• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peradaban Islam di Madinah masa Nabi Muh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peradaban Islam di Madinah masa Nabi Muh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERADABAN ISLAM DI MADINAH

MASA NABI MUHAMMAD SAW (1-10 H/622-632 M) A. PENDAHULUAN

Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr: 94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwah secara terang-terangan. Pertama kali seruan yang bersifat umum ini beliau tujukan pada kerabatnya, kemudian penduduk Makkah baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu pada kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam.1

Dengan makin banyaknya orang Arab yang masuk Agama Islam. Pemimpin Quraisy menghalangi dakwah Nabi dengan mengatur siasat yaitu membuat ketentuan tertulis dengan pemboikotan total terhadap Bani Hasyim dan Banu Abd’l Muttalib2. Pemboikotan ini berhenti setelah para pemimpin

Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu. Namun selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia, tiga hari kemudian istrinya, Siti Khodijah pun wafat. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi (Amul Huzni).

Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segan-segan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi berusaha menyebarkan Islam keluar kota, namun Nabi malah di ejek, di sorak bahkan dilempari batu hingga terluka di bagian kepala dan badan. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun kesepuluh kenabian, Allah mengisra’mi’rajkannya. Meninggalnya Abu Thalib menyebabkan semakin besarnya tekanan kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin di Makkah, sehingga gerak dakwah yang dilakukan amatlah sulit, tidak jarang ditemukan penindasan demi penindasan terhadap kaum muslimin, bahkan sampai kepada rencana pembunuhan terhadap Nabi sendiri. Nabi

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II,PT Raja

Grapindo Persada, Jakarta: 2006, h.20

2 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, PT. Intermasa,

(2)

Muhammad SAW berusaha mengembangkan dakwahnya ke Taif di tengah suku Saqif, namun beliau ditolak oleh penduduk Taif bahkan mereka menyakitinya dengan melemparkan batu.

Rasulullah SAW mulai menyeru peziarah haji ke Makkah pada bulan-bulan suci bagi mereka, mereka itu terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Sehingga pada tahun 621 M. dua belas orang yang mewakili suku Khazraj dan Aus menyampaikan sumpah setia kepada Nabi. Pada tahun 622 M delegasi yang terdiri dari 75 orang warga Madinah meminta Nabi untuk datang ke Madinah seraya menyampaikan sebuah sumpah yang dikenal dengan Bai’ah Aqabah.3

Setelah adanya Bai’ah Aqabah yang kedua maka Nabi Muhammad SAW mulai memerintahkan sebahagian kaum muslimin untuk hijrah ke Yastrib, sementara beliau sendiri masih tetap tinggal di Mekah sembari menunggu turun wahyu yang membolehkan Nabi SAW hijrah ke Madinah. Orang-orang yang hijrah ke Madinah kemudian dipersaudarakan dengan kaum Ansar, selanjutnya Nabi mulai mengtur tatanan sosial kemasyarakatan dan mengatur langkah-langkah dakwah selanjutnya termasuk urusan pemerintahan.

Makalah ini akan menjelaskan tentang latarbelakang historis hijrah ke Madinah, faktor-faktor Nabi SAW diterimah di Madinah dengan baik, dan kemajuan peradaban Islam dari segi politik, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan, serta pengiriman militer ke luar wilayah Islam.

B. Latar Belakang Historis Hijrah ke Madinah

Pemboikotan total terhadap keluarga Nabi, disebabkan ada empat kejadian besar di mata orang-orang Quraisy yaitu, Hamzah masuk Islam, kemudian umar bin Khatab menyusulnya, Muhammad menolak tawaran mereka dan kesepakatan bersama yang dijalin oleh Bani Hasyim, baik yang

3 Bai’ah Aqabah, adalah Ikrar janji setia terhadap seorang peminpin.

(3)

kafir maupun muslim untuk melindungi beliau.4 Pemboikotan itu berlangsung

selama tiga tahun. Tidak lama setelah pembatalan terhadap lembar perjanjian, Abu Thalib kemudian setelah itu Khadijah berpulang kerahmatullah. Tahun ini disebut dengan tahun kesedihan.

