• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA RELASI DAN TRANSPARANSI INFORMASI : STUDI KASUS PT. KAI DAOPS 8 SURABAYA DALAM MERESPON UNDANG–UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEDIA RELASI DAN TRANSPARANSI INFORMASI : STUDI KASUS PT. KAI DAOPS 8 SURABAYA DALAM MERESPON UNDANG–UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG – UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK)

SKRIPSI

Diajuakan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S. I. Kom)

Oleh: JUNAIDI B06210057

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

Bismillahirrahmanirrahim,

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Junaidi

NIM : B06210057

Prodi : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Rajawali 114C Surabaya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2. Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai

hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum

yang terjadi.

Surabaya, 12 Desember 2015

Yang Menyatakan,

(3)

Skripsi ini telah dipertahankan oleh Junaidi di depan tim penguji skripsi

Surabaya, 05 Februari 2015

Mengesahkan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Dekan,

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001

Ketua,

Dr. Agoes Moh. Moefad, SH., M. S.i NIP. 197008252005011004

Sekretaris,

Rahmad Harianto, S. IP., M. Med. Kom NIP. 197805092007101004

Penguji I,

Dr. Nikmah Hadiati Salisah, S. IP., M. Si NIP. 197301141999032004

Penguji II,

(4)

membayangkan bahwa suatu ketika pengetahuan tak lagi bergantung kekuasaan,

sebagaimana mustahil pengetahuaan tak mengandung kekuasaan”.

(Michael Foucalt)

PERSEMBAHAN

Untuk keluarga besar dan ja. Consultant (konsultan komunikasi dan hukum),

(5)

KasusPT. KAI Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang

Keterbukaan Informasi Publik). Skripsi Ilmu Komunikasi Fakultas

Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

Kata Kunci : Media Relasi, Transparansi Informasi.

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat dua fokus penelitian yakni, (1) Bagaimana Pemahaman Humasda PT. KAI Daops.8 Surabaya Terhadap Undang– Undang Keterbukaan Informasi Publik, (2) Bagaimana Humasda PT. KAI Daop.8 Surabaya Mengimplementasikan Undang– Undang Keterbukaan Informasi Publik Tersebut.

Untuk menjawab fokus penelitian tersebut secara menyeluruh dan mendalam, digunakan metode penelitian deskriprif kualitatif dengan pendekatan analitik. Data diperoleh dengan dengan menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Hubermen, sehingga diperoleh pemahaman serta implementasi dari undang – undang keterbukaan informasi publik oleh Humasda PT. KAI.Daop.8 Surabaya.

Dari hasil penelitian ditemukanbahwa : (1) Dalam perspektif fenomenologis

pegawai Humasda memandang kejadian ini sebagai suatu fenomena atau kejadian yang harus disikapi dengan baik. Bahwa media sangat membantu proses penyebaran informasi kepada publik dan pegawai serta pimpinan Humasda konsisiten mendukung penuh dalam hal pelayanan dan publikasi informasi pada publik baik internal maupun eksternal perusahaan. (2) luas Humasda menggunakan bentuk pesan yang heterogen yang berarti pendistribusian pesan melihat karakter pemirsa berdasarkan pendidikan, umur kelas sosial dan sebagainya. proses penyampaian pesan tersebut juga dilandasi oleh perintah pimpinan, yakni lewat insruksi maka mereka berani dan mampu memberikan keterangan dalam bentuk informasi pada publik.

(6)

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

F. Definisi Konsep ... 13

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 15

(7)

4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

5. Teknik Analisa Data ... 23

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23

I. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka 1. Media Relasi Dalam Membangun Kepercayaan Stakeholder ... 27 2. Transparansi Informasi Dan Citra Perusahaan ... 35

3. Urgensi Media Relasi Dan Transparansi Informasi Bagi PT. KAI Daops. 8 Sby Dalam Merespon UU. Keterbuaan Informasi Publik ... 45

B. Kajian Teori 1. Agenda Setting Theory ... 48

2. Technological Determinism Theory ... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskriptif Subyek Penelitian ... 53

B. Obyek Penelitian ... 56

(8)

Undang Keterbukaan Informasi Publik

a. Perspektif Pegawai Humasda Terkait Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik ... 66 b. Sikap Pegawai Humasda Menyambut Undang – Undang Keterbukaan

Informasi Publik...74

2. Implementasi Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya Terhadap UU. Keterbukaan Informasi Publik

a. Bentuk Pesan Yang Disampaikan Pada Publik. ... 80 b. Komunikasi Pegawai Humasda Dalam Melayani Permintaan

Informasi Publik...89

BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian

1. Perspektif Dalam Komunikasi Kepegawaian Humasda Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik...99 2. Proses Komunikasi Kepegawaian Humasda Daop. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik Konfirmasi Temuan Dengan Teori101

(9)

B. Rekomendasi ... 119 DAFTAR PUSTAKA ... 121 BIODATA PENULIS

(10)

Bagan 1.1.Kerangka pikir penelitian ... 17

Bagan 1.2.Analisis data model analisis interaktif Miles and Huberman ... 24

(11)

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu ... 11

Tabel 1. 2. Jadwal penelitian ... 26

Tabel 3.1. Daftar Nama Informan Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya ... 75

Tabel 3.2. Daftar Nama Informan Pendukung PT. KAI ... 76

Tabel 3.3. Pencapaian Volume Angkutan Barang ... 90

Tabel 3.4. Pencapaian Volume Angkutan Penumpang ... 90

Tabel 3.5. Ketepatan dan Keterlambatan ... 91

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Konteks Penelitian

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan mulai

berlaku dua tahun setelah pengundangan, yakni tanggal 30 April 2010. Undang – undang tersebut menjadi tonggak dan era kebebasan publik untuk dapat

mengakses informasi dengan baik. Undang – Undang tersebut memiliki payung hukum dan rujukan yakni pada amandemen kedua UUD 1945 Pasal 28 F, yang

berbunyi bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi

dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedi. Kebutuhan akan sebuah

informasi yang aktual, tajam dan terpercaya yang dapat mengakomodasi

kepentingan dari para stakeholder, terutamanya publik sebagai penikmat layanan

jasa kereta api sangatlah mutlak. Begitu pula dengan nilai transparan dari suatu

informasi yang dibentuk oleh media sendiri. Publik sangat mencari bentuk – bentuk informasi maupun berita dari perusahaan, apakah itu media partner yang

mempublikasikan informasi tersebut ataukah PT. KAI Daop. 8 Surabaya sendiri

(13)

kompromi dalam mencapai atau mengemukakan sesuatu tersebut1. Pertanyaanya

adalah, Bagaimana Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya memahami Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik Tersebut, Serta Bagaimana Humasda PT.

KAI Daops. 8 Surabaya mengimplementasikan Undang - Undang tersebut.

Media massa dunia saat ini berperan utama dalam memajukan kebebasan

dan pertukaran informasi dan gagasan global. Kebebasan tersebut merupakan

prasarat dalam terwujudnya demokrasi, pembangunan, serta perdamaian.

