UNDANG – UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK)
SKRIPSI
Diajuakan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
(S. I. Kom)
Oleh: JUNAIDI B06210057
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Bismillahirrahmanirrahim,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Junaidi
NIM : B06210057
Prodi : Ilmu Komunikasi
Alamat : Jl. Rajawali 114C Surabaya
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi
manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.
2. Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan
merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.
3. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai
hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum
yang terjadi.
Surabaya, 12 Desember 2015
Yang Menyatakan,
Skripsi ini telah dipertahankan oleh Junaidi di depan tim penguji skripsi
Surabaya, 05 Februari 2015
Mengesahkan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Dekan,
Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001
Ketua,
Dr. Agoes Moh. Moefad, SH., M. S.i NIP. 197008252005011004
Sekretaris,
Rahmad Harianto, S. IP., M. Med. Kom NIP. 197805092007101004
Penguji I,
Dr. Nikmah Hadiati Salisah, S. IP., M. Si NIP. 197301141999032004
Penguji II,
membayangkan bahwa suatu ketika pengetahuan tak lagi bergantung kekuasaan,
sebagaimana mustahil pengetahuaan tak mengandung kekuasaan”.
(Michael Foucalt)
PERSEMBAHAN
Untuk keluarga besar dan ja. Consultant (konsultan komunikasi dan hukum),
KasusPT. KAI Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang
Keterbukaan Informasi Publik). Skripsi Ilmu Komunikasi Fakultas
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Kata Kunci : Media Relasi, Transparansi Informasi.
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat dua fokus penelitian yakni, (1) Bagaimana Pemahaman Humasda PT. KAI Daops.8 Surabaya Terhadap Undang– Undang Keterbukaan Informasi Publik, (2) Bagaimana Humasda PT. KAI Daop.8 Surabaya Mengimplementasikan Undang– Undang Keterbukaan Informasi Publik Tersebut.
Untuk menjawab fokus penelitian tersebut secara menyeluruh dan mendalam, digunakan metode penelitian deskriprif kualitatif dengan pendekatan analitik. Data diperoleh dengan dengan menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Hubermen, sehingga diperoleh pemahaman serta implementasi dari undang – undang keterbukaan informasi publik oleh Humasda PT. KAI.Daop.8 Surabaya.
Dari hasil penelitian ditemukanbahwa : (1) Dalam perspektif fenomenologis
pegawai Humasda memandang kejadian ini sebagai suatu fenomena atau kejadian yang harus disikapi dengan baik. Bahwa media sangat membantu proses penyebaran informasi kepada publik dan pegawai serta pimpinan Humasda konsisiten mendukung penuh dalam hal pelayanan dan publikasi informasi pada publik baik internal maupun eksternal perusahaan. (2) luas Humasda menggunakan bentuk pesan yang heterogen yang berarti pendistribusian pesan melihat karakter pemirsa berdasarkan pendidikan, umur kelas sosial dan sebagainya. proses penyampaian pesan tersebut juga dilandasi oleh perintah pimpinan, yakni lewat insruksi maka mereka berani dan mampu memberikan keterangan dalam bentuk informasi pada publik.
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
F. Definisi Konsep ... 13
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 15
4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
5. Teknik Analisa Data ... 23
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23
I. Sistematika Pembahasan ... 26
BAB II : KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka 1. Media Relasi Dalam Membangun Kepercayaan Stakeholder ... 27 2. Transparansi Informasi Dan Citra Perusahaan ... 35
3. Urgensi Media Relasi Dan Transparansi Informasi Bagi PT. KAI Daops. 8 Sby Dalam Merespon UU. Keterbuaan Informasi Publik ... 45
B. Kajian Teori 1. Agenda Setting Theory ... 48
2. Technological Determinism Theory ... 50
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskriptif Subyek Penelitian ... 53
B. Obyek Penelitian ... 56
Undang Keterbukaan Informasi Publik
a. Perspektif Pegawai Humasda Terkait Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik ... 66 b. Sikap Pegawai Humasda Menyambut Undang – Undang Keterbukaan
Informasi Publik...74
2. Implementasi Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya Terhadap UU. Keterbukaan Informasi Publik
a. Bentuk Pesan Yang Disampaikan Pada Publik. ... 80 b. Komunikasi Pegawai Humasda Dalam Melayani Permintaan
Informasi Publik...89
BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian
1. Perspektif Dalam Komunikasi Kepegawaian Humasda Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik...99 2. Proses Komunikasi Kepegawaian Humasda Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik Konfirmasi Temuan Dengan Teori101
B. Rekomendasi ... 119 DAFTAR PUSTAKA ... 121 BIODATA PENULIS
Bagan 1.1.Kerangka pikir penelitian ... 17
Bagan 1.2.Analisis data model analisis interaktif Miles and Huberman ... 24
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu ... 11
Tabel 1. 2. Jadwal penelitian ... 26
Tabel 3.1. Daftar Nama Informan Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya ... 75
Tabel 3.2. Daftar Nama Informan Pendukung PT. KAI ... 76
Tabel 3.3. Pencapaian Volume Angkutan Barang ... 90
Tabel 3.4. Pencapaian Volume Angkutan Penumpang ... 90
Tabel 3.5. Ketepatan dan Keterlambatan ... 91
BAB I
PENDAHULUAN
A.Konteks Penelitian
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan mulai
berlaku dua tahun setelah pengundangan, yakni tanggal 30 April 2010. Undang – undang tersebut menjadi tonggak dan era kebebasan publik untuk dapat
mengakses informasi dengan baik. Undang – Undang tersebut memiliki payung hukum dan rujukan yakni pada amandemen kedua UUD 1945 Pasal 28 F, yang
berbunyi bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedi. Kebutuhan akan sebuah
informasi yang aktual, tajam dan terpercaya yang dapat mengakomodasi
kepentingan dari para stakeholder, terutamanya publik sebagai penikmat layanan
jasa kereta api sangatlah mutlak. Begitu pula dengan nilai transparan dari suatu
informasi yang dibentuk oleh media sendiri. Publik sangat mencari bentuk – bentuk informasi maupun berita dari perusahaan, apakah itu media partner yang
mempublikasikan informasi tersebut ataukah PT. KAI Daop. 8 Surabaya sendiri
kompromi dalam mencapai atau mengemukakan sesuatu tersebut1. Pertanyaanya
adalah, Bagaimana Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya memahami Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik Tersebut, Serta Bagaimana Humasda PT.
KAI Daops. 8 Surabaya mengimplementasikan Undang - Undang tersebut.
Media massa dunia saat ini berperan utama dalam memajukan kebebasan
dan pertukaran informasi dan gagasan global. Kebebasan tersebut merupakan
prasarat dalam terwujudnya demokrasi, pembangunan, serta perdamaian.
