• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah AL QUR AN SEBAGAI SUMBER ILMU PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah AL QUR AN SEBAGAI SUMBER ILMU PE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengajar : Giyarso,

ANGGOTA KELOMPOK : 1. Agus maulana

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Al-Qur an merupakan sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia yang oleh Allah dikaruniai akal budi, yang dengan adanya hal tersebut manusia berbeda dengan makhluk ciptaan yang lain. Dengan akal budi manusia diberi kesempatan untuk berfikir menelaah ilmu Allah baik yang ada di alam raya maupun yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya merupakan pesan moral yang luhur, akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu.

Entah mereka memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu seperti sifat nenek moyang mereka yang terbiasa menyembunyikan sebuah kebenaran. Seperti kita tahu bahwa Islam pernah menjadi pusat peradaban dunia pada rentan waktu antara abad 90 M / 2 atau 3 H, sampai abad 13 M /6 atau 7 H, dimana kekuasaan pemerintahan berada di bawah dinasti Bani Abbasiyah di Baghdad dan Bani Umaiyah di Cordoba (Spanyol). Merupakan aplikasi islam yang “rahmatan li al-“alamin”. Tapi akhirnya kedua dinasti ini lenyap begitu saja di kawasan laut tengah, karena kebejatan moral generasi penerusnya, dan islam hanya dijadikan jembatan bagi perdaban barat.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Al-Qur an Sumber Ilmu Pengetahuan

Al-Quran, yang berarti bacaan yang sempurna, boleh dikatakan merupakan miniatur “ayatullah”, himpunan firman Allah dan garis besar terjemahan alam raya, bersifat mukjizat. Ia bukanlah sekadar dokumen historis atau pedoman hidup dan tuntunan sepiritual bagi sekalian manusia, tetapi juga sebagai mitra dialog dan tempat mengadukan dan menghadapkan macam-macam urusan kehidupan yang kongkret, sehingga wajib diajak untuk berdiskusi, ditelaah isinya, dinalar sekaligus diamalkan.

Kitab suci yang kebal terhadap selinapan kesalahan ini, menggunakan bahasa arab yang diucapkan oleh nabi Muhammad sebagai Rosul-Allah swt, yang lalu disampaikan kepada kita secara mutawatir dan ditulis dalam sebuah mushaf. Al-Quran boleh diterjemahkan dalam bahasa apapun juga, bahkan boleh ditafsirkan. Tapi setelah diterjemahkan bukan Al-quran lagi namanya melainkan terjemah Al-Quran dan ia tidak otentik lagi. Perbedaan ruang dan waktu, perbedaan kebudayaan dan kondisi, perbedaan ilmu dan pengalaman, membawa kepada perbedaan penafsiran.

Demikianlah bahasa Al-Quran itu telah mempertahankan eksisitensinya selama 14 abad, dan tetap bertahan selama masih ada orang yang menganut agama islam. Ia adalah

“bahasa mati yang hidup”. Mati, karena ia merupakan logat disuatu daerah di Jazirah arab dahulu, yang struktur bahasanya tak mungkin berubah lagi. Tetapi ia juga hidup, karena ia dipelajari bukan untuk filologi ( study sejarah kebudayaan ). Tapi untuk mendapatkan dasar-dasar kehidupan dewasa ini.

Seperti yang telah tersebut, bahwa Al-Quran mengandung garis besar terjemahan alam raya, Al-Quran sebagai suber ilmu pengetahuan. Sebagai asas kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi.

B. Ilmu Pengetahuan

Sebagai hamba ciptaan Allah yang telah dikaruniai nikmat berupa akal budi,

sebagai media agar kita dapat memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah, yang terbentang di alam raya atau tertulis dalam kitab-Nya, sehingga melahirkan keyakinan dengan sebenar-benar keyakinan akan ke-Maha Esa-an-Nya.

Firman Allah, “iqra’ bismi robbikal ladzi kholaq” (al’alaq: 1) dan “yarfa’il laahul

(4)

Merupakan sebuah apresiasi dari yang maha mengetahui yang ghoib terlebih sesuatu yang nyata, kepada manusia agar mampu mendaya gunakan akalnya, sehingga mendapat ilmu yang mencerahkan, yang karenanya diberilah ia kedudukan disisi tuhan dan hambanya.