Kebebasan informasi merupakan investasi melawan tirani. Seringkali pemberitaan

tentang opini sebuah kelompok menjadi berat sebelah karena tidak adanya (tidak

berhasil didapatnya) opini yang berperan sebagai penyeimbang tayangan tersebut.

Dalam hal ini, jelas peranan siaran televisi untuk membantu proses demokratisasi

dinegara kita sangat penting. Belum optimalnya upaya televisi terlihat dari

perimbangan berita yang terkadang berat sebelah. Tidak bisa dipungkiri,

kepentingan para pemilik saham mayoritas bermain disini. Seiring berjalannya

waktu, diharapkan keputusan redaksional tiap stasiun televise akan lebih longgar

dan cenderung mandiri (tidak mendapat tekanan dari pemilik saham) sehingga

kita dapat menyaksikan siaran televisi dengan lebih baik.

Dalam suatu zaman informasi dimana teknologi media baru sedang

membuka cakrawala dan horizon baru di depan kita, sebagian besar bangsa – bangsa tidak dapat dikesampingkan dari realitas situasi yang mengelilingi mereka,

disamping dari kesempatan menikmati kehidupan yang baik. 2 Tanpa keraguan

1 Fergus Panton, The Essence Of Effective Communications, (Yogyakarta : Andi, 1996), Hlm. 141.

, 2006), Jakarta : Pustaka LP3ES , (

Tantangan Diplomasi Multilateral

Makarim Wibisono, 2

(14)

51.-sedikitpun kemajuan teknologi yang pesat dalam komunikasi elektronik dan

visual telah mentransformasikan lanskap internasional menjadi sebuah kampung

global atau Global village. 3Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita

tentang realitas dikonstruksikan oleh kata dan tanda lain yang digunakan dalam

konteks sosial. 4Konsep kebenaran yang dibangun media massa bukanlah

kebenaran sejati, tetapi sesuatu yang diangga masyarakat sebagai suatu kebenaran.

Ringkasnya kebenaran ditentukan oleh media massa itu sendiri (Abrar,1959:59).

Selain kita disuguhkan oleh tontonan dan suara pada media, kita sebagai pemirsa

dituntut untuk selektif dan pandai dalam menerjemahkan pesan yang sedang

dibangun ataupun dibawa media kehadapan kita. Dalam hal ini informasi atau

berita yang diberikan atau didapat dari PT. KAI Daops 8 Surabaya tidaklah secara

seratus persen bersifat actual, tajam, dan terpercaya. Nilai dari suatu berita atau

informasi tersebut masih dihambat oleh suatu saluran yang bernama media (cetak

dan elektronik) yang membawa bendera dan kepentingan bersama. Entah

kepentingan tersebut berada pada benak perusahaan (PT. KAI Daops. 8 Surabaya)

ataukah maksud tersebut berada di benak jurnalis sendiri, pihak yang seharusnya

mampu menjunjung tinggi kode etik dalam jurnalistik, jelaslah publik dihadapkan

pada kondisi dualisme informasi yang berjalan dengan tak lagi transparan dan apa

adanya.

Krisis terhadap industri pers tidak akan terlampau parah jika sejak dahulu

pers sendiri disadari dan dipahami oleh penguasa sebagai alat control social.

Artinya para penguasa dan pemerintah sgera menyadari kesalahan – kesalahan Hlm. 53. , “Ibid” 3

), Hlm. 87. (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2009

Teks Media, Analisis

(15)

dan segera memperbaikinya.Selama ini pengelolaan dari pers terkesan lebih

mementingkan kepentingan dari pemerintah dibandingkan untuk mengurusi

kepentingan pemirsa. Dalam upaya – upaya pencapaian suatu system, regulasi serta kebijakan yang benar – benar trasparan kepada publik suatu organisasi atau perusahaan (PT. KAI Daops. 8 Surabaya) tampaknya harus mampu menjelaskan

kepada publik internal maupun eksternal, melalui Pertukaran pesan dengan

sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang diluar organisasi, secara

tatap muka atau melalui media atau yang sering disebut dengan komunikai

publik.5

Bagi pelaksana Humasda PT. KAI. Daops. 8 Surabaya, pihak yang

menjadi corong perusahaan dalam penerimaan dan penyampaian informasi, hal ini

harus menjadi perhatian serius. kerterbukaan, kebebasan, dan tanggung jawab pers

saat ini nyaris terlepas dari konteksnya. Sebagai pranata social, pers cenderung

tidak lagi menjaga keseimbangan informasinya. (cover both side), utamanya untuk

membangkitkan kesadaran masyarakat. padahal diyakini betul bahwa pers

merupakan sarana yang paling ampuh untuk membentuk opini publik

dimasyarakat. Dengan catatan terbentuknya pendapat itu sendiri sebagai refleksi

dari kesadaran kritis masyarakat.6

Kelompok ini memandang reformasi, tidak lebih sebagai suatu forum

kepentingan. Kelompok ini cenderung dapat memaksa serta mendesak tuntutan

mereka dengan menggunakan “label kepentingan rakyat”. Mungkin keadaan ini

5 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm. 197.

, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.

Peranan Humas Dalam Perusahaan

Danandjaja, 6

(16)

merupakan suatu situsi dilematis, yang sering dihadapi reporter ketika

mengemban tugas jurnalistik.

Efek media massa itu nyata dan jelas, bahwa memang efek yang

ditimbulkan berbagai macam variasinya, diperlukan pembahasan yang lebih

mendalam untuk mengetahui jenis efek yang ditimbulkan media massa. Jawaban

yang perlu anda ketahui adalah persentase dari sumber informasi dan materi

pembicaraan kita di dunia nyata dalam kehidupan sehari – hari bersumber dan besar diperoleh dari media massa.7

Pentingnya media relations bagi PT. KAI Daops. 8 Surabaya tidak terlepas

dari kekuatan media massa yang tidak hanya mampu menyampaikan pesan

kepada banyak khalayak, namun lebih dari itu, media sebagaimana konsep dasar

yang diusungnya memiliki fungsi mendidik, memengaruhi, mengawasi,

menginformasikan, menghibur, dan memobilisasi. Dari sinilah media memiliki

potensi strategis untuk memberi pengertian, membangkitkan kesadaran,

mengubah sikap, pendapat, dan perilaku sebagaimana tujuan yang hendak disasar

Lembaga.

Media (khususnya media berita), tidak selalu berhasil dalam memberitahu

apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar – benar berhasil kita berpikir tentang apa. 8Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita

lakukan. Media memberikan agenda – agenda melalui pemberitaanya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi

, (Jakarta : Raja Grafindo, 2009), Hlm. 205.

Pengantar Komunikasi Massa

Nurudin, 7

, Hlm.195. “Ibid”

(17)

dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting.

Apa yang diketahui publik tentang suatu keadaan pada waktu tertentu

sebagian besar ditentukan oleh proses penyaringan dan pemilihan berita yang

dipilih oleh media massa. Seperti halnya yang diberitakan saat PT. KAI

melakukan reformasi besar – besaran didalam tubuh perusahaan, digambarkan saat itu kepada publik melalui media televisi, memang semua layanan, fasilitas

kelas satu dan tanpa cacat atau celah, publik mempercayai akan kebenaran hal itu.

