• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Keberadaan jurnalistik sebagai disiplin ilmu tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi. Di era millenium global seperti sekarang, jurnalistik dipandang menjadi salah satu elemen yang memiliki kekuatan komunikasi. Efek jurnalistik tidak hanya luas, tetapi juga selalu up to date. Sejatinya, jurnalistik dan komunikasi bak dua sisi mata uang. Keduanya dapat menjadikan masyarakat lebih mudah dalam memperoleh informasi. Jurnalistik dan komunikasi pun memiliki peran yang sama penting. Sekalipun sebagian kalangan menempatkan jurnalistik menjadi bagian dari komunikasi, namun secara substansial, jurnalistik dan komunikasi memiliki kesetaraan. Jurnalistik dan komunikasi memiliki unsur-unsur pokok yang sama, yaitu (a) harus ada sumber, (b) harus ada pesan, dan (c) harus ada tujuan.

Sumber menjadi unsur pokok yang mengindikasikan asal atau sumber suatu informasi yang digulirkan. Dari mana informasi itu diperoleh? Tidak ada informasi, tanpa ada sumbernya. Pesan menjadi ciri yang harus ada dalam jurnalistik dan komunikasi. Setiap bentuk aktivitas jurnalistik dan komunikasi mengandung pesan, isi yang ingin disampaikan. Pesan adalah informasi dan mengacu pada apa yang perlu diketahui oleh publik. Tujuan merupakan unsur pokok jurnalistik dan komunikasi yang terkait dengan target pemaknaan dari pesan yang disampaikan. Untuk apa pesan disampaikan kepada publik? Tujuan ini pula yang pada akhirnya dapat menimbulkan persepsi dan kesan publik. Jadi, setiap informasi dalam bidang jurnalistik dan komunikasi pasti memiliki ketiga unsur pokok tersebut, baik sumber, pesan, maupun tujuan (Yunus, 2010:1-2).

(2)

massa, berita dan wartawan. Secara etimologi, istilah jurnalistik berasal dari journalism, yang berasal dari bahasa Perancis; journal, yang berarti catatan

harian. Catatan harian pada dasarnya dilakukan melalui berbagai tahapan, seperti proses mengumpulkan, mengolah, dan menyiarkannya (Yunus, 2010:17).

Jurnalistik merupakan suatu proses. Untuk memahami jurnalistik, tidak dapat dilakukan secara parsial (terpenggal). Proses jurnalistik dapat dimulai dari pencarian bahan berita, peliputan berita, penulisan berita, publikasi berita hingga evaluasi berita. Jurnalistik sebagai proses mengisyaratkan bahwa berita dengan segala bentuknya dilahirkan harus melalui proses yang memadai dan akurat. Kehadiran berita harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam perspektif jurnalistik, tidak ada berita yang bersifat “asal jadi”. Berita asal jadi hanya dapat terjadi pada media massa yang tidak kredibel sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Fotografi dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos": Cahaya dan "Grafo": Melukis/menulis adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa) (http://id.wikipedia.org).

(3)

massa cetak) tidak lepas dari tujuan jurnalistik, yaitu menyebarkan berita seluas-luasny

Perkembangan fotografi baik secara langsung maupun tidak, selaras dengan perkembangan bidang jurnalistik. Teknologi digital yang berkembang pesat saat ini pun memberi sumbangsih yang signifikan. Foto yang merekam sebuah peristiwa dapat dengan segera disebarluaskan dalam hitungan detik saja dengan menggunakan kamera digital serta perangkat komputer yang memiliki fasilitas internet. Menurut Guru Besar Universitas Missouri, Amerika Serikat, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut editor majalah Life, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya

Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry.

Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita. Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar. Kedua, fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat (to generate interest). ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi

lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata rias/perwajahan surat kabar dan majalah secara garis besar

(4)

masyarakat Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan di media yaitu tragedi di Mesuji Lampung.

