• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2012"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pembangunan mengarah kepada sektor ekonomi, namun pembangunan

juga tidak terlepas dari adanya sistem politik. Pembangunan dikenal dan

menyebar keseluruh dunia sejak adanya revolusi dan perubahan secara cepat yang

terjadi di Eropa pada abad ke-17. Peristiwa ini ditandai dengan lahirnya revolusi

Industri dan revolusi Prancis. Melalui peristiwa ini, pembangunan menyebar

keseluruh dunia terutama melalui proses kolonialisasi. Pembangunan sering juga

dikaitkan dengan budaya dan agama. Seperti yang dibahas oleh Weber bahwa

Eropa yang memiliki budaya kerja keras dan agama turut mempengaruhi proses

pembangunan.1 Dari sinilah konsep pembangunan menyebar keseluruh dunia termasuk ke negara dunia ketiga.

Dewasa ini, pembangunan baik itu fisik maupun non fisik sangat

dibutuhkan oleh semua masyarakat dan semua negara. Terlebih hubungan antara

negara dan masyarakat sering berfokus kepada pembangunan demi mewujudkan

negara kesejahteraan rakyat. Proses kolonialisasi telah masuk ke negara Indonesia

dengan datangnya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia untuk menjajah dan mencari

sumber-sumber daya dan memberi dampak pembangunan. Tentunya peristiwa ini

memberikan dampak negatif dan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Dampak

positif yang paling dirasakan oleh Indonesia ialah sektor pembangunan yang

meningkat baik itu infrastruktur, ekonomi dan sebagainya.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia ditahun 1945, pembangunan

mulai mengalami peningkatan dan perbaikan diberbagai bidang. Pembangunan

1

(2)

bukan hanya berpusat pada sektor ekonomi, banyak bidang yang mendasari dan

mempengaruhi pembangunan disebuah negara maupun daerah, termasuk kondisi

sistem politik yang berperan penting dalam sektor pengaturan ekonomi dan

pembangunan. Negara Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian rejim

kepemimpinan. Kondisi dan periode setiap kepemimpinan kepala negara berperan

dalam pembangunan. Pembangunan di era kepemimpinan presiden Soekarno,

sedikit banyak pembangunan ditujukan untuk mempersatukan bangsa dan negara

Indonesia (integrasi). Di periode kepemimpinan Presiden Soeharto, pembangunan

sangat berkembang pesat di Indonesia. Soeharto mencanangkan pembangunan

setiap lima tahun sekali yang dikenal dengan repelita, sampai akhirnya dibawah

kepemimpinan Soeharto Indonesia dikenal sebagai salah satu macan Asia. Periode

selanjutnya sejak Indonesia terkena dampak krisis ekonomi 1998, kondisi politik

dan pembangunan menjadi tidak stabil dan mengarah kepada kehancuran.

Pembangunan digalakkan kembali sejak masa reformasi. Krisis tersebut membuat

berbagai sektor pembangunan cenderung menurun. Sejak pemerintahan Habibie,

Abdurahman Wahid, Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono, pembangunan

menjadi fokus utama kepemimpinan mereka demi kesejahteraan rakyat.

Sejak runtuhnya rejim Soeharto akibat krisis ekonomi dan krisis legitimasi,

maka pembangunan berada ditangan sistem demokrasi. Kedaulatan rakyat

mengharuskan pemerintah mengutamakan pembangunan demi kesejahteraan

rakyat. Sistem demokrasi yang sebelumnya terkonsenterasi dipusat sejak awal

reformasi mulai mengalami pergeseran. Maka muncul sistem otonomi daerah

yaitu azas desentralisasi yang membenarkan daerah untuk mengurus

masing-masing wilayahnya. Kondisi ini menjadikan pembangunan disetiap daerah

diharapkan akan merata.

Pembangunan juga membutuhkan suatu perencanaan yang matang.

Dengan adanya manajemen perencanaan pembangunan yang matang dan tepat

(3)

diminimalisir sehingga tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas pembangunan

yang dilaksanakan dan direncanakan oleh pemerintah. Selain dengan perencanaan

yang matang dan tepat sasaran, pembangunan membutuhkan lembaga yang dapat

merealisasikannya dan dilaksanakan secara bertahap. Lembaga tersebut ialah

pemerintah dan instansinya. Indonesia yang memakai azas dekonsentrasi dan

otonomi daerah telah menciptakan sistem baru yang memberikan hak dan kuasa

kepada setiap daerah untuk dapat mengatur dan membangun masing-masing

daerahnya. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia mengarah dari atas kebawah

(top-down) namun untuk perumusan pembangunan di Indonesia pada umumnya

berjalan dari bawah keatas (bottom-up). Dengan demikian pelaksanaan

pembangunan akan mengarah dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi

sampai terakhir kepada pemerintah kabupaten dan kota. Begitu halnya dengan

pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat yang menjadi lokasi penelitian

penulis.

Hal yang turut mempengaruhi pembangunan ialah konsep perencanaan

yang matang dan terfokus oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Perencanaan pembangunan baik dipusat maupun di daerah merupakan hasil

kerjasama antara dua komponen penting, yaitu elemen masyarakat dan

pemerintah. Sebuah negara maupun daerah tidak akan mengalami pembangunan

jika tidak ada kontribusi dari masyarakat dan kontribusi pemerintah sebagai

pelaksana dari perencanaan pembangunan yang berada ditingkat pusat maupun

daerah. Perencanaan pembangunan yang baik akan sangat bermanfaat bagi

masyarakat dan menjadi indikator tingkat keberhasilan pemerintah dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam Undang-Undang Pemerintah Daerah No. 32 tahun 2004pasal 1502

2

I Widarta, Cara mudah Memahami Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

Bantul: Pondok Edukasi, 2005, hal 167.

(4)

daerah baik itu pemerintahan daerah ditingkat provinsi maupun pemerintahan

daerah ditingkat kabupaten atau kota. Selain tentunya perencanaan pembangunan

yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta peningkatan

perekonomian rakyat membutuhkan sebuah lembaga pemerintah daerah yang

bertujuan untuk melaksanakan tugas tersebut. lembaga tersebut ialah badan

perencanaan pembangunan daerah,3 baik yang berada ditingkat provinsi maupun yang berada ditingkat kabupaten dan kota. Sebagai sebuah bagianyang penting

dalam sebuah pemerintahan, perencanaan pembangunan di daerah sangat erat

hubungannya dengan perencanaan pembangunan di pemerintah pusat. Keterkaitan

diantara keduanya sama-sama ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat, namun perencanaan pembangunan daerah lebih terfokus kepada daerah itu

sendiri.

Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan baik ditingkat nasional

maupun di daerah perlu adanya jangka waktu dalam pelaksanaannya. Secara

umum ada tiga jangka waktu dalam melaksanakan perencanaan pembangunan,

baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Periode atau jangka waktu

tersebut ialah:4

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Biasanya dilaksanakan dalam kurun

waktu kurang lebih 20 tahun.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Biasanya dilaksanakan dalam

kurun waktu lima tahun.

3. Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Biasanya dilaksanakan dalam jangka

waktu satu tahun.

