• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUAK PENAFSIRAN BINTANG DALAM AL-QUR’AN DAN ILMU ASTRONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGUAK PENAFSIRAN BINTANG DALAM AL-QUR’AN DAN ILMU ASTRONOMI."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

MENGUAK PENAFSIRAN BINTANG DALAM

AL-

QUR’A>N

DAN ILMU ASTRONOMI

Skripsi:

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi salah satu Persyaratan menyelesaikan Program Sarjana

Srata Satu (S-1) pada Program Studi : Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir

Oleh :

MOHAMMAD ISHOMUDDIN GHOZALI NIM. E03212066

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

JUDUL: Menguak Penafsiran Bintang dalam al-Qur’a>n dan Ilmu Astronomi.

Al-Qur’a>n banyak menjelaskan tentang alam semesta, salah satunya berkaitan dengan bintang. Bintang dalam al-Qur’a>n disebutkan dengan tiga term, yakni najm, kawkab dan juga buruj. Fokus kajian skripsi ini berkaitan dengan respon mufassir dan ilmuwan mengenai keberadaan bintang dalam al-Qur’a>n dan ilmu pengetahuan, bahwa peredaran bintang dapat diketahui setelah ilmu pengetahuan khususnya bidang astronomi berkembang dan ditemukan teleskop.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal ini, penulis melakukan penelitian dalam bentuk Library Research dengan menggunakan metode mawdhu’I, yaitu suatu cara menafsirkan al-Qur’a>n dengan mengambil tema tertentu lalu mengumpulkan ayat yang terkait dengan bintang. Dalam penelitian ini, penulis secara eksplisit menjelaskan fungsi bintang dalam al-Qur’a>n dengan pendekatan ilmu astronomi dan pendapat mufair. Kemudian bentuk-bentuk kepatuhan bintang dalam al-Qur’a>n menurut mufasir dan illmu astronomi. Sehingga bertujuan mengetahui fungsi serta bentuk ketundukan bintang dari dua sudut pandang, yakni al-Qur’a>n serta ilmu astronomi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa fungsi bintang terdapat tiga menurut periwayatan, yakni sebagai navigasi atau arah petunjuk perjalanan dalam ilmu pengetahuan ada beberapa rasi, seperti crux, ursa mayor ursa minor, sebagai cahaya langit atau penghias langit yakni bintang dan planet dan juga sebagai pelontar setan dengan sinar kosmos bagian dari bintang sebagai amunisinya. Sedang bentuk ketunduka bintang ada dua macam, bintang bersujud dimaknai sebagai kepatuhan alam raya dan juga bentuk bintang ketika kiamat dalam ilmu astronomi ditandai dengan hilangnya cahaya dengan cara meledakkan dirinya.

Kata Kunci : Bintang, Ilmu Pengetahuan, Astronomi.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kerangka Teoritik ... 10

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II SELUK BELUK BINTANG MENURUT ILMU PENGETAHUAN ... 16

A. Sejarah Kuno Bintang ... 16

B. Pengertian Bintang ... 19

C. Proses Terbentuknya Bintang ... 26

D. Akhir Sebuah Bintang ... 28

(8)

G. Intensitas Cahaya, Suhu dan Warna ... 30

BAB III FENOMENA BINTANG DALAM AL-QUR’A>N ... 34

A. Term-term Bintang dalam al-Qur’a>n ... 34

B. Penafsiran Bintang... 36

C. Bentuk Ketundukan Bintang ... 44

D. Jenis-Jenis Bintang ... 53

BAB IV PENAFSIRAN FUNGSI BINTANG DALAM AL-QUR’A>N MENURUT PERSEPEKTIF ILMU PENGETAHUAN 61 A.Fungsi Bintang Menurut al-Qur’a>n persepektif Ilmu Pengetahuan ... 61

B. Bentuk Ketundukan Bintang Menurut al-Qur’a>n Perpektif ilmu Pengetahuan ... 66

BAB VI PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’a>n telah menambah dimensi-dimensi baru dalam studi mengenai

fenomena fisik, dalam berbagai ayat, al-Qur’a>n banyak memberikan indikasi tentang

jagad raya dengan segala bagian-bagiannya (langit, bumi, segala benda mati dan

makhluk yang ada serta berbagai fenomena jagad raya). Isyarat - isyarat itu

menunjukkan bukti (al-istidla>l) atas kekuasaan Allah yang tidak terbatas, ilmu dan hikmah (kebijaksanaan) Nya yang sangat sempurna dalam menciptakan jagad raya

ini. Itu semua sebagai hujjah (argumentasi) terhadap orang-orang kafir, musyrik, dan kaum skeptic dan sekaligus mengukuhkan hakikat uluhiyah Allah, Rabb alam semesta.1

Al-Qur’a>n adalah prototype segala buku yang melambangkan pengetahuan.2 Walaupun mengandung berbagai masalah, pembicaraannya tidak tersusun secara

sistematis seperti buku-buku ilmiah. Metode pengungkapan al-Qur’a>n pada umumnya

bersifat universal bahkan tidak jarang ia menampilkan suatu masalah dalam

prinsip-prinsip pokok saja. Inilah perbedaan al-Qur’a>n dengan buku-buku ilmu pengetahuan.

Sebab, yang diutamakan adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun dalam

keuniversalan itu terletak keunikan keistimewaan dan kekuatan al-Qur’a>n sehingga ia

1 Fazlur Rahman, Ensiklopedi ilmu dalam al-Quran (Rujukan terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam al-Quran), terj. Taufik Rahman (Bandung : Mizan, 1981), 169.

(10)

2

tetap menjadi objek kajian aktual oleh para intelektual. Andaikata al-Qur’a>n

sebagaimana layaknya buku-buku pengetahuan pada umumnya, barangkali ia telah

lama menjadi kering dan ketinggalaman zaman. Oleh karena itu, tidak aneh jika

al-Qur’a>n dikatakan sebagai mukjizat Islam yang kekal, bahkan selalu diperkuat oleh

kemajuan ilmu pengetahuan.3 Mukjizat tersebut diturunkan oleh Allah melalui

malaikat Jibril yang turun langsung kepada Nabi Muhammad, agar dapat

mengentaskan manusia dari kebobrokan moralitas dan kesesatan keyakinan menuju

kepada situasi yang penuh dengan cahaya serta dapat membimbingnya dalam

menjalani kehidupan di dunia.

Fenomena alam dalam al-Qur’a>n digambarkan oleh Allah kepada manusia,

sehingga manusia mampu melihat dengan mata kepalanya sendiri dan memahami

keseluruhan filosofis ciptaan-Nya.4 Allah berfirman yang artinya:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Qura>n itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya

Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.

Interpretasi al-Qur’a>n bagi umat Islam tidak kenal henti. Tafsir adalah

ikhtiar memahami pesan Allah. Manusia hanya bisa sampai pada derajat pemahaman

yang relatif, dan tidak sampai pada posisi absolut. Pesan Tuhan pun tidak dipahami

sama dari waktu ke waktu, melainkan senantiasa dipahami selaras dengan realitas

serta kondisi sosial yang berjalan seiring dengan berlalunya zaman. Dengan kata lain,

3 Manna’ Khalil Qattan, Studi llmu-Ilmu al-Quran, terj. Mudzakir AS (Bogor: Lentera Antar

Nusantara, 2004), 1.

