• Tidak ada hasil yang ditemukan

Copywriter, copywriting dan Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Copywriter, copywriting dan Bahasa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI

Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam periklanan dan promosi. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi kegiatan penghamburan dana namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Perencanaan media yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat perhatian lebih besar dari audien sasaran. Bagian ini akan menjawab pertanyaan seperti: jenis media apa yang akan dipilih, seberapa sering suatu iklan harus muncul di suatu media dan seterusnya. Dalam hal ini, jenis produk (barang dan jasa) yang diiklankan mempengaruhi pemilihan media. Jenis produk tertentu ada kalanya lebih cocok diiklankan melalui media televisi namun produk lainnya lebih sesuai jika menggunakan media cetak atau media lainnya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL:

Setelah mengikuti perkuliahan dan membaca modul ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Memahami serta dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan gross rating points 2. Memahami serta dapat menjelaskan teknik menghitung biaya iklan.

3. Memahami serta dapat menjelaskan strategi media.

Jika nilai rating yang berfungsi sebagai indikator jangkauan audien dikalikan dengan frekuensi atau banyaknya suatu iklan ditayangkan pada suatu program akan menghasilkan apa yang disebut dengan ‘nilai rating kotor’ atau gross rating points (GRP) yang menunjukkan bobot yang diberikan kepada suatu kendaraan media atau disebut juga dengan ‘bobot media’ (media weight). Semakin besar nilai GRP maka semakin besar bobotnya. Duncan menyebut bobot media sebagai an indication of the relative impact of a media plan. (suatu indikasi efek relatif dari suatu rencana media). Perencana media harus membuat rekomendasi kepada pemasang iklan mengenai besar bobot yang ingin diberikannya terhadap suatu iklan.

GRP hanya dapat digunakan untuk membandingkan berbagai kendaraan media dalam medium yang sama, misalnya antara berbagai stasiun televisi atau sesama radio

BAB

5

(2)

televisi, radio, surat kabar, media luar ruang atau Internet karena jenis media yang berbeda akan memberikan efek yang berbeda. Kita tidak dapat membandingkan, misalnya, efek dari iklan televisi selama 30 detik dengan iklan radio selama 60 detik atau iklan pada setengah surat kabar nasional atau media billboard di pinggir jalan. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang sederhana terhadap persoalan ini.

Perencana iklan televisi terkadang menggunakan indikator GRP untuk mengetahui berapa banyak audien yang terekspos oleh tayangan atau serangkaian tayangan iklan. Perhitungan GRP merupakan pengukuran yang menggabungkan rating program dengan jumlah rata-rata suatu rumah tangga yang tereskpos pesan iklan pada suatu periode tertentu (frekuensi) yang ditulis dalam persamaan GRP adalah sama dengan jangkauan dikalikan frekuensi (GRP = jangkauan x frekuensi). Jika suatu iklan muncul lima kali pada suatu program dengan rating 10 maka maka GRP iklan bersangkutan adalah 5 x 10 = 50 GRP.

Perhitungan GRP didasarkan pada jumlah keseluruhan audien yang bisa dijangkau media dengan menggunakan estimasi jumlah audien yang masuk ke dalam jangkauan terduplikasi. Misalkan suatu perusahaan memasang iklan pada empat program berbeda pada satu stasiun televisi yang siaran secara nasional di Indonesia sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut. Jangkauan (reach) dari setiap program ditentukan dari rating masing-masing program, sedangkan frekuensi adalah jumlah iklan yang ditayangkan masing-masing program (misalkan dalam periode empat minggu).