Bagaimana media telah berhasil mengatur dan mengangkat berita tersebut

sehingga laik berita.

Sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap tersebut bisa berubah

melalui proses komunikasi massa dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi

sikap dan tingkah laku seseorang. Hal ini berkorelasi dengan efek sekunder

dimana audience secara aktif memanfaatkan media massa dan meliputi perubahan

pada tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku

(menerima dan memilih), 9 peristiwa semacam ini terjadi saat publik dihadapkan

pada suatu informasi atau berita yang dipublikasikan lewat media massa seperti

kinerja Operasional (Kelambatan dan ketepatan KA,), Kinerja Angkutan Barang,

Kinerja Angkutan Penumpang, Peraturan, ketentuan dan/atau kebijakan

perusahaan yang berkaitan dengan publik, Ringkasan laporan akses informasi

publik, dan informasi Profil perusahaan dan manajemen, struktur organisasi,

susunan pemegang saham, dewan komisaris dan jajaran.

, Hlm. 210.

(18)

Bukan juga menjadi perkara yang ringan, public tentu perlu juga tahu

bukan hanya menjadi penonton yang konsumtif mengenai kabar PT. KAI yang

diberitakan hanya lewat media massa saja. Lebih dari itu, keterbukaan mengenai

bagaimana proses tender barang atau jasa oleh PT. KAI terjadi juga perlu

diketahui oleh publik,

Melihat fenomena serta kasusistik yang terjadi dilingkungan PT. KAI

Daops. 8 Surabaya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

mengangkat judul “Media Relasi Dan Transparansi Informasi (Studi Kasus PT.

KAI Daops. 8 Surabaya Dalam Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik)”. Hal ini dikarenakan adanya fenomena yang ditangkap oleh

peneliti, informasi – informasi yang tersampaikan kepada publik masih bersifat parsial dan tidak secara akurat dan mutlak informasi tersebut tersampaikan. Begitu

pula media massa sebagai partner dalam penyampaian informasi dan berita masih

bermain dalam zona abu – abu, dengan kata lain media massa masih dijalankan oleh banyak kepentingan. Apakah media sudah berkomitmen kembali untuk

melayani demokrasi. Jika melihat semakin terkikisnya relasi antara media dan

demokrasi. Perusahaan media berita untuk mencapai agenda politiknya.10

Pernyataan tersebut semakin diperkuat dan nampaknya sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh kritikus media yakni Robert Mc. Chesney dengan apa

yang disebut dengan Hiperkormesialisme. Control media yang terkonsentrasi

memungkinkan perusahaan – perusahaan media terbesar semakin mengomersilkan produknya dengn kekhawatiran yang semakin kecil terhadap keluhan konsumen.

,

Media Literacy & Culture Introduction To Mass Communication

Stanley J. Bryan, 10

(19)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka fokus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya Terhadap

Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik?

2. Bagaimana Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya mengimplementasikan

Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada fokus penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui pemahaman Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya

terhadap Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik?

2. Untuk mengetahui implementasi Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik oleh Humasda PT. KAI Daops. 8 Surabaya?

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi dalam

pengembangan ilmu komunikasi terutama mengenai media relasi dan

transparansi informasi

b. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian sejenis.

(20)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi peneliti,

teutama dalam hal kaitannya dengan khazanah keilmuan dibidang ilmu

komunikasi, terutama tentang pembahasan media relasi dan transparansi

iinformasi.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi

masyarakat, terutama mengenai informasi – informasi serta kebijakan yang dikeluarkan oleh PT. KAI Daops. 8 Surabaya demi kepentingan dan kenyamanan

masyarakat, dalam hal ini masyarakat sebagai konsumen atau pihak pengguna

layanan transportasi publik tersebut.

c. Bagi instansi

Penelitian ini diharapkan dan mampu memberikan manfaat bagi instansi

itu sendiri, dalam hal ini PT. KAI Daops. 8 Surabaya sebagai pemangku dan

regulator dari pemberi kebijakan kepada masyarakat/publik/konsumen. Melalui

penelitian ini, PT. KAI Daops. 8 Surabaya dapat lebih berbenah kedepan dalam

(21)

E. Kajaian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai rujukan dari hasil penelitian yang terkait dengan tema yang

diteliti, peneliti berusaha memberikan pembanding serta referensi penelitian yang

sejenis, sebagai pembeda dalam penelitian ini. Diharapkan dari kajian hasil

penelitian terdahulu dapat ditemukan pokok permasalahan yang signifikan serta

masalah – masalah yang belum tersentuh dan diuji dalam peneliitan sebelumnya. Adapun masalah dan hasil temuan dari penelitian terdahulu adalah sebagai

(22)

F. Konsep

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang

menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide atau gagasan tertentu.11

Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukan, maka

penulis perlu menjelaskan definisi konsep sesuai dengan judul. Hal itu

dikarenakan untuk menghindari kesalah fahaman dalam penelitian ini. Adanya

pencantuman definisi operasional ini adalah untuk lebih memudahkan

pemahaman pembahasan dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan beberapa

istilah yang erat kaitannya dengan penelitian, diantaranya sebagai berikut :

a. Media Relasi

Media relations merupakan suatu kegiatan humas dengan maksud

menyampaikan pesan (komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan,

perusahaan atau institusi, produk, serta kegiatan yang sifatanya perlu

dipublikasikan melalui kerja sama dengan media massa untuk menciptakan

publisitas dan citra positif di mata masyarakat).12

Menurut Frank Jeffkins, media relasi adalah suatu usaha untuk mencari

publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi Humas

dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari

organisasi perusahaan yang bersangkutan. Lain halnya menurut Philip Lesly,

Media Relations adalah hubungan dengan media komunikasi untuk melakukan

Irawan Soeharto, metode penelitian sosial, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002). Hal 4 11

, (Jakarta: grasindo, 2009), Hlm. 208.

ation Crisis public rel

(23)

publisitas atau merespon kepentingan media terhadap kepentingan organisasi.

Melalui beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sederhana

dari beberapa teori diatas, Media Relations adalah"Suatu tindakan yang dilakukan

oleh Praktisi Humas sebagai kegiatan Public Relations Eksternal dengan media

massa (elektronik dan cetak) sebagai langkah - langkah untuk membangun

hubungan baik dengan media massa yang nantinya akan berdampak pada

pemberitaan informasi atau pesan dalam media massa itu sendiri guna

mempertahankan citra positif dari suatu organisasi yang dinaunginya.

b. Transparansi Informasi

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,

yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta

hasil-hasil yang dicapai.13Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan

bahwa transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat dengan

jelas. Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi

adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan

dilakukan oleh pemerintah termasuk berbagai prosedur,serta keputusan – keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik.

Dalam hal ini peran pemerintah adalah membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memeperoleh Informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif

13 Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah,

(24)

tentang penyelnggaran pemerintah daerah. Sistem yang transparan memiliki

prosedur yang jelas dalam pengambilan kepuutusan publik dan adanya saluran

komunikasi yang terbuka antara berbagai stakeholders dengan aksebilitasi yang

baik terhadap sumber informasi. Transparansi dibangun berdasarkan kebebasan

untuk memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan Informasi tersedia secara

langsung terutama bagui pihak-pihak yang Berkepentingan. Keterbukaan

informasi publik telah diatur dalam UU. No.14 tahun 2008, Bahwa informasi

adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda – Tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat

,didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai.

Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,kemudian hak

memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi

publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.

Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan

pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya

dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Bahwa pengelolaan

informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat

Informasi.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Proses penelitian ini dibangun dan berangkat dari perhatian akan buruknya

(25)

informasi. Disisi lain peran media disini dipertanyakan kredibilitas serta aktulitas

dalam penyampaian berita dan informasi kepada publik. Sinergi antara media dan

badan/organisasi/perusahaan dam menyediakan informasi kepada publik menjadi

vital, akan terangnya informasi tersebut. Peneliti berusaha memahami Media

relasi dan transparansi informasi (Study kasus PT. KAI Daop 8 Surabaya dalam

merespon UU. Keterbukaan Informasi Publik). Proses Penelitian ini dilakukan

dengan mengadopsi proses penelitian dari Babbie dalam Garna (2008:130),

sebagai berikut :

Bagan 1.1.

Kerangka pikir penelitian

Media relasi dan transparansi

informasi

Media sebagai akses & sarana transparansi

Technological Determinism TheoryDan

Agenda Setting Theory

Media relasi Dan transparansi

informasi

Konseptualisme

Kualitatif

Analitik Humasda PT. KAI Daop 8 SBY

Metode Penelitian Subjek Penelitian Observasi Mengumpulkan data untuk analisis dan interpretasi Analisis

Analisis data dan kesimpulan

Laporan hasil, dan menarik

Aplikasi

(26)

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian dengan judul “media relasi dan transparansi Informasi

(studi kasus PT. KAI Daop. 8 Surabaya Dalam merespon undang keterbukaan

informasi publik), peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode

penelitian deskriptif dan pendekatan analatik. Dengan jenis penelitian kualitatif

serta menggunakan pendekatan deskriptif analitik diharapkan pemaparan serta

kemudahan dalam pencarian dan merangkum penelitian semakin mudah. Harapan

peneliti menggunakan metode tersebut bersandar pada dapat digambarakan

ataupun dipaparkannya suatu hasil dari suatu penelitian tersebut kemudian peneliti

dapat melakukan analisa terhadap penelitian tersebut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 14 Peneliti berupaya

untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai media relasi dan

transparansi informasi (studi kasus PT. KAI Daops. 8 Surabaya dalama merespon

Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik).

(27)

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber

pertama di lapangan. Data ini berupa hasil kuesioner dan wawancara langsung

kepada informan yang kemudian dicatat dan dikategorikan untuk memberikan

kemudahan kepada orang lain. Yang termasuk dalam data primer pada penelitian

ini adalah data dari Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini diperoleh dari studi

dokumentasi yang dilakukan.

b. Sumber Data

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber yang secara langsung memberikan

data kepada peneliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sumber data

primer adalah adalah informan yang sudah dipilih karena dapat memberikan data

(28)

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan

informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini

dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam

bentuk lain atau dari orang lain. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi

dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara maupun kuesioner.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu mengetahui tahaptahap yang

akan dilalui dalam proses penelitian. Hal ini dilakukan guna mempermudah dalam

proses memperoleh hasil yang lebih spesifik dan sistematis. Adapun tahap-tahap

yang dilakukan peneliti, meliputi:

a. Tahap Pra-Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan berangkat dari fenomena dan bisa diamati serta

diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Rancangan

penelitian ini terdiri dari konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, acuan teori, metode penelitian, rancangan analisis data,

rancangan pengumpulan data, rancangan pemeriksaan keabsahan data, dan jadwal

(29)

2) Memilih Lapangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam pemelitian, maka dipilih

lokasi penelitian sebagai sumber data dengan mengasumsikan bahwa dalam

penelitian kualitatif, jumlah informan tidak berpengaruh pada konteks. Alasan

pemilihan merupakan rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan

lapangan. Selain itu juga dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan waktu, biaya,

dan tenaga.

3) Menentukan Informan

Informan adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian yang dikaji. Dari nama-nama

dalam struktur Pimpinan Humasda PT. KAI Daop 8 Surabaya, peneliti kemudian

memilih informan yang akan memberikan informasi terkait data yang dicari.

Pemilihan ini dimaksudkan agar dalam waktu yang relatif singkat, peneliti

mendapatkan banyak informasi yang jujur dan memahami kondisi lapangan.

4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan penelitian yang dimaksud meliputi alat tulis, alat perekam,

dan perlengkapan lain yang menunjang proses penelitian ini.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahapan ini peneliti menyebarkan check list kepada Manajer

(30)

kepada para narasumber dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan

dalam penelitian.

c. Tahap Analisa Data

Setelah data yang dicari terkumpul, kemudian dilakukan pengorganisasian

dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar. Selanjutnya

ditemukan tema dan dirumuskan sesuai dengan data yang ada.

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari penelitian sehingga dalam

tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan.

Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik, akan

menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian. Hasil dari

keseluruhan proses penelitian, mulai dari perumusan masalah sampai hasil akhir

yaitu analisis yang ditunjang dengan keabsahan data, ditulis dalam penulisan

laporan yang berbentuk skripsi. Dengan sistematika penelitian yang baik maka

akan menunjang laporan hasil penelitian yang baik pula.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik wawancara, yakni

teknik wawancara dengan kuesioner dan wawancara mendalam (in-depth

interfiew). Hal ini dikarenakan kedua teknik tersebut lazim digunakan untuk

(31)

berkaitan dengan informasi dalam organisasi. Teknik wawancara dengan

kuesioner merupakan alat pengumpulan data secara tertulis. Berbagai bentuk

pertanyaan dapat digabungkan dalam suatu kuesioner, sesuai denagn jenis dan

tujuan audit.15 Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan

kuesioner berbentuk check list. Kuesioner ini digunakan untuk mencari data awal

sebelum melakukan wawancara mendalam.

Dalam wawancara dengan kuesioner, pewawancara tidak dapat secara

bebas mencari data. Disinilah wawancara mendalam penting untuk dilakukan.

Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka.16Wawancara mendalam

ini dilakukan untuk memperdalam informasi yang diperoleh melalui check list.

Selain teknik wawancara, peneliti juga menggunakan teknik dokumenter, yakni

metode untuk menelusuri data historis. Selain hal tersebut diatas kemudahan akses

peneliti dalam memperoleh informasi terbantu dengan proses magang proses yang

dijalankan selama satu bulan penuh di bagian Humasda PT. KAI Daop 8

Surabaya.

6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi

data kualitatif model interaktif, mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan

Huberman. Mereka mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif

15 Andre Hardjana, Audit Komunikasi: Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), hlm. 75.

16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

(32)

dilakukan secara intensif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap

tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas

dalam data analisis data diawali dengan pengumpulan data. Data-data hasil

wawancara dan kuesioner dikumpulkan menjadi satu. Kemudian proses reduksi

data, yakni data yang terkumpul diklasifikasikan menurut hasil penelitian melalui

catatan ringkas. Selanjutnya data-data tersebut dibuat dalam bentuk tulisan

diskriptif. Tahap ini disebut displaydata.

