• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KOMPENSASI 2.1.1 Pengertian Kompensasi - Pengaruh Kompensasi dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KOMPENSASI 2.1.1 Pengertian Kompensasi - Pengaruh Kompensasi dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Lubuk Pakam Sumatera Utara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KOMPENSASI

2.1.1 Pengertian Kompensasi

Kompensasi merupakan setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada

karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada

organisasi atau perusahaan (Panggabean, 2002:75). Menurut William B. Werther

dan Keith Davis dalam Sofyandi, (2008:160), kompensasi adalah sesuatu yang

diterima karyawan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya, baik

dalam bentuk upah per jam ataupun gaji secara periodik yang didesain dan

dikelola oleh bagian personalia.

Nawawi (2008:315), menyatakan bahwa kompensasi merupakan

penghargaan/ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam

mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja. Sedangkan

menurut Hasibuan (2005:133) kompensasi adalah semua pendapatan yang

berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan

sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang kompensasi, maka dapat

dikatakan bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diberikan oleh

perusahaan kepada karyawan baik dalam bentuk uang sebagai ganti kontribusi

yang telah diberikan oleh karyawan untuk bekerjasama mencapai tujuan yang

(2)

mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang–orang bekerja pada suatu

organisasi dan bukan pada organisasi yang lain.

2.1.2 Jenis – Jenis Kompensasi

Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok,

yaitu kompensasi langsung dan tidak langsung.

1. Kompensasi langsung merupakan hak bagi karyawan dan menjadi kewajiban

bagi perusahaan untuk membayarnya. Kompensasi langsung yang diberikan

dapat berupa :

a. Gaji

merupakan balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan

serta mempunyai jaminan yang pasti, dengan kata lain akan tetap

dibayarkan walaupun karyawan tersebut tidak masuk kerja.

b. Insentif

yaitu tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang

prestasinya diatas prestasi standar.

2. Kompensasi tidak langsung merupakan seluruh imbalan yang diterima oleh

karyawan secara tidak langsung dan diberikan berdasarkan kebijaksanaan

perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan. Kompensasi tidak langsung terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a. Program-program perlindungan, termasuk didalamnya asuransi

kesehatan, pensiun, jaminan sosial tenaga kerja.

b. Bayaran diluar jam kerja, misalnya liburan, hari besar, cuti tahunan, cuti

(3)

c. Fasilitas- fasilitas ruangan dan alat mengajar yang dibutuhkan guru

terdiri dari alat tulis (kapur, spidol, papan tulis, proyektor, dll), ruang

praktikum, ruang kelas, ruang guru, dan ruang kesehatan. (Hasibuan,

2005:133)

2.1.3 Tujuan Kompensasi

Menurut Notoadmojo (2003:254), adapun tujuan pemberian kompensasi

adalah sebagai berikut.

1. Menghargai prestasi kerja

Pemberian kompensasi yang memadai adalah suatu penghargaan organisasi

terhadap prestasi kerja para karyawannya. Selanjutnya akan mendorong

perilaku-perilaku atau performance karyawan sesuai yang diinginkan

perusahaan/organisasi.

2. Menjamin keadilan

Kompensasi yang baik akan menjamin terjadinya keadilan diantara karyawan

dalam perusahaan/organisasi. Masing- masing karyawan akan memperoleh

imbalan yang sesuai dengan tugas, fungsi, jabatan, dan prestasi kerjanya.

3. Mempertahankan karyawan

Dengan sistem kompensasi yang baik, para karyawan akan betah dan

bertahan bekerja pada perusahaan tersebut. Hal ini berarti mencegah

keluarnya karyawan dari organisasi itu untuk mencari pekerjaan yang lebih

(4)

4. Memperoleh karyawan yang bermutu

Dengan sistem kompensasi yang baik akan menarik lebih banyak calon

karyawan. Dengan banyaknya pelamar atau calon karyawan, akan lebih

mempermudah perusahaan untuk mencari dan memiliki karyawan yang

bermutu tinggi.

5. Pengendalian biaya

Dengan sistem kompensasi yang baik, akan mengurangi seringnya melakukan

rekrutmen, sebagai akibat dari makin seringnya karyawan yang keluar

mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan. Hal ini berarti penghematan

biaya untuk rekrutmen dan seleksi calon karyawan baru.

6. Memenuhi peraturan–peraturan

Sistem administrasi kompensasi yang baik merupakan tuntutan dari

pemerintah (hukum). Suatu organisasi/perusahaan yang baik, dituntut

memiliki sistem administrasi yang baik pula.

