(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-1
BAB. VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1. Pengembangan permukiman
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman
yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan
permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
pengembangan permukiman yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, pengembangan ekonomi dan sosial budaya.
Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari
pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan
penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Dampak negatif
urbanisasi yang telah berlangsung selama ini lebih disebabkan oleh tidak
seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan,
sehingga memunculkan adanya daya tarik kota yang dianggap mampu
memberikan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat perdesaan atau luar
kota, sementara latar belakang kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat
marjinal.
Pengembangan permukiman wilayah kota dimaksudkan untuk dapat mewujudkan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-2 mengarahkan pertumbuhan wilayah; dan menunjang kegiatan ekonomi melalui
kegiatan pengembangan permukiman.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, maka kebutuhan
penyediaan akan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat pula, baik
melalui peningkatan maupun pembangunan baru. Selanjutnya pemenuhan akan
kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun
lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga kapasitas
daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai
menurun yang pada gilirannya memberikan konstribusi terjadinya lingkungan
permukiman kumuh.
Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang
sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Demikian juga Pemerintah Kota Singkawang selama ini telah melakukan
pengembangan permukiman di perkotaan:
1) Peningkatan Kualitas Permukiman, bagi masyarakat miskin yang tersebar
di beberapa lokasi di Kota Singkawang;
2) Pengembangan kawasan perbatasan antar kota dan sekitarnya.
Di sisi lain terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang sangat cepat
dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi dan mengakibatkan lingkungan
permukiman menjadi kumuh (slum area) serta terbatasnya prasarana dan sarana
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-3 6.1.1. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Keberadaan desa-desa di Kota Singkawang memiliki potensi lebih, seperti: potensi
ekonomi, sosial budaya, wisata, prasarana dan sarana. Sebagian desa telah
ditetapkan sebagai kawasan agrowisata. Kondisi lingkungan perumahan dan
permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan
perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang
masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya.
Masyarakat Kota Singkawang sebagian besar bertempat tinggal di kawasan
perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya
prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan
perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan
padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan
menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat
menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas
dll.
Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan,
peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu bantuan
stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, perumahan dan permukiman
juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Singkawang, yang diberikan kepada
warga/masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas
PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.
Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu
ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni
dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya.
6.1.3. Aspek pendanaan dan kelembagaan
Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman masyarakat sebagian besar
masih menggantungkan pendanaannya dari pemerintah karena pendanaannya
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-4 yang relatif kecil, masyarakat melakukannya secara swadaya. Bantuan stimulan
sebagai pendorong dalam perbaikan prasarana dan sarana dasar perumahan dan
permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Singkawang, yang
diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk
meningkatkan kualitas perumahan maupun lingkungannya. Dinas PU/Cipta Karya
Kota Singkawang dan Dinas Tata Kota selama ini mengelola pembangunan
prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan
permukiman antara lain sebagian masyarakat belum menyadari dengan baik
pentingnya permukiman sehat dan berkualitas sehingga sosialisasi diperlukan
untuk menyamakan persepsi pentingnya menjaga lingkungan permukiman untuk
meningkatkan kesejahteraan warga dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri.
Permasalahan lain yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan di
lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan
yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi
masyarakat dan masyarakat migran untuk datang dan tinggal karena kemudahan
aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi
kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti:
sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk
tempat jualan atau bahkan sebagai tempat hunian.
6.1.4. Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan
sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.
Pembangunan dan pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan
kawasan agrowisata perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-5 melengkapi. Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam
penyediaan prasarana dan sarana dasar kota.
Penetapan kawasan desa yang berbasiskan pariwisata di Kota Singkawang perlu
ditindaklanjuti dengan program/kegiatan yang mendukung pembangunan
kawasan. Rencana tindak setiap tahunnya yang telah disusun perlu didukung, baik
itu dukungan kebijakan maupun pendanaannya dari pemerintah pusat, propinsi
maupun Pemerintah Kota Singkawang. Selain itu peran pihak swasta dan
masyarakat juga perlu ditumbuhkembangkan sehingga warga masyarakatnya
mampu mandiri.
Kajian-kajian lanjutan dalam penentuan kawasan pertumbuhan tetap dilakukan
sehingga akan ada pengembangan kawasan baru yang memiliki potensi-potensi
lain yang spesifik atau memiliki karakteristik yang berbeda antar kawasan.
Sehingga nantinya secara lebih luas, antar kawasan akan saling mendukung dan
melengkapi untuk keberhasilan pembangunan di wilayah Kota Singkawang.
Program/kegiatan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta
penyediaan prasarana dasar untuk meningkatkan kualitas permukiman di Kota
Singkawang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena masih adanya
pandangan/persepsi masyarakat bahwa pemerintah yang akan memperbaiki
prasarana dan sarana dasarnya. Di sisi lain, masih ada masyarakat yang belum
mampu meningkatkan kondisi perumahan dan permukiman menjadi layak huni
melalui perbaikan perumahan maupun lingkungannya sendiri.
Pemberian bantuan stimulan dari Pemerintah Kota Singkawang selama ini hanya
sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut membangun dan selanjutnya dapat
mandiri dalam memperbaiki perumahan dan permukimannya menjadi lebih sehat
dan layak huni.
