DAN KONFLIK PE RAN DE NGAN CITRA DIRI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat S-1
Diajukan oleh :
Rachmat Al F ajar
F 100 950 017 / 9561060800050017
F AKULTAS PSIKOLOGI
1
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, setiap orang membutuhkan informasi untuk memenuhi
keingintahuan pada sesuatu hal yang sedang aktual, sehingga begitu banyak media
komunikasi ditawarkan kepada masyarakat seperti TV, radio, majalah dan surat
kabar. Setiap media komunikasi mempunyai kekuatan dan kelemahan, namun
masing-masing mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan masyarakat. TV,
mempunyai kelebihan karena memiliki kekuatan audio visual yang dapat memberikan
pengaruh pada masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. Radio, walaupun
hanya memiliki kekuatan audio namun mampu memberikan suatu imajinasi yang
dapat menghanyutkan pendengarnya. Majalah dan surat kabar mempunyai kelebihan
untuk merubah cara berfikir masyarakat, walau hanya untuk segmentasi yang
terbatas.
Radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif terhadap suatu segmen
pasar, dan dapat menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat
memacu perubahan masyarakat. Sebagai media komunikasi, radio memiliki beberapa
kekuatan karena dapat menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu
yang bersamaan, cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi
yang paling mutakhir dan mudah dimengerti, juga memberikan bentuk hiburan yang
Adanya kebutuhan masyarakat dan kepentingan yang dimiliki oleh suatu
radio, seperti yang dikemukakan di atas, akhirnya menimbulkan suatu tuntutan pada
lingkungan kerja di sebuah radio. Dalam sebuah radio terdapat suatu sistem kerja
yang menuntut pada karyawannya (utamanya penyiar) untuk mampu melakukan
relasi sosial yang baik dan tepat, mampu melakukan suatu gaya komunikasi yang
sesuai dan menarik sehingga dapat menarik jumlah pendengarnya yang banyak, dan
mampu memberikan suatu image tertentu mengenai keberadaan radio tersebut bagi
pendengarnya.
Profesi penyiar radio pada saat ini begitu banyak diminati oleh sekelompok
masyarakat terutama generasi muda, termasuk generasi muda yang masih berstatus
sebagai mahasiswa. Hal ini terlihat pada saat seleksi penerimaan penyiar di berbagai
radio, banyak yang masih kuliah dan jumlahnya cukup meledak sampai dengan
ratusan orang, padahal tenaga penyiar yang dibutuhkan hanya satu atau dua orang
saja. Kenyataan di lapangan menjelaskan bahwa delapan dari sepuluh penyiar masih
berstatus mahasiswa. Karena itulah profesi penyiar seringkali dianggap bukan
semata-mata bekerja untuk mencari uang (money motive), tetapi sering dianggap
sebagai pemuas kebutuhan sehingga mencapai kesenangan tertentu (having fun), dan
juga sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri.
Profesi sebagai penyiar radio adalah bagaimana seseorang melihat dirinya
sebagai penyiar radio atau bagaimana bayangan atau gambaran seseorang mengenai
dirinya sendiri sebagai penyiar radio. Self atau diri yang ada dalam gambaran
seseorang ini, merupakan inner world manusia termasuk pikiran dan perasaan,
perjuangan dan harapan, ketakutan dan fantasi serta pandangan tentang apa dan siapa
dirinya serta bagaimana dia ingin dipandang oleh orang lain yang dapat diterima
Penyiar radio sering menyatakan bahwa diri mereka bukanlah seorang
seniman, namun merupakan seseorang yang bekerja untuk seni secara profesional.
Hal ini muncul karena seorang penyiar bukan hanya orang yang menyampaikan
informasi atau memutar lagu yang disukai oleh pendengarnya. Lebih dari itu seorang
penyiar adalah seorang yang mempunyai kemampuan yang mencakup kemampuan
kognitif, emosi dan motorik (Yudo, 2000).