(11)

3

wahyu Tuhan dipahami dengan sangat variatif, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan

umat sebagai konsumen.5

Menurut Islam, kategori pertama dimasyhurkan sebagai firman yang

diwahyukan kepada para Rasul-Nya yang berupa al-Qur’a>n. Adapun kategori kedua

tertulis dalam semesta alam ciptaaan-Nya yang disebut sebagai sunnatullah (natural laws). Akan tetapi, apabila dibaca keseluruhan teks al-Qur’a>n akan sulit untuk membedakan keduanya, karena banyak ayat al-Qur’a>n yang berpaling ke alam,

dengan menjelaskan proses kejadian beserta segala isi dunia.6

Kosmologi adalah titik awal dari ilmu pengetahuan dalam Islam, ilmu ini

berhubungan dengan keajaiban ciptaan Allah Yang Maha Esa, baik yang berada di

luar alam semesta maupun yang ada di dalamnya. Dalam al-Qur’a>n penjelasan

mengenai alam semesta tidak terhimpun secara sistematis sebagaimana buku-buku

ilmu pengetahuan, memang al-Qur’a>n bukanlah buku ilmu pengetahuan, namun

penuh dengan isyarat tentang ilmu pengetahuan.7

Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Astron yang berarti bintang dan “nomos” berarti nama. Astronomi berarti ilmu yang mempelajari benda dan materi yang berada diluar atmosfer bumi serta fenomena yang berhubungan

dengannya. Astronomi mempelajari benda-benda langit seperti: bintang, planet,

galaksi, komet dan lain-lain.8

5 M. Nur Kholis Setiawan, Al-Quran Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005), 1. 6 Wajihuddin Alantaqqi, Misi Etis al-Quran (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2000), 11.

7

(12)

4

Terdapat perselisihan pendapat di kalangan para ulama tentang hubungan

ayat-ayat al-Qur’a>n dengan ilmu pengetahuan, dalam hal ini sudah berlangsung sejak

lama. Imam al-Ghaza>li menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang

terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua

bersumber pada al-Qur’a>n. Imam Al-Syat}i>bi (W.1388M) tidak sependapat dengan

al-Ghaza>li. Dalam kitabnya al-Muwafa>qat, al-Syat}i>bi menjelaskan bahwa tidak semua

ilmu pengetahuan disebut di dalam al-Qur’a>n.9

Menurut Quraish Shihab, pembahasan hubungan al-Qur’a>n dan ilmu

pengetahuan bukan dimulai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan

yang tersimpul di dalamnya, bukan pula menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah,

tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai

dengan kemurnian dan kesucian al-Qur’a>n dan sesuai pula dengan logika ilmu

pengetahuan itu sendiri.10

Al-Dzaha>bi menegaskan kaitan antara ayat al-Qur’a>n dan ilmu pengetahuan

dan sikap bagi ilmuwan yang menafsirkan ayat bil’ilmi, dengan perkataan:

Cukuplah kiranya bagi mereka untuk mengatakan bahwa didalam al-Qur’a>n

tidak terdapat nash (pernyataan) pun yang berlawanan dengan kebenaran ilmiah yang pasti. al-Qur’a>n sejalan dengan teori-teori dan kaidah-kaidah itu dilandasi oleh prinsip kebenaran dan bersumber pada realitas yang benar pula.

9

Syafi’ie, Konsep, 104.

(13)

5

Oleh karena itu, adalah suatu kewajiban bila terjadi variasi penafsiran

terdapat ayat-ayat al-Qur’a>n yang berisi konsep-konsep kauniyah, tergantung pada

bekal pengetahuan mufasir tentang alam semesta.11

Sebagaimana telah dijelaskan, al-Qur’a>n banyak memberikan isyarat atau

tanda-tanda tentang alam yang harus dipecahkan oleh orang-orang yang berakal. Hal

ini dapat dibaca pada firman Allah yang terdapat dalam al-Qur’a>n surat al-Mulk ayat

5:













Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

Pada kenyataannya, seluruh bintang ini adalah perhiasan surga yang paling

bawah. Dikatakan bahwa para ilmuwan tidak dapat mencapai akhir dunia. Profesor

Amstrong menambahkan bahwa karena hal ini, ilmuwan berpikir bahwa pemancar,

terlebih lagi teleskop di angkasa luar, tidak akan menghalangi penemuan manusia,

meskipun debu dan rintangan udara yang lain. Teleskop pandangan menggunakan

cahaya yang tidak bisa digunakan untuk jarak yang sangat jauh, kemudian diganti

dengan radio yang dioperasikan, mampu digunakan untuk melihat lebih jauh.

Meskipun demikian masih terbatas di wilayah dalam.

(14)

6

Al-Qur’a>n menyebutkan adanya bintang-bintang secara umum tanpa

menunjuk tempatnya secara khusus. Hal ini karena al-Qur’a>n bukanlah kitab

astronomi dan bukan pula memberikan pelajaran tentang astronomi melainkan hanya

Kitab Suci Tuhan untuk memberi pertunjuk kepada manusia dalam kehidupan di

dunia ini. Demikian pula ia menjelaskan fakta-fakta dengan caranya sendiri untuk

menggugah perhatian manusia ke arah kebesaran Allah Maha Pencipta dari dunia

bintang dan lain-lain benda samawi yang amat mengagumkan sehingga demikian

mereka dapat memikirkan tentang tanda-tanda Kebesaran-Nya.Serta menemukan

petunjuk yang benar dari pada-Nya.12 Allah berfirman dalam surat al-Wa>qi’ah ayat

75:







Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran

Pada saat itu, sedikit sekali di antara orang yang disapa yang mengetahui

tempat beredarnya bintang-bintang hanya dengan mata telanjang. Karena itu, Allah

berfirman kepada manusia, sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar

kalau manusia mengetahui. Adapun sekarang, dapat diketahui betapa besarnya

sumpah ini yang bertalian dengan apa yang disumpahkan, dan lebih banyak

(15)

7

mengetahui hal itu dari pada yang lalu terlebih dahulu, meskipun pun hanya

mengetahui sedikit saja tentang betapa besarnya tempat beredarnya bintang-bintang.13

Sedikit pengetahuan yang diraih dari teropong kecil yang terbatas

jangkauannya ini menegaskan bahwa satu kumpulan dari kumpulan bintang-bintang

yang tidak terhitung jumlahnya di angkasa raya yang mencengangkan dan tidak

terbatas ini berjumlah sekitar satu milyar bintang. Itulah kelompok planet matahari.14

Allah berfirman dalam al-Qur’a>n surat al- S{affat ayat 6 :



Sesungguhnya kami Telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu

bintang-bintang.

Bintang-bintang adalah seperti matahari benda-benda samawi yang menjadi

wadah fenomena fisik bermacam-macam yang di antaranya yang paling mudah

dilihat adalah pembuatan cahaya. Bintang-bintang adalah benda-benda samawi yang

mempunyai cahaya sendiri.

Bintang bahasa arabnya najm disebutkan dalam al-Qura>n 13 kali. Kata jamaknya nujum akar kata berarti nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi yang dapat dilihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu

memancarkan cahaya atau hanya memberikan reflek dari cahaya yang ia terima dari

13 Sayyd Qutb,

Tafsir fi Dzilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an, terj. Yasin dkk Vol 2 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 146.

(16)

8

luar. Untuk memberikan gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi adalah

benda yang dinamakan bintang.15 Dalam al-Qura>n surat al-T{ari>q ayat 1-3:













Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang

pada malam hari itu. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.

Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam al-Qur’a>n dengan kata

al-tha>qib, artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus. Di

sini menembus kegelapan waktu malam. Kata tha>qib, juga dipakai untuk

menunjukkan bintang-bintang yang berekor, ekor itu adalah hasil pembakaran di

dalamnya.16

Kemudian dengan adanya benda-benda langit tersebut yang salah satunya

adalah bintang, ternyata tidak hanya berfungsi sebagai penghias langit, namun masih

ada beberapa manfaat maupun faedah dari bintang tersebut sehingga menjadikan

penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengertian serta fungsi bintang

dalam beberapa sudut pandang dengan merujuk pada kitab suci al-Qur’a>n.

15 Maurice Bucaille,

Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern, terj. H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), 186.

(17)

9

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fungsi bintang menurut mufasir dan ilmuwan ?

2. Bagaimana bentuk ketundukan bintang dalam al-Qur’a>n persepektif ilmu

Astronomi ?