Sesudah kehilangan dua orang yang selalu membelanya itu, Muhammad melihat Quraisy makin keras mengganggunya. Karena merasa tertekan, pad tahun 619 M Nabi pergi ke Ta’if5 dengan tiada seorangpun

yang mengetahuinya. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dan suaka dari Thaqif terhadap masyarakatnya sendiri, dengan harapan mereka pun akan dapat menerima Islam. Tetapi mereka menolaknya dengan secara kejam sekali.6 Nabi Muhammad juga berusaha mencari dukungan kalangan Badui,

namun sekali lagi usahanya tidak membawa hasil.7

Sekitar tahun 620 M, beberapa orang bangsa Yasrib ke Makkah dan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada festival Ukaz dan merasa terkesan oleh setiap perkataanya, mereka mempercayai kenabiannya dan mengucapkan sumpah setia bai’at antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang Yasrib, yang berisikan pernyataan bahwa orang-orang Yasrib menerimanya sebagai Nabi dan mematuhi perintahnya serta menjauhi diri dari perbuatan dosa. Sumpah setia bai’at kedua terjadi pada tahun 622 M berisikan pernyatan bahwa mereka tidak hanya menerima Muhammad SAW sebagai Nabi, tetapi juga sanggup berperang membela agama Tuhan dan Rasul-Nya.8

Untuk itu yang melatarbelakangi hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya antara lain:

a. Kondisi kota Makkah yang tidak aman bagi kaum muslimin. Ini disebabkan karena makin besarnya tekanan yang dilakukan oleh 4 Syaikh Shafyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Ummul

Qura, Jakarta: 2011, cet 1, h. 213

5 At-Ta’if sebuah kota dan pusat musim panas dengan ketinggian 1520

m, dari permukaan laut, lebih kurang 60 km, timur laut Mekah

6 Muhammad Husain Haekal ,Opcit, h. 148

7 Ira. M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam, PT RajaGrapindo,

Jakarta:1999, cet I, Hal. 37

8 Maidir Harun, Sejarah Peradaban Islam, IAIN IBpress Padang: 2002,

(4)

kaum Quraisy. Hal ini terjadi karena meninggalnya orang-orang yang disegani oleh kafir Quraisy.

b. Tawaran dan undangan kepada Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Madinah. Jauh sebelum peristiwa hijrah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, sejumlah pemimpin kabilah di Madinah dari bani Khuraidhah dan bani Khuzraj pernah mendatangi Rasulullah SAW. yang menyatakan bahwa masyarakat Madinah sanggup melindungi Rasul maupun pengikutnya. karena merekalah yang telah menolong Nabi dan para sahabatnya sesampai di Madinah.

c. Turunnya perintah kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk melakukan hijrah.9 Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah para

sahabat telah terlebih dahulu melaksanakan hijrah ke Madinah dengan cara sembunyi-sembunyi sampai turunya perintah dari Allah SWT.

C. Faktor-faktor Nabi Diterima di Madinah dengan Baik

Setelah sampai Nabi di Madinah, Nabi mempunyai kedudukan yang istimewa bukan saja sebagai pemimpin agama, namun juga sebagai kepala Negara, dengan kata lain dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan yaitu spiritual dan duniawi. Kedudukan Nabi sebagai Rasul secara otomatis merupakan sebagai kepala Negara, maka dari itu Nabi mulai menata kehidupan masyarakat dengan beberapa usaha yakni:

1) Pembangunan Masjid yang digunakan selain untuk shalat juga sebagai sarana untuk menyatukan kaum Muslimin serta sebagai pusat pemerintahan.

2) Kebebasan bergama dijamin. Bik kaum Muslimin yang lain seharusnya percaya, bahwa barangsiapa menerima pimpinan tuhan dan sudah mnasuk ke dalam agama Allah, akan terlindungi dari

(5)

gangguan. Bagi orang yng sudah beriman akan tambah kuat imannya, sedang yang masih rgu-ragu, atau masih takut-takut atau yang lemah, akan segera pula menerima itu.10

3) Nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, ini berarti menciptakan sebuah bentuk bersaudaran yang baru dengan berdasarkan pada agama dikenal dengan Ukhuwah Islamiyah.

4) Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.

Menurut pemakalah ada dua faktor yang menyebabkan Nabi diterima dengan baik di Madinah; pertama masyarakat Yasrib telah mengenal agama wahyu karena sebelum Islam mereka memeluk agama Yahudi dan Nasrani yang sama-sama agama wahyu. Kedua masyarakat Yasrib sendiri memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.

D. Kemajuan Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW

Ahmad Syahlaby menjelaskan bahwa formasi peradaban Islam tertuang dalam tiga model:

Pertama, peradaban Negara dan sejarah (hadharah al-dulawal wa al-tarikh), yaitu pola dan bentuk peradaban yang mengembangkan bangunan suatu kenegaraan dan pemerintahan.

Kedua, peradaban tajribiyah wa muqtasabah, yaitu peradaban luar yang diadopsi oleh Islam.

Ketiga, peradaban Islam yang asli (al-hadharah al-Islamiyah al-ashhylah), yaitu peradaban yang bersumber dan dibawah oleh kewahyuan Islam sendiri dalam mengembangkan dan meberdayakan masyarakat di mana yang sebelumnya tidak pernah ada.11

10 Muhammad Husein Haikal, Opcit, H. 196

11 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT

(6)

Salah satu tugas kenabian selain pembawah risalah, juga mengatur dan mengarahkan pengikutnya untuk menjadi umat yang baik, maka dari itu Nabi Muhammad SAW menyusun suatu konsep dalam berbagai bidang antaralain :

1. Politik

Pada tahun pertama Hijriah Nabi Muhammad Saw brhasil melahirkan piagam Madinah, yang merupakan perlembagaan tertulis yang pertama di dunia. Piagam Madinah ini berhasil mewujudkan sebuah Negara Islam yang pertama di dunia yang terdiri dari banyaknya rakyat dan ragam agama.

Setelah itu, perhanjian Hudaibiah yang diadakan di antara umat Islam Madinah dengan kaum Quraisy Mekah merupakan satu lagi bukti yang menunjukkan bahwa beliau Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin yang sangat bijaksana.

Selain itu, tentang pemilihan pemimpin, bangsa Arab sudah memilliki nilai-nilai demokratis dengan dipraktikannya musyawarah. Mereka memilih pemimpin yang bijaksana dan adil dan menekanan senioritas serta pengalaan berdasarkan kesepakatan bersama.

Kemudian model kepemimpinan tersebut dilanjutkan dan disempurnakan oleh Islam sebagaimana dapat kita lihat pada model kepemimpinan Nabi Muhammad Saw dan Khilafa Rasyidin.

Demikian pula dengan ghanimah yang pembagiannya disempurnakan oleh Islam dengan bervisi adil dan pemerataan yaitu nabi, keluarga, memelihara anak yatim da administrasi Negara mendapat seperlima sedangkan sisanya di bagi sesuai dengan kualitas tentara.

Nabi Muhammad SAW juga mengembangkan dakwahnya dan mengadakan diplomasi di luar negeri ke daerah-daerah diluar Jazirah Arab dengan mengutus beberapa orang sahabat diantaranya:

1. Dihyah bin Khilifah al-Kalb diutus menghadap kaisar Romawi Heraklius

(7)

3. Umar bin Umayah al-Dhamiry diutus menghadap Najasy Raja HabsyahHatib bin Abi Balta’ah al-Lakhmy diutus menghadap Makaukis penguasa Mesir

4. Amr bin Ash diutus menghadap Raja Amman, Jaifur dan Iyadz bin Jalandy

5. Salith bin Amr dari Bani Lu’ay diutus menghadap pembesar yamamah

6. Ala bin Hadramy diutus menghadap Raja Bahren

7. Syuja’ai bin Wahab diutus menghadap para pembesar Ghassan dan Damsyik

8. Muhajir bin Abi Umayah al-Mahzumi menghadap raja-raja Himyah

9. Mua’adz bin Jabaj diutus menghadap raja-raja di Yaman.12

Di samping itu Nabi Muhammad SAW juga memberikan tugas untuk membantu dan memberikan pelayanan masyarakat Islam yang jauh dari pusat pemerintahan di Madinah. Mereka sering disebut sebagai pemerintah setempat atau Gubernur. Kemudian Nabi juga memberikan tugas kepada beberapa sahabat untuk memungut pajak atau Jizyah dan zakat dikalangan masyarakat Islam. Inilah pranata politik dan pemerintahan yang dikembangkan pada masa Nabi Muhammad SAW.