6.1.5. Sistem Infrastruktur Permukiman yang Diusulkan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-6 Kota Singkawang juga mengembangkan kawasan agrowisata. Kawasan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata adalah pada kawasan pantai.
Strategi pengembangan wilayah dan usaha pariwisata perlu disinergikan untuk
mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan. Pengembangan infrastruktur
perlu disiapkan secara matang dengan memperhatikan keterkaitan aktivitas yang
akan dikembangkan, baik dampak ke belakang maupun dampak ke depan.
Agrowisata sebagai suatu sistem perlu disediakan infrastruktur dasar dan
pendukungnya, seperti: jaringan jalan, air bersih, sarana pengolahan, pemasaran
serta adanya kemandirian sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai
(suprastruktur) dan berakar kuat. Artinya bahwa membangun kawasan perdesaan
dengan kegiatan utama agrowisata, tak pelak lagi merupakan pembangunan sub
sistem infrastruktur dan suprastruktur dalam suatu sistem kawasan kota secara
terpadu.
Agrowisata (kota dengan basis pengembangan pariwisata) merupakan salah satu
upaya memepercepat pembangunan perdesaan sehingga tidak lagi bertumpu pada
pusat-pusat pertumbuhan yang biasanya terletak di pusat-pusat kota. Melalui
agrowisata, desa dengan fasilitas kota akan tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem pengelolaan pariwisata yang mampu melayani, mendorong,
menarik kegiatan pembangunan di wilayah sekitarnya sehingga menjadi suatu
sistem kawasan yang komplementer dan terpadu.
3. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kota Singkawang diarahkan
pada penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sehat sederhana
(RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas
permukiman.
Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan prasarana
dan sarana dasar untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Singkawang. Tetapi belum semua kawasan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-7 ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan
dan permukiman yang sehat dan layak huni.
Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan
membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, demikian
juga di Kota Singkawang. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan
dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan
ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang
ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak
mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem
pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin
kompleks.
Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kota
Singkawang akan menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan
menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan
permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni.
6.2. Penataan bangunan dan lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan,
khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota dan hanya bangunan
gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pemerintah
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-8 Selain itu, Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang
wilayah (RTRW).
Rencana struktur penataan bangunan menggambarkan susunan unsur-unsur
pembentuk bangunan dan lingkungan dalam struktur ruang kabupaten. Rencana
pola penataan bangunan menggambarkan letak, ukuran, fungsi dan kegiatan
pembangunan terhadap individu, sosial masyarakat dan lingkungan.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung
dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, dengan misi memberdayakan
masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni,
berjati diri, serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih
mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Konsep penataan bangunan dilakukan melalui pendekatan perbaikan kawasan
tertinggal dan kumuh dengan peningkatan kualitas bangunan permukiman yang
terdiri dari 2 (dua) model, yakni:
• Konsep preventif (pencegahan), dengan mengurangi/menghambat
bertambahnya bangunan di lokasi perumahan kumuh, yang
mencakup:
Pengendalian migrasi dari desa ke kota dengan mendorong pembangunan
dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan.
Penegakan hukum/regulasi yang terkait dengan IMB
Penertiban, revitalisasi, dan pemindahan dengan cara yang manusiawi dan
partisipatif.
• Konsep kuratif (penanggulangan), dengan memecahkan persoalan bangunan
pada permukiman kumuh secara fisik maupun sosial ekonomi masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat yang mencakup:
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-9 Pemberdayaan usaha pengembangan ekonomi lokal dan penciptaan
lapangan kerja.
Penataan bangunan dilakukan dengan tetap mempertahankan jati diri dari
bangunan yang bernilai historis. Penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan untuk merevitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan
niiai tambah fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat agar tercapai kesejahteraan
yang lebih baik.
Peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum penataan bangunan: UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menggariskan
bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman secara menyeluruh,
terpadu, bertahap dan mengacu kepada rencana tata ruang wilayah (RTRW) PP No. 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28/2002, bahwa
semua bangunan gedung harus layak fungsi dan mengamanatkan
penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan pemerintah
daerah dan hanya bangunan gedung negara yang merupakan kewenangan
pusat.
Kebijakan Pemerintah Kota Singkawang dalam penataan gedung dan lingkungan
didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Singkawang, yaitu
untuk:
a. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai
dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan
kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir.
c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien
berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-10 Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan
ruang daerah yang meliputi:
a. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas
keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah
perencanaan;
b. Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin
tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah
dan air permukaan serta penanggulangan banjir dengan mempertimbangkan
daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.
6.2.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kebutuhan penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kota Singkawang masih
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan visi dan misi Kota Singkawang. Dukungan
program/kegiatan dalam penataan bangunan dan lingkungan khususnya di
kawasan perkotaan masih sangat dibutuhkan, seperti: rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL) Kota Singkawang yang belum ada yang merupakan
acuan/pedoman dalam pembangunan dan pengendalian ruang,selain itu bantuan
teknis sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang
lebih baik, terencana dan berwawasan lingkungan, seperti: bantuan teknis
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan Gedung; pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dll.
Sedangkan dokumen-dokumen perencanaan yang selama ini telah disusun perlu
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan/implementasi di lapangan sehingga dokumen
perencanaan tersebut berguna dan tidak sia-sia.