C. Tujuan Penulisan dan Kegunaan Penelitian

Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan bisa mengetahui :

1. Fungsi bintang menurut mufasir dan ilmuwan.

2. Bentuk ketundukan bintang dalam al-Qur’a>n Perspektif ilmu Astronomi

Secara teoritis penelitian ini dilakukan agar mendapatkan gambaran

umum mengenai bintang dalam al-Qur’a>n serta kegunaannya dalam ilmu

pengetahuan. Gambaran mengenai bintang ini diharapkan dapat menambah satu

koleksi keilmuan dalam bidang tafsir. Di dalam al-Qur’a>n sebagian ayatnya

berbicara mengenai pengetahuan alam, salah satunya adalah fenomena alam

adanya bintang, namun dalam kacamata al-Qur’a>n bintang masih bersifat global,

maka dari itu untuk memberikan gambaran utuh tentang bintang kajian ini

dipadukan dengan ilmu-ilmu astronomi modern. Sehingga dapat memberikan

(18)

10

D. Kerangka Teoritik

1. Metode tafsir tematik

Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai gambaran bintang dalam

perspektif al-Qur’a>n, yang harus dilakukan adalah menghimpun ayat-ayat

tentang tema bintang terlebih dahulu.Selanjutnya, menganalisis ayat-ayat tersebut

dengan dianalisis berdasarkan prosedur dalam metode mawdu>’i dengan merujuk

pada karya-karya tafsir al-Qur’a>n yang terkait dengan topik fenomena bintang

2. Kontekstualisasi tafsir ke dalam kehidupan sehari-hari

Dari hasil analisa tafsir tersebut, gambaran mengenai bintang dipadukan

dengan ilmu pengetahuan, maka akan muncul suatu data yang mana ilmu

pengetahuan linier dengan al-Qur’a>n.

E. Kajian Pustaka

1. Maurice Bucaille, Bibel, al-Qur’a>n dan Sains Modern, Penterjemah : H.M.

Rasjidi. Buku ini sedikit memberikan ulasan tentang gambaran bintang itu seperti

apa dengan langsung memberikan makna kata najm. Di samping itu sedikit memberikan penjelasan mengenai beberapa macam bintang dalam al-Qur’a>n

salah satunya adalah bintang tha>qib.

2. Selain itu, buku lain yang juga membahas tentang astronomi yang masih

bersangkut paut dengan al-Qur’a>n adalah seorang penulis bernama Afzalur

(19)

11

bahwa fenomena alam yang terjadi merupakan suatu tanda kebesaran Tuhan. Dan

itu semua hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mau berfikir.

3. Artikel berjudul alam semesta dan tata surya, dengan penulis Nana beliau

memaparkan bintang dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Bagaimana

komposisi yang terdapat pada kandungan bintang tersebut, serta pengertian

tentang benda langit ini.

Setelah mencari ke beberapa perpustakaan khususnya perpustakaan UIN

Sunan Ampel baik pusat maupun Pascasarajana dan mencari di perpsutakaan

fakultas ushuluddin satu persatu, penulis tidak menemukan karya baik berupa

skripsi, tesis, maupun desertasi yang membahas materi yang penulis kaji dalam

tulisan ini. Penulis juga mencoba mencari di beberapa perpustakaan lain baik

dalam maupun di luar kota tetapi penulis juga belum menemukan. Artinya, tidak

ada karya yang secara mandiri membahas tentang materi penafsiran keberadaan

bintang dalam al-Qur’a>n menurut ilmuwan dan mufasir.

Karya-karya yang ada masih membaur dalam berbagai kajian baik di

kitab-kitab tafsir, hadis, maupun buku-buku pengetahuan umum masih berada

dalam bentuk area yang sangat luas dan masih jauh dari apa yang dibahas dari

penelitian ini, yang lebih fokus dan dikhususkan pada materi penafsiran bintang

(20)

12

F. Metode Penelitian

1. Model dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif.17 yang bertujuan

untuk mengungkap bintang dari tafsir al-Qur’a>n tentang fungsi bintang serta

pengertiannya melalui riset kepustakaan dan disajikan secara deskriptif-analitis.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bintang menurut perspektif

al-Qur’a>n dengan cara menganalisis ayat-ayat tentang bintang melalui

produk-produk tafsir yang sudah ada.

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mendapatkan penafsiran yang dimaksud, maka penulis

merujuk pada beberapa tafsir sebagai data primer, baik tafsir klasik maupun

moderndimaksud antara lain Tafsir Ibnu Katsir karya Abdul Fida Ismail Ibn

Katsir (705 - 774 H) yang penuh dengan nuansa bi al-ma’thu>r, yang merupakan

kitab tafsir yang mewakili tafsir klasik serta mudah didapat di perpustakan.

Sedangkan kitab tafsir yang tergolong modern yaitu kitab Tafsir Fi Zhilal

al- Qur’a>n karya Sayyid Quthub (1903-1966 M) dan Tafsir Al-Misbah

karya salah satu ulama Indonesia yang juga tergolong dari tafsir modern

yakni M. Quraish Shihab. Selain itu juga disertakan karya-karya tafsir yang lain

17 Metode kualitatif merupakan proses penelitian yang ingin menghasilkan data bersifat deskriptif,

yaitu berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku individu atau kelompok yang dapat diamati berdasarkan subyek itu sendiri. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D,

(21)

13

dan buku-buku tentang astronomi sebagai data sekunder guna memperoleh

sinkronasi antara tema dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang sudah ada.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah

literatur-literatur dan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan topik

penguakan serta seluk beluk bintang.

4. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul baik data primer maupun sekunder dianalisis

berdasarkan sub bahasan masing-masing. Setelah itu dilakukan telaah

mendalam terkait ayat-ayat yang telah dihimpun dalam suatu tema tentang

bintang dengan menggunakan prosedur dalam metode tafsir mawdu>’i. Metode

tafsir tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu

tema tertentu yang dalam hal ini adalah tentang penguakan penafsiran

keberadaan bintang dalam al-Qur’a>n. Lalu mencari pandangan al-Qur’a>n

tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang

membicarakan tentang bintang, menganalisis, dan memahaminya ayat demi

ayat, lalu menghimpunnya dalam bentuk ayat yang bersifat umum dikaitkan

dengan yang khusus, yang muthlaq digandengkan dengan yang muqayyad dan

lain-lain.18

(22)

14

G. Sistematika Pembahasan

Sebuah karya ilmiah, agar mudah difahami oleh khalayak pembaca walaupun

bukan bidang ahlinya. Maka dalam penyusunannya, penulis menbagi pembahasannya

kedalam beberapa bab. Masing-masing bab memiliki sub bab memiliki sub bab

tersendiri yang sistematis. Maka format pembahasan akan dijabarkan berdasarkan

pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab dan sub bab sesuai dengan

keperluan kajian yang akan dilakukan. Bab pertama adalah pendahuluan yang mana

membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka teoretik, kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika

pembahasan.

Bab kedua membahas tentang sejarah bintang, pengertian serta seluk beluk

bintang, bagaimana kondisi bintang ketika lahir dan mati dan juga masa, bentuk serta

suhu bintang.

Bab ketiga mengandung penafsiran oleh para mufassir terhadap ayat-ayat

tentang bintang, bagaimana bentuk ketundukan bintang dalam al-Qur’a>n. Serta

macam-macam bintang dalam al-Qur’a>n.

Bab keempat berisikan tentang analisa penulis yang ada pada bab dua dan

tiga, bagaimana cara pandang al-Qur’a>n dan ilmu pengetahuan dalam melihat bintang

(23)

15

ilmu pengetahuan dalam salah satu hadisnya. Serta fenomena bentuk ketundukan

bintang dalam al-Qur’a>n perspektif ilmu astronomi.

Bab ke lima merupakan kesimpulan dari pertanyaan di rumusan masalah itu

yang kemudian dijadikan jawaban. Saran dan kritik juga diperlukan demi

(24)

16

BAB II

SELUK-BELUK BINTANG DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Sejarah Kuno Bintang

Ribuan tahun yang lalu sejak zaman Mesir Kuno, ilmu perbintangan

telah dikenal masyarakat, walaupun masih dalam kepercayaan tahayul dan

mitos-mitos. Konsep masyarakat Mesir Kuno tentang matahari, bulan, dan

bintang-bintang masih sederhana dan keliru. Bumi masih dianggap sebagai pusat

dari peredaran matahari, bulan, dan bintang-bintang. Formasi bintang-bintang

tertentu yang membentuk gambaran hewan atau lainnya (yang kemudian disebut

rasi bintang) dijadikan ramalan pernasiban, bahkan bintang-bintang yang terang

dan menarik perhatian orang akan diartikan sebagai petunjuk lahirnya pemimpin

dunia.1

Warisan peradaban kuno itu sampai sekarang masih tersisa. Misalnya

meramal nasib berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran seseorang, yaitu yang

disesuaikan dengan munculnya rasi bintang tertentu ketika seseorang dilahirkan.