GRP Berdasarkan Total Rumahtangga di Indonesia Program Rating Frekuensi GRP

Program A 6 x 5 = 30

Program B 10 x 4 = 40

Program C 15 x 6 = 90

Program D 12 x 3 = 36 +

Total rating……… = 43

Total frekuensi………. = 18

Total GRP = ………= 196

(3)

6 (jangkauan) x 5 (frekuensi) = 30 GRP

Dengan melakukan perhitungan yang sama terhadap ketiga program lainnya dan menjumlahkan seluruh GRP dari masing-masing program menghasilkan 196 GRP. Apa yang dimaksud dengan 196 GRP ini? Secara harfiah hasil perhitungan menunjukkan iklan menjangkau 196 persen rumah tangga di Indonesia. Secara matematis perhitungan ini jelas tidak mungkin. Rating tertinggi adalah 100 persen dengan demikian jangkauan tertinggi adalah juga 100 persen. Suatu kendaraan media tidak mungkin menjangkau lebih dari 100 persen audiennya. Persoalan ini dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa nilai GRP yang melebihi 100 menunjukkan telah terjadinya duplikasi atau dengan kata lain banyak rumah tangga yang menerima ekspos iklan lebih dari satu kali. Satu rumah tangga mungkin menonton program A dan program B dimana iklan bersangkutan muncul di kedua program tersebut, begitu pula rumah tangga lain mungkin menyaksikan program C dan program D dimana iklan tersebut juga muncul di kedua program tersebut. Hal seperti inilah bagaimana duplikasi terjadi.

Dari persamaan GRP = jangkauan x frekuensi, kita juga dapat menghitung indikator frekuensi yaitu dengan membagi GRP dengan jangkauan (frekeunsi = GRP/ jangkauan). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah duplikasi yang terjadi. Pada contoh tersebut kita membagi total GRP (196) dengan total jangkauan atau total rating yang menghasilkan 4,6 kali ( 196 : 43 = 4,6). Ini berarti sebanyak 43 persen rumah tangga di Indonesia terekspos oleh iklan tersebut sebanyak rata-rata 4,6 kali.

(4)

namun mereka masih harus memutuskan nilai dari masing-masing jangkauan dan frekeunsi yang diinginkan karena R x F = GRP.

Sebagaimana dikemukakan di atas keterbatasan anggaran iklan terkadang mendorong perencana media untuk memutuskan apakah lebih mengutamakan jangkauan dengan mengurangi frekuensi ataukah memperbanyak frekuensi dengan membatasi jangkauan. Dengan kata lain kedua hal ini merupakan pilihan (trade off). Dalam hal ini, berbagai faktor harus dipertimbangkan perencana media sebelum memutuskan untuk mengutamakan jangkauan atau frekuensi. Misalnya, iklan dari suatu produk yang baru memasuki pasaran akan lebih memerlukan atau mengutamakan jangkauan khususnya jangkauan tidak terduplikasi untuk menciptakan kesadaran pada sebanyak mungkin orang dalam waktu yang secepat mungkin. Misalkan, perencana media mengingkan bobot GRP sebesar 100 maka nilai frekuensi dan nilai jangkauan merupakan kombinasi sebagai berikut:

Frekuensi/Jangkauan Frekuensi/Jangkauan GRP

10 10 100

5 20 100

4 25 100

2 50 100

Target GRP

Perhitungan yang menggunakan perkiraan jangkauan tidak terduplikasi disebut dengan ‘Target GRP’ atau targeted GRP (TGRP) yang mengacu pada jumlah orang yang berada pada target audien utama yang dikalikan dengan frekuensi. TGRP adalah nilai GRP yang diarahkan hanya kepada target audien yang menjadi sasaran utama pemasaran produk yang diiklankan. TGRP memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai berapa banyak yang bisa diterima pemasang iklan atas biaya yang telah dikeluarkan untuk suatu iklan. Dalam hal ini, selisih antara nilai GRP dan nilai TGRP adalah nilai atau jumlah GRP terbuang yang harus selalu diupayakan untuk terus diminimalisir. Upaya yang dapat dilakukan untuk menguranginya adalah dengan memilih kendaraan media yang paling akurat dalam menjangkau target audien yang diinginkan.