2. Ekonomi

Pada fase awal kaum Muhajirin hanya mengandalkan kebutuhan ekonominya dari bantuan kaum Anshar yang manyoritas hidup sebagai petani dan peternak. Kemudian kaum muslimin mulai bekerja sebagai petani di kebun-kebun milik kaum Anshar, baru setelah terjadi perang khaibar tanah-tanah garapan kaum muslimin semangkin luas, maka Nabi Muhammad SAW membaginya untuk digarap bersama-sama kaum muslimin, dan semenjak itu kebijakan ekonomi mulai diarahkan

12 Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, PT

(8)

kepada sektor pertanian, dengan tampa meninggalkan usaha dibidang perdaganagan

Pasar-pasar di Madinah sebagai sarana untuk kepentingan umum terutama sebagai pusat perdagangan yang merupakan sebagai sumber ekonomi masyarakat Islam mulai ditata berdasarkan pada aturam ekonomi yang Islami. Inisiatif ini didukung pula oleh tokoh Yahudi, Ka’ab Ashraf yang menyerahkan tanah miliknya kepada Nabi Muhammad SAW untuk dibangun pasar bagi kaum muslimin.13 Disini

Nabi mengawasi dan mengatur sistem yang dijalankan berdasarkan pada tuntunan syar’I, dan dilarang berlaku riba, menipu atau gharar dengan menetapkan prinsip suka-sama suka.

Sumber ekonomi lainya yang paling dominan dalam memberikan konstribusi bagi masyarakat Islam saat itu adalah hasil-hasil rampasan perang atau ghanimah, fa’i . Sumber lain juga diterimah dari pajak atau pembayaran yang diberikan oleh penduduk wilayah yang telah ditaklukan, mereka memberikan dana wajib kepada pemerintahan Madinah secara rutin berdasarkan perjanjian yang disepakati. Mereka adalah kaum Dzimmi yang secara politik tetap memperoleh hak-hak yang sama seperti harta, jiwa, dan kehormatan tetap terjaga.

Setelah beberapa kekuatan ekonomi dimiliki kaum muslimin, aturan zakat yang berlaku pada masa itu juga merupakan suatu kekuatan ekonomi tersendiri bila dilihat dari sumber, fungsi dan perananya dalam kehidupan masyarakat, terutama kelas ekonomi lemah.14 Perputaran harta telah menembus berbagai lapisan sosial

sehingga mereka sama-sama bisa menikmati sarana ekonomi Islam ini. Seluruh pranata perekonomian berikut sistim yang menata dapat memberikan kesejateraan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan Nabi

13Ibid

(9)

Muhammad SAW secara langsung membangun aturan-aturan di dalamnya.

3. Sosial Kemasyarakatan

Dalam tahun-tahun berikutnya, Nabi Muhammad SAW berusaha untuk menciptakan sebuah masyarakat baru yang berdasarkan pada kesamaan keyakinan agama, seremoni, etnik, dan hukum sebuah komunitas yang melampaui struktur sosial tradisional yang didasarkan pada keluarga, klan dan kesukuan. Bentuk komunitas baru itu dikenal dengan ummah.

Ummah berfungsi sebagai sebuah dasar kerja sama dalam kehidupan politik dan sosial.15 Dengan kesatuan ummah ini Nabi

Muhammad SAW membangun masyarakat tanpa memperhatikan suku dan golongan . Dijalin kerukunan umat beragama dengan orang Yahudi dan Nasrani, yakni dengan cara memberikan kebebasan untuk beribadah kepada mereka sesuai dengan keyakinan masing-masing. Mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin, yakni penduduk Madinah yang menolong Rasulullah SAW dan kaum Muhajirin, mereka yang hijrah dari Makkah ke Madinah, sebagai contoh Nabi Muhammad Saw mempersaudarakan antara Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya sendiri, Hamzah dipersaudarakan dengan Zaid bin Harisah, kemudian Abu Bakar dipersaudarakan dengan Kharijah ibn Zuhair.16