Disamping untuk suatu yang bersifat individualis, dengan pengetahuan yang mendalam tentang agama, kita bisa melawan para penjajah aqidah yang diusung oleh para

orientalis yang ingin menghancurkan islam.

Berbicara tentang ilmu pengetahuan, tidak akan ada habis-habisnya sampai akhir zaman, sebab apa yang terkandung dalam diri kita juga merupakan ilmu yang harus kita pahami, sehingga kita mengerti akan hakikat penciptaan kita sebagai “khalifah fil ardh”.

Yang oleh K.H Abdurrahman Wahid, khalifah fil ardh maknannya adalah penyeimbang unsur-unsur alam untuk membentuk masyarakat yang maju dan berperadaban. Sehingga tercapailah apa yang disebut islam “rahmatan lil ‘alamiin”. dan itu bagaimana kita mensikapi ilmu yang kita miliki, sudah arifkah kita dalam berpandangan, sudah adilkah dalam bertindak.

Fiman Allah dalam Al-Qur an surat Luqman : 27, yang artinya:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah (ilmu-Nya dan Hikmat-Nya). Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijak sana.

Ibnu ‘Asyur meriwayatkan bahwa Asbab annuzul ayat ini berkenaan dengan orang Yahudi yang mendorong musyrikin Mekah bertanya ketika mendengar Firman Allah:

“Wayasaluunaka ‘ani ar-ruuhi quli ar-ruuhu min amri robbii wamaa uutiitum min al-‘ilmi illaa qaliilaa.”

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Qs. Al-Isra: 85).

(5)

C. Al-Qur an, Ilmu Pengetahuan dan Agama

Firman Allah dalam Qs. Al-Anbiya: 107 “wamaa arsalnaaka illa rahmatan

lil’alamiin”. dan Qs. Al-‘Imran: 19 “innaddiina ‘indAllahi al-islaam…”.

Al-Qur an yang memang diprogram sebagai kitab suci untuk menjadi petunjuk -bukan hanya pada masyarakat ketika dan dimana Al-Qur an diturunkan- tetapi juga untuk masyarakat keseluruhan hingga akhir zaman. Ilmu sebagai obor pencerah bagi kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi, yang diperoleh dengan jalan iqra.

Ilmu laksana obor penyuluh, dengan ilmu, kita dapat melihat jalan yang benar, dan mana jalan yang salah, mana jalan yang baik dan mana jalan yang buruk, mana jalan yang haq dan mana jalan yang bathil.

Sekali lagi menurut K.H Abdurrahman Wahid, Agama adalah pandangan terhadap

sesuatu yang dasarnya itu moral. Baik moral ketuhanan, moral sosial dan lain sebagainya. Sedangkan M. Quraish Shihab melalui ungkapanya mengatakan “ Agama bukan saja merupakan kebutuhan manusia, tetapi selalu relevan dengan kehidupannya.

Adakah manusia yang tidak mendambakan kebenaran, keindahan, dan kebaikan?”.

Setiap agama pasti mempunyai kitab suci, merekapun sepakat bahwa pesan-pesan yang disampaikan adalah pesan moral, yang kalau dalam pacasila kita, disebutkan dalam butir yang ke-Dua “kemanusiaan yang adil dan ber-adab”.

Bagi kita umat islam husunya orang Indonesia, seringkali melihat darah yang tumpah tak ada artinya diakibatkan akibat pemahaman yang kurang bijak mengenai persoalan agama, mereka yang merasa bahwa pemahaman mereka tentang agama paling benar, mereka yang meneriakan moral tapi sikap dan prilaku mereka sama sekali jauh dari pesan moral. Panca sila yang menjadi asas di Negara kita pun seakan-akan hanya sebuah rumusan nyayian anak tk yang dibaca dan didengar tanpa menghayatinya,

Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup umat manusia, maka seyogyanya bagi kita agar belajar dengan sepenuh hati, selalu memohon agar diberi taufiq

oleh Allah dalam, sehingga apa yang kita pelajari dapat memberi petunjuk bagi diri kita khususnya, sebagai penerang bagi masyarakat disekitar kita, dan tentunya bagi dunia keilmuan islam.