(5)

GRP-nya juga menjadi lebih kecil dari 196. Harap diperhatikan bahwa nilai frekuensi masing-masing program tidak berubah karena jumlah iklan yang ditayangkan pada masing-masing program adalah tetap sama; hanya nilai jangkauan (rating) saja yang menjadi lebih rendah. Target jangkauan untuk program A, misalnya, menjadi 3, ini menunjukkan hanya setengah rumah tangga yang menyaksikan program A memiliki pendapatan di atas Rp 2 juta.

Dengan mengurangi nilai jangkauan dari masing-masing program maka diperoleh target GRP (TGRP) yaitu sebesar 92; nilai ini merupakan setengah dari total nilai GRP sebelumnya sebesar 196. Dari persamaan GRP = jangkauan x frekuensi, kita juga dapat menghitung indikator frekuensi yaitu dengan membagi GRP dengan jangkauan (frekeunsi = GRP/jangkauan). Pada contoh tersebut kita membagi total GRP (92) dengan total jangkauan atau total rating yang menghasilkan 4,6 kali ( 92 : 20 = 4,6). Ini berarti sebanyak 20 persen rumah tangga yang menjadi target konsumen produk bersangkutan terekspos oleh iklan tersebut sebanyak rata-rata 4,6 kali. Angka ini nyaris hampir sama dengan nilai frekuensi sebelumnya sebesar 4,5 kali. Hal ini membuktikan bahwa nilai frekuensi masing-masing program nyaris sama atau bahkan tidak berubah karena jumlah iklan yang ditayangkan pada masing-masing program adalah tetap sama.

GRP Berdasarkan Total Rumahtangga di Indonesia Program Rating Pendapatan Frekuensi GRP Di atas Rp 2 juta

Program A 3 x 5 = 15

Program B 5 x 4 = 20

Program C 7 x 6 = 42

Program D 5 x 3 = 15 +

Total rating……… = 20

Total frekuensi………. = 18

Total GRP = ………= 92

(6)

pemasaran yang terdiri atas pernyataan yang dapat diukur maka target media juga harus terukur sebagai berikut:

1Target Jangkauan : “Menetapkan jangkauan minimal iklan sebesar 65 pada periode sembilan bulan pertama tahun ini, dan jangkauan sebesar 80 pada periode tiga bulan menjelang akhir tahun.” (Perusahaan perlu menghabiskan persedian/stok barang pada akhir tahun sehingga diperlukan jangkauan yang lebih besar menjelang akhir tahun) 2Target Frekuensi : “Menetapkan frekuensi iklan minimal sebanyak 5 kali pada wilayah

dengan pangsa pasar di atas 20 persen dan frekuensi minimal 10 kali pada wilayah sisa”. (Merek produk memiliki tingkat persaingan tinggi dan masuk dalam kategori produk yang kompleks, misalnya vitamin. Frekuensi iklan perlu diperbanyak untuk dapat meningkatkan pengetahuan konsumen terhadap merek bersangkutan sehingga membutuhkan pengulangan pesan iklan yang cukup sering).

3Target Anggaran : “Menyediakan setengah anggaran untuk menjangkau konsumen yang sudah ada dan setengah lagi untuk menjangkau calon konsumen”. (Pemasar menyadari loyalitas konsumen terhadap merek bersangkutan rendah sehingga dibutuhkan upaya lebih besar untuk mempertahankan konsumen yang ada namun tetap mendapatkan konsumen baru).

4Target Waktu : “Menetapkan GRP sebesar 300 untuk iklan dalam waktu satu bulan sebelum kegiatan promosi.” (Perusahaan memiliki data yang menunjukkan semakin tinggi kesadaran merek khayalak selama kegiatan promosi, semakin besar respon konsumen terhadap promosi tersebut).