Tragedi Mesuji, yang begitu memilukan, konflik antara warga sekitar dengan perusahaan pengelola perkebunan Sawit, sampai terjadi pembunuhan sadis serta pembantaian orang, hal tersebut menjadi perhatian rakyat Indonesia saat ini. Pemerintah serta pihak-pihak terkait harus segera menyelesaikan pelanggaran HAM berat ini yang diduga pihak aparat kepolisian juga terlibat. Banyak versi kronologis konflik Mesuji bahkan antara pihak kepolisian, pemerintah serta warga sekitar memiliki versi yang berbeda terkait kronologis konflik dan pembantaian di Mesuji. Konflik berawal dari Register 45 yang merupakan lahan adat desa Talang Batu seluas 7 ribu hektar yang diklaim ke Hutan Tanaman Industri Register 45 yang dikuasai oleh PT Inhutani V dan PT Silva Lampung Abadi. Semula berdasarkan SK Menhut No. 688/Kpts-II/1991 luas Reg. 45 adalah 32.600 hektare. Kemudian 17 Februari 1997 Menhut mengeluarkan SK No.93/Kpts-II/1997 tentang menambah luas Hak Pengelolaan kawasan HTI menjadi 43.100 Hektare. Menjawab usul masyarakat adat mengenai klaim tanah seluas 7000 hektare, diterbitkan kembali surat No. 1135/MENHUTBUN-VIII/2000. Surat itu hanya menyetujui lahan seluas 2.600 Hektare. Konflik lain di Mesuji terjadi pada 1994, saat PT BSMI mendapatkan Ijin Lokasi dan 1997 dan mendapatkan HGU dengan luas area 17 ribu hektare. Pembagiannya 10 ribu hektare diberikan kepada perusahaan untuk dikelola pengusaha dan 7 ribu hektare merupakan tanah Plasma diberikan kepada warga untuk mengelola dan mendapatkan keuntungan hasil tanaman. Kekerasan terhadap petani memang sudah lama terjadi di wiayah Mesuji, baik Lampung maupun Sumatera Selatan.

(5)

off road melintasi jalan berlumpur. Kendaraan harus ditinggalkan di desa terdekat

sejauh 12 kilometer dari Desa Sritanjung dan ganti menumpang truk yang biasa dipakai mengangkut kelapa sawit termasuk wartawan dari harian Kompas

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk manganalisis fotojurnalistik selama kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas, karena dalam foto tersebut menggambarkan bagaimana warga mesuji Lampung ingin memperjuangkan hak-hak mereka juga berusaha mendapatkan perlindungan dan keadilan dari Pemerintah. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian tersebut merupakan surat kabar berskala nasional dan memiliki foto-foto yang bagus untuk dianalisis. Peneliti akan menganalisis foto pada Harian Kompas tanggal 16 Desember 2011-24 Februari 2012.

1.2. Fokus Masalah

Perumusan masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah dintentukan. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka fokus masalah yang akan peneliti angkat adalah Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada analisis isi fotografi jurnalistik tentang kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung pada Harian Kompas

2. Penelitian dilakukan dengan menganalisis foto-foto dari Harian Kompas terbitan 16 Desember 2011-24 Februari 2012

(6)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotografi jurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung pada Harian Kompas.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan foto jurnalistik.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan kepada mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU, serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai fotografi jurnalistik.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini juga dilengkapi dengan WebGis yang dikoneksikan dengan WebGis Bappeda sehingga gampong memiliki opsi memilih lokasi yang menjadi objek usulan

Neither is PT NH Korindo Sekuritas Indonesia, its affiliated companies, employees, nor agents liable for errors, omissions, misstatements, negligence, inaccuracy

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa service quality berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Apabila brand belum terisi dan Anda tidak dapat mengisi kolom brand, mohon untuk menghubungi Partner Support dengan menyertakan Seller SKU, Nama Seller, dan brand yang

Siswa diberi kesempatan untuk menggali pengetahuannya secara aktif yang dapat meningkatkan pemahamannya terhadap konsep-konsep yang dipelajari (Pribadi, 2014:

Kemudian data dianalisis untuk melihat gambaran umum dari data yang telah dikumpulkan, untuk melihat distribusi dari variabel bebas yaitu status gizi, status

Apabila service quality di jalankan oleh suatu perusahaan dengan baik maka akan menimbulkan suatu rasa kepercayaan terhadap produk yang di tawarkan oleh