Pelaksana dari perencanaan pembangunan daerah ialah pemerintah.

Pemerintah daerah sebagai pelaksana tugas tersebut harus memiliki lembaga

3

Bappeda atau disebut dengan badan perencanaan pembangunan daerah merupakan sebuah lembaga teknis atau perangkat daerah yang terdapat disetiap daerah. Lihat Undang-undang No 32 tahun 2004 Pasal 3.

4

(5)

khusus yakni Bappeda. Badan dan lembaga teknis ini sendiri sangat penting

peranannya dalam sebuah pemerintahan daerah. Badan dan lembaga teknis sudah

disahkan penggunaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun

1999.

Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Pasal 60 dan 65 menyebutkan bahwa

pada pasal 60, perangkat daerah terdiri atas sekretaris daerah dan lembaga teknis

daerah lainnya sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya pasal 65 menyebutkan

bahwa di daerah dapat dibentuk lembaga teknis sesuai dengan kebutuhan daerah.

Jadi dengan demikian pembentukan lembaga teknis oleh pemerintah daerah

seperti Bappeda merupakan sebuah cara agar pelaksanaan dari perencanaan

pembangunan daerah efektif dan efisien. Pemerintah daerah mencakup kepala

daerah dan wakil kepala daerah. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 32

tahun 2004 pasal 24, disebutkan bahwa pemerintah daerah merupakan kepala

daerah baik itu Gubernur, Walikota, Bupati dan para wakil kepala daerah.5

Sebagai sebuah kabupaten hasil pemekaran sembilan tahun yang lalu,

tepatnya ditahun 2003 Pakpak Bharat bercita-cita untuk memakmurkan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan melaksanakan

program-program pembangunan yang fokus dan sasaranya ialah kesejahteraan rakyat.

Kabupaten ini harus segera bergegas mengejar ketertinggalannya dari

daerah-daerah lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Badan Perencanaan pembangunan

Nasional menyebutkan bahwa Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu

kabupaten yang tertinggal dan terbelakang di Indonesia. Kabupaten ini merupakan

salah satu kabupaten tertinggal bersama 183 kabupaten lainnya versi Bappenas.

Terutama untuk sebuah kabupaten yang baru melaksanakan pemekaran yang Namun

dalam perkembangannya yang dimaksud dengan pemerintah daerah merupakan

Kepala daerah dan wakil kepala daerah beserta jajarannya yaitu badan dan

lembaga teknis daerah yang telah dijelaskan diatas.

5

(6)

sebelumnya diharapkan melalui proses otonomi daerah suatu daerah dapat

berkembang lebih maju lagi dalam sektor pembangunan dan sektor-sektor lainnya.

Fokus dari pelaksanaan Otonomi daerah atau pemekaran daerah

merupakan cara supaya sebuah daerah dapat melaksanakan kemajuan dan

perubahan terarah dan efesien yang dilaksanakan oleh daerah itu sendiri.

Diharapkan melalui adanya otonomi daerah, pemerintahan didaerah bisa lebih

cepat dan tanggap dalam melaksanakan dan mengambil tindakan yang

berhubungan untuk memajukan daerah tersebut. Oleh karena itu pelaksanaan

otonomi daerah disebuah daerah dapat dikatakan berhasil apabila salah satu

indikator yakni pembangunan meningkat dan mengalami perubahan. Begitu

halnya dengan indikator-indikator keberhasilan pemerintahan didaerah dalam

melaksanakan otonomi daerah.

Sejarah pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Pakpak Bharat diawali

dari adanya keinginan masyarakat Pakpak yang ingin memisahkan diri karena

merasa daerahnya tertinggal dibandingkan daerah lainnya. Ketertinggalannya

dengan penduduk lainnya serta adanya aspirasi, keinginan dan tekad bulat dari

masyarakat Pakpak Bharat untuk meningkatkan status daerahnya menjadi suatu

kabupaten dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan tujuan

agar masyarakat PakpakBharat dapat memperjuangkan dan mengatur

pembangunan masyarakat dan daerah, sesuai dengan aspirasinya untuk

meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera

merupakan dasar dari usul dibentuknya Kabupaten Pakpak Bharat.

Kabupaten ini mengambil tiga kecamatan dari Kabupaten Dairi yang

kemudian mengambil nama sub wilayah Suku Pakpak. Sebelum Belanda masuk

ke Pakpak maupun Dairi, suku yang penduduknya tersebar di Kabupaten Pakpak

Bharat, Aceh Selatan, dan Pakpak Bharat ini sudah mempunyai struktur

(7)

Bharatberetnis Pakpak.6

Sebelumnya telah disebutkan bahwa kabupaten Pakpak Bharat merupakan

kabupaten hasil otonomi daerahditahun 2003.

Berbeda dengan kabupaten induknya yang dihuni

bermacam-macam suku, seperti Pakpak, Batak Toba, Mandailing, Nias, Karo,

Melayu, Angkola, dan Simalungun serta suku lainnya. Hal inilah yang menjadi

pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan diri. Selain alasan utamanya

adalah untuk mengoptimalkan penggarapan potensi, percepatan pembangunan

fisik, dan pertumbuhan ekonomi wilayah terutama pembangunan sumber daya

manusia.

7

Untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara ada beberapa daerah baik

kabupaten dan kota yang menjadi wilayah daerah otonom baru pada saat itu.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2003 maka ada beberapa daerah di Sumatera Utara yang melaksanakan otonomi

daerah. Beberapa daerah itu antara lain Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten

Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Serdang Bedagai

dan daerah-daerah lainnya. Kabupaten Pakpak Bharat resmi terbentuk menjadi

satu kabupaten otonom dengan 3 kecamatan yaitu:

Sebelumnya kabupaten ini

merupakan kabupaten yang bergabung dengan Kabupaten Dairi. Namun dengan

adanya undang-undang otonomi daerah, kabupaten ini berpisah dari kabupaten

induk dan menjalankan semua tugas, fungsi dan kewajiban sebuah daerah otonom

secara sendiri dan mandiri.Keingingan dan harapan masyarakat Pakpak untuk

berpisah dari kabupaten induk yakni Kabupaten Dairi dikabulkan oleh pemerintah

pusat, dan kabupaten ini membentuk sistem pemerintahannya secara mandiri dan

pengelolaan daerah yang secara mandiri pula. Diharapkan dengan terbentuknya

Kabupaten Pakpak Bharat, persoalah disparitas pembangunan dan sebagainya

dapat diatasi secara mandiri oleh pemerintah daerah Pakpak Bharat.

8

6

Lihat katalog BPS Pakpak Bharat Tahun 2012, hal 7.

Kecamatan Salak, Kecamatan

7

Katalog BPS, Pakpak Bharat Dalam Angka In Figures, PakpakBharat: Badan Pusat Statistik Kabupaten PakpakBharat, 2012, hal 9-10.

8

(8)

Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan pada saat itu yang menjadi

ibukota Kabupaten Pakpak Bharat ialah Kota Salak.

Dalam perkembangan Pakpak Bharat mulai membenahi berbagai bidang.