6.2.2. Usulan dan prioritas kegiatan
1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-11 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan
gedung;
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara; Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan
Gedung;
Percontohan pendataan bangunan gedung;
Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan; Rehabilitasi bangunan gedung negara;
Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan
Permukiman dan Bangunan (PIPPB).
2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman
kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman
tradisional;
3) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan replikasi
6.3. Sistem penyediaan air minum
Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan
dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan.
Pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan
air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di
kawasan rawan air dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-12 Penyusunan rencana program investasi infrastruktur pengembangan air minum
harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (RI-SPAM) sebagai acuan/ pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan air minum pada suatu daerah.
6.3.1. Gambaran kondisi pelayanan
Pelayanan air minum di Kota Singkawang dilayani oleh PDAM Kota Singkawang,
sedangkan masyarakat yang belum terlayani menggunakan air minum yang
diambil dari air sumur atau air hujan yang ditampung dalam bak penampungan.
Selain itu adanya pihak swasta yang mengolah air bersih menjadi air minum dalam
kemasan dengan daerah layanan tidak hanya di Kota Singkawang saja tetapi
sampai keluar daerah.
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Singkawang juga memberikan
pelayanan air minum kepada masyarakat dengan kegiatan berupa pembangunan
sarana air minum perdesaan. Sumber air yang digunakan adalah air yang berasal
dari gunung dan sungai. Pembangunan sarana air minum ini yaitu dengan
membangun daerah tangkapan mata air (broncaptering) yang kemudian dialirkan
ke bak pembagi terus disalurkan ke hidran umum dan selanjutnya warga
masyarakat mengambil air dari hidran umum tersebut.
Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak lepas dari
aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai pemakai jasa
yang berperan sekaligus, baik dalam melestarikan lingkungan dan menjaga
kelestarian dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang berkesinambungan,
juga terkait dengan aspek sosial budaya atau kebiasaan atau budaya yang dianut
masyarakat tersebut. Disiplin dalam membayar tagihan, berhemat dalam
pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air merupakan
beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-13 Peran serta swasta juga diharapkan ikut membantu dalam penyediaan dana untuk
investasi guna mempercepat pertumbuhan dan peningkatan kualitas pelayanan air
minum, khususnya di daerah dimana masyarakat mampu menanggung biaya
investasi swasta yang didasari atas perhitungan komersial.
6.3.2. Sistem non perpipaan
Kota Singkawang mempunyai 3 (tiga) titik sumber air baku permukaan yaitu :
1. Lokasi Danau Serantangan
2. Lokasi Sungai Seluang dan
3. Lokasi Sungai Semelagi Hulu
Ketiga (3) lokasi (zona 1) sumber air baku permukaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan, hanya sayang 2 (dua) lokasi yakni; Danau Serantangan dan Sungai
Seluang sudah tercemar limbah penambangan emas liar (PETI) yang mengandung
mercuri yang diatas ambang batas kelayakan untuk dikonsumsi. aktifitas PETI
sampai ini masih dan terus beroperasi. Pemerintah Kota Singkawang tidak dapat
mengatasi masalah PETI ini disebabkan kegiatannya berada diareal yang masuk
wilayah Kabupaten Bengkayang dan limbahnya masuk kewilayah Kota
Singkawang. Sehingga sumber air bersih Kota Singkawang pada (zona 1), yang
dapat diolah menjadi air bersih hanya sumber air baku permukaan dari Sungai
Semelagi Hulu. Untuk Tahun Anggaran 2008–2013 dianggarkan kapasitas
terpasang IPA sebesar 300 l/detik dan Kapasitas Produksi sebesar 250 l/detik.
Kemudian didukung oleh sumber Air Eria kapasitas produksi 80 l/detik, sumbar Air
Hang Moi II kapasitas Produksi 20 l/detik, sehingga total kapasitas produksi pada
zone I sebesar 350 l/detik dengan kebocoran 30%. Proyeksi zone I dapat
memenuhi kebutuhan air bersih sebesar 193.846 jiwa.
Area Kecamatan Singkawang Timur (zona 2) dengan jumlah penduduk pada
Tahun 2006 sebanyak 18.431 jiwa. Kawasan Singkawang Timur merupakan
kawasan pegunungan yang banyak memiliki sumber air baku dari mata air gunung
yang melimpah. Kecamatan Singkawang Timur meliputi 5 (lima) desa. Hanya
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-14 Kebutuhan air bersih Desa Mayasopa dalam program perdesaan mendapat suplai
air baku dari Desa Bagak Sahwa yaitu untuk memenuhi kawasan penduduk asli
dan penduduk pendatang (program transmigrasi). Untuk Kawasan Singkawang
Timur pemenuhan kebutuhan air bersih tidak mengalami masalah. Sumber air
baku yang di proyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada Singkawang
Timur yaitu ; Eria, Bagak dan Poteng dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 80
l/detik. Asumsi tingkat Kebocoran 30%, mampu memenuhi kebutuhan air untuk
44.310 jiwa.
Kawasan Kecamatan Singkawang Selatan (zona 3) dengan jumlah penduduk pada
Tahun 2006 berjumlah 37.027 jiwa, mempunyai topografi sebagian wilayah
pegunungan dan sebagian wilayah pesisir pantai. Kawasan ini memiliki banyak
sumber mata air gunung yang di proyeksikan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat. Sumber air baku yang diproyeksikan pada kawasan ini;
Desa Sombang, Pasi dan Hangmoi dengan total produktifitas sebesar 95-100
l/detik dengan tingkat kebocoran 30%. mampu memenuhi kebutuhan air untuk
52.615 jiwa.