Kebebasan informasi merupakan investasi melawan tirani. Seringkali pemberitaan
tentang opini sebuah kelompok menjadi berat sebelah karena tidak adanya (tidak
berhasil didapatnya) opini yang berperan sebagai penyeimbang tayangan tersebut.
Dalam hal ini, jelas peranan siaran televisi untuk membantu proses demokratisasi
dinegara kita sangat penting. Belum optimalnya upaya televisi terlihat dari
perimbangan berita yang terkadang berat sebelah. Tidak bisa dipungkiri,
kepentingan para pemilik saham mayoritas bermain disini. Seiring berjalannya
waktu, diharapkan keputusan redaksional tiap stasiun televise akan lebih longgar
dan cenderung mandiri (tidak mendapat tekanan dari pemilik saham) sehingga
kita dapat menyaksikan siaran televisi dengan lebih baik.
Dalam suatu zaman informasi dimana teknologi media baru sedang
membuka cakrawala dan horizon baru di depan kita, sebagian besar bangsa – bangsa tidak dapat dikesampingkan dari realitas situasi yang mengelilingi mereka,
disamping dari kesempatan menikmati kehidupan yang baik. 2 Tanpa keraguan
1 Fergus Panton, The Essence Of Effective Communications, (Yogyakarta : Andi, 1996), Hlm. 141.
, 2006), Jakarta : Pustaka LP3ES , (
Tantangan Diplomasi Multilateral
Makarim Wibisono, 2
51.-sedikitpun kemajuan teknologi yang pesat dalam komunikasi elektronik dan
visual telah mentransformasikan lanskap internasional menjadi sebuah kampung
global atau Global village. 3Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita
tentang realitas dikonstruksikan oleh kata dan tanda lain yang digunakan dalam
konteks sosial. 4Konsep kebenaran yang dibangun media massa bukanlah
kebenaran sejati, tetapi sesuatu yang diangga masyarakat sebagai suatu kebenaran.
Ringkasnya kebenaran ditentukan oleh media massa itu sendiri (Abrar,1959:59).
Selain kita disuguhkan oleh tontonan dan suara pada media, kita sebagai pemirsa
dituntut untuk selektif dan pandai dalam menerjemahkan pesan yang sedang
dibangun ataupun dibawa media kehadapan kita. Dalam hal ini informasi atau
berita yang diberikan atau didapat dari PT. KAI Daops 8 Surabaya tidaklah secara
seratus persen bersifat actual, tajam, dan terpercaya. Nilai dari suatu berita atau
informasi tersebut masih dihambat oleh suatu saluran yang bernama media (cetak
dan elektronik) yang membawa bendera dan kepentingan bersama. Entah
kepentingan tersebut berada pada benak perusahaan (PT. KAI Daops. 8 Surabaya)
ataukah maksud tersebut berada di benak jurnalis sendiri, pihak yang seharusnya
mampu menjunjung tinggi kode etik dalam jurnalistik, jelaslah publik dihadapkan
pada kondisi dualisme informasi yang berjalan dengan tak lagi transparan dan apa
adanya.
Krisis terhadap industri pers tidak akan terlampau parah jika sejak dahulu
pers sendiri disadari dan dipahami oleh penguasa sebagai alat control social.
Artinya para penguasa dan pemerintah sgera menyadari kesalahan – kesalahan Hlm. 53. , “Ibid” 3
), Hlm. 87. (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2009
Teks Media, Analisis
dan segera memperbaikinya.Selama ini pengelolaan dari pers terkesan lebih
mementingkan kepentingan dari pemerintah dibandingkan untuk mengurusi
kepentingan pemirsa. Dalam upaya – upaya pencapaian suatu system, regulasi serta kebijakan yang benar – benar trasparan kepada publik suatu organisasi atau perusahaan (PT. KAI Daops. 8 Surabaya) tampaknya harus mampu menjelaskan
kepada publik internal maupun eksternal, melalui Pertukaran pesan dengan
sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang diluar organisasi, secara
tatap muka atau melalui media atau yang sering disebut dengan komunikai
publik.5
Bagi pelaksana Humasda PT. KAI. Daops. 8 Surabaya, pihak yang
menjadi corong perusahaan dalam penerimaan dan penyampaian informasi, hal ini
harus menjadi perhatian serius. kerterbukaan, kebebasan, dan tanggung jawab pers
saat ini nyaris terlepas dari konteksnya. Sebagai pranata social, pers cenderung
tidak lagi menjaga keseimbangan informasinya. (cover both side), utamanya untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat. padahal diyakini betul bahwa pers
merupakan sarana yang paling ampuh untuk membentuk opini publik
dimasyarakat. Dengan catatan terbentuknya pendapat itu sendiri sebagai refleksi
dari kesadaran kritis masyarakat.6
Kelompok ini memandang reformasi, tidak lebih sebagai suatu forum
kepentingan. Kelompok ini cenderung dapat memaksa serta mendesak tuntutan
mereka dengan menggunakan “label kepentingan rakyat”. Mungkin keadaan ini
5 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm. 197.
, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.
Peranan Humas Dalam Perusahaan
Danandjaja, 6
merupakan suatu situsi dilematis, yang sering dihadapi reporter ketika
mengemban tugas jurnalistik.
Efek media massa itu nyata dan jelas, bahwa memang efek yang
ditimbulkan berbagai macam variasinya, diperlukan pembahasan yang lebih
mendalam untuk mengetahui jenis efek yang ditimbulkan media massa. Jawaban
yang perlu anda ketahui adalah persentase dari sumber informasi dan materi
pembicaraan kita di dunia nyata dalam kehidupan sehari – hari bersumber dan besar diperoleh dari media massa.7
Pentingnya media relations bagi PT. KAI Daops. 8 Surabaya tidak terlepas
dari kekuatan media massa yang tidak hanya mampu menyampaikan pesan
kepada banyak khalayak, namun lebih dari itu, media sebagaimana konsep dasar
yang diusungnya memiliki fungsi mendidik, memengaruhi, mengawasi,
menginformasikan, menghibur, dan memobilisasi. Dari sinilah media memiliki
potensi strategis untuk memberi pengertian, membangkitkan kesadaran,
mengubah sikap, pendapat, dan perilaku sebagaimana tujuan yang hendak disasar
Lembaga.
Media (khususnya media berita), tidak selalu berhasil dalam memberitahu
apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar – benar berhasil kita berpikir tentang apa. 8Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita
lakukan. Media memberikan agenda – agenda melalui pemberitaanya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi
, (Jakarta : Raja Grafindo, 2009), Hlm. 205.
Pengantar Komunikasi Massa
Nurudin, 7
, Hlm.195. “Ibid”
dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting.
Apa yang diketahui publik tentang suatu keadaan pada waktu tertentu
sebagian besar ditentukan oleh proses penyaringan dan pemilihan berita yang
dipilih oleh media massa. Seperti halnya yang diberitakan saat PT. KAI
melakukan reformasi besar – besaran didalam tubuh perusahaan, digambarkan saat itu kepada publik melalui media televisi, memang semua layanan, fasilitas
kelas satu dan tanpa cacat atau celah, publik mempercayai akan kebenaran hal itu.