Bidang birokrasi dan organisasi pemerintah merupakan hal utama pada masa awal

menjadi daerah otonom. Dalam struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten

Pakpak Bharat ada 10 dinas. Sedangkan dalam lembaga teknis pemerintah daerah

kabupaten Pakpak Bharatada 9 lembaga teknis. Hal lainnya setelah pelaksanaan

otonomi daerah ialah pelaksanaan pesta demokrasi untuk menentukan kepala

daerah dan legislatif tingkat daerah. Sejak menjadi sebuah daerah otonom,

kabupaten ini telah melaksanakan dua kali pemilihan umum, baik itu pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah maupun pemilihan anggota legislatif.

Periode pertama dilaksanakan ditahun 2005 sedangkan tahun 2010 merupakan

tahun yang kedua bagi kabupaten ini untuk melaksanakan pemilukada secara

langsung. Diperiode kedua, tepatnya untuk periode 2010-2015 kabupaten Pakpak

Bharat dipimpin oleh Bupati Reminggo Yolando Berutu dan Wakil Bupati H

Maju Ilyas Padang yang dilantik pada bulan Agustus tahun 2010. Periode pertama

tahun 2005-2010 merupakan masa pembenahan birokrasi pemerintah dan

pembangunan primer dikarenakan Pakpak Bharat. Perode kedua tahun 2010-2015,

atau sampai sekarang merupakan masa perkembangan dan pembangunan

Kabupaten Pakpak Bharat untuk dapat berdaya saing dengan kabupaten lainnya

khusunya di sumatera utara dan diseluruh Indonesia. Dibawah kepemimpian

bupati Reminggo Yolando Berutudicanangkan beberapa program perencanaan

pembangunan daerah yang fokus dan terarah. Pelaksanaan perencanaan

pembangunan diserahkan oleh pemerintah daerah kepada lembaga teknis daerah

yaitu Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

Melalui pemaparan singkat tersebut menarik untuk diteliti dan

mendeskripsikan bagaimana perencanaan pembangunan Kabupaten Pakpak

Bharat tahun 2010-2012. Penulis berfokus meneliti dan mendeskripsikan

(9)

dilaksanakan oleh lembaga teknis daerah yaitu Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah. Perencanaan pembangunan yang matang, terarah dan tepat waktu dengan

segera akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat Pakpak Bharat.

1.2.Perumusan Masalah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan dasar bagi suatu daerah

untuk berbenah dan memperbaiki serta membangun daerahnya agar lebih maju

lagi. Sebagai sebuah kabupaten yang baru melaksanakan otonomi daerah,

kabupaten Pakpak Bharat diberikan kewenangan untuk melakasanakan

pemerintahan dan pembangunan di berbagai bidang secara mandiri. Pakpak

Bharat berhak untuk mengurus pemerintahan dan bidang lainnya tanpa ada

intervensi daerah lain maupun kabupaten induk. Maka diharapkan pembangunan

pasca pelaksanaan otonomi daerah lebih efektif dan efisien dan mampu

memberikan bukti nyata kepada masyarakat Pakpak. Begitu pula pada skema

pengambilan keputusan dan kebijakan, sebuah daerah otonom berhak mengambil

keputusan tanpa ada campur tangan dari daerah lain.

Berbagai hal dapat melatarbelakangi sebuah daerah untuk berpisah dari

daerah induk dan menjadi sebuah daerah otonom. Hal tersebut bisa dikarenakan

berbagai faktor seperti perbedaan dalam berbagai sektor, seperti sektor

pembangunan, sarana dan prasarana, pelayanan publik, birokrasi dan lain

sebagainya. Penulis merasa perlu meneliti bagaimana perencanaan pembangunan

di daerah yang baru saja memisahkan diri dari kabupaten induk atau dengan kata

lain bagaimana perencanaan pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat pasca

otonomi daerah. Apakah kabupaten ini berhasil melaksanakan tujuan dari otonomi

daerah atau malah sebaliknya belum berhasil. Penilaian utama terhadap sebuah

daerah ialah apakah kabupaten tersebut mampu membangun daerahnya secara

(10)

Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini ialah bagaimana perencanaan pembangunan daerah Kabupaten

Pakpak Bharat ditahun 2010-2012 dan apa kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Pakpak Bharat ditahun

2010-2012?

1.3.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian diperlukan dengan tujuan

memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian.9

1.4.Tujuan Penelitian

Selain itu pembatasan

didalam sebuah penelitian akan menghasilkan uraian yang sistematis dan hasil

penelitian yang tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang

menjadi pembatasan masalah pada penelitian ini ialah penelitian difokuskan pada

deskripsi perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Pakpak Bharat tahun

2010-2012. Selain itu pada penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan

bagaimana perencanaan pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat di tahun

2010-2012 yang dilaksanakan oleh Bappeda Pakpak Bharat sebagai lembaga teknis

dari pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten

Pakpak Bharat pada tahun 2010-2012.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan

pembangunan daerah Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2010-2012.

9

(11)

1.5.Signifikansi Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi semua

kalangan dalam membuat penelitian mengenai perencanaan pembangunan

daerah khususnya perencanaan pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Secara akademis penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai referensi

tambahan khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik dan juga

bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara pada umumnya.

3. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan berpikir dan kemampuan menulis karya ilmiah di bidang

Pemerintahan dan Politik Lokal.

1.6.Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu mengungkapkan

dan memakai teori atapun penjelasan lainnya dalam memecahkan permasalahan

yang ditelitinya. Penjelasan tersebut yang merupakan teori-teori dari peneliti lain

dipakai sebagai landasan berpikir untuk memecahkan dan memperdalam analisis

mengenai permasalahan dalam penelitian. Untuk itulah perlu disusun kerangka

teori yang membuat pokok-pokok pemikiran yang menggambarkan bagaimana

masalah penelitian yang akan diperdalam.

Kerangka teori merupakan dasar untuk melakukan suatu penelitian dan

teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial-politik yang akan

dianalisa oleh peneliti.10

10

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga, 2009, hal 190.

Dalam hal ini peneliti ingin mempergunakan beberapa

teori dan konsep yang sangat berhubungan dengan proposal penelitian yang akan

dilakukannya. Beberapa teori dan konsep yang dipergunakan penulis sebagai

(12)

Kebijakan Publik, Birokrasi dan Pemerintah Daerah serta Kinerja Pemerintah

Daerah.

1.6.1. Teori Pembangunan.

Pembangunan merupakan suatu cara untuk memperbaiki kondisi dari yang

buruk menjadi lebih baik. Dinamika dan realisasi pembangunan juga

membutuhkan perencanaan matang dan perencana yang menguasai teori dan

praktek. Dalam menganalisis mengenai pembangunan baik disuatu negara

maupun disebuah daerah, perlu menggunakan teori-teori yang mendukung. Maka

untuk menganalisis perencanaan pembangunan teori yang dianggap dapat

menjelaskan mengenai proses dan tahapan pembangunan ialah teori pembangunan

yang dikemukakan oleh berbagai ahli.