6.3.3. Sistem perpipaan
Jaringan pipa distribusi yang terdiri dari pipa induk, pipa sekunder dan pipa tersier
masih memanfaatkan jaringan pipa eksisting yang saat ini kondisinya masih baik.
Penambahan pipa baru untuk daerah pengembangan maupun untuk mengganti
pipa yang kapasitasnya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk
daerah yang belum terlayani oleh jaringan pipa air bersih. Untuk memudahkan
dalam pengendalian kebutuhan air minum disetiap wilayah, maka wilayah Kota
Singkawang dibagi dalam beberapa zona distribusi. Untuk zona yang belum jenuh
merupakan potensi untuk PDAM dalam rangka program penambahan sambunga
rumah (SR). Beban Jumlah SR yang harus dsilayani akan mempengaruhi dimensi
pipa yang akan dipasang semakin besar beban SR semakin besar dimensi yang
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-15 Berdasarkan Proyeksi kebutuhan air sampai tahun 2016 untuk jangka 5 tahun
dimana kebutuhan maksimal adalah 200 lt/dt sedangkan untuk kebutuhan jam
puncak adalah 250 lt/dt berdasarkan kriteria desain untuk pipa distribusi
menggunakan jam puncak, sedangkan untuk pipa transmisi dan unit-unit lainnya
seperti reservoir, bak penangkap air ataupun intake digunakan kapasitas
maksimum.
Debit yang ada saat ini adalah 80 lt/dt dan ditambah dari Sijangkung 5 lt/dt, dari
Hangmoi I sebesar 15 lt/dt dan Hangmoi II 15 lt/dt, debit yang ada sekarang total
115 lt/dt, kekurangan yang ada berkisar 100lt/dt. Kekurangan ini akan diambil dari
Sungai Seluang dengan kapasitas 100 lt/dt dengan tambahan program pompa
intake, tambahan pipa transmisi 10 km, pompa distribusi, pompa back wash,
laboratoriun, plate settler, pasir fiter reservoir kapasitas 150 m3 dll.
Sumber air baku yang akan dikembangkan adalah Hangmoi I dan Hangmoi II
dilokasi bendung sumber tersebut pada musim kemarau IPA Tirtayasa mendapat
tambahan 60 lt/dt untuk menggati Intake Tirtayasa yang sumber airnya mudah
tercemar oleh lingkungan dan kegiatan penduduk.
Untuk memenuhi WTP II dimusim kemarau dan musim hujan air baku diambil
dari sungai Seluang dan pompa Intake Seluang dengan kapasitas 3 x 55 lt/dt
dengan head total 60 m. Pemasangan pompa ini diharapkan dapat membantu
sumber air baku.
Kota Singkawang saat ini mempunyai pelanggan berkisar 11.209 sambungan yang
terdiri dari sambungan domestic, non domestic, niaga social, dan lain-lain.
Permasalahn yang dihadapi saat ini adalah kurangnya debit pelayanan terutama di
musim kemarau sebagai contoh WTP I yang pada musim kemarau dari sumber
Eria hanya mampu mensuplai air baku berkisar antara 20 s/d 30 lt/dt sedangkan
kekurangannya disuplai dari intake Tirtayasa dan itupun hanya mampu mensuplai
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-16 Intake Tirtayasa sangat tergantung dari kondisi dan keadaan pompa yang ada,
apabila pompa intake kapasitas berkurang mak praktis kapasitas optimum IPA
yang dapat dioperasikan antara 60 s/d 70 lt/dt. Belum lagi pompa yang
digunakan untuk distribusi umurnya sudah tua dan kapasitas dan head total sudah
menurun jika hal ini dibiarkan pada musim kemarau kapasitas produksi maupun
distribusi akan jauh menurun. Belum lagi kondisi pipa distribusi yang
kebocorannya menurut catatan sudah mencapai 39% yang berarti kondisi
kapasitas distribusi yang efektif hanya 60 Lt/dt di musim hujan dan musim
kemarau bisa mencapai 40 lt/dt. Sebagian besar Kota Singkawang memperoleh air
bersihy dari WTP I sedangkan dari Hangmoi II hanya melayani Perumnas
sedangkan dari Hangmoi I melayani Singkawang utara sampai di Desa Setapuk
Besar yang berjarak 18 Km dengan pipa distribusi dengan diameter 150 mm dan
100 mm.
Sementara pengambilan air baku dari sungai Tirtayasa bersumber dari air baku
Hangmoi II dan Hangmoi I yang bertemu di Sungai Tirtayasa. Berdasarkan
rencana yang ada Hangmoi I dan II akan dimanfaatkan secara gravitasi ke lokasi
reservoir II yang akan dibangun dekat lokasi WTP II atau untuk suplai sumber air
baku WTP I jika musim kemarau karena dari Eria tidak memenuhi Kapasitas 100
lt/dt.
Dilain pihak sumber-sumber yang ada sekarang seperti Poteng hanya mensuplai
daerah sekitar poteng begitupun untuk sumber Sijangkung dan Sedau. Jadi disini
perlu pembagian air yang konsisten terhadap pelayanan Kota Singkawang. Dari
kondisi air baku yang ada maka sumber air yang potensi adalah Hangmoi I dan II,
sumber mata air Pangmilang II sumber tersebut dapat diandalkan sebagai
tambahan debit dimusim kemarau.