Rasi bintang yang digunakan untuk meramal biasanya rasi bintang zodiak.

Zodiak adalah 12 rasi bintang sepanjang ekliptika membentuk gelang melingkari

1 Djakaria M.Nur dan Ahmad Yani, Handout Matakuliah Kosmografi (Bandung:Universitas

(25)

17

garis edar bumi mengelilingi matahari.2 Dua belas rasi bintang itu sudah kita

kenal yaitu Capricornus, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo,

Virgo, Libra, Scorpio, dan Sagitarius. Pada awal tahun 2007, rasi zodiak ditambah

satu lagi yaitu rasi Ophiuchus (pawang ular) yaitu muncul pada 29 Nopember

sampai dengan 18 Desember.3

Setiap rasi bintang terdiri atas beberapa bintang yang membentuk

gambaran bintang. Misalnya rasi bintang Leo, disebut demikian karena membentuk

formasi singa atau Scorpio yang membentuk formasi kalajengking. Setiap rasi

bintang pada Zodiak akan muncul satu kali selama setahun. Lamanya rasi

bintang menampakkan diri di langit adalah satu bulan. Tenggelamnya rasi

bintang yang satu diganti oleh rasi bintang yang lain, demikian seterusnya.

Munculnya rasi-rasi bintang di langit adalah sebagai berikut4:

1. Capricornus: Kambing laut ( 21 Januari – 16 Februari, 26 nari )

2. Aquarius: Pembawa Air ( 16 Februari – 11 Maret, 24 hari )

3. Pisces: Ikan ( 11 Maret – 18 April, 38 hari )

4. Aries: Domba ( 18 April – 13 Mei, 25 hari )

5. Taurus: Kerbau ( 13 Mei – 22 Juni, 40 hari )

2 Tim Pengetahuan Alam, Seri Pengetahuan Alam Bintang, ed. Abdul Rani dan Roekhan (Surabaya:

Al-Fath Putra, 2012), 61.

3

Robin Kerrod, Bengkel Ilmu Astronomi, terj. Syamaun Peusangan ( Jakarta: Erlangga, 1999), 67.

(26)

18

6. Gemini: Si Kembar ( 22 Juni – 21 Juli, 29 hari )

7. Cancer: Kepiting ( 21 Juli – 10 Agustus, 20 hari )

8. Leo: Singa ( 10 Agustus – 16 September, 37 hari )

9. Virgo: Gadis Perawan ( 16 September – 31 Oktober, 45 hari )

10. Libra: Timbangan ( 31 Oktober – 23 Nofember, 23 hari )

11. Scorpius: Kalajengking ( 23 November – 29 November, 6 hari )

12. Ophiuchus: Pawang Ular ( 29 November – 18 Desember, 19 hari )

13. Sagitarius: Si Pemanah ( 18 Desember – 21 Januari, 34 hari )

Selain zodiak, terdapat pula rasi bintang lainnya yang sangat terkenal

seperti rasi crux yang dikenal sebagai rasi salib atau di Jawa dikenal dengan

nama gubuk menceng. Rasi ini berada yang terletak di belahan langit selatan. Jika

orang dalam perjalanan kehilangan arah di malam hari, dapat melihat kedudukan

rasi bintang ini. Bentuk rasi ini seperti layang-layang. Untuk menentukan titik

selatan caranya dengan menarik garis lurus bintang yang paling atas ke arah

bumi melalui bintang yang paling bawah. Ujung garis dan terusannya adalah titik

selatan yang sesungguhnya.5

(27)

19

Namun jika berada di belahan bumi utara, di sebagian tempat tidak

akan melihat rasi bintang gubuk menceng karena bumi berbentuk bulat. Sebagai

gantinya di belahan bumi utara dapat memperhatikan rasi bintang ursa minor

atau bahasa lainnya juga disebut dengan biduk besar atau beruang besar. Pada ujung

ursa minor terdapat bintang polaris. Seandainya ada orang berdiri di titik kutub utara

bumi dan menengadah di langit maka tepat di atas ubun-ubunya ada bintang

polaris.6

Rasi orion waluku dapat dilihat di sebelah barat, tengah dan timur.

Kedudukan rasi ini digunakan petani sebagai petunjuk waktu bercocok tanam. Bila

orion terbit maka menandakan waktunya bercocok tanam. Bila terbenam maka

menandakan musim hujan lebat.7

Rasi kala atau scorpio menyerupai bentuk kalajengking. Rasi ini dapat

digunakan untuk menunjukkan arah tenggara.8

B. Pengertian Bintang

Apabila pada malam hari yang cerah ketika memandang ke langit, maka

akan terlihat benda-benda langit yang bertaburan pada bola langit yang sangat

besar. Dapat melihat benda-benda langit seperti bulan yang bersinar terang, serta

6 Ibid, 15.

7 Tim Pengetahuan Alam, Seri Pengetahuan Alam Bintang, ed. Abdul Rani dan Roekhan (Surabaya:

Al-Fath Putra, 2012), 60.

(28)

20

bintang-bintang yang berkelap-kelip. Sungguh pemandangan yang sangat indah,

yang merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa, dan patut disyukuri nikmat

tersebut. Begitu banyaknya bintang-bintang yang tersebar di langit, sehingga

tidak mungkin dapat menghitungnya. Bintang merupakan benda langit yang dapat

memancarkan cahaya sendiri. Apabila dilihat dari dekat, bintang berbentuk seperti

bola besar yang terdiri dari berbagai macam gas yang memiliki panas dan

memancarkan cahaya. Karena letak bintang sangat jauh dari bumi tempat manusia

melihat, maka bintang akan terlihat seperti titik cahaya. Oleh karena itu, untuk

melihat bintang yang sangat jauh itu, maka digunakan alat yang dinamakan

teleskop.9

Secara umum, jika menyebut benda-benda langit yang terlihat berkelap-kelip

di malam hari sebagai bintang. Jadi bintang merupakan benda langit yang

memancarkan cahayanya. Namun, bintang yang sebenarnya adalah bintang yang

menghasilkan cahayanya sendiri, sering disebut bintang nyata. Sedangkan bintang

yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri disebut bintang semu. Bintang semu

sebenarnya bukan bintang, melainkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya

karena memantulkan cahaya yang diterima dari bintang nyata.10

Bintang-bintang yang terlihat seperti tetap susunannya, sebenarnya

susunannya berubah. Namun perubahan susunan bintang-bintang tersebut sangat

9 Carole Stott,

Seri Pengetahuan Bintang dan Planet, terj. Teuku Kemal ( Jakarta : Erlangga, 2007),

18.

10 Firman Sujadi, Seri Pengetahuan Alam: Alam Semesta yang menakjubkan (Jakarta: Bee media

(29)

21

kecil untuk diamati. Pergerakan bintang-bintang hanya dapat dibandingkan

posisinya dalam waktu ribuan tahun dengan menggunakan teropong, sehingga

pergeserannya dapat diketahui dengan jelas. Di samping pergerakan tersebut,

pergerakan bintang-bintang juga dapat diamati dalam arah radial, yaitu

mendekati atau menjauhi matahari. Pergerakan bintang-bintang mendekati atau

menjauhi matahari ini dapat membuktikan terjadinya rotasi pada galaksi.11

Matahari, planet, satelit, komet, meteor, steroid, dan asteroid, hanyalah

satu dari jutaan bintang-bintang yang bergabung dalam kelompok bintang yang

disebut galaksi. Dengan demikian, galaksi merupakan kumpulan dari

bintang-bintang. Galaksi kita dengan matahari sebagai salah satu anggotanya dinamakan

galaksi bima sakti (Milky Way).12

Kumpulan bintang pada Galaksi Bima Sakti (Milky Way) dapat disaksikan di

langit dengan mata telanjang, bentuknya seperti selendang yang terdiri atas

bentangan bintang-bintang di kedua belahan langit. Selendang Milky Way yang

paling tebal terlihat di belahan langit selatan. Di seberang Rasi Sagitarius

merupakan pusat galaksi yang tebalnya sekitar 10.000 sampai 15.000 tahun

cahaya. Pusat galaksi itu berupa kawasan yang sangat cemerlang, bentuknya mirip

11

Bambang Hidayat, Materi antar Bintang (Bandung : IPB, 1980), 2.

