bandung. Misalnya saja, dilansir dalam harian Tribun News, sebanyak 61 PKL dari jalan Merdeka Bandung direlokasikan ke lantai basement 1 (B1) Mal Bandung Indah Plaza yang tertata rapi. Para PKL mengaku kini mereka telah terhindar dari sengatan matahari dan hujan. Di samping itu, para PKL tidak perlu susah-susah membongkar dan membereskan barang dagangannya seperti selama ini, fasilitas yang diberikan juga sangat memadahi, para pembeli juga banyak karena merupakan lokasi pusat perbelanjaan yang strategis.5 Di

sisi lain, masyarakat kini bisa bertransaksi dan menemukan para PKL di tempat-tempat yang mudah dijangkau, aman dan nyaman. Mereka tidak perlu lagi berdesak-desakan di jalan yang macet dan ramai. Jalanan bisa kembali difungsikan sebagai sarana prasarana kelancaran kendaraan serta keindahan kota bisa lebih tertata dengan baik. Kota Bandung sebagai Kota wisata yang aman, nyaman, bersih dan tertib tentunya bisa lebih mudah terwujud.

Lagi pula, menurut Nugraha Ramadhan, berdasarkan riset dalam salah satu makalahnya pada tahun 2013, jika PKL ditata, dibina dan diberdayakan, PKL bisa menjadi sumber penarik wisatawan dan sebagai alternatif bagi lapangan pekerjaan. Apabila PKL yang berada di kawasan alun-alun kota Bandung diizinkan oleh pemerintah untuk berjualan, maka hal ini justru tidak sesuai dengan tujuan asas kemanfaatan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang. Atas dasar hal tersebut, maka seharusnya PKL tidak diizinkan berjualan di tempat yang tidak sepatutnya melainkan direlokasi ke tempat yang lebih baik. 6

Penertiban PKL melalui aturan Perda Kota Bandung No.4/2011 juga harus disertai dengan lembaga perizinan sesuai dengan asas pemanfaatan dan pengawasan yang ketat oleh petugas baik terhadap PKL mau pun pembeli. Perizinan untuk mendapatkan tanda pengenal khusus PKL yang dikelolah dengan baik, tentunya akan mempermudah PKL mendapatkan akses kelayakan dan syarat berjualan di lokasi zona hijau. Sedangkan pengawasan ketat oleh petugas yang berwenang (dalam hal ini Satpol PP) harus konsisten dan tidak tebang pilih dalam memberikan sanksi. Inti

5

http://uandnnitmklezumnetom//iead/2014/02/20/526/9c437c8.8./as.yiklnya-tpkll-di-jalan-/eidekla-uandnni-klini-tpindah-kle-uitp

6 Ra/adhan, Nniiahat Analisis Terhadap Penataaan Pedagang Kaki Lima Berizin Berdasarkan Peraturan

(6)

permasalahan dari munculnya aturan ini adalah PKL sebagai subjek yang wajib ditertibkan, jangan sampai PKL yang seharusnya ditertibkan malah justru diberi kelonggaran dengan munculnya tawar menawar untuk tidak didenda oleh petugas. Denda atau biaya paksa harus diberlakukan tanpa kompromi. Peraturan dan sanksi harus ditegakkan dengan jelas dan adil.

Akhir kata, dikeluarkannya Perda Kota Bandung No.4/2011 merupakan suatu langkah yang baik dalam menghadapi kehabisan cara dari pemerintah kota Bandung sebelumnya untuk menghadapi para PKL nakal. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah ini, tentu pelaksanaannya harus berjalan disertai dengan asas pemanfaatan yang seoptimal mungkin, serta pengawasan yang ketat baik dari pemerintah dan petugas pelaksana melalui pemberian sanksi biaya paksa. Dengan demikian, sangat diharapkan bahwa masyarakat dapat turut serta bekerja sama dalam menata Kota Bandung yang lebih baik, sesuai dengan tujuan utama dari peraturan terkait yaitu demi tercapainya Kota Bandung yang aman, bersih, dan tertib serta memantapkan Kota Bandung sebagai kota destinasi wisata di Indonesia, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

kelainan mental dalam arti lebih ( supernormal) dan kelainan mental dalam arti kurang (subnormal ). Kelainan mental dalam arti lebih atau anak unggul, menurut

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN di Kota Bandung .... KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Karena keterbatasan teknologi dalam suatu wilayah dapat menjadi penghambat majunya informasi dalam perekonomian bangsa, maka tulisan ilmiah ini ditujukan dan dipaparkan untuk

Tujuanpenyusunan LKS menurutPrastowo (2012) adalah 1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan: 2)

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut (1) bahan ajar matematika bercirikan Guided Discovery Learning

1. work it self , perasaan seorang karyawan akan senang dan puas bila kemampuannya sesuai dibutuhkan pekerjaan tersebut. pay , diperkirakan setara atau tidak dengan

Perendaman ubi kayu yang telah dibelah menjadi 4 potongan di dalam larutan natrium bikarbonat konsentrasi 4% diduga mampu mempengaruhi permeabilitas dinding sel sehingga

Beberapa penelitian yang relevan dengan meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dengan pendekatan whole language antara lain:. Tiara Kurnia (2013) dalam penelitiannya