Kalau dilihat pada sumber air baku dari mata air yang cukup potensi di musim
kemarau seperti Hangmoi dan Pangmilang total Kapasitas 65 lt/dt jika Hangmoi
dimanfaatkan untuk subsitusi IPA I pengganti Intake Tirtayasa maka kapasitas mata
air tinggal dari Pangmilang yang mempunyai kapasitas 25 lt/dt tambahan ini tidak
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-17 6.3.4. Analisis sistem prasarana dan sarana air minum
Setiap pengembangan prasarana dan sarana air minum diharapkan ada dokumen
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
merupakan acuan/ pedoman dalam pengembangan pelayanan kebutuhan air
minum. Pemerintah Kota Singkawang belum memiliki RI-SPAM, untuk itu dapat
segera dibuat master plan air bersih-nya sehingga diharapkan dengan adanya
dokumen perencanaan ini, nantinya dapat acuan/pedoman dalam pembangunan
prasarana dan saran air minum di Kota Singkawang.
Selama ini perencanaan dan pembangunan prasarana dan sarana air minum
dilakukan secara parsial artinya dimana kebutuhan masyarakat terhadap air
minum yang mendesak diprioritaskan untuk dibangun. Kondisi topografi Kota
Singkawang memungkinkan pembangunan jaringan perpipaan air minum
menggunakan sistem gravitasi, selain efektif dan efisien sistem ini mudah dalam
operasionalisasi dan pemeliharaannya. Sistem prasarana dan sarana air minum
yang dikembangkan di Kota Singkawang adalah sistem perpipaan yang dikelola
oleh PDAM Kota Singkawang dan yang dikelola oleh masyarakat. Sebagian sistem
prasarana dan sarana air minum yang digunakan untuk pelayanan kepada
masyarakat menggunakan sistem gravitasi dengan membangun bangunan
penangkapmata air (broncaptering) yaitu bangunan untuk menangkap dan
melindungi mata air terhadap pencemaran dan dapat juga dilengkapi dengan bak
penampung. Selanjutnya dari bangunan broncaptering dihubungan dengan
jaringan perpipaan ke bak penampung/ hidran umum yang selanjutnya
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan sambungan rumah atau menggunakan
hidran umum yang telah ada.
6.3.5. Sistem prasarana yang diusulkan
Pada kawasan perdesaan dan kawasan rawan air minum dengan didukung mesin
pompa dan bak penampung serta mobil tangki air sebagai pemasok air saat warga
mengalami krisis air minum pada saat musim kemarau tiba.Penambahan jaringan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-18 Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum adalah :
Pembuatan master plan air minum Kota Singkawang
Penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah
Perencanaan penyediaan air bersih
6.4. Penyehatan lingkungan permukiman
Program penyehatan lingkungan terdiri atas persampahan, drainase dan air
limbah. Akan dijabarkan sebagai berikut :
6.4.1. Rencana program persampahan
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang
dikenal dengan limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang
harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.Limbah tersebut baik
yang cair maupun padat menjadi masalah karena baik secara kuantitas maupun
kualitas dapat menganggu kesehatan manusia, atau mahluk hidup lainnya,
maupun mencemari lingkungan .
Pengelolaan sampah pada suatu wilayah bertujuan untuk mencapai masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah, dan
mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana strategis
(Renstra) di Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
pengembangan daerah.
Kebijakan Pemerintah Kota Singkawang dalam pengelolaan persampahan
diarahkan pada pengelolaan prasarana persampahan yang dapat dipergunakan
untuk lintas wilayah, dengan didukung ketersediaan tempat pembuangan
sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengembangan sistem prasarana pengelolaan persampahan di Kota Singkawang,
meliputi:
a. Kerjasama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah sampah,
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-19 b. Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
c. Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah
lingkungan.
Pelayanan persampahan di Kota Singkawang termasuk dalam penanganan
prioritas untuk segera ditangani, karena pelayanan ini termasuk pelayanan utama
dari aspek penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan. Pengelolaan
persampahan ini terkait erat dengan luas dan jangkauan layanan, karakteristik
manajemen persampahan, kondisi fisik tempat pembuangan akhir (TPA),
prasarana dan sarananya serta partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan
persampahan yang ada.
Saat ini hanya kecamatan pada kawasan perkotaannya yang terlayani armada
angkutan sampah dengan volume sampah terangkut hanya 126 m3 per hari.
Sedangkan untuk kawasan perdesaan jumlah sampah yang dihasilkan relatif sedikit
bila dibandingkan dengan lahan yang ada, dan jenis sampahnya terdiri dari bahan
organik yang mudah dihancur secara alami oleh alam sehingga masyarakat
perdesaan dalam membuang sampah dilakukan di halaman/ pekarangannya
sendiri-sendiri.
Prasarana dan sarana persampahan di Kota Singkawang masih terbatas sehingga
pelayanan persampahan belum optimal dan sebagian besar timbulan sampah
belum dapat terangkut ke TPA.
Pelayanan persampahan di Kota Singkawang belum optimal karena produksi
timbulan sampah masyarakat belum semua dapat terangkut ke TPA.