Disamping konsep itu, Syeikh Safiyurrahman AlMubarakfuri membagi kondisi Madinah Fase awal yang dihadapi Rasulullah menjadi tiga kelompok. Tiga Kelompok ini adalah:

a) Shahabat-shahabat yang suci, mulia dan baik.

b) Orang-orang Musyrik yang sama sekali tidak mau beriman kepada beliau, yang berasal dari kabilah di Madinah

15 Ira. M. Lapidus,Opcit , h.51

16 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos, Jakarta:1997,

(10)

c) Orang-orang Yahudi17

4. Pengiriman Pasukan Militer Ke Luar Wilayah Islam

Selama tiga belas tahun, Rasul berjuang di Makkah untuk menghapus syirik dan penyelewengan dan selama itu pula kaum muslim dianiaya dengan keras oleh orang Makkah.18 Sampai Allah

mengizinkan untuk berperang di dalam surat Al-Hajj : 39-40).

Untuk itu Rasulullah membentuk kekuatan militer. Pertahanan militer pada masa itu selain sebagai pertahanan juga berfungsi sebagai sarana kekuatan politik yang bisa menjaga kewibawaan kedaulan hukum sebuah Negara. Ini terbukti dengan digunakannya kekuatan militer untuk mendesak suku-suku Yahudi yang telah menghianati perjanjian Madinah. Lebih jauh kekuatan militer yang muncul dari masyarakat baru itu telah berkembang sebagai mesin penyergap dunia luar, sebuah bentuk elaborasi pertahanan yang bersifat aktif dan dinamis. Semenjak tahun kedua hijrah telah terjadi 25 kali perperangan.19

Dari sejumlah pertempuran yang telah dilakukan terhadap orang-orang kafir, orang munafik maupun orang-orang Yahudi, lahirlah sejumlah militer kuat, yang kemudian melahirkan militer yang sejlan dengan perkembangan masyarakat Islam. Dari sinilah mulai jelas konsep-konsep jihad yang diatur oleh Rasulullah SAW sendiri. Peraturanpun mulai dilakukan, strategi demi strategi mulai diciptakan, hak-hak dan kewenangan pasukan mulai ditegaskan, dan susunan pasukan mulai ditertibkan. Maka itu dibuktikan dengan Madinah menjadi benteng dan pusat pertahanan Islam yang tangguh.20

17 Syaikh Shafyyurrahman Al-Mubarakfuri, Opcit, Hal. 338

18 Tahia Al-Ismail, Tarikh Muhammah SAW, Teladan Perilaku Ummat, PT

RajaGrapindo, Jakarta:1996, cet I, h. 163

19 Thohir, Op.cit,h.156

20 Ali Hafdh, Beberapa Bagian dari sejarah Madinah, King Fahd Nationl

(11)

Dalam menangani kekuatan militer, Nabi Muhammad SAW di bantu oleh beberapa orang sahabat yang ahli dalam pertempuran dan menangani pasukan, diantaranya:

1) Umar bin Khatab

2) Hamzah bin Abdul Muthalib 3) Ali bin Abi Thalib

4) Khalid bin Walid 5) Saad bin Abi Waqas 6) Salman al-Farisi

7) Abdullah bin Rawahaih 8) Thalha bin Ubaidillah 9) Amr bin Ash

Satu hal yang sangat penting dalam melakukan ekspedisi militer keluar Madinah Nabi Muhammad SAW merupakan satu kesatuan antara dakwah dan penyebaran Islam diseluruh semenanjung Arab.

Mereka memulai kegiatan militer dengan mengirimkan mata-mata. Sasaran dari kegiatan mata-mata ini untuk mengenal lebih jauh tentang jalan-jalan dan strategi yang akan digunakan dalam menghadapi pasukan musuh. Begitu kondisi perkembangan dunia militer pada saat Rasulullah SAW memimpin.