Bagaimana media telah berhasil mengatur dan mengangkat berita tersebut
sehingga laik berita.
Sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap tersebut bisa berubah
melalui proses komunikasi massa dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi
sikap dan tingkah laku seseorang. Hal ini berkorelasi dengan efek sekunder
dimana audience secara aktif memanfaatkan media massa dan meliputi perubahan
pada tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku
(menerima dan memilih), 9 peristiwa semacam ini terjadi saat publik dihadapkan
pada suatu informasi atau berita yang dipublikasikan lewat media massa seperti
kinerja Operasional (Kelambatan dan ketepatan KA,), Kinerja Angkutan Barang,
Kinerja Angkutan Penumpang, Peraturan, ketentuan dan/atau kebijakan
perusahaan yang berkaitan dengan publik, Ringkasan laporan akses informasi
publik, dan informasi Profil perusahaan dan manajemen, struktur organisasi,
susunan pemegang saham, dewan komisaris dan jajaran.
, Hlm. 210.
Bukan juga menjadi perkara yang ringan, public tentu perlu juga tahu
bukan hanya menjadi penonton yang konsumtif mengenai kabar PT. KAI yang
diberitakan hanya lewat media massa saja. Lebih dari itu, keterbukaan mengenai
bagaimana proses tender barang atau jasa oleh PT. KAI terjadi juga perlu
diketahui oleh publik,
Melihat fenomena serta kasusistik yang terjadi dilingkungan PT. KAI
Daops. 8 Surabaya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Media Relasi Dan Transparansi Informasi (Studi Kasus PT.
KAI Daops. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik)”. Hal ini dikarenakan adanya fenomena yang ditangkap oleh
peneliti, informasi – informasi yang tersampaikan kepada publik masih bersifat parsial dan tidak secara akurat dan mutlak informasi tersebut tersampaikan. Begitu
pula media massa sebagai partner dalam penyampaian informasi dan berita masih
bermain dalam zona abu – abu, dengan kata lain media massa masih dijalankan oleh banyak kepentingan. Apakah media sudah berkomitmen kembali untuk
melayani demokrasi. Jika melihat semakin terkikisnya relasi antara media dan
demokrasi. Perusahaan media berita untuk mencapai agenda politiknya.10
Pernyataan tersebut semakin diperkuat dan nampaknya sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh kritikus media yakni Robert Mc. Chesney dengan apa
yang disebut dengan Hiperkormesialisme. Control media yang terkonsentrasi
memungkinkan perusahaan – perusahaan media terbesar semakin mengomersilkan produknya dengn kekhawatiran yang semakin kecil terhadap keluhan konsumen.
,
Media Literacy & Culture Introduction To Mass Communication
Stanley J. Bryan, 10
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya Terhadap
Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik?
2. Bagaimana Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya mengimplementasikan
Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada fokus penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui pemahaman Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya
terhadap Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik?
2. Untuk mengetahui implementasi Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik oleh Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya?
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi dalam
pengembangan ilmu komunikasi terutama mengenai media relasi dan
transparansi informasi
b. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian sejenis.
2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi peneliti,
teutama dalam hal kaitannya dengan khazanah keilmuan dibidang ilmu
komunikasi, terutama tentang pembahasan media relasi dan transparansi
iinformasi.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat, terutama mengenai informasi – informasi serta kebijakan yang dikeluarkan oleh PT. KAI Daops. 8 Surabaya demi kepentingan dan kenyamanan
masyarakat, dalam hal ini masyarakat sebagai konsumen atau pihak pengguna
layanan transportasi publik tersebut.
c. Bagi instansi
Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi instansi
itu sendiri, dalam hal ini PT. KAI Daops. 8 Surabaya sebagai pemangku dan
regulator dari pemberi kebijakan kepada masyarakat/publik/konsumen. Melalui
penelitian ini, PT. KAI Daops. 8 Surabaya dapat lebih berbenah kedepan dalam
E. Kajaian Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai rujukan dari hasil penelitian yang terkait dengan tema yang
diteliti, peneliti berusaha memberikan pembanding serta referensi penelitian yang
sejenis, sebagai pembeda dalam penelitian ini. Diharapkan dari kajian hasil
penelitian terdahulu dapat ditemukan pokok permasalahan yang signifikan serta
masalah – masalah yang belum tersentuh dan diuji dalam peneliitan sebelumnya. Adapun masalah dan hasil temuan dari penelitian terdahulu adalah sebagai
F. Konsep
Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide atau gagasan tertentu.11
Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukan, maka
penulis perlu menjelaskan definisi konsep sesuai dengan judul. Hal itu
dikarenakan untuk menghindari kesalah fahaman dalam penelitian ini. Adanya
pencantuman definisi operasional ini adalah untuk lebih memudahkan
pemahaman pembahasan dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan penelitian, diantaranya sebagai berikut :
a. Media Relasi
Media relations merupakan suatu kegiatan humas dengan maksud
menyampaikan pesan (komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan,
perusahaan atau institusi, produk, serta kegiatan yang sifatanya perlu
dipublikasikan melalui kerja sama dengan media massa untuk menciptakan
publisitas dan citra positif di mata masyarakat).12
Menurut Frank Jeffkins, media relasi adalah suatu usaha untuk mencari
publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi Humas
dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari
organisasi perusahaan yang bersangkutan. Lain halnya menurut Philip Lesly,
Media Relations adalah hubungan dengan media komunikasi untuk melakukan
Irawan Soeharto, metode penelitian sosial, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002). Hal 4 11
, (Jakarta: grasindo, 2009), Hlm. 208.
ation Crisis public rel
publisitas atau merespon kepentingan media terhadap kepentingan organisasi.
Melalui beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sederhana
dari beberapa teori diatas, Media Relations adalah"Suatu tindakan yang dilakukan
oleh Praktisi Humas sebagai kegiatan Public Relations Eksternal dengan media
massa (elektronik dan cetak) sebagai langkah - langkah untuk membangun
hubungan baik dengan media massa yang nantinya akan berdampak pada
pemberitaan informasi atau pesan dalam media massa itu sendiri guna
mempertahankan citra positif dari suatu organisasi yang dinaunginya.
b. Transparansi Informasi
Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta
hasil-hasil yang dicapai.13Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat dengan
jelas. Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi
adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan
dilakukan oleh pemerintah termasuk berbagai prosedur,serta keputusan – keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik.