Sebagai generai penerus islam, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengkaji dan mengamalkan apa yang terkandung didalam Al-Qur an, sebagai bekal bagi kita untuk mengarungi kehidupan, sebagai umat pewaris agam yang rahmatan li al-‘alamin,

(6)

menghancurkan diri dan kelang sungan hidup umat manusia. Kata-kata bijak dari K. H. A. musthofa Bisri mungkin bisa menjadi bahan renungan bagi kita, bahwa “ kebanaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar”.

D. Orientalis

Orientalis yang dimaksudkan disini adalah para sarjana barat yang menguasai masalah-masalah ketimuran. Mereka umumnya dianggap sangat berbahaya, misalnya lewat karya-karya tulisanya yang biased (berat sebelah atau sarat prasangka), meskipun disisi lain ternyata cukup berjasa pula.

Mereka sangat tekun dan telaten melakukan riset dan eksplorasi diberbagai bidang: kesusastraan, bahasa, sejarah, filsafat, politik, fikih, kebudayaan, dan disiplin ilmu-ilmu lain, dengan metodologi yang andal dan canggih, meskipun terkadang amburadul juga.

Motifasi-motifasi Para Orientalis

Perlu ditegaskan bahwa selain motif-motif yang bersifat negatif berikut, ada juga diantara mereka yang tampaknya tidak punya tujuan apa-apa, melainkan sekadar ingin mengkaji, meneliti, dan mendalami islam secara tekun dan objektif dan dengan tekun penuh toleransi serta kejujuran untuk mengetahuinya. Seperti gustav le bon, seorang filosof materialis yang menulis buku peradaban islam.

Bahkan diantara mereke yang tergolong orientalis kelas tinggi yang memperoleh hidayah Allah swt lalu menyatakan masuk islam. Misalnya, Dr. Roger Garaudy dari Prancis, Prof. Abdullah karim Germanus dari Hongaria, Dr. Et Diniet dari Prancis dan setelah menetap di Aljazair mengganti namanya menjadi Nasruddin Diniet, Margaret Marcus Yahudi New York yang lantas berganti nama menjadi Maryam Jamilah, dan masih banyak lagi.

Motif-motif negatif tersebut ialah: 1. Motif Agama

(7)

2. Motif Imperial atau Penjajahan

Mencari titik lemah islam dan menghantamnya, melakukan ekspansi militer, melemahkan prinsip-prinsip keruhanian dan sepiritual dari dalam, memecah-belah kesatuan dan persatuan umat islam.

3. Motif Bisnis atau Ekonomi

Berusaha melumpuhkan perekonomian Negara-negara islam sehingga selalu dalam kondisi ketergantungan lewat penyusupan-penyusupan, pembelian atau eksploitasi sumber- sumber alam, kerja sama ekonomi untuk keuntungan pemasaran produk-produk mereka.

4. Motif Politis

Mengadu domba, menyebarluaskan keonaran, tipudaya-tipudaya atau cara halus lainya. Dengan cara meneliti kebudayaan, bahasa dan strategi politik, mendalami psikologi masyarakat dan orang-orang terkemuka di negri islam guna mencapai tujuan mereka. Mereka pun bisa menggunakan jasa para duta besar, turis, konsuler, bantuan tenaga ahli, dan lain-lain.

5. Motif Ilmiah

Mendalami masalah-masalah yang berkaitan dengan islam dengan sistematika dan metodologi ilmiah yang objektif, dan memutarbalikan fakta-fakta yang sebenarnya. Caranya diantaranya , melalui penterjemahan atau penyalinan berbagai literature di segala bidang atau disiplin ilmu.

6. Motif Strategi Geografis

Hal ini berhubungan erat dengan letak negri-negri islam yang sangat strategis, baik dari segi militer, perdagangan, polotis dan lain sebagainya.

Dari penjelasan diatas mungkin dapat menyadarkan kita akan pentingnya sebuah ilmu pengetahuan, baik yang bersifat akhirati maupun yang bersifat duniawi, sebagai tameng akidah maupun sebagai senjata melawan arus penjajahan yang halus maupun yang terang-terangan.

E. Berilmu dan Beramal

(8)

Tanpa ilmu manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ingin berbuat sesuatu namun tidak tahu caranya. Mau melangkah, namun tidak tahu arah dan tujuanya. Karena itu, agar manusia mengerti dan memahami hakikat kehidupannya, ia wajib memiliki ilmu. Namun demikian, ilmu tidak mampu memberikan jaminan apa-apa kepada manusia, ia tidak akan bermakna bagi dirinya, jika dia tidak memiliki hubungan yang erat dengan tuhanya melalui ibadah-ibadah yang sudah semestinya ia tunaikan sebagai seorang hamba.