Salah seorang ahli pembangunan yang memaparkan mengenai teori

pembangunan di Indonesia ialah Arief Budiman. Teori pembangunan yang

dikemukakan oleh Arief berdasarkan kepada beberapa defenisi dan konsep dari

teori lain seperti teori Moderniasi, teori keterbelakangan dan teori ketergantungan

(Dependency Theory). Teori modernisasi adalah teori yang menjelaskan bahwa

kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara disebabkan oleh faktor-faktor internal

atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negeri yang bersangkutan.

Teori modernisasi merupakan salah satu pelengkap dalam teori

pembangunan dunia ketiga. Teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan

perkembangan pembangunan disuatu negara disebabkan oleh tingginya tabungan

dan investasi. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Roy Harrod11

11

Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka utama, 1995, hal 18-20.

bahwa

pembangunan pada dasarnya merupakan masalah penambahan investasi dan

modal baik oleh swasta maupun pemerintah. Jika ada modal yang kuat maka

pembangunan disebuah negara akan meningkat. Modal ini baik berasal dari

pendapatan asli negara maupun pinjaman negara lain dan tabungan negara itu

(13)

Pandangan serupa mengenai teori pembangunan dan perkembangannua

juga dikemukakan oleh W.W Rostow. Dia berpandanngan bahwa perkembangan

dan pembangunan disebuah negara sangat berkaitan erat dengan masalah ekonomi

negara tersebut. pandangannya mengenai pembangunan tertulis dalam bukunya

yang terkenal yakni the Stage of Economic Growth, A Non-Communist Manifesto.

Karya Rostow membahas pembangunan dalam masyarakat sebuah negara

berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan. Dia kemudian membagi kedalam 5

tahap sebagai berikut.12

Pertama ialah masa Masyarakat Tradisional yang didefenisikan bahwa

ilmu di dalam masyarakat ini ilmu pengetahuan belum dikuasai, mereka masih

menganut kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan-kekuatan di luar

kemampuan manusia, manusia kemudian tunduk kepada alam. Akibatnya ialah

produksi masih sangat terbatas dan kemajuan untuk berkembang sangat lambat.

Kedua ialah masa Prakondisi Untuk Lepas Landas merupakan masa setelah

masyarakat tradisional kemudian bekerja mereka mencapai suatu prakondisi untuk

lepas landas yang di mana ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari

masyarakat yang sudah lebih dulu maju. Ketiga ialah masa Lepas Landas

merupakan masa ketika adanya suatu perubahan untuk maju menciptakan hal-hal

barui dalam bidang produksi dan tidak lagi menemui hambatan-hambatan berarti

yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi. Keempat ialah masa Bergerak

Menuju Kedewasaan merupakan masa yang ditandai dengan proses kemajuan

yang sangat maju yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

barang-barang yang tadinya diimpor sudah dapat diproduksi sendiri. Kelima ialah

Jaman Konsumsi Massal yang Tinggi. Pada masa ini pembangunan merupakan

sebuah proses yang berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara

terus menerus. Konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup

tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi.

12

(14)

Selanjutnya dalam mendefenisikan teori pembangunan dalam

perkembangannya muncul teori keterbelakangan.13

Pandangan mengenai keterbelakangan juga dikemukakan oleh Andre

Gunder Frank. Menurut pandangannya proses pembangunan dan perubahan sosial

hanya akan dapat dipahami apabila ditinjau secara historis dengan memusatkan

perhatian kepada proses interaksi di dalam sistem politk dan perkonomian global.

Seperti juga Baran, Frank berpendapat bahwa ketimpangan ekonomi dunia

merupakan hasil dari dominasi ekonomi oleh negara-negara kapitalis maupun

industri. Pembangunan dan keterbelakangan bagaikan dua sisi dari sebuah mata

uang. Negara-negara berekonomi kuat akan tetap semakin kuat dengan melakukan

pemerasan terhadap negara-negara miskin. Dengan demikian, usaha-usaha

pembangunan di Dunia Ketiga tidak akan dapat mengejar ketertinggalan mereka

dari dunia pertama. Ketergantungan adalah sebuah situasi dimana ekonomi sebuah

atau beberapa negara dikondisikan oleh perkembangan dan ekspansi ekonomi

negara lain. Situasi ini akan menempatkan negara-negara yang tergantung dalam

posisi yang tetap terbelakang sebagai akibat dari eksploitasi oleh negara-negara

berekonomi kuat.

Teori Keterbelakangan

muncul sebagai reaksi terhadap fenomena kegagalan penerapan teori Modernisasi

di Amerika Latin. Teori ini cenderung melihat pembangunan dan keterbelakangan

di banyak negara melalui pendekatan yang lebih condong kepada aspek politik

dan pemerintahan disebuah negara. Keterbelakangan dan kemiskinan di banyak

negera khususnya dinegara dunia ketiga sebagai akibat dari adanya

ketergantungan terhadap kekuatan ekonomi global dan konflik internasional.

Kemiskinan yang dialami oleh bangsa-bangsa di negara yang sedang berkembang

merupakan akibat dari sistem ekonomi dunia yang tidak seimbang, dimana

sekelompok negara kuat mengeksploitasi negara-negara yang lebih lemah.

13

(15)

Dan terakhir teori yang mendasari terbentuknya teori pembangunan ialah

keberadaan teori ketergantungan (Dependent Development Theory).14

Berangkat dari teori pembangunan yang dikemukakan oleh berbagai ahli

dapat disimpulkan bahwa pembangunan disuatu daerah atau negara terutama di

negara berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari faktor

ketergantungan dari luar negeri, kondisi kehidupan sosial-politik, kapasitas dan

kemampuan pemerintah suatu negara sampai kepada faktor ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pembangunan merupakan kerjasama semua komponen dan

pembangunan membutuhkan konsep dan rencana yang jelas agar pelaksanaanya

efektif dan efisien. Keterkaitan antara perencanaan dan pembangunan disuatu

negara sangatlah diperlukan, bahkan negara maju sekalipun memiliki konsep dan

manajemen perencanaan pembangunan agar pelaksanaanya bermanfaat dan

memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus.

Teori ini

menyatakan bahwa ketergantungan terhadap ekonomi internasional tidak selalu

menghasilkan keterbelakangan di dunia ketiga. Sistem ekonomi dunia menurut

pandangan ini bisa menjadi pendukung atau penghambat terhadap kemajuan

ekonomi di negara-negara yang sedang membangun. Teori ini menganggap bahwa

kemajuan ekonomi sebuah negara, lebih tergantung kepada faktor-faktor domestik

dari pada global. Faktor-faktor tersebut antara lain kemampuan dan kapasitas

pemerintah, pemilik modal, masyarakat dan hubungan antar kelas yang dapat

menjadi faktor pendukung ke arah pertumbuhan ekonomi dan proses modernisasi.