Pada akhirnya diambillah kesimpulan dari data yang terkumpul yang

kemudian dicocokkan kembali dari proses reduksi dan displaydata sehingga data

yang ditulis menunjukkan kebenarannya. Langkah-langkah analisis tersebut dapat

ditunjukkan sebagai berikut :

Bagan. 1.2.

Proses Analisa Data Model Miles dan Huberman

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam suatu penelitian merupakan objektifitas hasil

yang dicapai. Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan jenis kualitatif Pengumpulan data

Reduksi data

Display data

(33)

terhadap Media Relasi Dan Transparansi Informasi (Studi Kasus PT. KAI Dalam

Merespon Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik) menggunakan beberapa teknik dalam mengevaluasi keabsahan data sebagai berikut:

a. . Teknik Diskusi dengan Teman Sejawat

Peneliti melakukan mendiskusi hasil sementara dan hasil akhir penelitian

dengan teman-teman sejawat untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini untuk

membersihkan hasil penelitian dari kemungkinan tercampurnya perasaan atau

pendapat peneliti dalam menuliskan hasil penelitian.

b. Teknik Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Hasil yang telah peneliti peroleh

dicocokkan dengan sumber lain, metode, atau pun dengan teori.

c. Kecukupan Refrensial

Data-data mentah dan bukti rekaman penelitian dibuka kembali dan

dibandingkan dengan hasil penelitian. Selain itu juga dengan dicocokkan dengan

(34)

c. Jadwal dan Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu relatif singkat. Penjadwalan dan

proses penelitian direncanakan selama dua bulan (mengacu pada rentan waktu

uyang diberikan oleh PT. KAI Daop 8 Surabaya/magang Profesi dibagian

Humas), adaupun kemudahan akses serta perijinan dari perusahaan yang diberikan

kepada peneliti dikarenakan sebagai mahasiswa magang profesi pada bagian

[image:34.595.118.504.294.715.2]

Humasda Daop 8 Surabaya, berikut bagaan jadwal penelitian :

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

K e g i a t a n

Bulan November, Minggu Ke- 1

November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi: memperoleh

key person, informan,

deskripsilokasipenelitian

x X

Perijinan; birokrasi dan

ketentuan-ketentuan

penunjang melakukan

penelitian

x

Observasi/ Wawancara/

pencatatan/pengamatan

(penelitian)

x x x

PenulisanLaporan X x

(35)

I. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan

yang bertujuan umtuk memudahkan penelitian, langkah - langkah pembahasan

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sembilan sub-bab antara lain konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka

pikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni kajian pustaka dan kajian teori.

Pada kajian pustaka dibahas mengenai media relasi dan transparansi informasi.

Sedangkan pada kajian teori berisi penjelasan mengenai teori.

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni deskripsi subyek, obyek, dan

lokasi penelitian, serta deskripsi data penelitian. BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni temuan penelitian dan

konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V PENUTUP

(36)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Media Relasi Dalam Membangun Kepercayaan Stakeholder

Era Informasi yang bergerak cepat merupakan tantangan tersendiri bagi

public relations dari sebuah perusahaan.Informasi dan data baru datang silih

berganti setiap detiknya. Keputusan untuk menyajikan informasi terbaru

seringkali berlandaskan dari orang perorang atau cerita teman, sehingga lahirlah

fenomena baru dalam komunikasi dan informasi, yaitu word of mouth atau buzz

Word of mouth apabila berkembang dapat menjadi opini public yang

menguntungkan apabila dikelola dengan baik, karena itu public relations strategis

harus mampu menciptakan dan memanfaatkan hal ini melalui media relations

untuk menciptakan citra positif perusahaan.

Media relations merupakan suatu kegiatan humas dengan maksud

menyampaikan pesan (komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan,

perusahaan atau institusi, produk, serta kegiatan yang sifatanya perlu

dipublikasikan melalui kerja sama dengan media massa untuk menciptakan

publisitas dan citra positif di mata masyarakat).1 Menjalin dan menjaga hubungan

baik dengan media merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga, dan

meningkatkan citra atau reputasi organisasi di mata stakeholder. Media relations

(37)

sangat penting artinya sebagai wujud komunikasi dan mediasi antara suatu

lembaga dengan publiknya. Di sisi lain, fungsi media relations yang berjalan baik

sangat bermanfaat bagi aktivitas lembaga karena pihak media memberi perhatian

pada isu-isu yang diperjuangkan. Public Relations memiliki peran yang sangat

penting dalam sebuah perusahaan. Public Relations dalam berhubungan dengan

media memiliki tugas untuk menciptakan atau mempertahankan citra positif

dihadapan publik perusahaan. Dalam menciptakan ataupun mempertahan kan citra

positif perusahaan dapat dilakukan dengan menanamkan kepercayaan kepada para

stakeholders, yaitu publik internal maupun eksternalnya.

Peran media bagi public relations dalam meningkatkan citra perusahaan

public relations sering dikaitkan perannya dalam hubungan dengan media. Bila

dilihat peranan Public Relations dapat dibedakan menjadi yakni peranan

manajerial yang kita kenal dengan peranan ditingkat messo (manajemen). Peran

ini dapat diuraikan menjadi 3 peran, yakni expert pereciber communication,

problem solving process facilitator dan communicatoin facilitator. Peranan kedua

adalah peranan teknis, Media sering diartikan sebagai alat penyampai informasi

yang dipergunakan Publik Relations kepada publik-nya. Media sedapat dibagi atas

dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Contoh dari media cetak seperti

surat kabar, majalah, tabloid, newsletter, brosur, bulletin, dan lain-lain.

Sedangkan media elektronik seperti televisi, radio,website dan lain sebagainya.

Media merupakan penghubung komunikasi dan informasi antara Public

Relations kepada stakeholders, oleh karena itu media masih merupakan alat yang

(38)

Public Relation, dari top management sampai kepada bawahannya, atau

sebaliknya. Sementara untuk eksternal Public Relations, media juga sebagai

alat yang menjembatani hubungan antara Public Relations dengan komunitas,

pelanggan, pemerintah, dan juga media massa itu sendiri untuk membentuk opini

sehingga tercipta citra positif perusahaan.

Media mampu memberikan informasi yang negatif maupun positif kepada

stakeholders. Informasi yang diterima oleh stakeholders dapat membangun

reputasi perusahaan dimata publik. Apabila reputasi tersebut bernilai positif,

maka hal tersebut akan mampu membangun citra positif perusahaan. Public

Relations seringkali diberi label sebagai corong perusahaan dalam

memberikan informasi kepada publiknya. Public Relations digunakan oleh

perusahaan dengan sejumlah alasan tertentu diantaranya membangun atau

memperbaiki citra perusahaan, memperbaiki hubungan dengan stakeholders,

meningkatkan investasi dan perluasan usaha, membuka pasar agar kondusif

untuk peningkatan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, mendorong

pengembangan kredibilitas dan reputasi perusahaan dan mempengaruhi

kebijakan pemerintah. Penggunaan Public Relations pada tataran tersebut

berfungsi sebagai mediator, katalisator dan transformator dari institusi yang

diwakilinya dengan stakeholders yang berhubungan dengan perusahaan.