E. Faktor yang membawa kemajuan

(12)

Disamping itu beliau juga menjadi pendiri bangsa, dengan mendrikan sebuah bangsa dengan menyatukan para pemeluknya, lalu beliau merancang sebuah imperium yang dibangun berdasarkan kesepakatan dan kerjasama berbagai kelompok yang terkait. Pada masa itu, Nabi Muhammad Saw berhasil mendirikan sebuah Negara Madinah, yang semula hanya terdiri dari suatu kelompok masyarakat yang saling bermusuhan.

Beliau juga menjalin hubungan diplomatik dengan mengirim utusan-utusan ke berbagai daerah di dalam dan di luar Tanah Arab seperti Habsyah, Farsi Byzantine, Ghassan, Hirah, dan lain sebagainya. Sebagai pimpinan politik beliau mampu menjalin kerjasama dengan membuat berbagai perjanjian, diantaranya perjanjian madinah dan perjanjian madinah. Di bidang militer Rasulullah juga memiliki pasukan yang kuat. Di bidang Ekonomi, beliau juga memerhatikn ekonomi masyarakat dengan menggerakkan di bidang perniagaan dan pertanin.

Menurut pemakalah, kesuksesan kemajuan Islam di Madinah, karena seluruh aspek kehidupan dibangun oleh rasulullah, mulai dari politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan sampai kepada kekuatan militer.

F. PENUTUP

1. Kesimpulan

Hijrahnya Nabi ke Madinah, memberikan dampak positif bagi umat Muslim. Disamping itu, membuat peradaban Islam di Madinah mencakup segala aspek kehidupan, diantaranya Nabi sebagai pemimpin bangsa, pemimpin politik, mengatur sosial kemasyarakatAN dan juga membentuk kekuatan militer.

2. Saran

Pemakalah sangat menyadari keterbatasan kemampuan dan bahan, untuk itu sangat diharapkan pemikiran konstruktif-edukatif dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Zainal Arifin, Peri Hidup Muhammad Rusulullah SAW, (Medan : Firma Rahmat 1964)

Hafidh, Ali, Beberapa Bagian dari Sejarah Madinah (terjemahan), (Jeddah: King Fadh National Library, 1998), Cet 1

Harun, Maidir, Sejarah Peradaban Islam, (Padang : IAIN IB Press, 1999), Cet II

Husein Haekal, Muhammad, Sejarah Hidup Muhammad (terjemahan), (Jakarta : PT. Intermasa, 1989), Cet X

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT RajaGofindo, 1999), Cet I

Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : PT Bani Quraisy, 2004), Cet I

Mufrodi, Ali, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1997), Cet I

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakrta : UI Press, 1985), Cet V

Ramadhan, Al-Buthi Muhammad Said, Sirah Nabawiyah, alih bahasaAnnur Rifiq Shaleh Tamhid, (Jakarta : Rabbani Press, 1999)

Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Al-Makhtum, (Jakarta : Ummul Qura, 2011), Cet I

Su’ud, Abu, Islamologi Sejarah Ajaran dan Peradaban Umat, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003)

Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2004), Cet I

_________, Kehidupan Umat Islam pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung : PT. Pustaka Setia, 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana membuat pustaka untuk mengoperasikan file Setelah mempelajari materi di babi ni diharapkan mahasiswa dapat membuat sebuah aplikasi yang

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dengan demikian diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,64 > 0,29), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

Pattongko’ siri’ merupakan suatu tindakan pemulihan harkat dan martabat atau harga diri seseorang atau keluarga dengan jalan melaksanakan perkawinan di mana seseorang menikahi

Dalam penerapan upaya damai oleh kepolisian sektor lima puluh kota pekanbaru terdapat berbagai kendala yuridis dalam pelaksanaanya, kendala yuridis tersebut terdiri

Pada zona ini pertumbuhan mikroba terlihat lebih jarang atau kurang subur bila dibandingkan dengan daerah yang tidak terpengaruh senyawa antimikroba (Anonim, 1993 dalam

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik migran risen dan memetakan arus migrasi risen tahun 1980-2010 dan tahun 2015 di Provinsi D.I.Yogyakarta. Penelitian ini

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) dari 33 provinsi di Indonesia pada tahun