Keterbatasan pelayanan ini tidak lepas dari dukungan sarana angkutan sampah
dan tenaga operasionalnya.
Kebutuhan angkutan sampah sangat mendesak sehingga perlu dukungan
penambahan armada sampah, truck sampah jenis arm roll dipandang lebih efisien
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-20 permukiman padat penduduk, pasar dll dan warga masyarakat/ pengguna dapat
langsung membuang sampah ke dalam bak kontainer. Satu truck arm roll dapat
melayani 2–4 kali angkut tergantung jarak tempuh dan ketersediaan BBM ke TPA.
Lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak dapat dilayani armada truk
sampah dapat mempergunakan kendaraan yang lebih kecil seperti mobil pick up,
sepeda motor dan gerobak sampah.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan perlu ditingkatkan dengan
sosialisasi secara berkala untuk mengembangkan pola penanganan sampah dengan
3R, yaitu:
1. Daur Ulang (Recycle)
Daur ulang adalahupaya pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau
kimua, untuk menghasilkan produk yang sama atau produk yang lain, contoh: Sampah organik diolah menjadi kompos, pembuatan kompos dapat
dilakukan dengan skala kelompok dan skala rumah tangga;
Besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang dari besi, dapat untuk
barang sama maupun barang yang lain.
2. PenggunaanKembali (Reuse)
Penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan jalan
menggunakannya kembali untuk keperluan yang sama atau fungsinya sama,
tanpa mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk, contoh: botol sirop
digunakan kembali untuk botol sirop lagi atau untuk botol kecap.
3. Perolehan kembali (Reduce)
Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah/sampah dengan jalan
memprosesnya, untuk memperoleh kembali salah satu atau lebh materi/
komponen yang terkandung di dalamnya, contoh: sampah karton, plastik,
botol minuman kemasan dapat diproses kembali.
Untuk meningkatkan pelayanan persampahan agar timbulan sampah dapat
terangkut perlu dilakukan penambahan armada sampah. armada angkut sampah
yang mendesak, antara lain: truckarm roll, motor sampah yang mampu melayani
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-21 6.4.2. Rencana program drainase
Kota merupakan pusat segala aktifitas kehidupan. Oleh karenanya, kota harus
menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung keberlangsungan aktifitas
kehidupan tersebut, seperti prasarana perumahan, industri, perkantoran, pasar,
jalan/terminal/stasiun untuk transportasi dan sebagainya. Kondisi demikian
memerlukan lahan yang cukup dan sarana prasarana pendukung yang memadai,
termasuk didalamnya penyediaan air bersih, drainase, dan saluran pembuangan
limbah. Ketiga hal ini menjadi satu kesatuan yang harus terintegrasi dalam sistem
pengelolaan air di kota. Drainase kota yang buruk selama ini sering dijadikan
penyebab terjadinya banjir di kota, sehingga terkadang secara parsial,
penanggulangan masalah banjir hanya tertumpu pada upaya memperbanyak
saluran saluran drainase. Padahal perencanaan drainase kota saat ini tidak hanya
menganut konsep pematusan atau pengaliran air saja, tapi juga menganut konsep
konservasi air perkotaan.
Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan
perumahan, kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi
kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya
dukungan prasarana dan sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.
Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang drainase ini
mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 239/KPTS/1987
tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama
sebagai pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan keterpaduan
pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air
limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat
meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan.
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai
prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-22 limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air
hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah
melalui bangunan resapan buatan/alamiah, seperti: kolam tandon, waduk, sumur
resapan, penataan landscape dll.
Arah kebijakan Pemerintah Kota Singkawang dalam pengelolaan drainase
perkotaan adalah melindungi kawasan perkotaan dari kerusakan lingkungan yang
merugikan, seperti banjir yang terjadi akibat buangan air hujan dari arah
perbukitan, limpasan air dari kawasan yang lebih tinggi maupun limpasan air
hujan di dalam kawasan perkotaan sendiri.
Saluran drainase yang ada hampir semuanya terdiri dari saluran terbuka, kecuali
sebagian di kawasan pusat kota mempunyai saluran tertutup. Saluran drainase
terdapat hampir pada semua tepi jaringan jalan dengan konstruksi batu dan beton
pada bagian pusat kota. Semua saluran drainase di Pusat kota Singkawang
bermuara di Sungai Singkawang.
Permasalahan drainase Kota Singkawang diantaranya adalah: belum teridentifikasi
dan terdata dengan lengkap semua permasalahan yang berhubungan dengan
banjir dan genangan. Sistim jaringan drainase kota Singkawang belum sepenuhnya
tertata dengan baik. Belum seluruh jalan mempunyai drainase samping. Terus
mendangkalnya Sungai Singkawang yang disebabkan oleh sedimentasi yang besar
dan sampah buangan masyarakat khususnya pada daerah muara dan daerah
pemukiman menyebabkan sungai ini tidak dapat berfungsi secara optimal sebagai
saluran pembuangan utama. Belum tertatanya bangunan pemukiman yang sehat
selaras yang didukung dengan jalan lingkungan yang kurang memadai,
penyehatan lingkungan yang masih harus dibenahi seperti pola buangan limbah
manusia, sampah buangan dan lainnya yang berhubungan dengan sub dinas
keciptakaryaan.