Stakeholder yang harus dilayani oleh Public Relations ini adalah stakeholders

yang berasal dari dalam perusahaan (internal Public Relations) dan stakeholders

(39)

Frank Jefkins mengemukakan ada 8 publik utama dari kelompok orang

yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun

eksternal yaitu :

1) Publik Internal : Karyawan, Pemegang Saham, Management.

2) Publik Eksternal : Konsumen, Komunitas, Pemerintah, Media Massa.

Dalam rangka membangun hubungan dengan stakeholders sebagai

pihak eksternal dibutuhkan media massa untuk membantu mempermudah

pekerjaan Public Relations dalam rangka menyampaikan pesan persuasif yang

ingin disampaikannya. Selain itu Peran media bagi Public Relations juga

sebagai saluran dalam penyampaian pesan yang berguna untuk memperkenalkan,

informasi dan pemberitaan dari Public Relations sebagai ekuatan pembentuk

opini (power of opinion) yang sangat efektif.

Kerja sama dengan media akan menghasilkan frekuensi publisitas yang

cukup tinggi. Dampak pemberitaan dari media akan menimbulkan efek

keserempakan (stimultaneity effect), efek dramatisir, efek publisitas tinggi, waktu

relatif singkat, pembentukan opini, khalayak yang sangat luas dalam waktu yang

bersamaan. Dalam menentukan media mana yang harus digunakan untuk

komunikas idanpublikasi,Public Relationsharus jelidantelitisehingga media

tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan ciri-ciri serta sifat publik

perusahaan.Pemilihan media yang tepat sangat membantu kinerja Public

Relations dalam membangun hubungan yang harmonis dengan public internal

(40)

saham dapat menanamkan rasa memiliki perusahaan dan saling menguntungkan

dengan pihak manajemen, khususnya bagian manajemen keuangan dan investasi

Demikian pula media-media yang digunakan dalam hubungan kepada publik

eksternal yang terdiri dari para pelanggan, komunitas tertentu, instansi

pemerintah, pers dapat membantu dalam memberikan informasi yang

berimbang dan membangun reputasi positif perusahaan.

Hubungan media pers dengan menggunakan unsur-unsur media cetak

atau elektronik yang ditunjang oleh kemitraan terpadu antara praktisi Publik

Relations dengan jurnalis akan membangun hubungan saling menguntungkan

bagi kedua belah pihak dengan saling menghormati profesi masing-masing.

Namun, dalam memberikan informasi melalui media kepada publik, Public

Relations harus menerapkan prinsip jujur, apa yang disampaikan sesuai

dengan kenyataan sesuangguhnya, kepentingan masyarakat harus selalu

diutamakan. Bila ha yang semacam ini diperhatikan, maka sambutan publik

dengan sendirinya akan positif sehingga perusahaan tersebut akan

memperoleh publisitas yang positif atau seperti yang diinginkan. Dengan

demikian kepentingan-kepentingan perusahaan dengan sendirinya akan dapat

terpenuhi.

Menurut Frank Jefkins ada beberapa prinsip Public Relations umum

yang perlu diperhatikan dalam rangka menciptakan dan membina hubungan

(41)

1) Memahami Dan Melayani Media

Dengan berbekal pengetahuan tentang hal-hal pokok mengenai media,

seperti jangkauan pembaca, daerah sirkulasi, frekuensi penerbitan, kebijakan

editorial, metode distribusi dan lain-lain, maka Public Relations akan

mampu menjalin kerjasama dengan pihak media. Public Relations akan

dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

2) Membangun Reputasi Sebagai Orang Yang Dapat Dipercaya

Public Relations harus senantiasa siap menyediakan atau memasok

materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya

dengan cara inilah Publik Relations akan dinilai sebagai suatu sumber informasi

yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu,

maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah

diciptakan dan dipelihara.

3) Menyediakan Salinan Yang Baik

Public Relations diharapkan dapat menyediakan foto-foto yang baik,

menarik dan jelas secara cepat, dan juga menyediakan salinan naskah. Hal ini

dikarenakan, dokumen tersebut setiap saat bisa saja dibutuhkan ketika

(42)

4) Bekerja Sama Dalam Menyediaan Materi

Public Relations dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan

sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. Dalam hal

ini Public Relations berindak sebagai fasilitator bagi jurnalis dan media dalam

menyediakan narasumber yang memiliki kredibilitas.

5) Menyediakan Fasilitas Verifikasi

Public Relations juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis

untuk melakukan verfikasi (pembuktian kebenaran) atas setiap materi yang

mereka terima. Seperti, para jurnalis diizinkan untuk langsung melihat fasilitas

atau kondisi -kondisi perusahaan yang hendak diberitakan.

6) Membangun Hubungan Personal Yang Kokoh

Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta

terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan sikap

saling menghormati profesi masing-masing.

a. Media Dan Konstruksi Realitas

Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas

dikonstruksikan oleh kata dan tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.

2Konsep kebenaran yang dibangun media massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi

sesuatu yang diangga masyarakat sebagai suatu kebenaran. Ringkasnya kebenaran

ditentukan oleh media massa itu sendiri (Abrar,1959:59). Selain kita disuguhkan

(43)

oleh tontonan dan suara pada media, kita sebagai pemirsa dituntut untuk selektif

dan pandai dalam menerjemahkan pesan yang sedang dibangun ataupun dibawa

media kehadapan kita.

Pemirsa harus memahami konteks berita, dengan begitu bisa memahami

masalah yang ada dan bagaiman dalam pemecahannya. Terkadang wartawan

menghidangkan “madu” dalam sajian berita dan juga tidak luput pula menuangkan “racun”. Melalui konteks berita pembaca mengerti bahwa berita

tersebut buruk atau baik. Bisa juga berita tersebut buruk dan dalam usaha

membungkus berita trsebut dalam keadaan manis. Pekerjaan media pada

hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil dari para

pekerja dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya, diantaranya

realitas politik.

Disebabkan sifat dan faktanya, bahwa pekerjaan media massa adalah

menceritakan peristiwa – peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (Construsted Reality). Pembuatan berita di media masa pada

dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas sehingga membentuk sebuah “cerita”

(Tuchman, 1980).

Isi media pada hakikatnya hasil kontruksi dari realitas dengan bahasa

sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya alat untuk presentasi

realitas, namun juga bisa menentukan relief, seperti apa yang akan diciptakan oleh

bahasa tentang realitas tersebut. Dengan ini media memiliki peluang besar untuk

(44)

2. Transparansi Informasi Dan Pencitraan Perusahaan

Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman

seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi

masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap

perusahaan didasari pada apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang

perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar

perusahaan dapat tetap hidup dan meningkatkan kreativitasnya bahkan

memberikan manfaat lebih bagi orang lain.

Citra merupakan tujuan dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi

yang hendak dicapai. Walaupun citra merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak

dapat diukur secara sistematis, namun wujudnya dapat dirasakan dari hasil

penelitian baik dan buruk yang datang dari khalayak atau masyarakat luas.