Dalam hal ini peran pemerintah adalah membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memeperoleh Informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif
13 Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah,
tentang penyelnggaran pemerintah daerah. Sistem yang transparan memiliki
prosedur yang jelas dalam pengambilan kepuutusan publik dan adanya saluran
komunikasi yang terbuka antara berbagai stakeholders dengan aksebilitasi yang
baik terhadap sumber informasi. Transparansi dibangun berdasarkan kebebasan
untuk memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan Informasi tersedia secara
langsung terutama bagui pihak-pihak yang Berkepentingan. Keterbukaan
informasi publik telah diatur dalam UU. No.14 tahun 2008, Bahwa informasi
adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda – Tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat
,didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,kemudian hak
memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi
publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.
Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya
dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Bahwa pengelolaan
informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat
Informasi.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Proses penelitian ini dibangun dan berangkat dari perhatian akan buruknya
informasi. Disisi lain peran media disini dipertanyakan kredibilitas serta aktulitas
dalam penyampaian berita dan informasi kepada publik. Sinergi antara media dan
badan/organisasi/perusahaan dam menyediakan informasi kepada publik menjadi
vital, akan terangnya informasi tersebut. Peneliti berusaha memahami Media
relasi dan transparansi informasi (Study kasus PT. KAI Daop 8 Surabaya dalam
merespon UU. Keterbukaan Informasi Publik). Proses Penelitian ini dilakukan
dengan mengadopsi proses penelitian dari Babbie dalam Garna (2008:130),
sebagai berikut :
Bagan 1.1.
Kerangka pikir penelitian
Media relasi dan transparansi
informasi
Media sebagai akses & sarana transparansi
Technological Determinism TheoryDan
Agenda Setting Theory
Media relasi Dan transparansi
informasi
Konseptualisme
Kualitatif
Analitik Humasda PT. KAI Daop 8 SBY
Metode Penelitian Subjek Penelitian Observasi Mengumpulkan data untuk analisis dan interpretasi Analisis
Analisis data dan kesimpulan
Laporan hasil, dan menarik
Aplikasi
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian dengan judul “media relasi dan transparansi Informasi
(studi kasus PT. KAI Daop. 8 Surabaya Dalam merespon undang keterbukaan
informasi publik), peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
penelitian deskriptif dan pendekatan analatik. Dengan jenis penelitian kualitatif
serta menggunakan pendekatan deskriptif analitik diharapkan pemaparan serta
kemudahan dalam pencarian dan merangkum penelitian semakin mudah. Harapan
peneliti menggunakan metode tersebut bersandar pada dapat digambarakan
ataupun dipaparkannya suatu hasil dari suatu penelitian tersebut kemudian peneliti
dapat melakukan analisa terhadap penelitian tersebut.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 14 Peneliti berupaya
untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai media relasi dan
transparansi informasi (studi kasus PT. KAI Daops. 8 Surabaya dalama merespon
Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik).
2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama di lapangan. Data ini berupa hasil kuesioner dan wawancara langsung
kepada informan yang kemudian dicatat dan dikategorikan untuk memberikan
kemudahan kepada orang lain. Yang termasuk dalam data primer pada penelitian
ini adalah data dari Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini diperoleh dari studi
dokumentasi yang dilakukan.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber yang secara langsung memberikan
data kepada peneliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sumber data
primer adalah adalah informan yang sudah dipilih karena dapat memberikan data
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan
informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini
dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam
bentuk lain atau dari orang lain. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi
dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara maupun kuesioner.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu mengetahui tahaptahap yang
akan dilalui dalam proses penelitian. Hal ini dilakukan guna mempermudah dalam
proses memperoleh hasil yang lebih spesifik dan sistematis. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan peneliti, meliputi:
a. Tahap Pra-Lapangan
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berangkat dari fenomena dan bisa diamati serta
diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Rancangan
penelitian ini terdiri dari konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, acuan teori, metode penelitian, rancangan analisis data,
rancangan pengumpulan data, rancangan pemeriksaan keabsahan data, dan jadwal
2) Memilih Lapangan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam pemelitian, maka dipilih
lokasi penelitian sebagai sumber data dengan mengasumsikan bahwa dalam
penelitian kualitatif, jumlah informan tidak berpengaruh pada konteks. Alasan
pemilihan merupakan rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan
lapangan. Selain itu juga dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan waktu, biaya,
dan tenaga.
3) Menentukan Informan
Informan adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian yang dikaji. Dari nama-nama
dalam struktur Pimpinan Humasda PT. KAI Daop 8 Surabaya, peneliti kemudian
memilih informan yang akan memberikan informasi terkait data yang dicari.
Pemilihan ini dimaksudkan agar dalam waktu yang relatif singkat, peneliti
mendapatkan banyak informasi yang jujur dan memahami kondisi lapangan.
4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Perlengkapan penelitian yang dimaksud meliputi alat tulis, alat perekam,
dan perlengkapan lain yang menunjang proses penelitian ini.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahapan ini peneliti menyebarkan check list kepada Manajer
kepada para narasumber dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan
dalam penelitian.
c. Tahap Analisa Data
Setelah data yang dicari terkumpul, kemudian dilakukan pengorganisasian
dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar. Selanjutnya
ditemukan tema dan dirumuskan sesuai dengan data yang ada.
d. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari penelitian sehingga dalam
tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan.
Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik, akan
menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian. Hasil dari
keseluruhan proses penelitian, mulai dari perumusan masalah sampai hasil akhir
yaitu analisis yang ditunjang dengan keabsahan data, ditulis dalam penulisan
laporan yang berbentuk skripsi. Dengan sistematika penelitian yang baik maka
akan menunjang laporan hasil penelitian yang baik pula.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik wawancara, yakni
teknik wawancara dengan kuesioner dan wawancara mendalam (in-depth
interfiew). Hal ini dikarenakan kedua teknik tersebut lazim digunakan untuk
berkaitan dengan informasi dalam organisasi. Teknik wawancara dengan
kuesioner merupakan alat pengumpulan data secara tertulis. Berbagai bentuk
pertanyaan dapat digabungkan dalam suatu kuesioner, sesuai denagn jenis dan
tujuan audit.15 Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan
kuesioner berbentuk check list. Kuesioner ini digunakan untuk mencari data awal
sebelum melakukan wawancara mendalam.
Dalam wawancara dengan kuesioner, pewawancara tidak dapat secara
bebas mencari data. Disinilah wawancara mendalam penting untuk dilakukan.
Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka.16Wawancara mendalam
ini dilakukan untuk memperdalam informasi yang diperoleh melalui check list.
Selain teknik wawancara, peneliti juga menggunakan teknik dokumenter, yakni
metode untuk menelusuri data historis. Selain hal tersebut diatas kemudahan akses
peneliti dalam memperoleh informasi terbantu dengan proses magang proses yang
dijalankan selama satu bulan penuh di bagian Humasda PT. KAI Daop 8
Surabaya.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi
data kualitatif model interaktif, mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan
Huberman. Mereka mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
15 Andre Hardjana, Audit Komunikasi: Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), hlm. 75.
16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dilakukan secara intensif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas
dalam data analisis data diawali dengan pengumpulan data. Data-data hasil
wawancara dan kuesioner dikumpulkan menjadi satu. Kemudian proses reduksi
data, yakni data yang terkumpul diklasifikasikan menurut hasil penelitian melalui
catatan ringkas. Selanjutnya data-data tersebut dibuat dalam bentuk tulisan
diskriptif. Tahap ini disebut displaydata.