12 Menurut orang Yunani kuno, suatau hari Dewi Hera sedang menyusui seorang bayi bernama

Herkules, yaitu seorang anak keturunan dewa dan manusia. Saat disusui, Herkules menyedotnya terlalu kuat, sehingga ia terpaksa memuntahkannya kembali. Dari susu yang tumpah itu, terjadilah galaksi. Oleh karena itu orangYunani menyebutnya sebagai Milky Way (jalan susu), karena mereka mengira galaksi ini terbentuk dari tetesan air susu Dewi Hera.

(30)

22

labu sarat dengan bintang-bintang merah besar, terselimuti kabut debu dan hanya

tampak dalam gelombang infra merah atau gelombang radio. Di seputar pusat itu

terdapat bintang dan bahan bintang yang terbentang dalam bentuk piring dengan garis

tengah 80.000 tahun cahaya. Jarak yang tidak terbayangkan itu kira-kira 772 juta

milyar kilometer.13

Galaksi spiral yang mirip Bima Sakti adalah galaksi Andromeda. Dalam

ruang alam jagat raya, Andromeda adalah tetangga terdekat galaksi Bima Sakti dan

memiliki ukuran yang lebih besar dari Bima Sakti. Galaksi Andromeda

bersama-sama dengan Bima Sakti termasuk galaksi spiral raksasa. Jarak galaksi

Andromeda ini sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Untuk mengarungi jarak sejauh itu,

cahaya memerlukan waktu 2,5 juta tahun. Ini berarti cahaya yang diterima dari

galaksi ini adalah cahaya yang dikirimnya 2,5 juta tahun yang lalu yang

menggambarkan keadaan galaksi tersebut pada waktu itu. Jarak yang merentang

antara Bima Sakti dan Andromeda sejauh 2,5 juta tahun cahaya itu dalam ukuran

astronomi masih terhitung dekat. Jarak ke galaksi-galaksi lainnya jauh lebih fantastis.

Bahkan ada yang sampai milyaran tahun cahaya.14

Perhatian terhadap Andromeda ini sebenarnya telah lama dilakukan para

ahli, karena galaksi tersebut dapat dilihat tanpa teleskop. Pada tahun 964 M dicatat

sebagai bintang tetap oleh al-S{ufi pengamat langit bangsa Iran. Ketika itu

13 Ibid.

(31)

23

hanya ada dua galaksi lain yang tampak dengan mata telanjang dan kedua-duanya

terletak di belahan bumi selatan. Adanya galaksi ini baru dilaporkan di Eropa

abad 15 oleh para kapten Henry Pelaut. Kapten yang berbangsa Portugis itu

baru saja pulang dari usahanya mencari jalan ke timur mengitari Afrika. Salah

seorang kapten memperhatikan galaksi itu dan di antaranya bernama Magellan,

sehingga kedua galaksi yang dianggap kabut aneh itu diberi nama Kabut Magellan.15

Penemuan galaksi bertambah banyak berkat adanya teleskop pertama,

tetapi semua terlihat sebagai kabut yang mirip kabut Magellan. Para ahli

astronomi belum dapat membedakan antara kabut gas dengan galaksi. Oleh karena

itu semua kabut itu dinamakan Nebula saja dengan diberi nama dan kode. Di

antara nebula yang samar-samar, akhirnya ditemukan oleh Hubble bahwa tiga

nebula yang berkode M 31 di Andromeda adalah galaksi tetangga terdekat galaksi

bima sakti. NGC 6822 dan M33 adalah galaksi yang terletak jauh di luar pagar

rumpun lokal gugus galaksi. Bima sakti dan galaksi M 31 beserta 25 galaksi

sekitarnya membentuk gugus galaksi yang dinamakan rumpun lokal. Rumpun lokal

bersama-sama dengan gugus galaksi rumpun lokal lainnya membentuk Superkluster

Virgo. 16

Sesudah adanya galaksi-galaksi terbukti, studi tentang galaksi melonjak cepat.

Jutaan pulau-pulau alam semesta seperti bima sakti banyak ditemukan dengan

15 Ibid.

(32)

24

berbagai ragam ukuran, bentuk dan arahnya. Sebagian besar lebih kecil

daripada galaksi bimasakti, tetapi beberapa di antaranya lebih besar. Bentuknya

beraneka ragam dari bentuk kabut bersinar tercabik-cabik dan tanpa pola tertentu

sampai kepada bentuk bulatan yang bermanik-manik bintang. Semunya tergantung di

agkasa dengan berbagai sudut. Ada yang terlihat dari samping, ada yang terlihat

seluruh muka, dan ada pula yang miring tiga perempat.17

Galaksi bima sakti berputar berlawanan arah dengan jarum jam. Dalam

galaksi bima sakti terdapat sekelompok kecil galaksi yang dikenal dengan nama

kelompok lokal. Kelompok lokal ini Nampak bergerak dengan arah gerakan yang

acak. Pada tahun 1926, Edwin Hubble membuat klasifikasi galaksi menurut

bentuknya, yaitu berbentuk spiral, elips, dan tidak beraturan.18

1. Galaksi Berbentuk Spiral.

Galaksi bentuk spiral merupakan bentuk umum galaksi yang dikenal

manusia. Oleh karena itu, bila mendengar kata galaksi, maka pikiran akan

langsung tertuju pada galaksi berbentuk spiral. Kira-kira 75% galaksi-galaksi

yang terang mempunyai bentuk spiral, seperti galaksi bimasakti dan galaksi

Andromeda.

Bagian-bagian utama galaksi spiral adalah bulge dan hallo. Bulge adalah

bagian pusat galaksi yang menonjol dan merupakan bagian yang paling

17

Ibid.

(33)

25

padat. Pada Bima Sakti, pusat galaksi terletak di arah Rasi Sagitarius, tetapi tidak

dapat mengamatinya dengan mudah, karena materi antar bintang banyak

menyerap cahaya yang berasal dari pusat galaksi itu. Sedangkan hallo

adalah bagian lengan spiral. Bintang-bintang yang ada dalam galaksi terdapat

bintang-bintang muda dan tua. Bintang-bintang tua terdapat pada gugus-gugus

bola yang tersebar menyelimuti galaksi. Gugus bola inilah yang membentuk

hallo bersama sama dengan bintang-bintang yang tidak terdapat di bidang

galaksi. Sedangkan bintang-bintang muda terdapat di lengan spiral galaksi yang

berada di bidang galaksi. Bintang-bintang muda ini masih banyak diselimuti

materi antar bintang, yaitu bahan yang membentuk bintang itu.19

Galaksi spiral berotasi dengan kecepatan yang jauh lebih besar dari

galaksi elips. Kecepatan rotasinya yang besar itulah yang menyebabkan

galaksi ini memipih dan membentuk bidang galaksi. Besar kecilnya kecepatan

rotasi pada galaksi spiral ini bergantung pada massa galaksi tersebut. Kecepatan

rotasi tiap bagian galaksi spiral sendiri tidaklah sama. Semakin ke arah pusat

galaksi, kecepatan rotasinya semakin besar.20

2. Galaksi Berbentuk Elips.

Sesuai dengan namanya galaksi ini terlihat seperti elips, meskipun

sebenarnya manusia sulit untuk menentukan bentuk galaksi secara pasti.