Penilaian atau tanggapan tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat

(respect), kesan-kesan yang baik yang berakar pada nilai-nilai kepercayaan.

Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Citra adalah salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan atau

organisasi. Citra yang baik merupakan perangkat yang kuat bukan hanya untuk

menarik konsumen untuk memilih produk atau jasa perusahaan, melaikan juga

memperbaiki kepuasan konsumen terhadap perusahaan atau organisasi. Terkadang

perusahaan atau organisasi selalu berfokus pada pembentukan citra positif

external dan sering melupakan citra positif internal yang tentunya merupakan hal

(45)

Pencitraan yang positif yang di dapat dari publik external tidak akan

pernah terbentuk dengan sempurna apabila di dalam publik internal perusahaan

atau organisasi tersebut tidak terbentuk citra positif. Bagaimana kita sebagai

publik internal bisa memajukan perusahaan atau organisasi, sedangkan kita

sebagai pubik internal tidak memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab untuk

membentuk hubungan yang harmonis dalam kehidupan perusahaan. Sebelum

membentuk citra positif perusahaan di mata publik eksternal ada baiknya untuk

kita memperkuat citra positif di mata publik internal. Publik internal yaitu publik

yang menjadi bagian dari unit usaha/ badan/ perusahaan/ instansi itu sendiri

seperti karyawan, buruh, dan pemegang saham. Dengan terbentuknya pemahaman

yang kuat tentang citra positif perusahaan di mata publik internal diharapkan

dapat menumbuhkan rasa bangga dan rasa memiliki para karyawan terhadap

perusahaannya sebagai tempat mereka untuk berkarir. Rasa bangga dan rasa

memiliki yang tumbuh dalam diri karyawan tersebut maka akan menambah rasa

mencintai serta loyalitas karyawan terhadap perusahaannya. Apabila pemahaman

tentang citra positif perusahaan telah melekat dengan baik dalam diri karyawan

diharapkan mereka dapat menjadi ambassador bagi perusahaannya untuk

menyebarkan citra perusahaan yang positif kepada public internal dan eksternal

yang selalu berhubungan dengan perusahaan atau organisasi mereka. Upaya

pembentukan citra positif perusahaan dimata internal melalui stratefi public

relationsadalah hal yang tepat karena yang dilakukan oleh publik relations adalah

menciptakan hubungan timbal balik dengan khalayak sasaranya secara terarah,

(46)

pengertian, pemahaman, apresiasi, minat dan dukungan dari berbagai pihak yang

akan menentukan keberhasilan perusahaan.

Citra bagi peruasahaan merupakan asset yang tak ternilai harganya dan

untuk mewujudkan citra tidak dapat dilakukan secara instant dalam waktu yang

singkat karena mengingat kompleksitas dan kebutuhan konsumen yang telah

mencapai tingkat yang sangan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan

program yang tepat untuk dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.

Membangun citra yang baik di mata publik internal perusahaan juga

mengisyaratkan bahwa membangun citra perusahaan harus dilakukan berdasarkan

perbandingan tingkat kualitas yang sama atau seimbang diantara publik internal

maupun publik eksternal. Salah satunya dengan cara diberikan pelatihan dalam

rangka keprofesionalannya, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

memberikan aspirasi dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, bisa

member dampak melahirkan karyawan-karyawan yang produktif dan berprestasi

tinggi.

Transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat dengan

jelas. Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi

adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan

dilakukan oleh pemerintah termasuk berbagai prosedur,serta keputusan – keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik.

Dalam hal ini peran pemerintah adalah membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memeperoleh Informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif

(47)

prosedur yang jelas dalam pengambilan kepuutusan publik dan adanya saluran

komunikasi yang terbuka antara berbagai stakeholders dengan aksebilitasi yang

baik terhadap sumber informasi. Transparansi dibangun berdasarkan kebebasan

untuk memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan Informasi tersedia secara

langsung terutama bagui pihak-pihak yang Berkepentingan. Keterbukaan

informasi publik telah di atur dalam UU. No.14 tahun 2008.

Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,kemudian hak

memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi

publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.

Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan

pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya

dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Bahwa pengelolaan

informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat

Informasi. Disini peran humas menjadi sangat penting. Sebagai humas

pemerintah, Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya yang berdiri paling depan dalam

proses penyampaian informasi serta pengumpulan informasi, ditunjang dengan

beberapa keuntungan seperti kemajuan informasi teknologi. Humasda PT. KAI

Daop. 8 Surabaya hharus mampu mengoptimalkan fungsi dan peranan kemajuan

teknologi informasi untuk menunjang kinerja demi terfokusnya proses

penyampaian informasi pada publik. Disamping itu humas seharusnya menjadi

manajer yang berwenang mengatur lalu lintas informasi dalam sebuah perusahaan.

(48)

performace symbol organisasi (pimpinan), dan menjadi agen keterbukaan. Karena

pendekataan kerja humas lebih bersifat sosial, arahnya yaitu membentuk citra

yang baik dimata masyarakat mengenai perusahaan atau lembaga dimana mereka

berada. Strategi organisasi yang dilakuakan public relations lebih berorientasi

pada kepentingan public, baik internal (karyawan maupun pimpinan ) serta

ekternal public ( masyarakat dan termasuk media massa ). Apabila reputasi telah

terbangun, dengan sendirinya secara tidak langsung perusahaan atau lemvaga itu

akan memperoleh berbagai keuntungan seperti dukungan public, kepercayaan

masyarakat, dan citra positif lainnya. Ujung – ujungnya semua aktivitas perusahaan akan dipersepsi positif oleh publik dan kualitas kerjanya juga akan

diapresiasi oleh masyarakat luas.3

Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum

dan kejelasan (clarity) tentang peraturan, undang-undang, dan keputusan

pemerintah Indikatornya :

a) akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate & timely) tentang

kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan

keputusan ekonomi oleh para pelaku swasta. Data tersebut harus bebas didapat

dan siap tersedia (freely & readily available).

b) aturan dan prosedur yang “simple, straightforward and easy to apply” untuk mengurangi perbedaan dalam interpretasi.4

3 Henri Subiakto, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta : Kencana ) Hlm. 245.

(49)

a. Komunikasi Publik

Dalam suatu zaman informasi dimana teknologi media baru sedang

membuka cakrawala dan horizon baru di depan kita, sebagian besar bangsa – bangsa tidak dapat dikesampingkan dari realitas situasi yang mengelilingi mereka,

disamping dari kesempatan menikmati kehidupan yang baik. 5Tanpa keraguan

sedikitpun kemajuan teknologi yang pesat dalam komunikasi elektronik dan

visual telah mentransformasikan lanskap internasional menjadi sebuah kampong

global atau Global village. 6

Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) cenderung dianggap sebagai

panacea atau obat mujarab yang dapat menjawab semua tantangan dan masalah

pembangunan. 7Dalam upaya – upaya pencapaian suatu system, regulasi serta kebijakan yang benar – benar trasparan kepada publiksuatu organisasi atau perusahaan tampaknya harus mampu menjelaskan kepada publik internal maupun

eksternal, melalui Pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam

organisasi atau yang diluar organisasi, secara tatap muka atau melalui media atau

yang sering disebut dengan komunikai publik. 8Khusus untuk publik sebagai

konsumen atau pengguna dari jasa angkutan publik ini, PT KAI Daops. 8

Surabaya sebagai regulator kebijakan publik harus secara transparan

menyampaikan informasi yang berkenaan dengan kemaslahatan publik baik

melalui media maupun secara tatap muka.

