BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan
2.1.1 Definisi Kewirausahaan
Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).
Schumpeter (dalam Alma, 2005:21) menyatakan bahwa
wirausahawan adalah individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu memberikan respon secara kreatif dan inovatif.
2.1.2 Pemahaman Kewirausahaan
“Istilah entrepreneurship dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa kata yang sering diartikan sama, di antaranya adalah wiraswasta, pengusaha, pedagang, saudagar, dan yang terakhir wirausaha” (Lupiyoadi, 2007:2). Wirausahawan atau entrepreneurship adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri ataupun berkelompok. Dalam pemikiran seorang wirausahawan, ia selalu berusaha mencari, memanfaakan peluang usaha yang dapat memberi keuntungan.
Menurut Hisrich ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, entrepreneur, dan entrepreneurial. Uraian dari empat
pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
3. Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
(dalam
melakukan sebuah usaha perlu manajeman sebagai seni dan ilmu pengetahuan yang mengontrol jalannya usaha tersebut.
Manajemen sebagai usaha seni merupakan suatu kemahiran penerapan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Seni dikatakan sebagai suatu kemahiran dalam pelaksanaan kerja yang diperoleh karena bakat, pengalaman, pelajaran, atau observasi. Seorang entrepreneur harus mempunyai motivasi untuk mengambil risiko atas peluang yang telah dijalankan.
Menurut Hendro & Chandra W.W (2006:21) mengatakan bahwa entrepreneur adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang. Hal – hal itu antara lain: pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), pengalaman (experiences), jaringan (networking), informasi – informasi yang didapat (information), Sumber – sumber yang ada (sources-uang, bakat, lingkungan, keluarga, dan lain – lain), waktu yang ada (time), masa depan dan kesempatan (”future and opportunity”)
Menurut Hendro (2011:4) kewirausahaan adalah kemampuan untuk merangkai dan memberdayakan semua yang dimiliki. Perlu disadari bahwa saat ini pengetahuan akademis saja tidaklah cukup untuk menjadi bekal di masa depan. Walaupun lulus dengan predikat yang sangat baik, namun bila pengetahuan (prestasi) akademis tidak dilengkapi dengan kemampuan (skill) atau keahlian yang lain, hal itu tidaklah cukup.
untuk mengelola, memberdayakan, dan memanfaatkan pengetahuan akademis dalam mengatasi masalah, kesulitan, dan tantangan yang dihadapi. Untuk itu, kreativitas dan inovasi berfungsi melengkapi.
2.1.3 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Beberapa sifat dasar dan kemampuan yang biasanya ada pada diri seseorang wirausaha. Menurut Sukardi (2003) ada sembilan karakteristik tingkah laku kewirausahaan yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian terhadap wirausaha di seluruh dunia, diantaranya sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan risiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian (dalam
Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Pengalaman yang diperoleh di bangku kuliah ini diharapkan dapat dilanjutkan setelah lulus, sehingga muncullah wirausahawan baru yang berhasil menciptakan kerja, sekaligus menyerap tenaga kerja.
Menurut Hendro (2011:165-166), sikap seorang wirausahawan adalah: 1.Sikap selalu berpikir positif dalam menghadapi segala hal (positive
thinking)
2.Respons yang positif dari individu terhadap informasi, kejadaian, kritikan, cercaan, tekanan, tantangan, cobaan, dan kesulitan
3.Sikap yang berorientasi jauh ke depan, berpikiran maju, bersifat prestatif dan tidak mudah terlena oleh hal-hal yang sudah berlalu 4.Sikap tidak gentar saat melihat pesaing (competitor)
5.Sikap yang selalu ingin tahu, selalu mencari jalan keluar bila ingin maju
7.Sikap yang penuh semangat dan berjuang keras (pantang menyerah) sehingga menimbulkan dampak yang baik untuk dunia sekelilingnya
8.Punya komitmen yang kuat, integritas yang tinggi, dan semangat yang kuat untuk meraih impiannya.
Menurut Siswoyo (dalam Jurnal Ekonomi Bisnis, 2009:116) mengenai bisnis entrepreneur, bahwa
masa depan bisnis entrepreneur digambarkan akan terus cemerlang. Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Pengalaman yang diperoleh di bangku kuliah ini diharapkan dapat dilanjutkan setelah lulus, sehingga muncullah wirausahawan baru yang berhasil menciptakan kerja, sekaligus menyerap tenaga kerja.
2.2 Motivasi Kewirausahaan
2.2.1 Pengertian Motivasi Kewirausahaan
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu atau kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action or activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbanga 2012)
Motivasi dapat menumbuhkan situasi kerja sama yang baik atau sebaliknya menumbuhkan situasi berkompetisi yang sehat. Seseorang dianggap mempunyai motivasi berprestasi tinggi, apabila ia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik daripada yang lain dalam berbagai situasi dan kekuasaan. Peran Motivator adalah upaya yang dilakukan untuk menyadarkan dan mendorong wirausahawan untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan itu.
2.2.2 Faktor-faktor Motivasi dalam Berwirausaha
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka.
Pihak perguruan tinggi perlu menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang kongkrit berdasar masukan empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini dapat memicu para mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi tersebut menularkan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah dan seremoni kesuksesan yang telah terjadi para mereka kepada masyarakat sekitarnya.