Sejalan dengan teori pembangunan di negara dunia ketiga, Diana

Conyers,15

14

Ibid; hal 48-50.

mendefenisikan perencanaan sebagaiproses bersinambungan yang

mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif

penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang

15

(16)

akan datang.16

Kaitannya dengan pembangunan daerah, bahwa perencanaan itu

merupakan alat pengalokasian sumber daya untuk proses pembangunan. Selain itu

perencanaanmerupakan sebuah konsep yang terencana dan disusun secara

sistematis oleh suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan

adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan,

kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah suatu proses untuk

menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah suatu proses

yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan rencana haruslah

diimplementasikan. Begitu halnya dengan P Siagian yang mendefenisikan

pembangunan sebagai suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Dengan begituperencanaan merupakan proses memilih diantara

berbagai kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang diinginkan itu dapat

dilakukan dan dicapai dalam waktu yang bersamaan.

17

Perencanaan pembangunan dapat dilihat dan dinilai dari berbagai sudut

pandang, seperti sosial-politik dan ekonomi. Dari sudut pandang ekonomi

pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan

pendapatan perkapita masyarakat melalui peningkatan jumlah dan produktifitas

sumber daya. Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih baik

melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah

pembaharuan, yang juga merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang

dikehendaki tetapi lebih terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai. Pembangunan

daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan

16

Robinson Tarigan, PerencanaanPembangunan Wilayah, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal 22.

17

(17)

kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,

maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

Dari penjelasan diatas maka hipotesis sementara yang dapat diperoleh

ialah perencanaan pembangunan daerah merupakan sebuah proses penyusunan

tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan

didalamnya seperti instansi pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah yang

ditujukan untuk pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah atau

daerah dalam jangka waktu tertentu. Proses penyusunan tersebut merupakan usaha

pemerintah untuk dapat mengkoordinator dan mengakomodasi

keputusan-keputusan ekonomi dan politik yang akan berpengaruh secara langsung terhadap

banyak variabel seperti kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi, pendidikan,

lapangan kerja dan lain sebagainya. Untuk mengakomodir semua keputusan

dalam perencanaan pembangunan dibutuhkan periode waktu dalam implementasi

keputusan tersebut sehingga dapat dinilai apakah terjadi peningkatan atau

penurunan di berbagai variabel tersebut. Oleh karena memiliki jangka waktu maka

perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka atau memiliki periode

waktu yang meliputi18

1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah untuk jangka waktu 20 tahun

yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada

rencana pembangunan jangka panjang nasional. :

2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah untuk jangka waktu lima

tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang

penyusunannya berpedoman kepada rencana pembangunan jangka panjang

daerah dan nasional. Pada rencana pembangunan jangka menengah terdapat

strategi pembangunan daerah, arah kebijakan keuangan daerah, program kerja

perangkat daerah dan lainnya.

18

(18)

3. Rencana kerja pembangunan daerah atau sering dikenal dengan rencana kerja

pemerintah daerah merupakan penjabaran dari rencana pembangunana jangka

menengah daerah untuk jangka waktu satu tahun yang memuat rancangan

prioritas pembangunan daerah, arah kebijakan keuangan daerah, program

kerja perangkat daerah dan lainnya.

4. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang berpedoman

pada rencana pembangunan jangka menengah daerah yang memuat visi, misi,

strategi, kebijakan dan lainnya.

5. Rencana kerja perangkat daerah merupakan program dan kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun

yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Peranan pemerintah daerah juga sangat penting dalam kegiatan

perencanaan pembangunan daerah. Peranan yang diberikan selain dalam bentuk

sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana fisik maupun subsidi langsung,

yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah juga harus

memberikan bimbingan teknis dan non teknis secara terus menerus kepada

masyarakat yang sifatnya mendorong dan memberdayakan masyarakat agar

mereka dapat merencanakan, membangun, dan mengelola sendiri prasarana dan

sarana untuk mendukung upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal

serta melaksanakan secara mandiri kegiatan pendukung lainnya. Dalam

perencanaan pembangunan daerah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

strategi perencanaan pembangunan sebuah daerah. Namun hal ini tidak tertutup

kemungkinan variabel-variabel ini berubah sesuai kondisi dari daerah yang

bersangkutan. Variabel ataupun faktor-faktor tersebut seperti sumber daya alam,

sumber daya manusia, modal atau keuangan daerah dan sikap atau budaya

masyarakat.

Didalam sebuah penelitian yang mengkaji mengenai tingkat keberhasilan

(19)

yang dapat dijadikan penilaian terhadap sebuah kinerja. Begitu pula dalam kinerja

pemerintah dalam perencanaan pembangunan daerah, maka dibutuhkan

indikator-indikator ataupun instrumen dan alat yang dapat menjadi ukuran keberhasilan atau

kesuksesan sebuah daerah dalam bidang pembangunan. Formulasi perumusan

suatu kebijakan berasal dari tiga instrumen penting yaitu:19

Dalam sebuah pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah terdapat

beberapa indikator-indikator penilaian yang dapat dipakai untuk menilai

keberhasilan pembangunansebuah daerah baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Beberapa indikator dibawah ini merupakan indikator yang umum dijumpai untuk

menilai tingkat keberhasilan pembangunan disebuah daerah, tidak tertutup

kemungkinan bertambahnya indikator penilaian sesuai dengan kondisi dan

keadaan dari daerah tersebut.

Input yang berupa

masukan dari masyarakat berupa keluhan-keluhan dan informasi lainnya dari

masyarakat kepada pemerintah. Kemudian diproses, yakni informasi yang

diterima oleh pemerintah daerah kemudian diolah ataupun di proses bersama

dengan legislatif dan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait. Sehingga

menghasilkan output ataupun keluaran (outcome). Bagian ini merupakan keluaran

dari proses berupa keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah

daerah yang kemudian di aplikasikan kepada masyarakat.

20

1. Pendapatan Perkapita.

Pendapatan perkapita masyarakat dapat dijadikan acuan maupun instrumen

pengukuran apakah pembangunan disebuah daerah berjalan dengan baik.

Indikator pendapatan perkapita dapat pula menunjukkan bagaimana tingkat

kesejahteraan kemakmuran masyarakat disebuah daerah. Jika tingkat pendapatan

perkapita disebuah daerah besar maka tingkat kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakatnya secara otomatis akan lebih baik pula.

19

Irwan Taufiq Ritonga, Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Daerah di Indonesia, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM, 2009, hal 27-28.

20

(20)

2. Pendidikan.

Pendidikan juga merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan

sebuah program perencanaanpembangunan sebuah daerah. Indikator pendidikan

dibentuk dari komponen rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Angka

melek huruf menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat

membaca dan menulis.

3. Urbanisasi.

Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang

bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Di

negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan

di negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan.

4. Indeks Kualitas Hidup.

Indeks kualitas hidup digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat

tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini

dihitung berdasarkan kepadaangka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun,

angka kematian bayi, dan angka melek huruf.

5. Indeks Pembangunan Manusia.

Pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya

manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya

manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan

jalan hidup manusia secara bebas. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang

dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat,

perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk

kehidupan yang lebih baik.

6. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi.

Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan indikator dalam

pembangunan dikarenakan pembangunan erat hubungannya dengan peningkatan

(21)

7. Jumlah Pengangguran.

Jumlah pengangguran dapat dijadikan indikator apakah sebuah daerah

berhasil dalam melaksanakan perencanaan pembangunan di daerahnya. Dengan

diciptakannya lapangan pekerjaan baru, baik oleh sektor swasta maupun oleh

pemerintah diharapkan akan mengurangi pengangguran.