5Target Integrasi : “Menetapkan jangkauan sebesar 80 persen kepada pemimpin dan editor media massa melalui siaran pers dalam periode 30 hari sebelum peluncuran iklan produk baru.” (Konsumen biasanya lebih percaya pada pandangan media massa terhadap kualitas suatu produk. Produk perusahaan yang dipublikasikan sebagai berita memiliki peluang lebih besar untuk dibaca audien. Perusahaan harus mempublikasikan terlebih dulu produknya sebagai publisitas sebelum iklannya muncul. Jika perusahaan melakukan publikasi produk bersamaan dengan pemunculan iklan maka nilai berita suatu publikasi menjadi hilang karena iklan juga akan menceritakan hal yang sama)

Anggaran Iklan

(7)

serendah mungkin. Kita telah membahas beberapa faktor yang berpengaruh pada anggaran iklan yaitu jangkauan, frekuensi dan ketersediaan media yang semuanya berpengaruh dalam memutuskan anggaran iklan.

Biaya iklan dan biaya promosi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu biaya absolut (absolute cost) yaitu biaya yang diperlukan untuk menempatkan iklan pada suatu media massa. Misalnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk menempatkan iklan satu halaman penuh berwarna (full colour) di suatu majalah. Biaya relatif (relative cost) adalah biaya yang mengacu pada hubungan antara biaya yang harus dibayar untuk waktu atau tempat yang disediakan media dengan jumlah audien yang diperkirakan akan menerima pesan iklan. Biaya relatif digunakan untuk membandingan dua media dalam hal jangkauannya kepada audien. Biaya relatif memiliki peran penting karena manajer iklan harus mencoba untuk mengoptimalkan penyampaian pesan iklan ditengah keterbatasan anggaran. Karena tersedia sejumlah media alternatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan iklan maka manajer iklan harus mengevaluasi biaya relatif dari masing-masing media dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

1. Biaya per seribu audien atau cost per thousand(CPM).

Selama bertahun-tahun majalah menyediakan rincian biaya iklan atas dasar biaya per seribu orang yang dicapai. Rumus CPM adalah sebagai berikut:

CPM = Biaya absolut x 1000 Sirkulasi

Untuk lebih jelasnya kita membandingkan antara biaya relatif antara majalah A dan majalah B sebagai berikut:

Majalah A Majalah B

Biaya per halaman Rp 20.000.000 Rp 18.000.000

Sirkulasi 500.000 eksemplar 400.000 eksemplar

Perhitungan CPM 20.000.000 x 1000

500.000

18.000.000 x 1000 400.000

CPM Rp 40.000 Rp 45.000

(8)

2. Biaya berdasarkan rating atau cost per rating point (CPRP)

Media penyiaran memiliki perbandingan biaya iklan yang berbeda dengan majalah yang disebut dengan biaya iklan berdasarkan rating atau cost per rating point (CPRP) yang memiliki rumusan sebagai berikut:

CPRP = Biaya per spot iklan Rating program

Tabel berikut ini adalah contoh perhitungan CPRP antara stasiun televisi A dan televisi B dengan masing-masing stasiun televisi menayangkan program berbeda pada waktu prime time yang sama.

Televisi A Televisi B

Biaya per spot iklan Rp 12.000.000 Rp 18.000.000

Rating program 12 20

Jangkauan (rumah tangga)

60.000 110.000

Kalkulasi Rp 12.000.000/12 Rp 18.000.000/20

CPRP Rp 1.000.000 Rp 900.000

Contoh tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya efektif televisi B ternyata lebih rendah (Rp 900.000) dibandingkan televisi A (Rp 1.000.000) walaupun biaya per spot iklannya jauh lebih tinggi (Rp 18.000.000) dibandingkan dengan televisi A ( Rp 12.000.000).