Seorang wirausaha utamanya tidak dimotivasi oleh financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak sesuai, selain untuk menemukan arti baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi tersebut yaitu pertama The foreign refugee yaitu peluang-peluang ekonomi di negara lain yang lebih menguntungkan sering kali mendorong orang untuk meninggalkan negaranya yang tidak stabil secara politis untuk berwirausaha di sana.
Kedua, The corporate refugee yaitu pekerja-pekerja yang tidak puas dengan lingkungan perusahaannya merasa bahwa kepuasan kerjanya akan meningkat dengan memulai dan menjalankan bisnis sendiri. Ketiga, The parental (paternal) refugee maksudnya banyak individu yang memperoleh pendidikan dan pengalaman dari bisnis yang dibangun oleh keluarganya sejak ia masih anak-anak. Mereka biasanya kemudian akan berusaha untuk mencoba bisnis lain daripada yang selama ini dikerjakan oleh keluarga.
Keempat, The feminist refugee, artinya para wanita yang merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki-laki, baik dalam sistem pendidikan, lingkungan perusahaan, maupun dalam masyarakat, akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu dengan mendirikan perusahaan sendiri. Kelima, The housewife refugee, para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu suaminya dalam hal keuangan karena kebutuhan anak-anak yang makin dewasa makin besar. Mereka biasanya akan mencoba bisnis kecil-kecilan dengan dibantu oleh anggota keluarga lainnya.
Kelima, The society refugee adalah anggota masyarakat yang tidak setuju dengan kondisi lingkungannya biasanya akan mencoba menjalankan usaha yang tidak terikat dengan lingkungan yang ada. Terakhir, The educational refugee artinya banyak orang yang gagal dalam studinya atau mereka yang tidak cocok dengan sistem pendidikan yang ada, menjadi terpacu untuk berwirausaha.
Pribadi:
Sumber: William D Bygrave (dalam Suryana, 2003:40)
Gambar 2.1 Model Proses Kewirausahaan
Berdasarkan Gambar 2.1 maka kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan resiko, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah model peran, peluang, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah.
INOVASI KEJADIAN PEMICU IMPLEMENTASI PERTUMBUHAN
Lingkungan: • Peluang
Peluang yang membuat mahasiswa tergiur untuk menjadi young entrepreneur adalah masa dimana mereka mulai menjalankan usaha tanpa
dibebani dengan pemikiran negatif atas gagalnya suatu usaha. Hal ini diakibatkan besarnya minat akan mendapatkan sesuatu dari hasil kerja keras sendiri. Mahasiswa yang mandiri dan berfikir kreatif tentunya tidak akan menyiakan peluang yang diberikan untuk membuka suatu usaha.
Bakat yang sudah tertanam sejak kecil membuat seseorang mempunyai minat yang besar untuk memulai suatu usaha. Jika ini terus tertanam, maka akan terbentuk seorang young intrepreneur dengan pengalaman yang tidak diragukan lagi. Modal untuk sukses dalam wirausaha adalah diri sendiri, keahlian, networking, kreatifitas, dan dana.
Menurut Hendro (2011:61-63) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan hidupnya. Faktor-faktor itu adalah factor individual/personal, suasana kerja, tingkat pendidikan, personality (kepribadian), prestasi pendidikan, dorongan keluarga, lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai atau self-esteem, serta keterpaksaan dan keadaan.
2.3 Kerangka Konseptual
dapat menjadi daya saing bangsa, pengembangan wirausahawan muda perlu diarahkan pada kelompok orang muda terdidik (intelektual).
Zimmerer (2002:12) menyatakan bahwa “salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan”. Maka, perlu dibina kepribadian individu yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha. Dengan memiliki jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan tantangan dalam hidupnya.
Seorang wirausaha dicirikan oleh jiwa yang dimilikinya yang dikembangkan melalui kegiatan praktis berwirausaha dan kemauan keras untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan. Dalamskill dan yang kedua adalah mindset entrepreneur
Menurut Hendro (2011:30), entrepreneurship atau kewirausahaan adalah “suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada di dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang”. Entrepreneurship meliputi ilmu pengetahuan (knowledge), kepribadian atau sikap, filosofi, skill atau keterampilan.
Sumber: Zimmerer (2002), Suryana (2006), Hendro (2011), Data diolah Peneliti (Mei 2012)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman untuk dapat mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang diharapkan (Kuncoro, 2009:59). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah pemahaman kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi mahasiswa untuk menjadi young entrepreneur.
2.5 Penelitian Terdahulu
“Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan SMK di Kota Surakarta” adalah penelitian yang dilakukan oleh Muladi Wibowo (2011) dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dan korelasional. Variabel X yang digunakan antara lain faktor internal (X1), faktor eksternal (X2), faktor pembelajaran (X3), dan kesiapan instrument (X4) dan variabel Y yaitu minat siswa SMK berwirausaha setelah lulus. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel faktor internal (X1), faktor eksternal (X2), faktor pembelajaran (X3) kesiapan instrumen (X4) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
Pemahaman Kewirausahaan (X)
Ilmu Pengetahuan (Knowledge) (X1) Kepribadian atau Sikap (X2)
Skill atau Keterampilan (X3)
signifikan dengan minat siswa untuk berwirausaha setelah lulus sekolah di kota Surakarta.
Angki Adi Tama (2010) melakukan penelitian dan studi tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Menjadi
Entrepreneur (Studi Pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Undip)”. Hasil