1.6.2.Teori Kebijakan Publik.

Konsep kebijakan publik erat berkaitan dengan negara.

Aristotelesmenyebutkan bahwa kebijakan publik ada dalam kehidupan polis atau

negara. Dari pandangan ini kita dapat menjabarkan lagi bahwa kebijakan publik

erat dengan negara dan negara itu sendiri merupakan tiga lembaga politik yang

sangat penting yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dengan demikian maka

kebijakan publik dilaksanakan oleh eksekutif dan hal ini sama dengan pemerintah

baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Secara umum defenisi

kebijakan publik ialah aturan yang dibuat dan harus ditaati suatu aturan yang

mengatur kehidupan bersama. Aturan ini berlaku mengikat seluruh warga negara.

Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang

dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang

mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Ada banyak definisi mengenai apa itu kebijakan publik. Pandangan dan

defenisi setiap ahli mengenai apa itu kebijakan publik berbeda-beda. Definisi

mengenai apa itukebijakan publik mempunyai makna yang berbeda-beda,

sehingga pengertian-pengertian tersebut dapat diklasifikasikan menurut sudut

pandang masing-masing ahli. Mengambil pandangan seorang ahli yaitu David

Easton,21

21

P Anthonius Sitepu, Ibid; hal 7 dan 40.

bahwa menurutnya kebijakan publik itu hampir sama dengan kondisi

biologis manusia atau kondisi lingkungan manusia. Pada dasarnya sistem biologi

merupakan proses interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya, yang

(22)

terminologi ini, Easton menganalogikannya dengan kehidupan sistem politik.

Kebijakan publik dengan sistem mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil

atau output dari sistem politik. Seperti dipelajari dalam ilmu politik, sistem politik

terdiri atas input, process dan output. Antara kebijakan publik dan politik

memiliki hubungan yang sangat erat terutama didalam pengambilan keputusan

dan kebijakan oleh elit pemerintah.

Proses formulasi kebijakan publik berada dalam sistem politik dengan

mengandalkan pada masukan (input) yang terdiri atas dua hal, yaitu tuntutan dan

dukungan dari rakyat, kemudian di tuntutan tersebut diolah dan pada akhirnya

menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan dan peraturan pemerintah yang

kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat dan dinilai kembali apakah

kebijakan publik dan peraturan-peraturan tersebut telah berhasil untuk rakyat.

Begitu halnya dengan pandangan Thomas R. Dye mengenai defenisi kebijakan

publik yang didefenisikannya sebagai “segala sesuatu yang dilakukan oleh

pemerintah untuk masyarakat.” Pokok kajian dari hal ini adalah negara.22

Selain Dye, hal senada mengenai kebijakan publik juga dikemukakan

seorang ahli yakni menurut Benedict Anderson.

Definisi

kebijakan publik menurut Thomas R. Dye kemudian dapat diklasifikasikan

sebagai keputusan (decision making) dimana pemerintah mempunyai wewenang

untuk menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan

sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.

23

22

A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal 4-6.

Anderson mengatakan bahwa

kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh

badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.” Implikasi dari kebijakan tersebut adalah

kebijakan publik yang selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan, ataupun kebijakan publik berisi

tindakan-tindakan pemerintah, maupun kebijakan publik merupakan apa yang

23

(23)

benar-benar dilakukan oleh pemerintah. Definisi kebijakan publik menurut

Anderson dapat diklasifikasikan sebagai proses managemen, dimana didalamnya

terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik.

1.6.3.Birokrasi dan Pemerintah Daerah.

Birokrasi sering dikaitkan dengan konsep kekuasaan dan politik. Hal ini

dikarenakan birokrasi merupakan pelaksana dari sebuah kekuatan politik.

Birokrasi dalam kacamata ilmu politik merupakan sebuah badan pemerintah yang

merupakan bagian penting dari sistem politik atau kepanjangan tangan dari pihak

partai politik yang berkuasa dan cenderung memihak kepada kepentingan

penguasa dan rakyat, memiliki kewenangan, terlibat dalam perencanaan kebijakan

dan keputusan politik, dan dapat menjadi organisasi mobilitas massa. Keterkaitan

lainnya antara birokrasi dan politik terlihat dari pengambilan keputusan dan

kebijakan yang dilaksanakan oleh badan pemerintah melalui skema keputusan

politik.

Birokrasi yang erat dengan politik itu memiliki fungsi dan peran dalam

pemerintahan pula. Fungsi dan peran birokrasi meliputi hal-hal sebagai berikut,

melaksanakan pelayanan publik, pelaksana perencanaan pembangunan yang

professional, perencana, pelaksana dan pengawas kebijakan atau dikenal dengan

manajemen pemerintahan, alat pemerintah untuk melayani kepentingan

masyarakat dan negara yang netral dan bukan merupakan bagian dari kekuatan

atau mesin politik.

Berkaitan dengan pemerintah daerah dan pembangunan daerah, birokrasi

memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap pengambilan keputusan dan

kebijakan. Birokrasi yang baik memiliki fungsi sebagai pelaksana dan pengawas

jalannya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah selain itu birokrasi yang baik

ialah apabila mereka melaksanakan tugasnya untuk kepentingan rakyat dan bukan

(24)

singkat mengenai birokrasi diatas pandanganMax Weber tentang birokrasiialah

sebagai berikut:

“Birokrasi merupakan sebuah sistem kekuasaan dimana pemimpin

mempraktekkan kontrol atas bawahannya, sehingga tercipta kondisi disiplin

dalam pendelegasian tugas dan wewenang.”24

Birokrasi menurutnya dapat dibagi kedalam dua bagian, yakni birokrasi

patrimonial dan birokrasi modern.

1. Birokrasi patrimonial yang berfungsi berdasarkan nilai-nilai

tradisional yang tidak memisahkan antara tugas, wewenang, dan

tanggung jawab dinas dengan urusan pribadi pejabat atau penguasa.

2. Birokrasi modern dicirikan dengan adanya spesialisasi tugas, adanya

hukum, pemisahan tugas dinas dan urusan pribadi.

Hal senada mengenai defenisi birokrasi juga dikatakan oleh Friedirch

Hegel. Menurutnya birokrasi itu merupakan hubungan antara negara dan

masyarakat melalui sebuah lembaga dan instansi. Untuk lebih jelas, defenisi

birokrasi menurutnya

“Birokrasi merupakan sebuah institusi yang menjembatani kepentingan

antara negara (State) yang kemudian merefleksikan dan memanifestasikan

untuk kepentingan umum masyarakat. Birokrasi tambahnya juga sebagai penjelmaan kepentingan umum masyarakat dari sebuah negara.”25

Birokrasi merupakan sebuah proses pengorganisiran secara teratur suatu

pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Dengan demikian sebenarnya

tujuan dari adanya birokrasi adalah agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan

cepat dan terorganisir. Bagaimana suatu pekerjaan yang banyak jumlahnya harus

24

P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012, hal 229.