19 Nur, Handout, 7.

(34)

26

Galaksi bertipe elips ada yang berbentuk bundar dan ada pula yang berbentuk 6

bola pepat. Galaksi yang berbentuk elips adalah galaksi yang terdapat pada

rasi bintang virgo.21

3. Galaksi Tak Beraturan.

Galaksi bentuk ini adalah galaksi yang tidak simetri dan tidak mempunyai

bentuk khusus. Materi yang terkandung dalam galaksi jenis ini adalah gas dan

debu-debu. Galaksi yang tak beraturan bentuknya adalah galaksi awan Magellan

besar dan awan Magellan kecil yang merupakan galaksi terdekat dengan galaksi

bima sakti.22

C. Proses Terbentuknya Bintang

Bintang tercipta pada awan gas dan debu di dalam galaksi. Selama ratusan

ribu tahun, gas dan debu bersatu, lalu pecah menjadi ratusan atau ribuan awan yang

lebih kecil. Tiap awan kecil itu kemudian berubah menjadi bola gas berputar yang

disebut protobintang – inilah tanda pertama kelahiran sebuah bintang. Di pusat bola

terdapat gas yang sangat padat, yang akan memproduksi energi untuk mengubah

protobintang menjadi bintang dewasa.23

Berputarnya bintang, gravitasi menarik gas pada protobintang ke pusatnya.

Saat gas semakin melumat, ia menjadi semakin panas. Gas yang terpadat dan terpanas

21 Ibid.

22 Ibid.

(35)

27

ada dibagian inti. Saat suhu mencapai sekitar 10 miliar C, terjadilah reaksi nuklir.

Hidrogen pada inti berubah menjadi helium dan melepaskan energi. Dua bentuk

energi ini adalah sinar dan panas. Bintang mulai menyala dan akan bersinar terus

selama jutaan atau bahkan miliaran tahun.24

Bintang tersusun oleh beberapa gas, seperti gas hidrogen (H2) sekitar

94%, helium (He) 5%, serta unsur lainnya 1%. Temperatur bintang bervariasi

mulai dari 22730 C sampai 52730 C. Sebagian besar bintang-bintang mempunyai

massa antara 0,1 sampai 5 kali massa matahari. Seperti halnya benda-benda lain yang

ada di alam, bintang juga dapat mengalami siklus. Siklus bintang dimulai dari

lahirnya bintang, kemudian bintang memancarkan energi, selanjutnya bintang

tersebut mengembang, dan kemudian suatu saat meledak, bahkan mati. Banyak teori

yang menjelaskan mengenai kelahiran bintang, namun yang sampai saat ini paling

banyak diterima oleh para ahli adalah diawali dari proses pemampatan materi antar

bintang yang sebagian besar berupa gas hydrogen (H2).25

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jarak bintang

sudah dapat ditentukan. Untuk memecahkan masalah jarak yang sangat besar ini,

para asronom membuat satuan jarak baru yang dinamakan tahun cahaya, yaitu jarak

yang ditempuh cahaya selama satu tahun. Cahaya merambat dalam ruang hampa

dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik. Jadi jika ingin mengubah satu tahun

24 Ibid.

(36)

28

cahaya ke dalam kilometer, bisa dihitung jumlah detik dalam satu tahun dan

mengalikan bilangan itu dengan 300.000 km, hasilnya sekitar 9.460.000.000.000 km

atau 9, 46 triliun kilometer.26

Kebanyakan bintang bukan bintang tunggal seperti matahari. Bintang

memiliki sedikitnya satu bintang pendamping, kedua bintang saling mengorbit.

Terkadang dua bintang sangat berdekatan sehingga salah satu bintang akan menyedot

gas bintang lainnya. Setelah matahari, bintang Sirius lah yang paling terang

cahayanya dengan magnitudo -1,44 sedangkan matahari sendiri mempunyai

magnitudo -26, 8. Untuk bintang paling dekat dengan bumi adalah proxima centauri

dengan jarak 4,2 tahun baru disusul alpha centauri dengan jarak 4,4 tahun cahaya.27

D. Akhir Sebuah Bintang

Ketika kandungan hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil

dan membebaskan panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar bintang

yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah dan disebut

bintang rakasasa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran matahari sebelum

membentuk bintang kerdil putih. Sekiranya bintang tersebut berukuran lebih besar

dari matahari, bintang tersebut akan membentuk super raksasa merah, yang kemudian

membentuk nova atau supernova dan kemudian membentuk bintang neutron atau

lubang hitam.28

26 A. Gunawan Admiranto, Tata Surya dan Alam Semesta (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 170.

27 Steve Parker, Just the Fact: Tata Surya, terj. Soni Astranto (Jakarta: Erlangga, 2007), 40-41.

(37)

29

Supernova adalah ledakan dari suatu bintang yang di galaksi yang

memancarkan energi teramat besar. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya

riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat

cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya

bintang tersebut semula.29

Energi yang dipancarkn oleh supernova amatlah besar. Bahkan pancaran

energi yang dipancarkan saat supernova terjadi dalam beberapa detik saja dapat

menyamai pancaran energi sebuah bintang dalam kurun waktu jutaan hingga

milyaran tahun. Pancaran energi supernova dapat dihitung berdasarkan sifat-sifat

pancaran radiasinya. Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya suatu usia bintang

pada sat bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis maka tidak akan dapat

terjadi reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang. Dan bila

sudah tidak dapat dilakukan fusi nuklir ini, maka bintang akan mati dan melakukan

supernova.30

E. Bentuk, Ukuran dan Masa

Semua bintang berbentuk bola, tidak ada bintang yang berbentuk segilima ( )

dan tidak ada yang berkelap-kelip. Mereka tampak bersinar saat cahayanya melewati

atmosfer bumi. Bintang terdiri atas hidrogen dan beberapa helium dan berbentuk

seperti bola karena grafitasi bintang. Bintang berkelip-kelip karena cahaya yang

29 Ibid.

(38)

30

mereka pancarkan ke Bumi dibelokkan oleh arus udara yang bergerak di atmosfer

kita. Jika pergi hingga ke atas atmosfer bumi, maka bintang-bintang tidak akan

berkelip-kelip sedikitpun. Bintang bersinar karena mereka sangat panas, seperti

matahari. Di dalam sebuah bintang, gas hydrogen diubah menjadi helium, yang

melepaskan energy dalam bentuk cahaya, panas, dan cahaya tak tampak.31

Ada perbedaan jumlah gas dalam setiap bintang. Jumlah gas dalam suatu

bintang disebut masa bintang, yang besarnya tetap sejak bintang itu terbentuk. Massa

tidak sama dengan ukuran. Sebuah bintang dengan massa yang lebih besar dari

matahari, berarti tersusun atas banyak material. Bintang dengan ukuran lebih besar,

berarti lebih luas. Sebuah bintang besar belum tentu massanya besar. Ini bisa saja

karena gas yang ada tersebar. Beberapa bintang bermassa besar, bentuknya kecil

karena gas yang ada memampat. Bintang mempunyai ukuran yang beragam.

Dibandingkan dengan matahari, bintang kecil berukuran 100 kali lebih kecil; bintang

raksasa 30 hingga 50 kali lebih besar; bintang super raksasa biru 100 kali lebih besar;

dan bintang super raksasa beberapa ratus kali lebih besar.32

F. Intensitas Cahaya Suhu dan Warna.

Ada dua skala intensitas cahaya bintang. Pertama, magnitude absolute, yaitu

skala intensitas cahaya yang sebenarnya. Skala ini mengandaikan semua bintang

berjarak sama dari Bumi. Kedua, magnitude tampak, yaitu skala intensitas cahaya

31 Harry Ford dan Kay Barnham, Topik Paling Seru Ruang Angkasa, terj. Kandi Sekarwulan (Jakarta

: Erlangga, 2015), 18.

(39)

31

yang terlihat dari bumi. Skala ini memperhitungkan jarak yag sesungguhnya dari

bumi. Matahari adalah bintang yang paling terang menurut skala magnitude tampak.