Pada akhirnya diambillah kesimpulan dari data yang terkumpul yang
kemudian dicocokkan kembali dari proses reduksi dan displaydata sehingga data
yang ditulis menunjukkan kebenarannya. Langkah-langkah analisis tersebut dapat
ditunjukkan sebagai berikut :
Bagan. 1.2.
Proses Analisa Data Model Miles dan Huberman
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam suatu penelitian merupakan objektifitas hasil
yang dicapai. Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan jenis kualitatif Pengumpulan data
Reduksi data
Display data
terhadap Media Relasi Dan Transparansi Informasi (Studi Kasus PT. KAI Dalam
Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik) menggunakan beberapa teknik dalam mengevaluasi keabsahan data sebagai berikut:
a. . Teknik Diskusi dengan Teman Sejawat
Peneliti melakukan mendiskusi hasil sementara dan hasil akhir penelitian
dengan teman-teman sejawat untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini untuk
membersihkan hasil penelitian dari kemungkinan tercampurnya perasaan atau
pendapat peneliti dalam menuliskan hasil penelitian.
b. Teknik Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Hasil yang telah peneliti peroleh
dicocokkan dengan sumber lain, metode, atau pun dengan teori.
c. Kecukupan Refrensial
Data-data mentah dan bukti rekaman penelitian dibuka kembali dan
dibandingkan dengan hasil penelitian. Selain itu juga dengan dicocokkan dengan
c. Jadwal dan Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam waktu relatif singkat. Penjadwalan dan
proses penelitian direncanakan selama dua bulan (mengacu pada rentan waktu
uyang diberikan oleh PT. KAI Daop 8 Surabaya/magang Profesi dibagian
Humas), adaupun kemudahan akses serta perijinan dari perusahaan yang diberikan
kepada peneliti dikarenakan sebagai mahasiswa magang profesi pada bagian
[image:34.595.118.504.294.715.2]Humasda Daop 8 Surabaya, berikut bagaan jadwal penelitian :
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
K e g i a t a n
Bulan November, Minggu Ke- 1
November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi: memperoleh
key person, informan,
deskripsilokasipenelitian
x X
Perijinan; birokrasi dan
ketentuan-ketentuan
penunjang melakukan
penelitian
x
Observasi/ Wawancara/
pencatatan/pengamatan
(penelitian)
x x x
PenulisanLaporan X x
I. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan
yang bertujuan umtuk memudahkan penelitian, langkah - langkah pembahasan
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari sembilan sub-bab antara lain konteks penelitian,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka
pikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni kajian pustaka dan kajian teori.
Pada kajian pustaka dibahas mengenai media relasi dan transparansi informasi.
Sedangkan pada kajian teori berisi penjelasan mengenai teori.
BAB III PENYAJIAN DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni deskripsi subyek, obyek, dan
lokasi penelitian, serta deskripsi data penelitian. BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni temuan penelitian dan
konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V PENUTUP
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Media Relasi Dalam Membangun Kepercayaan Stakeholder
Era Informasi yang bergerak cepat merupakan tantangan tersendiri bagi
public relations dari sebuah perusahaan.Informasi dan data baru datang silih
berganti setiap detiknya. Keputusan untuk menyajikan informasi terbaru
seringkali berlandaskan dari orang perorang atau cerita teman, sehingga lahirlah
fenomena baru dalam komunikasi dan informasi, yaitu word of mouth atau buzz
Word of mouth apabila berkembang dapat menjadi opini public yang
menguntungkan apabila dikelola dengan baik, karena itu public relations strategis
harus mampu menciptakan dan memanfaatkan hal ini melalui media relations
untuk menciptakan citra positif perusahaan.
Media relations merupakan suatu kegiatan humas dengan maksud
menyampaikan pesan (komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan,
perusahaan atau institusi, produk, serta kegiatan yang sifatanya perlu
dipublikasikan melalui kerja sama dengan media massa untuk menciptakan
publisitas dan citra positif di mata masyarakat).1 Menjalin dan menjaga hubungan
baik dengan media merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga, dan
meningkatkan citra atau reputasi organisasi di mata stakeholder. Media relations
sangat penting artinya sebagai wujud komunikasi dan mediasi antara suatu
lembaga dengan publiknya. Di sisi lain, fungsi media relations yang berjalan baik
sangat bermanfaat bagi aktivitas lembaga karena pihak media memberi perhatian
pada isu-isu yang diperjuangkan. Public Relations memiliki peran yang sangat
penting dalam sebuah perusahaan. Public Relations dalam berhubungan dengan
media memiliki tugas untuk menciptakan atau mempertahankan citra positif
dihadapan publik perusahaan. Dalam menciptakan ataupun mempertahan kan citra
positif perusahaan dapat dilakukan dengan menanamkan kepercayaan kepada para
stakeholders, yaitu publik internal maupun eksternalnya.
Peran media bagi public relations dalam meningkatkan citra perusahaan
public relations sering dikaitkan perannya dalam hubungan dengan media. Bila
dilihat peranan Public Relations dapat dibedakan menjadi yakni peranan
manajerial yang kita kenal dengan peranan ditingkat messo (manajemen). Peran
ini dapat diuraikan menjadi 3 peran, yakni expert pereciber communication,
problem solving process facilitator dan communicatoin facilitator. Peranan kedua
adalah peranan teknis, Media sering diartikan sebagai alat penyampai informasi
yang dipergunakan Publik Relations kepada publik-nya. Media sedapat dibagi atas
dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Contoh dari media cetak seperti
surat kabar, majalah, tabloid, newsletter, brosur, bulletin, dan lain-lain.
Sedangkan media elektronik seperti televisi, radio,website dan lain sebagainya.
Media merupakan penghubung komunikasi dan informasi antara Public
Relations kepada stakeholders, oleh karena itu media masih merupakan alat yang
Public Relation, dari top management sampai kepada bawahannya, atau
sebaliknya. Sementara untuk eksternal Public Relations, media juga sebagai
alat yang menjembatani hubungan antara Public Relations dengan komunitas,
pelanggan, pemerintah, dan juga media massa itu sendiri untuk membentuk opini
sehingga tercipta citra positif perusahaan.