Menjadi penyiar dan mahasiswa adalah dua hal yang berbeda, dimana tugas
dan kewajibannyapun berbeda pula. Dalam beberapa kesempatan tugas dan
kewajiban tersebut dapat dilaksanakan, namun dalam kesempatan yang lain bisa
saling bertentangan karena harapan peran terhadap satu posisi akan berbeda terhadap
posisi lainnya, juga akan berbenturan dengan kebutuhan beraktualisasi diri.
Sehingga dari pertentangan ini akan membentuk gambaran diri yang disebut
dengan citra diri. Citra diri itu sendiri berasal dari sumber-sumber yang subjektif,
karena jarang orang lain mengatakan pendapatnya yang benar mengenai diri kita
sendiri. Karena itu kita merasa bahwa citra diri tidak pasti, kita menjadi sangat peka
untuk pendapat orang lain tentang kita. Oleh karena itu citra diri dipengaruhi
peranan-peranan.
Melalui pendekatan sosiodinamik citra diri dan peranan dapat dijelaskan,
dimana pendekatan ini melihat pribadi manusia seperti yang telah dikemukakan
Sullivan tidak hanya dapat dilihat dalam konteks dari keadaan dan lingkungan
sekarang, dan juga dari keadaan dan lingkungan di waktu yang akan datang. Dalam
pendekatan ini, tidak penting apa yang dialami oleh seseorang. Yang penting adalah
Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang individu selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Hasil interaksi tersebut menghasilkan satu penilaian terhadap diri
mengenai kemampuan-kemampuannya. Bila ia dipuji maka ia akan mempertahankan
hal-hal yang ada dalam dirinya. Bila ia dikritik atau dicela, ia akan menjadi cepat
melakukan perubahan-perubahan sehingga orang lain akan merubah pendapatnya.
Dengan demikian, terbentuklah suatu penilaian pada diri individu, tidak hanya
mengenai kemampuannya, tetapi juga penampilan fisik dan tingkah laku yang
ditampilkannya.
Seorang individu yang memilih profesi penyiar mempunyai tuntutan peran
seperti harus menghibur orang, tampil dengan menyenangkan dan mempunyai
keterlibatan dengan orang banyak. Di sisi lain, individu tersebut memilih posisi
sebagai mahasiswa yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai seorang yang harus
belajar demi kemajuan dan cita-cita yang ingin dicapainya.
Pertentangan antara harapan peran dan aktualisasi diri ini seringkali muncul
karena ada dua kebutuhan yang saling berlawanan. Dengan kata lain tuntutan
lingkungan kampus dan masyarakat terhadap dirinya sebagai mahasiswa dan tuntutan
kebutuhan beraktualisasi diri berbeda dengan tuntutan diri individu tersebut sebagai
penyiar. Ketidakmampuan individu untuk menyelaraskan tuntutan-tuntutan tersebut,
dapat menimbulkan keragu-raguan untuk mengambil tindakan yang tepat. Pada
akhirnya sering muncul dalam bentuk-bentuk seperti menyelesaikan kuliah dalam
waktu yang cukup lama dan prestasi kerja yang tidak optimal. Kondisi-kondisi seperti
ini tentu tidak hanya merugikan individualnya, bahkan juga perusahaan tempat
Berawal dari adanya pertentangan berbagai kebutuhan itulah yang menjadikan
individu berpikir dan kemudian dimanisfestasikan dalam tindakannya untuk melihat
bagaimana gambaran dirinya sendiri juga kebutuhan aktualisasi diri berkaitan dengan
konflik peran yang dihadapi. Di satu sisi bila ia berhasil meraih satu harapan,
misalnya sebagai seorang penyiar, dengan sukses maka image yang ada pada dirinya
menjadi positif/baik, karena ia merasa mampu serta eksis berada didalamnya, dan
terpenuhinya kebutuhan beraktualisasi diri. Namun pada posisi yang lain, yaitu
sebagai mahasiswa, yang mungkin karena keterlibatannya yang terlalu dalam dengan
dunia kepenyiarannya, mengakibatkan menurunnya prestasi belajar, sehingga pada
akhirnya image terhadap dirinya sendiri menjadi buruk dalam kaitannya dengan dunia
perguruan tinggi.