Pada titik-titik lokasi tertentu, kawasan perkotaan masih ada genangan akibat
luapan/ limpasan yang disebabkan drainase perkotaannya kurang optimal atau
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-23 lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan menjadi
kawasan terbangun.
Penanganan drainase perkotaan dilakukan dengan mencari sumber permasalahan
terjadinya genangan air pada beberapa titik lokasi di Kota Singkawang. Dari hasil
studi yang telah disusun, bahwa penanganan drainase perkotaan harus ditangani
secara menyeluruh dan tepat sasaran dengan beberapa rekomendasi penyelesaian,
yaitu:
Himbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di badan
saluran merupakan salah satu cara untuk mengurangi volume sampah yang
masuk ke badan saluran.
Sedimentasi lumpur yang tinggi pada badan saluran perlu dilakukan
penggelontoran secara berkala sehingga endapan lumpur dapat dengan
mudah bersih pada badan saluran.
Penyesuaian dimensi saluran yang disesuaikan dengan kondisi lapangan saat
ini.
Pada sebagian wilayah Kota Singkawang telah dilakukan pembangunan jaringan
drainase kota yang cukup intensif, terutama di pinggir jalan utama (pusat kota).
Perencanaan drainase perlu dilakukan sehingga berfungsi secara optimal untuk
mengalirkan air yang berada di kedua sisi jalan sesuai dengan kapasitas atau
intensitas pemanfaatan ruang/kegiatan/aktivitas pada kawasan, sehingga
diharapkan tidak terjadi adanya suatu genangan air. Untuk menghambat laju air
hujan agar tidak langsung ke saluran pembuangan dan untuk menjaga air tanah,
maka diharapkan pada tiap rumah dibuat sumur resapan.
Sistem drainase perkotaan yang diusulkan yaitu dengan mengoptimalkan drainase
kota yang telah ada dengan melakukan perbaikan-perbaikan saluran yang telah
rusak, dimensi saluran yang telah disesuaikan dengan kondisi di lapangan,
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-24 Selain itu peran serta masyarakat dalam menjaga drainase perkotaan antara lain
dengan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah di badan saluran dan
memelihara serta membersihkan saluran yang ada di sekitarnya secara berkala.
6.4.3. Rencana program pengelolaan air limbah
Program atau kegiatan pengelolaan air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
pencemaran air limbah permukiman. Volume ait limbah yang semakin bertambah
dan tidak terkontrol seiring bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah
menjadi kerawanan sosial, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan
menurunkan produktifitas masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan
pengolahan air limbah terpadu khususnya di lingkungan permukiman padat
dan kumuh.
Dari hasil studi RTRW 2013 yang telah ada, kota singkawang belum memiliki
sistim perpipaan untuk air limbah. Sistim yang ada menggunakan saluran terbuka
air hujan, sebagai sistim gabungan untuk mengumpulkan air hujan maupun air
limbah. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya ancaman pencemaran
lingkungan terutama terhadap parit/sungai dan air tanah. Untuk mengatasi hal ini,
karena kondisi Kota Singkawang yang mempunyai kepadatan yang rendah dan
muka air tanahnya yang tinggi, maka sistim yang tepat adalah sistim pembuangan
komunal.
Untuk jangka panjang sistim pembuangan air limbah kota Singkawang, dapat
mempertimbangkan pendapat yaitu sistim gabungan dan sistim yang sama sekali
terpisah antara saluran air hujan dan air limbah.Sistim terpisah lebih disukai
dengan alasan kesehatan, lingkungan hidup dan estetika, namun karena alasan
praktis dan ekonomis dalam rencana jangka menengah pembuangan air limbah
akan difungsikan dengan sistim tercampur.
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-25 Kepadatan penduduk
Pentingnya kesehatan dan perbaikan-perbaikan lingkungan Kondisi tanah
Sistem yang paling sesuai tergantung pada berbagai faktor terutama dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk. Ketentuan jenis sistem yang dianjurkan pada tahapan pertumbuhan daerah perkotaan “dianjurkan dan layak“ diperhatikan untuk berbagai tingkat kepadatan penduduk dalam konteks prasarana kota lainnya.
Dengan demikian kebijakan Pemerintah Kota Singkawang dalam pengelolaan air
limbah diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik dari kondisi saat ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar
permukiman sehingga menjadikan perumahan yang layak huni.
Masyarakat di Kota Singkawang sebagian telah melakukan pengelolaan air limbah
rumah tangganya, namun sarana pendukungnya masih terbatas. Banyak dijumpai
di lingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga
bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan mencemarkan lingkungan hidup di
sekitarnya.
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kota Singkawang masih terbatas
pada skala rumah tangga saja, sedangkan untuk skala yang lebih luas seperti IPAL
dan IPLT belum tersedia.
Sarana sanitasi berupa pengelolaan air limbah di beberapa tempat telah tersedia
sehingga tinggal dikelola dan dipantau secara berkala, seperti: rumah sakit, industri
dll.
Penanganan sanitasi di Kota Singkawang, tidak hanya faktor higienis yang harus
diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh air limbah domestik itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan
angka yang signifikan pada badan air yang melalui perkotaan dimana terdapat
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-26 kepadatan penduduk cukup tinggi diperlukan penataan dan pengelolaan air
limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkunganpermukimannya. Tetapi
kondisi prasarana dan sarana sanitasi di Kota Singkawang masih terbatas sehingga
pengelolaannya masih belum optimal. Masih banyak dijumpai warga masyarakat
yang belum memiliki sarana sanitasi yang baik pada setiap huniannya.
Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air
hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem
pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan
hidup.
Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai
karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah
pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:
a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system);
b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).
Sistem pengelolaan air limbah di Kota Singkawang masih banyak menggunakan
sistempengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan
di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat
yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran
atau sungai.
Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan
fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL), seperti: rumah sakit, industri,
penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari
dampak pencemaran lingkungan hidup.
Kota Singkawang telah melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Diharapkan dengan adanya program
PAMSIMAS ini menjadikan kawasan permukiman menjadi lebih sehat dengan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-27 Permasalahan yang sering dihadapi, adanya persepsi dari sebagian masyarakat
bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak.
Sebagian masyarakat lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau
karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi
sendiri.
Untuk itu, bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya
mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi
dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air
(waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.
Di Kota Singkawang sampai saat ini belum tersedia fasilitas pengolahan lumpur
tinja (IPLT) dan kebutuhan fasilitas kota ini sangat penting dan mendesak. Selama
ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di Kota Singkawangdilakukan oleh pihak
swasta dan karena belum tersedia sarana IPLT maka limbahnya dibuang ke luar
Kota Singkawang atau di tempat-tempat tertentu (misal: sungai) yang akan sulit
dalam pemantauannya. Hal ini bila tidak segera disiapkan lokasi pengelolaan air
limbah dikuatirkan akan terjadi masalah/ konflik di kemudian hari.
Dari hasil evaluasi daerah pelayanan meliputi kawasan pusat kota Singkawang
yang terdiri dari kawasan kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Timur. Pada kawasan pelayanan penentuan sistim “sistim setempat atau terpusat” dan prioritas penanganan akan ditetapkan berdasarkan parameter
sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk
Kondisi kesehatan masyarakat.
Kondisi sungai dan titik pembuangan limbah “outlet”
Pada daerah pelayanan diperkirakan dengan pertumbuhan dan kepadatan
penduduk sampai pada tahun 2015 diperkirakan volume air limbah mencapai
117lt/det, dan kepadatan penduduk pada tahun 2018 akan mencapai 233 jiwa/ha,
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-28 anggaran 2008-2018. Untuk fase pertama 2009-2011, tahap fase 2012-2015 dan
tahap fase 2015-2018. Pada fase I tahap pelaksanaan pertama meliputi kawasan
Kelurahan Kuala, Tengah dan Jawa serta dibantaran sungai Singkawang yang
direncanakan 2 tahun anggaran, tahap kedua fase I meliputi kawasan Kelurahan
Melayu, Condong dan Roban. Pada fase II dilaksanakan pada kawasan terbangun
di kelurahan Pasiran, sekip lama dan sebagian wilayah kelurahan Roban. Pada fase
III dilaksanakan pembuatan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan kawasan
permukiman di kelurahan lainnya.
Adapun alasan pelaksanaan daerah pelayanan tersebut adalah :
1. Kawasan Kuala, Tengah, Melayu dan Jawa.
Kawasan ini merupakan daerah permukiman yang memberikan beban langsung
kepada badan air Sungai Singkawang, dimana daerah tersebut merupakan daerah
urban dan komersial yang cukup padat dan dekat dengan Sungai Singkawang. Jadi
perlu diprioritaskan penanganan pengelolaannya.
2. Kawasan Condong dan Roban.
Kawasan ini merupakan kawasan permukiman yang padat dan merupakan
kawasan urban dan komersil. Kawasan ini mempunyai luas terbangun yang
mencapai 50% luas administratif, sehingga perlu penanganan yang terencana
untuk penerapan sistim sewerage. Pemilihan sistim pengelolaan ini karena kawasan
ini mempunyai muka air tanah yang cukup tinggi dan mempunyai struktur tanah
yang bersifat permeable.
3. Kawasan permukiman lainnya di Kelurahan Pasiran, Sekip lama dan Roban.
Kawasan ini merupakan kawasan campuran dimana pusat pemerintahan dan
perdagangan serta permukiman yang padat, kawasan ini dapat mencerminkan
Kota Singkawang sebagai Ibukota, dimana dikawasan ini terdapat rumah sakit.
Dengan karakteristik air limbah kawasan perdagangan dan rumah sakit yang sangat
komplek dan cendrung mempunyai sifat pathogen, maka perlu diberikan
pencegahan agar dampaknya tidak meluas. Pada saat ini perlu ditangani dengan
(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan VI-29 Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem
pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang
ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah tersebut di atas,
maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus
memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke dalam
saluran/drainase lingkungan/ kota. Dengan demikian air limbah yang masuk ke
saluran/ drainase sudah relatif bersih.
Sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kota Singkawang yang
diusulkan, antara lain:
1. Pengembangan sanitasi lingkungan yang berbasis masyarakat, yang diharapkan
masyarakat turut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan
lingkungan.
2. Peningkatan sarana sanitasi yang menggunakan sistempengolahan air limbah
setempat (on-site system) baik secara individu maupun komunal.
3. Penyiapan lahan untuk lokasi IPLT untuk skala kabupaten yang diharapkan