Media mampu memberikan informasi yang negatif maupun positif kepada
stakeholders. Informasi yang diterima oleh stakeholders dapat membangun
reputasi perusahaan dimata publik. Apabila reputasi tersebut bernilai positif,
maka hal tersebut akan mampu membangun citra positif perusahaan. Public
Relations seringkali diberi label sebagai corong perusahaan dalam
memberikan informasi kepada publiknya. Public Relations digunakan oleh
perusahaan dengan sejumlah alasan tertentu diantaranya membangun atau
memperbaiki citra perusahaan, memperbaiki hubungan dengan stakeholders,
meningkatkan investasi dan perluasan usaha, membuka pasar agar kondusif
untuk peningkatan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, mendorong
pengembangan kredibilitas dan reputasi perusahaan dan mempengaruhi
kebijakan pemerintah. Penggunaan Public Relations pada tataran tersebut
berfungsi sebagai mediator, katalisator dan transformator dari institusi yang
diwakilinya dengan stakeholders yang berhubungan dengan perusahaan.
Stakeholder yang harus dilayani oleh Public Relations ini adalah stakeholders
yang berasal dari dalam perusahaan (internal Public Relations) dan stakeholders
Frank Jefkins mengemukakan ada 8 publik utama dari kelompok orang
yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun
eksternal yaitu :
1) Publik Internal : Karyawan, Pemegang Saham, Management.
2) Publik Eksternal : Konsumen, Komunitas, Pemerintah, Media Massa.
Dalam rangka membangun hubungan dengan stakeholders sebagai
pihak eksternal dibutuhkan media massa untuk membantu mempermudah
pekerjaan Public Relations dalam rangka menyampaikan pesan persuasif yang
ingin disampaikannya. Selain itu Peran media bagi Public Relations juga
sebagai saluran dalam penyampaian pesan yang berguna untuk memperkenalkan,
informasi dan pemberitaan dari Public Relations sebagai ekuatan pembentuk
opini (power of opinion) yang sangat efektif.
Kerja sama dengan media akan menghasilkan frekuensi publisitas yang
cukup tinggi. Dampak pemberitaan dari media akan menimbulkan efek
keserempakan (stimultaneity effect), efek dramatisir, efek publisitas tinggi, waktu
relatif singkat, pembentukan opini, khalayak yang sangat luas dalam waktu yang
bersamaan. Dalam menentukan media mana yang harus digunakan untuk
komunikas idanpublikasi,Public Relationsharus jelidantelitisehingga media
tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan ciri-ciri serta sifat publik
perusahaan.Pemilihan media yang tepat sangat membantu kinerja Public
Relations dalam membangun hubungan yang harmonis dengan public internal
saham dapat menanamkan rasa memiliki perusahaan dan saling menguntungkan
dengan pihak manajemen, khususnya bagian manajemen keuangan dan investasi
Demikian pula media-media yang digunakan dalam hubungan kepada publik
eksternal yang terdiri dari para pelanggan, komunitas tertentu, instansi
pemerintah, pers dapat membantu dalam memberikan informasi yang
berimbang dan membangun reputasi positif perusahaan.
Hubungan media pers dengan menggunakan unsur-unsur media cetak
atau elektronik yang ditunjang oleh kemitraan terpadu antara praktisi Publik
Relations dengan jurnalis akan membangun hubungan saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak dengan saling menghormati profesi masing-masing.
Namun, dalam memberikan informasi melalui media kepada publik, Public
Relations harus menerapkan prinsip jujur, apa yang disampaikan sesuai
dengan kenyataan sesuangguhnya, kepentingan masyarakat harus selalu
diutamakan. Bila ha yang semacam ini diperhatikan, maka sambutan publik
dengan sendirinya akan positif sehingga perusahaan tersebut akan
memperoleh publisitas yang positif atau seperti yang diinginkan. Dengan
demikian kepentingan-kepentingan perusahaan dengan sendirinya akan dapat
terpenuhi.
Menurut Frank Jefkins ada beberapa prinsip Public Relations umum
yang perlu diperhatikan dalam rangka menciptakan dan membina hubungan
1) Memahami Dan Melayani Media
Dengan berbekal pengetahuan tentang hal-hal pokok mengenai media,
seperti jangkauan pembaca, daerah sirkulasi, frekuensi penerbitan, kebijakan
editorial, metode distribusi dan lain-lain, maka Public Relations akan
mampu menjalin kerjasama dengan pihak media. Public Relations akan
dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
2) Membangun Reputasi Sebagai Orang Yang Dapat Dipercaya
Public Relations harus senantiasa siap menyediakan atau memasok
materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya
dengan cara inilah Publik Relations akan dinilai sebagai suatu sumber informasi
yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu,
maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah
diciptakan dan dipelihara.
3) Menyediakan Salinan Yang Baik
Public Relations diharapkan dapat menyediakan foto-foto yang baik,
menarik dan jelas secara cepat, dan juga menyediakan salinan naskah. Hal ini
dikarenakan, dokumen tersebut setiap saat bisa saja dibutuhkan ketika
4) Bekerja Sama Dalam Menyediaan Materi
Public Relations dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan
sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. Dalam hal
ini Public Relations berindak sebagai fasilitator bagi jurnalis dan media dalam
menyediakan narasumber yang memiliki kredibilitas.
5) Menyediakan Fasilitas Verifikasi
Public Relations juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis
untuk melakukan verfikasi (pembuktian kebenaran) atas setiap materi yang
mereka terima. Seperti, para jurnalis diizinkan untuk langsung melihat fasilitas
atau kondisi -kondisi perusahaan yang hendak diberitakan.
6) Membangun Hubungan Personal Yang Kokoh
Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta
terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan sikap
saling menghormati profesi masing-masing.
a. Media Dan Konstruksi Realitas
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas
dikonstruksikan oleh kata dan tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.
2Konsep kebenaran yang dibangun media massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi
sesuatu yang diangga masyarakat sebagai suatu kebenaran. Ringkasnya kebenaran
ditentukan oleh media massa itu sendiri (Abrar,1959:59). Selain kita disuguhkan
oleh tontonan dan suara pada media, kita sebagai pemirsa dituntut untuk selektif
dan pandai dalam menerjemahkan pesan yang sedang dibangun ataupun dibawa
media kehadapan kita.
Pemirsa harus memahami konteks berita, dengan begitu bisa memahami
masalah yang ada dan bagaiman dalam pemecahannya. Terkadang wartawan
menghidangkan “madu” dalam sajian berita dan juga tidak luput pula menuangkan “racun”. Melalui konteks berita pembaca mengerti bahwa berita
tersebut buruk atau baik. Bisa juga berita tersebut buruk dan dalam usaha
membungkus berita trsebut dalam keadaan manis. Pekerjaan media pada
hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil dari para
pekerja dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya, diantaranya
realitas politik.
Disebabkan sifat dan faktanya, bahwa pekerjaan media massa adalah
menceritakan peristiwa – peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (Construsted Reality). Pembuatan berita di media masa pada
dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas sehingga membentuk sebuah “cerita”
(Tuchman, 1980).