3. Daily Inch Rate

Bagi surat kabar, biaya efektif iklan dibuat berdasarkan dengan daily inch rate (DIR) yaitu biaya per kolom inchi kertas koran. Sebagaimana majalah, surat kabar dewasa ini juga menggunakan perhitungan CPM untuk menentukan biaya relatif. Berikut ini adalah contoh perhitungan DIR antara suratkabar A dengan suratkabar B

Suratkabar A Suratkabar B

Biaya per halaman Rp 16.000.000 Rp 8.000.000

Biaya per inchi Rp 258.000 Rp 216.000

Sirkulasi 500.000 300.000

Kalkulasi Rp 16.000.000 x 1000

500.000

Rp 8.000.000 x 1000 300.000

(9)

Contoh tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya efektif surat kabar B ternyata lebih rendah (Rp 26,666) dibandingkan dengan surat kabar A (Rp 32,000). Dalam kasus ini biaya iklan surat kabar B juga lebih rendah (Rp 8.000.000) dibandingkan dengan suratkabar A ( Rp 16.000.000). Pemasang iklan dalam hal ini harus menentukan apakah akan memilih surat kabar B dengan nilai CPM yang lebih rendah ataukah suratkabar A dengan CPM lebih tinggi tapi tingkat sirkulasi lebih besar.

Jika kita perhatikan perhitungkan biaya iklan tersebut di atas maka kita menyadari bahwa tampaknya tidak mudah untuk membandingkan biaya iklan antara dua jenis media yang berbeda. Namun dalam upaya untuk membuat standar prosedur biaya relatif, media penyiaran dan surat kabar sama-sama mulai menerapkan formula CPM sebagai berikut:

Televisi = Biaya per spot iklan x 1000 Surat kabar = biaya iklan x 1000 Rating program sirkulasi

Formula CPM pada dasarnya dapat memberikan gambaran yang bersifat melebihkan (overestimate) ataupun mengurangi (underestimate) karena perhitungannya berdasarkan pada sirkulasi atau oplah. Dengan kata lain, oplah tidak selalu menggambarkan jumlah audien yang sebenarnya. Dalam hal ini, jumlah audien yang sebenarnya dapat lebih besar tetapi juga dapat lebih kecil. Para pengelola dan pemilik majalah seringkali berargumentasi bahwa audien majalahnya sebenarnya jauh lebih besar dari jumlah sirkulasi. Hal ini disebabkan setiap satu majalah memiliki potensi untuk dibaca lebih dari satu orang. Majalah yang dibeli suami memiliki potensi untuk dibaca juga oleh istri dan kedua anak mereka. Para pengelola majalah kemudian menggunakan konsep ‘pembaca per eksemplar’ (readers per copy) untuk menentukan jumlah audien (oplah) mereka yang sebenarnya. Mereka kemudian membuat estimasi yang disebut dengan pass-along rate

untuk memberikan perkiraan jumlah pembaca majalah tanpa harus membelinya (meminjam dari keluarga atau orang lain). Misalnya, satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan dua anak remaja berlangganan majalah A, dengan demikian majalah A memiliki empat pembaca. Jika diasumsikan sebanyak 33 persen pelanggan majalah A merupakan pelanggan keluarga semacam ini maka majalah bersangkutan memiliki 7,96 juta audien. Perhitungan lengkapnya adalah sebagai berikut:

Target pasar seluruh kelompok umur, pria dan wanita

(10)

Pass-along rate 3* (33% rumah tangga) CPM

(berdasarkan jumlah pembaca/majalah)

Biaya per halaman x 1000 Sirkulasi + 3 (33% x 500.000)

Rp 16.000.000 x 1000 995.000

CPM = Rp 16.000 (pembulatan)

LANGKAH 3 : MENETAPKAN STRATEGI MEDIA

Pertanyaan yang harus dijawab pada tahap ini adalah :

1 Media apa yang akan digunakan dan berapa banyak?

2 Bagaimana pembagian antara penggunaan media satu arah dan media dua arah?

3 Bagaimana proses pembelian oleh target konsumen? 4 Kapan waktu terbaik menjangkau konsumen dan prospek? 5 Bagaimana konsentrasi media diperlukan dalam bauran media? 6 Bagaimana melakukan penjadwalan media?