25

(25)

diselesaikan oleh banyak orang sehingga tidak terjadi tumpang tindih di dalam

penyelesaiannya, itulah yang sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi. Birokrasi

juga memiliki semacam pembagian ataupun spesialisasi pelaksanaan berbagai

tugas-tugas oleh aparatur pemerintahan.

Birokrasi merupakan suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan

untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal yang baik

maupun buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen administrasi dan lembaga

politik. Selanjutnya dikatakannya bahwa didalam masyarakat modern terdapat

begitu banyak urusan-urusan dan hanya organisasi birokrasi yang mampu

menyelesaikannya.

Berangkat dari pandangan Hegel dan Weber, maka birokrasi merupakan

suatu keterhubungan antara negara dan masyarakat melalui sebuah lembaga yang

dikenal dengan pemerintah. Pemerintah dalam ruang lingkup negara Indonesia

terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Secara umum defenisi

pemerintah daerah ialahunsur penyelenggara pemerintah daerah yang terdiri dari

gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah.26

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 pasal 1

menyebutkan dalam menjalankan roda kegiatan pemerintah daerah dipimpin oleh Sedangkan pengertian

pemerintah daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun

2004 pasal satu menyebutkan Pemerintah daerah adalah penyelenggara unsur

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Kemudian pemerintah pusat merupakan unsur penyelenggara pemerintahan secara

nasional atau menyeluruh dalam negara kesatuan republik Indonesia yang

membawahi pemerintah daerah.

26

(26)

gubernur, bupati, walikota dan para wakilnya serta perangkat daerah27

Sebagai lembaga yang sangat penting dalam menjalankan sebuah daerah

pemerintah daerah memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Sebelumnya

telah dijelaskan bahwa defenisi pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang

No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah bahwa berbeda antara

Pemerintahan daerah dengan Pemerintah daerah. Adapun yang menjadi fungsi dan

peran pemerintah daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32

Tahun 2004 adalah:

sebagai

unsur penyelenggara pemerintah daerah. Awalnya sendiri pembentukan

pemerintah daerah sesuai dengan amanat pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Berangkat melalui defenisi Undang-Undang

Dasar 1945 ini maka telah dilahirkan berbagai produk undang-undang dan

peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang pemerintahan

daerah, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1948, Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1965, Undang No. 5 Tahun 1974, dan terakhir

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Setiap daerah memiliki dan dipimpin oleh kepala

pemerintah daerah yang disebut kepala daerah, untuk provinsi disebut gubernur,

untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. Kepala daerah

dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, yang masing-masing untuk provinsi

disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk kota

seperti wakil walikota. Dapat disimpulkan bahwa inilah bentuk tatanan birokrasi

yang terdapat di Indonesia sekaligus di setiap daerah.

28

27

Perangkat daerah yang dimaksud dalam UU RI No, 32 Tahun 2004 bagian kesembilan pasal yang ke 120 dijelaskan bahwa: (1). Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. (2). Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang terdapat di setiap daerah contohnya ialah dinas Pendapatan daerah, sedangkan lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Contohnya ialah badan perencanaan pembangunan daerah.

28

(27)

1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana

hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Pemerintah daerah yang dipilih secara demokrasi melalui pemilihan umum

merupakan suatu cara untuk menjalankan daerahnya sesuai keinginan masyarakat

di daerah itu. Hal yang paling diinginkan dari masyarakat di tingkat lokal ialah

pelayanan pemerintah terhadap masyarakatnya. Pelayanan masyarakat merupakan

fungsi paling mendasar dari keberadaan pemerintah dimanapun termasuk pula

pemerintah daerah. Untuk melaksanakan pelayanan yang baik kepada masyarakat

diperlukan lembaga-lembaga pembantu pemerintah termasuk dalam perencanaan

pembangunan. Fungsi pemerintah itu pada umumnya ialah stabilisasi, distribusi

dan pelayanan publik sekaligus. Jadi dengan demikian fungsi pemerintah daerah

sama dengan ketiga fungsi tersebut, hanya saja yang berbeda ialah cakupan dan

tekanan pada setiap fungsi di daerah yang dimaksud.

Sehingga tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah menjaga

ketertiban dalam kehidupan masyarakat sehingga setiap warga dapat menjalani

kehidupan secara tenang, tentram dan damai. Pemerintahan modern pada

hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, pemerintahan tidak diadakan

untuk melayani dirinya sendiri. Pemerintah dituntut mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang memungkinkan

setiap orang dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi

(28)

1.6.4. Kinerja Pemerintah Daerah.

Berdasarkan pengertian dari kamus besar bahasa Indonesia dikatakan

bahwa kinerja merupakan sesuatu sasaran ataupun tujuan yang harus dicapai.

Dalam hal ini dapat dikembangkan lagi bahwa kinerja dalam sebuah lembaga

berarti sasaran ataupun tujuan yang harus dicapai oleh lembaga atau instansi

tersebut. Selain itu biasanya kinerja ditentukan oleh sebuah periode waktu

tertentu. Dalam halnya sebuah organisasi, kinerja berarti merupakan sebuah

penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi

dan bawahan berdasarkan sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Hal senada juga dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara,

menurutnya kinerja merupakan sebuah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.29 Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan perlu

diberitahukan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

atau tingkat keberhasilan suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban

suatu organisasi baik itu perusahaan, instansi pemerintahan dan lembaga-lembaga

lainnya. Kinerja juga sangat berkaitan dengan kualitas individu-individu yang

melaksanakan tugas dari lembaga tersebut.

Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan

mengetahui apakah seseorang telah melaksanakan pekerjaannya dalam suatu

organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja

merupakan suatu evaluasi terhadap hasil kerja individu dengan membandingkan

dengan standart yang telah ditetapkan. Dalam sebuah instansi maupun lembaga

pemerintahan maka yang menjadi tolak ukur utama penilaian kinerja lembaga

29

(29)

ialah apakah lembaga dan instansi pemerintah ini telah mampu melaksanakan dan

menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu

mampu memberikan manfaat kepada masyarakat. Lembaga pemerintah sendiri

terkadang sering sulit untuk dilakukan penilaian karena tindakan dari instansi ini

melenceng dari tujuan dan misinya. Selain dikarenakan faktor para pelaksana dari

fungsi dan tujuan instansi itu sendiri yang tidak tepat melaksanakan tugasnya

ataupun gagal dalam mengemban tugas yang diberikan kepadanya.

Harus diakui bahwa penilaian terhadap kinerja sebuah lembaga sangat

diperlukan terlebih penilaian kinerja lembaga pemerintah khususnya pemerintah

daerah. Dalam kenyataanya setelah dilakukannya penilaian terhadap kinerja

pemerintah daerah maka diketahui bahwa kapabilitas, efektivitas maupun

responsivitas pemerintah daerah dan lembaganya cenderung kurang, dan

terkadang terlalu lemah. Perlu diingat bahwa penilaian kinerja bukan hanya

terpaut pada dokumen hasil kerja pemerintah daerah melainkan perlu memahami

keinginan dan kebutuhan masyarakat. Pengukuran dan penilaian kinerja terhadap

lembaga pemerintah daerah masih terpaut kepada tiga komponen penting yakni

input, output dan outcome setelah melalui beberapa proses dan tahapan.