Isi media pada hakikatnya hasil kontruksi dari realitas dengan bahasa
sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya alat untuk presentasi
realitas, namun juga bisa menentukan relief, seperti apa yang akan diciptakan oleh
bahasa tentang realitas tersebut. Dengan ini media memiliki peluang besar untuk
2. Transparansi Informasi Dan Pencitraan Perusahaan
Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman
seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi
masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap
perusahaan didasari pada apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang
perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar
perusahaan dapat tetap hidup dan meningkatkan kreativitasnya bahkan
memberikan manfaat lebih bagi orang lain.
Citra merupakan tujuan dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi
yang hendak dicapai. Walaupun citra merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak
dapat diukur secara sistematis, namun wujudnya dapat dirasakan dari hasil
penelitian baik dan buruk yang datang dari khalayak atau masyarakat luas.
Penilaian atau tanggapan tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat
(respect), kesan-kesan yang baik yang berakar pada nilai-nilai kepercayaan.
Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Citra adalah salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan atau
organisasi. Citra yang baik merupakan perangkat yang kuat bukan hanya untuk
menarik konsumen untuk memilih produk atau jasa perusahaan, melaikan juga
memperbaiki kepuasan konsumen terhadap perusahaan atau organisasi. Terkadang
perusahaan atau organisasi selalu berfokus pada pembentukan citra positif
external dan sering melupakan citra positif internal yang tentunya merupakan hal
Pencitraan yang positif yang di dapat dari publik external tidak akan
pernah terbentuk dengan sempurna apabila di dalam publik internal perusahaan
atau organisasi tersebut tidak terbentuk citra positif. Bagaimana kita sebagai
publik internal bisa memajukan perusahaan atau organisasi, sedangkan kita
sebagai pubik internal tidak memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab untuk
membentuk hubungan yang harmonis dalam kehidupan perusahaan. Sebelum
membentuk citra positif perusahaan di mata publik eksternal ada baiknya untuk
kita memperkuat citra positif di mata publik internal. Publik internal yaitu publik
yang menjadi bagian dari unit usaha/ badan/ perusahaan/ instansi itu sendiri
seperti karyawan, buruh, dan pemegang saham. Dengan terbentuknya pemahaman
yang kuat tentang citra positif perusahaan di mata publik internal diharapkan
dapat menumbuhkan rasa bangga dan rasa memiliki para karyawan terhadap
perusahaannya sebagai tempat mereka untuk berkarir. Rasa bangga dan rasa
memiliki yang tumbuh dalam diri karyawan tersebut maka akan menambah rasa
mencintai serta loyalitas karyawan terhadap perusahaannya. Apabila pemahaman
tentang citra positif perusahaan telah melekat dengan baik dalam diri karyawan
diharapkan mereka dapat menjadi ambassador bagi perusahaannya untuk
menyebarkan citra perusahaan yang positif kepada public internal dan eksternal
yang selalu berhubungan dengan perusahaan atau organisasi mereka. Upaya
pembentukan citra positif perusahaan dimata internal melalui stratefi public
relationsadalah hal yang tepat karena yang dilakukan oleh publik relations adalah
menciptakan hubungan timbal balik dengan khalayak sasaranya secara terarah,
pengertian, pemahaman, apresiasi, minat dan dukungan dari berbagai pihak yang
akan menentukan keberhasilan perusahaan.
Citra bagi peruasahaan merupakan asset yang tak ternilai harganya dan
untuk mewujudkan citra tidak dapat dilakukan secara instant dalam waktu yang
singkat karena mengingat kompleksitas dan kebutuhan konsumen yang telah
mencapai tingkat yang sangan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan
program yang tepat untuk dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
Membangun citra yang baik di mata publik internal perusahaan juga
mengisyaratkan bahwa membangun citra perusahaan harus dilakukan berdasarkan
perbandingan tingkat kualitas yang sama atau seimbang diantara publik internal
maupun publik eksternal. Salah satunya dengan cara diberikan pelatihan dalam
rangka keprofesionalannya, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
memberikan aspirasi dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, bisa
member dampak melahirkan karyawan-karyawan yang produktif dan berprestasi
tinggi.
Transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat dengan
jelas. Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi
adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan
dilakukan oleh pemerintah termasuk berbagai prosedur,serta keputusan – keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik.
Dalam hal ini peran pemerintah adalah membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memeperoleh Informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif
prosedur yang jelas dalam pengambilan kepuutusan publik dan adanya saluran
komunikasi yang terbuka antara berbagai stakeholders dengan aksebilitasi yang
baik terhadap sumber informasi. Transparansi dibangun berdasarkan kebebasan
untuk memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan Informasi tersedia secara
langsung terutama bagui pihak-pihak yang Berkepentingan. Keterbukaan
informasi publik telah di atur dalam UU. No.14 tahun 2008.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,kemudian hak
memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi
publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.
Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya
dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Bahwa pengelolaan
informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat
Informasi. Disini peran humas menjadi sangat penting. Sebagai humas
pemerintah, Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya yang berdiri paling depan dalam
proses penyampaian informasi serta pengumpulan informasi, ditunjang dengan
beberapa keuntungan seperti kemajuan informasi teknologi. Humasda PT. KAI
Daop. 8 Surabaya hharus mampu mengoptimalkan fungsi dan peranan kemajuan
teknologi informasi untuk menunjang kinerja demi terfokusnya proses
penyampaian informasi pada publik. Disamping itu humas seharusnya menjadi
manajer yang berwenang mengatur lalu lintas informasi dalam sebuah perusahaan.
performace symbol organisasi (pimpinan), dan menjadi agen keterbukaan. Karena
pendekataan kerja humas lebih bersifat sosial, arahnya yaitu membentuk citra
yang baik dimata masyarakat mengenai perusahaan atau lembaga dimana mereka
berada. Strategi organisasi yang dilakuakan public relations lebih berorientasi
pada kepentingan public, baik internal (karyawan maupun pimpinan ) serta
ekternal public ( masyarakat dan termasuk media massa ). Apabila reputasi telah
terbangun, dengan sendirinya secara tidak langsung perusahaan atau lemvaga itu
akan memperoleh berbagai keuntungan seperti dukungan public, kepercayaan
masyarakat, dan citra positif lainnya. Ujung – ujungnya semua aktivitas perusahaan akan dipersepsi positif oleh publik dan kualitas kerjanya juga akan
diapresiasi oleh masyarakat luas.3
Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum
dan kejelasan (clarity) tentang peraturan, undang-undang, dan keputusan
pemerintah Indikatornya :
a) akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate & timely) tentang
kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan
keputusan ekonomi oleh para pelaku swasta. Data tersebut harus bebas didapat
dan siap tersedia (freely & readily available).