7 Media apa yang paling tepat dari aspek kreatif?

8 Lingkungan media seperti apa yang paling sesuai dengan citra produk? 9 Bagaimana dengan perhitungan biaya iklan ?

Kita telah mengetahui dari Bab 1 bahwa proses perencanaan promosi mencakup kegiatan analisa pasar yaitu mempelajari berbagai faktor internal dan eksternal, tingkat persaingan dan seterusnya. Dalam mempersiapkan suatu strategi media, analisa pasar sekali lagi dilakukan, namun kali ini fokus diarahkan pada media dan penyampaian pesan. Setelah para perencana media (media planner) menentukan tujuan media yaitu apa saja yang ingin dicapai melalui penggunaan media maka tahap selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut yang dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan strategi media.

(11)

Dalam hal ini, anggaran selalu mempengaruhi pemilihan strategi media, dan karena banyak pilihan media yang tersedia maka keputusan akhir mengenai media apa yang akan digunakan seringkali dipengaruhi oleh anggaran. Instrumen yang dapat digunakan untuk membantu dalam membuat perbandingan biaya diantara berbagai media secara objektif adalah CPM (cost per thousand) dan CPP (cost per point).

Untuk menentukan media yang paling tepat namun dengan harga yang paling efisien untuk menyampaikan pesan produk diperlukan pemahaman mendalam terhadap seluruh atribut yang dimiliki setiap media dan juga biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu dibutuhkan pemahaman menyeluruh mengenai target audien masing-masing media. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, setiap media memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Tabel berikut menunjukkan berbagai atribut yang dimiliki media yang perlu diperhatikan perencana media ketika memutuskan media apa yang paling bisa diandalkan dalam mencapai tujuan media.

Strategi media tidak saja membahas masalah identifikasi media yang akan digunakan dan bagaimana anggaran yang tersedia dibelanjakan untuk iklan, misalnya “menggunakan setengah anggaran untuk iklan televisi, seperempat untuk iklan di surat kabar dan seperempat lagi untuk media luar ruang.” Strategi media seperti ini bukanlah strategi media yang baik dan bermanfaat. Suatu strategi media yang baik harus menyatakan bagaimana media dapat membantu menciptakan suatu pengalaman merek (brand experience) bagi konsumen dan calon konsumen. Strategi media yang baik membutuhkan seleksi dan penggunaan media yang kreatif.

Faktor Strategi Media

(12)

alat-alat pertanian dan perkebunan. Faktor lain yang mempengaruhi strategi media adalah proses keputusan pembelian dan sikap penerimaan konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan kajian menunjukkan bahawa dengan mengamalkan dasar pembangunan produk baru seperti yang diamalkan oleh pengeluar produk elektrik yang popular telah

menganalisis beberapa faktor-faktor perilaku konsumen terhadap minat beli Hand and Body Lotion Citra di Surabaya Selatan diperoleh hasil bahwa Faktor Budaya berpengaruh positif

Pengujian rangkaian pengondisi sinyal menggunakan masukan berupa tegangan dari catu daya pada modul kendali PID yang dihubungkan pada potensiometer sehingga didapatkan

Dari hasil evaluasi dengan menggunakan model evaluasi CIPP (context, input, process, product) menunjukkan bahwa dari sisi context, implementasi kebijakan tersebut

Hubungan Pemberian MPASI Dini dengan Status Gizi Bayi umur 0 – 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah kabupaten Jember.. Widyawati, Febry F, Destriatania

Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan pernikahan pada wanita yang bekerja sebagai

ESWL merupakan modalitas terapi yang minimal invasif dengan memanfaatkan gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh untuk menghancurkan batu.Penelitian ini bertujuan

Pada saat akumulator dipakai, terjadi pelepasan energi dari akumulator menuju lampu. Dalam peristiwa ini, arus listrik mengalir dari kutub positif ke pelat kutub negatif.