Namun jika yang dibandingkan dengan bintang lain pada jarak yang sama, matahari

akan terlihat redup.33 Kecemerlangan sebuah bintang disebut magnitude. Bintang

dengan magnitude 0 sangat terang. Bintang dengan magnitude 5 hanya sekedar

terlihat. Bintang yang sangat terang memiliki magnitude negative. Sirius bintang

paling terang di langit memiliki magnitude -15.34

Bintang-bintang terbentuk ketika atom-atom hidrogen di ruang angkasa saling

tarik-menarik antara satu sama lain kemudian menggumpal. Gas itu mulai terbakar

dan bintang bersinar.35

Bintang adalah bola gas pijar raksasa berputar yang bercahaya diseluruh

penjuru alam semesta. Matahari merupakan bintang terdekat dengan bumi. Ia terlihat

besar dan seolah cahayanya mengalahkan bintang lain. Padahal karena jarak bintang

lain sangat jauh sehingga cahayanya seakan-akan kecil dan redup. Sebagian bintang

lebih besar dan lebih terang dari matahari, sebagian lainnya memang lebih kecil dan

lebih redup. Bintang berbeda dalam hal ukuran, suhu, intensitas cahaya, warna, dan

massa.36

33 Ibid.

34 Ford, Topik,18.

35 Ibid, 19.

(40)

32

Banyaknya bintang bagi para ahli bukan halangan untuk mencoba

mengelompokkan berdasarkan tingkat panasnya. Sistem pengelompokkan bintang

yang dianggap baik disusun oleh Ejner Hertzsprung (Denmark) da Henry Morris

Russel (Amerika Serikat) pada tahun 1911. Mereka mengelompokkan jenis bintang

paling panas pada kelompok O sedangkan yang paling dingin adalah kelompok R, N,

dan S. Ditambah dengan jenis W oleh Wolf-Rayet yang ternyata lebih panas dan

letaknya sangat jauh. Lengkapnya, kelompok bintang-bintang itu terbagi dalam 10

jenis yaitu W, O, B, A, F, G, K, M, R, N, dan S. Setiap jenis masih dibagi dalam

kelas-kelas yang berbeda.37

Semakin besar sebuah bintang, akan semakin pendek masa hidupnya.

Matahari kita cukup kecil dibandingkan dengan beberapa bintang yang sangat besar

hanya hidup selama beberapa juta tahun. Jika mengamati bintang-bintang dengan

teliti, warna mereka berbeda-beda. Warna bintang tergantung pada suhunya.

Bintang-bintang biru adalah yang paling panas. Bintang-Bintang-bintang merah lebih dingin. Di bawah

ini adalah beberapa warna bintang dan perkiraan suhunya.38

37

Nur, Handout, 19.

(41)

33

Warna Perkiraan suhu

Merah Di bawah 4.000 C

Jingga Sekitar 5.000 C

Kuning 5. 500 – 8.000 C

Putih 8.000- 10.000 C

Biru muda 10.000 – 20. 000 C

Biru 20. 000 – 50.000 C

Supernova adalah bintang raksasa yang meledak. Setelah kehabisan bahan

bakarnya. Setelah meledak, bintang itu menyusut sangat cepat dan puing-puingnya

terlempar ke ruang angkasa untuk membentuk bintang-bintang dan planet baru.

Semua yang tersisa dari supernova hanyalah sebuah bintang neutron kecil. Pulsar

adalah bintang neutron yang berputar, sisa dari sebuah ledakan besar supernova.

Bintang tersebut disebut pulsar karena adanya pulsar, atau pancaran energi yang

dipancarkannya saat berputar.39 Ketika sebuah bintang yang sangat besar meledak

menjadi supernova, terjadi hal-hal yang tidak terduga. Bintang tersebut menyusut

begitu cepat sehingga semua materi di dalamnya termampatkan. Bintang mampat

memiliki gravitasi yang begitu besar hingga menarik materi lain, bahkan cahaya, ke

arahnya dan menghisap masuk semuanya hingga tidak dapat lepas lagi. Itulah yang

disebut lubang hitam.40

39 Ibid.

(42)

34

BAB III

FENOMENA BINTANG DALAM

AL-QURA>N

A. Term-term Bintang dalam al-Qur’a>n

Dalam al-Qur‟an term bintang disebutkan dalam tiga bentuk. Pertama

menggunakan kata najm. Disebutkan dalam al-Qur’a>n sebanyak 13 kali, yaitu dalam

surah: al-Rahma>n [55] 6,al- T{a>riq[86] 3, al-Nahl[16] 16, al-Najm[53] 1, al-Nahl[16]

12, al-Hajj[22] 18, al-Mursalat[77] 8, al-Takwir[81] 2, al-S{affat[37] 88, al-T{u>r[52]

49, al-W<aqi’ah[56] 75,al-An’a>m[6] 67,al-A’ra>f[7] 53.1

Kata jamaknya nuju>m akar kata berarti nampak. Kata itu menunjukkan

suatu benda samawi yang dapat dilihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah

benda itu memancarkan cahaya atau hanya memberikan reflek dari cahaya yang ia

terima dari luar. Untuk memberikan gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi

adalah benda yang di namakan bintang.2

Maksud kata bintang dalam al-Qur’a>n. Bintang-bintang yang ditunjukkan

dengan kata najm (bintang) dan kandil (pelita) mempunyai dua fungsi utama seperti

yang tersirat dalam ayat-ayat. Sumber cahaya dan dimanfaatkan untuk navigasi.

Terutama dalam ayat-ayat yang menggambarkan hari kebangkitan, ditekankan bahwa

cahaya bintang keluar dan menjadi mengecil. Untuk matahari, yang merupakan

1

Fayd}ulla>h H{asani>, Fath al-Rahman (Beirut: al-ahli>ah, 1322 ), 425.

2

(43)

35

bintang juga, dipakai kata kandil. Kata kandil digunakan juga bila mengacu pada

bintang-bintang yang menghiasi langit. Sekalipun demikian, ada perbedaan yang

amat penting ketika kata nur (sinar) dipakai untuk bulan. Dengan cara ini, bintang dan

bukan bintang saling berbeda. Fakta ini, yang tidak mungkin diketahui 14 abad silam,

merupakan satu mukjizat al-Qur’a>n.3 Jadi term najm di sini menunjukkan arti nama

bintang atau jika disebutkan secara jamak “nuju>m” bintang tersebut berarti rasi yang

digunakan untuk suatu perjalanan. Hal ini sesuai dengan ayat al-Qur’a>n surat

al-An’a>m ayat 97 :







































Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang Mengetahui.

Kedua kata al-kawa>kib adalah bentuk jamak (plural) dari kawkab, yang

berarti bintang atau planet. Dengan demikian al-kawa>kib artinya bintang-bintang atau

planet-planet.4 Kata ini disebutkan dalam al-Qur’a>n sebanyak 5 kali, baik dalam

bentuk tunggal maupun jamak, yaitu dalam surah al-Nur[24]:35, al-An’a>m[6]: 76,

Yu>suf[12]:4, al-Infit}a>r[82]:2, dan al-S}affat[37]:6.

3 Harun Yahya, Keajaiban al-Qur’a>n, terj. Adnan Amir (Bandung: Akar Publishing, 2008), 10.

4

(44)

36

Makna kawkab disini penjelasannya agak luas, tidak hanya bintang yang

menjadi sorotan melainkan planet-planet lain pun juga bisa masuk dalam kategori

kawkab. Contoh konkrit pemaknaan kawkab terdapat dalam al-Qur’a>n surat surat

as-S{affa>t ayat 6 :

















Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu

bintang-bintang.

Jadi hiasan di sini meliputi bintang nyata yakni bintang itu sendiri dan juga

bintang semu dalam hal ini benda-benda langit atau planet yang mendapatkan cahaya

pantulan dari bintang nyata tersebut.

Ketiga term burj, disebutkan dalam al-Qur’a>n sebanyak empat kali. Yakni

tercantum dalam surat al-Nisa>’[4] 77, al-Hijr[15] 16, al-Furqa>n[25] 61, al-Buru>j[85].5

Kata al-buru>j adalah bentuk jamak dari kata al-burj yang bermakna bangunan tinggi

dan nampak secara lahir yang dibangun di keempat sudut benteng. Fungsinya untuk

mengokohkan bangunan sehingga mampu menghadapi musuh pada benteng-benteng

(burj) tersebut dan membuat mereka kabur. Asli makna kata ini adalah nampak dan

kelihatan. Hal ini dapat disaksikan kalimat al-tabarruj bi al-zinat yang berarti

menampakkan keindahan.