5 Makarim Wibisono, Tantangan Diplomasi Multilateral, (Jakarta : Pustaka LP3ES, 2006), Hlm. 51.

6“Ibid”, Hlm. 53. 7“Ibid”, Hlm. 58.

(50)

Di dalam tahapan serta aktualisasinya, komunikasi publik yang dijalankan

mengandung efek serta cakupan yang lebih luas. Pada komunikasi publik

melibatkan sejumlah besar penerima lebih menarik bila dibandingkan dengan

komunikasi interpersonal yang hanya mencakup dan mengenai sasaran 2 orang

serta kelompok kecil yang tidak lebih dari 5 – 7 orang penerima. Pesan komunikasi publik dimaksudkan untuk menarik banyak orang, beratus – ratus atau berjuta – juta orang.9 Diharapkan dalam implementasi tentang kebijakan maupun informasi perusahaan, publik tidak menjadi korban karena semua pesan serta

informasi atau Berita merupakan suatu proses – proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan untuk memuasakan nafsu ”ingin tahu” segala sesuau yang “luar biasa” dan “menakjuban”, melainkan pada keharusan ikut berusaha “mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosialis”.10

Kurangnya ketepatan serta perbedaan arti diantara yang dimaksudkan oleh

si pengirim dengan interpretasi akan menghasilkan distori pesan. 11Faktor

kehandalan serta ketepatan komunikasi merujuk pada kemampuan seseorang

dalam memproduksi atau menciptakan suatu pesan dengan tepat harus juga

menjadi pertimbangan. Service of excellence atau pelayanan prima bagi pelaksana

Humas dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan publik, pelayanan yang

sangat baik dan melampaui harapan pelanggan atau pelayanan yang memiliki ciri

9 “Ibid”, , Hlm. 197.

(51)

khas kualitas (qulity nice).12 Di dalam hal penyampaian pesan kepada publik,

yang harus menjadi perhatian adalah sebagai berikut :

a. Bahwa publik melakukan pengamatan secara selektif.

b. Bahwa publik melihat sesuatu konsisten dengan apa yang mereka percaya.

c. Bahwa publik melihat terkadang penggunaan bahasa tersebut kurang tepat.

d. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan hubungan.

e. Distorsi pesan diperkuat dengan inkonsistensi bahasa verbal dan non

verbaterbukaal.

f. Pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gannguan

g. Kecenderungan memori kearah penajaman dan penyamarataan detail.

h. Motivasi mungkin membangkitkan distorsi pesan.

b. Keterbukaan Relative Dari System

Lingkungan system memainkan peranan yang besar terhadap kedua fungsi

system materi mentah yang akan diproses dan menciptakan pasaran dan

penyaluran bagi output system. Lingkungan di sekeliling system mempengaruhi

tujuan dan akivitas system. Tiap system berusaha utntuk tetap hidup, bahkan

melalui tuntutan lingkungan yang menantang kehidupannya.

Keterbukaan system menujukkan pada tingkat mana organisasi mau

mendengarkan lingkungannya. Tiap system dipengaruhi dan memmpengaruhi

lingkungannya dari pandangan secara makro tiap – tiap system juga merupakan

(52)

subsistem dari system yang lebih besar, yaitu suprasistem yang harus bekerja

dengan system lain unruk menjadikan system yang lebih besar itu tetap hidup.

Oleh karena itu semua system harus berinteraksi dengan lingkunganya.

Rentangan system mulai dari yang begitu terbuka terhadap lingkungan,

sampai kepada yang tertutup terhadap lingkungan. Inilah yang dikenal dengan

keterbukaan yang relative. Tidak ada system yang terbuka total maupun tertutup

total terhadap lingkungannya. Adalah tidak mungkin bagi suatu organisasi

mengabaikan sama sekali semua berita dari lingkungannya. Adalah tidak mungkin

menghati semua informasi yang tersedia dalam situasi yang diberikan karena

terbatasnya proses pengintrepretasian.

Suatu organisasi tidaklah baik terlalu terbuka atau terlalu tertutup dalam

memberikan dan menerima informasi, tetapi juga perlu menyesuaikan dengan

tingkat keterbukaaan system dengan lingkungan dalam brespon terhadap suatu

sistuasi. Misalnya dalam terjadi suatu kerusuhan atau perubahan social, adalah

bijaksan bagi organisasi untuk tetap tertutup pada perubahan social tersebut untuk

memonitor pengaruh perubahan ini pada pekerjaan organisasi. Di dalam situasi ini

keterbukaan relative adalah suatu strategi komunikasi yang efektif bagi manusia

untuk menyesuaikan diri.

Akan tetapi, adalah penting bagi anggota organsisasi untuk berhati – hati, terhadap apa yang terjadi pada lingkungan organisasi untuk membantu rencana

(53)

organisasi memperoleh personel dan sumber yang tepat berkenaan dengan

masalah yang atau isu tersebut. Karena lingkungan berubah, maka organisasi

harus membuat perubahan dalam kerjanya dan sumber – sumbernya untuk menghadapi tuntutan baru.

Dalam dunia modern, perubahan lingkungan sering terjadi dengan cepat

dan banyak hambatan yang dihadapi organisasi. Seorang pimpinan organisasi

harus belajar untuk memperkirakan, memperoleh informasi dari lingkungan

organisasi tentang masalah segera akan terjadi dan merencanakan strategi

organisasi utuk mnghadapi masaah itu.13

c. Efek media massa pada sikap audience

Jelas bahwa media massa menimbulkan efek pada diri atau sikap audience.

Jawaban paling sederhana dapat kita temukan bila kita berkaca dan menyadari,

berapa persen dalam sehari materi pembicaraan kita ya

Gambar

Tabel 3.1. Daftar Nama Informan Humasda PT. KAI Daop. 8 Surabaya ................ 75
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang

Yang termasuk ke dalam characteristics of subjective state while being in flow adalah concentration on the task at hand, action- awareness merging, loss of

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret

Sistem kontinyu yang dilakukan terlihat bahwa untuk rasio C dan N 1:1 maka hasil panen mikroalga akan diperoleh terbaik pada waktu dua hari kultivasi.. Kata kunci :

Interakcije liganada i receptora mogu se promatrati različitim tehnikama koje se mogu temeljiti na detekciji promjenanparametara NMR receptora ili liganda uslijed

Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), pertambahan bobot badan harian (PBBH), kecernaan protein dan deposisi protein.. Hasil penelitian menunjukkan

Pemberian berbagai konsentrasi ZPT alami yang berasal dari bawang merah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah dan berat kering bibit gaharu tetapi

Figur tersebut dihadirkan sebagai objek utama dalam lukisan, dengan menggunakan teknik pewarnaan dan tekstur yang persis pada jajan sarad , semua melalui pengulangan