Islam sebagai agama rahmatan li al-‘aalamiin,amat menganjurkan hambanya agar berilmu. Karena pada hakekatnya orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu itu tidak sama. Ilmu adalah penerang dikegelapan, tongkat bagi yang buta, sandaran bagi yang lumpuh, alas bagi yang tak punya sepatu.

Disamping ilmu, apa yang sebenarnya kita perlukan ialah taufiq yaitu bimbingan Allah swt. dengan taufiq, segala amal perbuatan kita akan sejalan atau sesuai dengan ilmu. Pada titik ini, barulah ilmu yang kita miliki menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri kita dan kita juga dapat mengamalkannya demi kebaikan orang lain. Inilah bentuk implementasi ajaran islam yang sebenarnya, yaitu berintegrasinya iman, ilmu dan amal dalam kehidupan kita.

Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA mengajak kita merenung sejenak dan bertanya pada diri kita, kira-kira apa yang salah dengan kita, sehingga shalat yang seharusnya dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, tidak memiliki dampak yang berarti pada prilaku kita?, Puasa yang seharusnya mampu menghasilkan pribadi yang takwa ternyata sebaliknya?, Ibada haji yang seharusnya melahirkan agent of change, namun mengapa kerap kali malah menjadi pelaku maksiat, koruptor, tukang hasut, dan sederetan perbuatan bejat lainya.

(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan KeserasianAl-Qur an, cet. II,

bbbbbbbLentera Hati, Ciputat, Jakarta, 2009.

Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur an, Gema Insane Press, cetakan

bbbbbbbkesebelas, Jakarta, 2002.

M. Nasir Arsyad, Seri Buku Pintar Islam I: Seputar Al-Qur an dan Ilmu, cet IV,

Al-bbbbbbbBayan, Bandung, Dzulqa’dah 1416/April 1996.

Argawi Kandito, Ngobrol dengan Gus Dur Dari Alam Kubur, Pustaka Pesantren,

bbbbbbbYogyakarta, 2010.

A.Musthofa Bisri, Mencari Bening Mata Air: Renungan A. Musthofa Bisri, cet IV,

bbbbbbbKompas, Jakarta, 2009.

Prof. Dr. NasaruddinUmar, MA, Pintu-Pintu Menuju Kebahagiaan: belajar 9 seni bbbbbbbHidup Bahagia di Dunia dan Akhirat, Al-Ghazali Center, ciputat, jak-sel, 2008.

Drs. Sidi Gazalba, Buku Dua: Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu: Kehidupan Sosial bbbbbbbKebudayaan-kebudayaan: Bersahaja. Peralihan. Moderen. Islam, Pustaka

bbbbbbbAntara, Jakarta, 1967.

Drs. FAdil SJ., M.Ag, Pasang Surut Peradaban Islam dalam lintas sejarah, UIN Malng

bbbbbbbPress, Malang, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh ini data mengenai pengukuran morfometrik dan meristik jenis-jenis ikan dikawasan muara sungai sugihan sumatera selatan masih sangat kurang dan belum terdokumentasi

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KAJIAN HIDROLOGI KAMPUS UNS DAN SEKITARNYA: POLA ALIRAN AIRTANAH, KUALITAS AIRTANAH DAN BESARNYA ALIRAN PERMUKAAN

Berdasarkan kandungan kalsium karbonat yang dimiliki oleh cangkang telur ayam broiler, apabila cangkang telur ayam ini dimanfaatkan untuk media filter maka air yang diolah dapat

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

Perubahan harga riil kedelai di tingkat petani dan proporsi harga riil benih kedelai tidak berpengaruh nyata pada taraf α = 0.10 sehingga peningkatan harga riil kedelai

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi yang terbentuk dengan variabel independen yang terdiri dari TATO, ITO, ROA, ROE, EPS dan PBV dapat

Syarat subyektif penahanan diatur dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP, yaitu perintah penahanan atau penahanan lanjut dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa

Dari hasil observasi tim pengabdi melihat kemampuan berbahasa Inggris para ibu-ibu PKK di lingkungan tersebut masih sangat memrihatinkan bahkan kemampuan dalam bahasa