(45)

37

Pendeknya, kata ini dalam makna lawasnya digunakan untuk burj dan

benteng-benteng yang kokoh dan kuat yang juga dinyatakan dan digunakan dalam

al-Qur’a>n, di samping itu juga digunakan dengan makna modernnya yang berarti

menara-menara (burj) pencakar langit yang menjulang tinggi di seluruh dunia dengan

keindahan khusus yang dimilikinya.6 Dalam al-Qur’a>n surat al-Buru>j ayat 1

disebutkan:

ورلا تا مسلا و

Banyak ulama memahami kata al-buruj disini dalam arti gugusan bintang

yakni letak bintang yang tampak dilangit dalam bentuk yang beragam dan terbagi atas

dua belas macam yang masing-masing disebut rasi. Bumi dan benda benda langit lain

akan melewati gugusan bintang itu setiap kali berputar mengelilingi matahari.7 Jika

melihat makna dari buruj tersebut, maka pengertian buruj merupakan lingkup yang

paling luas cakupannya, karena tidak hanya rasi-rasi petunjuk perjalanan ataupun

bintang-bintang dan planet, melainkan kumpulan dari beberapa rasi termasuk 12 rasi

yang telah dikenal oleh manusia maupun planet yang masih dalam lingkaran edar,

kemudian dinamakan gugusan.

6 H. Bambang Pranggono, Mukjizat Sains dalam Al-Quran; Menggali Inspirasi Ilmiah (Bandung: Ide

Islami. 2008), 89.

(46)

38

B. Penafsiran Bintang

Mengenai tafsiran ayat yang berkaitan dengan bintang, Allah berfirman dalam

al-Qur’a>n surat al-Wa>qi’ah ayat 75 :







Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran.

Munasabah

Pada ayat yang lalu diterangkan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah yang

dapat disaksikan dengan jelas oleh segenap manusia, baik dalam menghidupkan,

memberi rezeki, mematikan, dan membangkitkan kembali manusia, untuk mendapat

balasan. Pada ayat-ayat berikut ini diungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan

Nabi dan tentang kebenaran kitab suci al-Qur’a>n, dengan sumpah, untuk menarik

perhatian pembaca dan pendengar terhadapnya.

Kemudian Allah bersumpah atas keagungan al-Qur’a>n dan kemuliaannya.

Allah bersumpah untuk mempertegas al-Qur’a>n diturunkan oleh dirinya Yang Maha

Besar dan Bijaksana. “Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya

bintang-bintang”. Lam di ayat ini untuk menguatkan sumpah dan lam adalah tambahan.

Al-Qurt}ubi berkata, la> adalah tambahan menurut pendapat mayoritas ulama dan

maknanya adalah aku bersumpah. Dalilnya adalah ayat selanjutnya, sesungguhnya

sumpah itu adalah sumpah.8

(47)

39

Senada dengan al-Qurt}ubi, Ibn Jarir al-T{a>bari juga berkata bahwa sumpah

itu berupa tambahan mengandung Aku (Allah). Sedangkan ulama lainnya

mengatakan: kata la> tersebut bukan Za>idah yang tidak mempunyai arti apapun, tetapi

kata itu diletakkan di awal qasam (sumpah) dengan fungsi menafikan. Seperi

ungkapan A<’ishah : Tidak, demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah sekalipun

menyentuh tangan wanita. Demikianlah perkiraan makna ayat tersebut, (yakni) Aku

tidak bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang,‟ tidaklah seperti apa

yang kalian dakwakan dan yakini al-Qur’a>n itu adalah sihir atau perdukunan, tetapi ia

adalah al-Qur’a>n yang mulia.9

Maksudnya fala} uqsim, adalah Aku (Allah ) bersumpah, karena perkara itu

sudah jelas dan tidak perlu sumpah lagi, atau maka Saya bersumpah. Kata la> adalah

kata tambahan, untuk menguatkan. Dua bentuk tadi menunjukkan kedahsyatan

bintang ketika beredar, seharusnya manusia berfikir dan mengambil pelajaran atas

kejadian ini. Bi mawaqi’ nujum, artinya bahwa tempat jatuhnya atau turunya bintang.

Bahwa masalah bintang dalam peredarannya, mempunyai maksud (rahasia) yang

besar, ada dua petunjuk yang mana perkara ini mengarah kepada sesuatu yang besar,

yakni sumpah-Nya dan juga peredaran bintang itu sendiri. Memberikan rasa yang

agung atas ciptaan-Nya dan juga ada meninggalkan kemanfaatan bagi manusia itu

sendiri.10

9 Abdullah Bin Muhammad bin Abduurahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abdul Ghaffar, Vol. 6 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I, 2009), 138-139.

10 T{anta}wi Jawhar, al-Jawahi>r fi> Tafsir al-Qur’a>n al-Kari>m, Vol. 14 (Beirut : Da>r Kutb

(48)

40

Sebagian ahli Tafsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah bersumpah dengan

masa turunnya bagian-bagian al-Qur’a>n guna menunjukkan betapa pentingnya hal

tersebut. Al-Qur’a>n diturunkan sekaligus dari lauh} mahfu>z} ke langit paling dekat pada

malam lailatul Qadar (malam yang sangat mulia). Kemudian diturunkan lagi secara

berangsur-angsur menurut keperluannya dari langit Dunia kepada Nabi Muhammad

SAW hingga selesei seluruhnya dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari.11

Al-Dhahak menceritakan dari Ibn al-„Abbas : al-Qur’a>n diturunkan secara

keseluruhan dari sisi Allah dari lawh al-Mahfuz} melalui para Malaikat mulia, penulis

di langit dunia, lalu para malaikat itu menyampaikannya kepada Jibril secara

berangsur selama 20 malam, kemudian Jibril menyampaikannya kepada Muhammad

secara berangsur-angsur selama 20 tahun. Dan itu lah makna firman-Nya : fa la>

uqsim bi al-Mawaqi’ al-Nuju>m, “maka, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya

bintang-bintang. Yakni, bintang-bintang al-Qur’a>n. demikianlah yang dikatakan oleh

al-Ikrimah, al-Muja>hid, al-Suddi, Ab Zahrah. Dan Mujahid juga mengatakan: Yakni

tempat bintang-bintag di langit”.12

Masa turunnya bagian-bagian al-Qur’a>n tersebut mengandung arti penting,

kebijaksaan turunnya sebagian-sebagian yaitu tiap surat atau tiap ayat antara lain

ialah agar setiap surat atau ayat itu dapat dimengerti secara lebih luas dan lebih

mendalam. Allah menegaskan bahwa sumpah dalam bagian-bagian al-Qur’a>n

tersebut sangat besar artinya, karena hal itu mengandung isyarat terhadap agungnya

(49)

41

kekuasaan Allah dan kesempurnaan kebijaksanaan-Nya dan keluasan Rahmat-Nya

dan tidak menyia-nyiakan hamba-Nya.13

Dalam ayat yang ke 75, Allah bersumpah untuk meyakinkan terhadap

hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya

terhadap alam jagad raya ini, yakni “suatu tempat beredarnya bintang-bintang”.

Andaikata ketika manusia mampu melihat, bagaimana teraturnya bintang-bintang

y

Referensi

Dokumen terkait

Atmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unsur paksaan dan unsur ancaman dalam Pasal 71 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan

Karakteristik umum para akademisi yang ada di perguruan tinggi adalah (1) Menyampaikan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang mengembangan pengetahuan, (2) Kegiatan akademik

This prospective, randomized, double blind study was designed to assess the effects of magnesium sul- fate on perioperative fentanyl consumption, postopera- tive epidural fentanyl

Pada pembuatan karya ini metode estetika digunakan sebagai acuan dalam pemilihan sampel tato Dayak dan tato Maori yang akan digunakan, pembuatan desain baik desain

This Earth of Mankind describes the class struggle between the bourgeois represented by the Mellemas and the proletariat represented by Nyai Ontosoroh. The Mellemas are a

1. Penggunaan elemen ground dalam penulisan skripsi mahasiswa Fakultas Kedokteran lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kelima jenis elemen yang lainnya. Elemen ground

Stevenson definira podjetništvo kot ˝proces, kjer posamezniki – samostojno ali znotraj obstoječega podjetja – zasledujejo priložnosti, neglede na vire, ki jih trenutno