Selain tuntutan peran, banyak juga individu yang memilih profesi sebagai
penyiar hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan bagi aktualisasi dirinya. Menurut
Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) aktualisasi diri adalah motif pokok, atau malah
satu-satunya motif yang mendorong tingkah laku individu (organisme). Selanjutnya
dikatakan bahwa dorongan yang berbeda-beda sebenarnya hanyalah manifestasi satu
tujuan hidup pokok yaitu aktualisasi diri. Apabila seseorang lapar dia
mengaktualisasikan dirinya dengan makan, apabila dia ingin tahu maka dia
mengaktualisasikan diri dengan belajar, dan sebagainya. Pemuasan
kebutuhan-kebutuhan khusus tertentu itu memang merupakan syarat bagi realisasi diri seluruh
organisme. Jadi disimpulkan oleh Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) bahwa
aktualisasi diri merupakan kecenderungan kreatif pada diri manusia. Hal tersebut
merupakan prinsip organis yang mengatur sehingga organisme menjadi lebih
Dengan kata lain konflik peran dapat muncul dari motif dua atau lebih
kebutuhan yang berlawanan, karena tuntutan eksternal yang saling bertentangan atau
karena adanya dua atau lebih motif yang berlawanan satu sama lain. Keadaan
demikian terjadi secara serentak dan memiliki kualitas yang sama kuatnya sementara
hanya diperlukan satu sikap atau perilaku dalam pilihannya.
Dalam banyak kesempatan, sering terdapat konflik kepentingan yang inheren,
dimana kewajiban untuk menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu mungkin konflik
dengan keinginan untuk berprestasi dalam pekerjaan dan aktualisasi diri sehingga
individu berusaha membagi waktu, energi dan kemampuannya, walaupun pada
akhirnya sering tidak berhasil karena individu hanya mampu memperhatikan satu
peran dan peran lain diabaikan. Maka dari uraian tersebut rumusan masalah yang
penulis ajukan, “apakah ada hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan
konflik peran terhadap citra diri”.
Atas hal di atas, penulis mencoba mengarahkan penelitian terhadap pentingnya
hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dalam kaitannya dengan citra diri,
dengan mengambil judul, hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik
peran terhadap citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah di Surakarta.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui:
1. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan
2. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara konflik peran dan citra diri
terhadap kebutuhan beraktualisasi diri.
3. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara citra diri dan kebutuhan
beraktulisasi diri terhadap konflik peran.
4. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan beraktualisasi diri pada penyiar radio
yang masih kuliah.
5. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan konflik peran pada penyiar radio yang
masih kuliah.
6. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan citra diri pada penyiar radio yang masih
kuliah.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti, antara lain:
1. Bagi mahasiswa yang menjadi penyiar radio
Memberikan masukan pada mahasiswa yang berminat menjadi penyiar radio,
untuk mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi apabila ingin bekerja
dan kuliah dalam waktu yang bersamaan, karena bekerja mempunyai tuntutan
tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa.
2. Bagi para usahawan radio
Memberikan masukan pada perusahaan yang bergerak dibidang radio, untuk
memperhatikan kesiapan individu ketika memasuki dunia kerja, misalnya pada
saat penerimaan penyiar baru, perlu diadakan wawancara yang mendalam
mengenai kemauan dan kemampuan individu untuk memahami tuntutan
3. Bagi kalangan Psikologi
Diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan pertimbangan serta
tambahan informasi yang berarti bagi ilmuan psikologi khususnya psikologi sosial