b) aturan dan prosedur yang “simple, straightforward and easy to apply” untuk mengurangi perbedaan dalam interpretasi.4
3 Henri Subiakto, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta : Kencana ) Hlm. 245.
a. Komunikasi Publik
Dalam suatu zaman informasi dimana teknologi media baru sedang
membuka cakrawala dan horizon baru di depan kita, sebagian besar bangsa – bangsa tidak dapat dikesampingkan dari realitas situasi yang mengelilingi mereka,
disamping dari kesempatan menikmati kehidupan yang baik. 5Tanpa keraguan
sedikitpun kemajuan teknologi yang pesat dalam komunikasi elektronik dan
visual telah mentransformasikan lanskap internasional menjadi sebuah kampong
global atau Global village. 6
Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) cenderung dianggap sebagai
panacea atau obat mujarab yang dapat menjawab semua tantangan dan masalah
pembangunan. 7Dalam upaya – upaya pencapaian suatu system, regulasi serta kebijakan yang benar – benar trasparan kepada publiksuatu organisasi atau perusahaan tampaknya harus mampu menjelaskan kepada publik internal maupun
eksternal, melalui Pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam
organisasi atau yang diluar organisasi, secara tatap muka atau melalui media atau
yang sering disebut dengan komunikai publik. 8Khusus untuk publik sebagai
konsumen atau pengguna dari jasa angkutan publik ini, PT KAI Daops. 8
Surabaya sebagai regulator kebijakan publik harus secara transparan
menyampaikan informasi yang berkenaan dengan kemaslahatan publik baik
melalui media maupun secara tatap muka.
5 Makarim Wibisono, Tantangan Diplomasi Multilateral, (Jakarta : Pustaka LP3ES, 2006), Hlm. 51.
6“Ibid”, Hlm. 53. 7“Ibid”, Hlm. 58.
Di dalam tahapan serta aktualisasinya, komunikasi publik yang dijalankan
mengandung efek serta cakupan yang lebih luas. Pada komunikasi publik
melibatkan sejumlah besar penerima lebih menarik bila dibandingkan dengan
komunikasi interpersonal yang hanya mencakup dan mengenai sasaran 2 orang
serta kelompok kecil yang tidak lebih dari 5 – 7 orang penerima. Pesan komunikasi publik dimaksudkan untuk menarik banyak orang, beratus – ratus atau berjuta – juta orang.9 Diharapkan dalam implementasi tentang kebijakan maupun informasi perusahaan, publik tidak menjadi korban karena semua pesan serta
informasi atau Berita merupakan suatu proses – proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan untuk memuasakan nafsu ”ingin tahu” segala sesuau yang “luar biasa” dan “menakjuban”, melainkan pada keharusan ikut berusaha “mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosialis”.10
Kurangnya ketepatan serta perbedaan arti diantara yang dimaksudkan oleh
si pengirim dengan interpretasi akan menghasilkan distori pesan. 11Faktor
kehandalan serta ketepatan komunikasi merujuk pada kemampuan seseorang
dalam memproduksi atau menciptakan suatu pesan dengan tepat harus juga
menjadi pertimbangan. Service of excellence atau pelayanan prima bagi pelaksana
Humas dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan publik, pelayanan yang
sangat baik dan melampaui harapan pelanggan atau pelayanan yang memiliki ciri
9 “Ibid”, , Hlm. 197.
khas kualitas (qulity nice).12 Di dalam hal penyampaian pesan kepada publik,
yang harus menjadi perhatian adalah sebagai berikut :
a. Bahwa publik melakukan pengamatan secara selektif.
b. Bahwa publik melihat sesuatu konsisten dengan apa yang mereka percaya.
c. Bahwa publik melihat terkadang penggunaan bahasa tersebut kurang tepat.
d. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan hubungan.
e. Distorsi pesan diperkuat dengan inkonsistensi bahasa verbal dan non
verbaterbukaal.
f. Pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gannguan
g. Kecenderungan memori kearah penajaman dan penyamarataan detail.
h. Motivasi mungkin membangkitkan distorsi pesan.
b. Keterbukaan Relative Dari System
Lingkungan system memainkan peranan yang besar terhadap kedua fungsi
system materi mentah yang akan diproses dan menciptakan pasaran dan
penyaluran bagi output system. Lingkungan di sekeliling system mempengaruhi
tujuan dan akivitas system. Tiap system berusaha utntuk tetap hidup, bahkan
melalui tuntutan lingkungan yang menantang kehidupannya.
Keterbukaan system menujukkan pada tingkat mana organisasi mau
mendengarkan lingkungannya. Tiap system dipengaruhi dan memmpengaruhi
lingkungannya dari pandangan secara makro tiap – tiap system juga merupakan
subsistem dari system yang lebih besar, yaitu suprasistem yang harus bekerja
dengan system lain unruk menjadikan system yang lebih besar itu tetap hidup.
Oleh karena itu semua system harus berinteraksi dengan lingkunganya.
Rentangan system mulai dari yang begitu terbuka terhadap lingkungan,
sampai kepada yang tertutup terhadap lingkungan. Inilah yang dikenal dengan
keterbukaan yang relative. Tidak ada system yang terbuka total maupun tertutup
total terhadap lingkungannya. Adalah tidak mungkin bagi suatu organisasi
mengabaikan sama sekali semua berita dari lingkungannya. Adalah tidak mungkin
menghati semua informasi yang tersedia dalam situasi yang diberikan karena
terbatasnya proses pengintrepretasian.
Suatu organisasi tidaklah baik terlalu terbuka atau terlalu tertutup dalam
memberikan dan menerima informasi, tetapi juga perlu menyesuaikan dengan
tingkat keterbukaaan system dengan lingkungan dalam brespon terhadap suatu
sistuasi. Misalnya dalam terjadi suatu kerusuhan atau perubahan social, adalah
bijaksan bagi organisasi untuk tetap tertutup pada perubahan social tersebut untuk
memonitor pengaruh perubahan ini pada pekerjaan organisasi. Di dalam situasi ini
keterbukaan relative adalah suatu strategi komunikasi yang efektif bagi manusia
untuk menyesuaikan diri.
Akan tetapi, adalah penting bagi anggota organsisasi untuk berhati – hati, terhadap apa yang terjadi pada lingkungan organisasi untuk membantu rencana
organisasi memperoleh personel dan sumber yang tepat berkenaan dengan
masalah yang atau isu tersebut. Karena lingkungan berubah, maka organisasi
harus membuat perubahan dalam kerjanya dan sumber – sumbernya untuk menghadapi tuntutan baru.
Dalam dunia modern, perubahan lingkungan sering terjadi dengan cepat
dan banyak hambatan yang dihadapi organisasi. Seorang pimpinan organisasi
harus belajar untuk memperkirakan, memperoleh informasi dari lingkungan
organisasi tentang masalah segera akan terjadi dan merencanakan strategi
organisasi utuk mnghadapi masaah itu.13
c. Efek media massa pada sikap audience
Jelas bahwa media massa menimbulkan efek pada diri atau sikap audience.
Jawaban paling sederhana dapat kita temukan bila kita berkaca dan menyadari,
berapa persen dalam sehari materi pembicaraan kita ya