Perlu beberapa indikator untuk melalukan penilaian terhadap kinerja

pemerintah daerah. Jika penilaian dan pengukuran kinerja pemerintah daerah

dikaikan dengan tingkat pertumbuhan, kenaikan kesejahteraan masyarakat maka

penilaian kinerja dapat dilihat melalui indeks pembangunan manusia (human

development index). Dari uraian teoritis mengenai kinerja dan defenisi kinerja

pemerintah daerah maka dapat disimpulkan, untuk pengukuran dan penilaian

kinerja pemerintah daerah ialah melalui seberapa jauh masalah sosial-ekonomi

masyarakat yang mencakup berbagai bidang mampu diatasi oleh pemerintah

daerah melalui instansi dan lembaga-lembaga teknis daerah. Berbagai bidang

yang menjadi ukuran penilaian kinerja ialah seperti bidang perekonomian,

(30)

Untuk menilai komponen kinerja pemerintah daerah terlebih dahulu perlu

ditetapkan beberapa indikator yang akan menjadi poin penilaian.30 Indikator pertama ialah efektivitas yaitu penilaian terhadap tingkat ketercapaian tujuan atau

tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat dan masalah sosial ekonomi yang

dihadapi oleh masyarakat, baik secara ketepatan output maupun pencapaian

outcome. Indikator kedua ialah efisiensi yaitu bagaimana rasio antara output dan

outcome dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Indikator yang

ketiga ialah relevansi yaitu apakah program dan kebijakan yang telah

diimplementasikan benar-benar sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan masalah

sosial-ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Inikator keempat ialah tingkat

ekonomi dan anggaran yaitu apakah program yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah daerah telah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Dan

indikator kelima ialah indikator keberlanjutan yakni apakah hasil yang telah

dicapai oleh pemerintah daerah dalam bidang sosial-ekonomi dicapai secara

keberlanjutan. Dalam melakukan penilaian kinerja terhadap pemerintah daerah

banyak indikator yang bisa dipergunakan. Namun kelima indikator ini merupakan

komponen penilaian kinerja pemerintah daerah yang paling utama dan mudah

untuk dilaksanakan oleh seorang peneliti.

1.7.Metodologi Penelitian

1.7.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang ingin mendekripsikan

objek penelitian berdasarkan fakta dan data yang ada dilapangan. Penelitian

deskriptif ini ingin mengungkapkan fenomena objek penelitian yang sedikit

banyak telah diketahui oleh peneliti.

30

(31)

1.7.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan

dipilihnya lokasi penelitian ini adalah karena kabupaten ini termasuk sebagai

salah satu kabupaten yang baru melaksanakan otonomi daerah di provinsi

Sumatera Utara. Selain itu penulis merasa tertarik dengan lokasi penelitian

ini, karena kabupaten ini seperti yang disebutkan oleh Bappenas merupakan

salah satu kabupaten yang tertinggal baik dalam pelaksanaan perencanaan

pembangunan daerah maupun dalam bidang lainnya. Selain itu data dalam

penelitian ini sedikit banyak diperoleh dari instansi pemerintah daerah

Kabupaten Pakpak Bharat. Salah satu instansi pemerintah daerah tersebut

ialah Badan Perencanaan pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten

Pakpak Bharat.

1.7.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka

penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data primer dan data sekunder.31 Teknik pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut.

1. Data primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui

sumber data yang diperoleh melalui buku-buku, data, artikel dan

dokumen pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Selain itu data

primer juga diperoleh melalui data-data dan dokumentasi dari lembaga

dan instansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Selain itu penulis juga mencari informasi dan referensi tambahan

melalui dokumen peraturan pemerintah daerah, kebijakan pemerintah

daerah, peraturan perundang-undangan, artikel, majalah, koran dan

31

(32)

sebagainya. Nantinya referensi dari sumber-sumber data tersebut dapat

dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini ialah melalui

metode wawancara (Interview). Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini ialah melalui metode Purpossive Sampling atau dikenal

dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan

narasumber yang menguasai informasi. Teknik pengumpulan data

melalui wawancara ialah dengan bertanya langsung kepada informan

ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta

melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yang terkait

dengan penelitian ini. Informasi tambahan juga diperoleh peneliti

dengan mengambil beberapa narasumber dari masyarakat setempat

mengenai kondisi pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.7.4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian ini ingin mendeskripsikan ataupun menggambarkan

objek yang diamati berdasarkan fakta dan data yang ada dilapangan setelah

dilakukannya penelitian. Peneliti menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif sehingga peneliti menggunakan metode wawancara, dokumentasi

dan data-data yang mendukung teori, yang kemudian diuraikan dan

dijelaskan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan penyelesaian terhadap

permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi teknik analisa data dalam

penelitian ini dimulai dari proses pengumpulan data melalui teknik

pengumpulan data kemudian dianalisis dengan variabel-variabel pada

kerangka teori. Permasalahan dalam penelitian ini akan terjawab setelah data

dan informasi telah terkumpul dari narasumber dan sumber-sumber yang

(33)

1.8.Sistematika Penelitian.

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta

untuk mempermudah isi dari penelitian ini, maka penulis membagi penulisan

penelitian ini ke dalam empat bab. Susunan sistematika penulisan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kerangka teori,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Perencanaan Pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010-2012

Bab ini ditujukan untuk mengambarkan segala sesuatu mengenai

deskripsi perencanaan pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat tahun

2010-2012. Kemudian profil kabupaten dan struktur pemerintah Kabupaten Pakpak

Bharat, serta jenis perencanaan pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat

ditahun 2010-2012.

BAB III : Kendala Pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2010-2012

Bab ini berisi analisis penyajian data dan fakta melalui metode

wawancara dan fakta yang diperoleh di lapangan. Selain itu pada bab ini akan

menampilkan dan mendeskripsikan perencanaan pembangunan serta kendala

yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Pakpak dalam

melaksanakan pembangunan daerah melalui Bappeda.

BAB IV : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang berisi

mengenai kesimpulan dan saran. Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, infak (infaq) diartikan mengeluarkan/menyerahkan sesuatu harta benda sesuai dengan kemampuannya. tidak membebani seseorang untuk berinfak melainkan sesuai dengan rezeki

Berdasarkan hasil diagram cartesius untuk mengetahui harapan dan kepuasan pengunjung Stasiun Gubeng Surabaya, dapat disimpulkan bahwa variabel yang perlu

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari sebelas sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2013, terdapat 10 sasaran strategis yang

analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. 5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik

Ricke Loesnihari SpPK-K, sebagai Sekretaris Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Sumatera utara, yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan kepada

Menimbang : Bahwa dalam rangka melaksanakan peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan  Nomor 57 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan perlu menetapkan

(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat , Pemerint ah, pemerint ah daerah dan/ at au sumber lain yang t idak

Apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), Investasi Daerah(X2), Jumlah Penduduk (X3), Jumlah Pelanggan Listrik (X4) berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di