Ambar (2009 : 261 ) berpendapat bahwa tujuan dari kompensasi adalah

1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi.

2. Mendorong peningkatan produktivitas kerja.

3. Peningkatan kompensasi dengan kesuksesan organisasi.

4. Memikat pegawai dalam menahan pegawai yang kompeten.

2.1.4 Asas Kompensasi

Menurut Dessler (2005:78), penghargaan menjembatani kesenjangan

antara tujuan organisasi dengan aspirasi serta pengharapan karyawan. Supaya

(5)

1. Memenuhi kebutuhan dasar.

2. Mempertimbangkan adanya keadilan eksternal (menjamin bahwa posisi yang

lebih tinggi atau orang- orang yang memiliki kualitas yang lebih baik didalam

organisasi mendapat gaji yang lebih tinggi).

3. Mempertimbangkan adanya keadilan internal (menjamin bahwa pembayaran

harus sebanding dengan tarif yang ada pada bagian lain).

4. Pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Panggabean (2002:78) mengemukakan bahwa penghargaan dapat

meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja apabila :

1. Mereka merasakan adanya keadilan dalam penggajian.

2. Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka.

3. Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kebutuhan individu.

2.1.5Tahapan Penetapan Kompensasi

Perusahaan dalam menetapkan upah karyawan diperlukan beberapa tahapan

yang harus dilalui. Menurut Dessler (2005:425) ada 5 tahapan yang perlu dilalui

perusahaan sebelum menetapkan tingkat upah karyawan yaitu :

1. Adakan survei gaji.

2. Menetapkan nilai masing- masing pekerjaan melalui evaluasi kerja.

3. Mengelompokkan pekerjaan- pekerjaan yang serupa ke dalam

jenjangnya(paygrades).

4. Menetapkan harga masing- masing paygrades melalui kurva gaji.

(6)

Menurut Rivai (2005:366), tahapan–tahapan menetapkan kompensasi

adalah:

Tahap 1 : mengevaluasi tiap pekerjaan dengan menggunakan informasi analisis

pekerjaan, untuk menjamin keadilan internal yang didasarkan pada nilai

relatif setiap pekerjaan.

Tahap 2 : melakukan survei upah dan gaji untuk menentukan keadilan eksternal

yang didasarkan pada upah pembayaran dipasar kerja.

Tahap 3: menilai harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembayaran upah yang

didasarkan pada keadilan internal dan eksternal.

2.1.6Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Menurut Hasibuan (2005:127) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

kompensasi, antara lain yaitu:

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan

3. Serikat buruh

4. Produktivitas kerja karyawan

5. Pemerintah dengan undang-undang dan keppresnya

6. Biaya hidup

7. Posisi jabatan karyawan

8. Pendidikan dan pengalaman karyawan

9. Kondisi perekonomian nasional

(7)

Menurut Sofyandi (2008:162) dalam menentukan besarnya kompensasi

sangat dipengaruhi oleh :

1. Adanya permintaan dan penawaran tenaga kerja

Permintaan tenaga kerja artinya pihak perusahaan sangat membutuhkan

tenaga kerja maka secara otomatis kompensasi relatif tinggi. Penawaran

tenaga kerja artinya pihak individu yang membutuhkan pekerjaan, maka

kompensasi relatif lebih rendah.

2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan membayar

Bahwa ukuran besar kecilnya kompensasi yang akan diberikan kepada

karyawan akan sangat tergantung kepada kemampuan finansial yang dimiliki

perusahaan, dan juga seberapa besar kesediaan dan kesanggupan perusahaan

menentukan besarnya kompensasi untuk karyawannya.

3. Serikat buruh atau organisasi karyawan

Pentingnya eksistensi karyawan dalam perusahaan, maka karyawan akan

membentuk suatu ikatan dalam rangka proteksi atas kesemena-menaan

pimpinan dalam memberdayakan karyawan.

4. Produktifitas kerja/prestasi kerja karyawan

Kemampuan karyawan dalam menghasilkan prestasi kerja akan sangat

mempengaruhi besarnya kompensasi yang akan diterima karyawannya.

5. Biaya hidup

Tingkat biaya hidup disuatu daerah akan menentukan besarnya kompensasi.

Sebagai contoh: tingkat upah didaerah atau dikota terpencil akan lebih kecil

(8)

6. Posisi atau jabatan karyawan

Tingkat jabatan yang dipegang karyawan akan menentukan besar- kecilnya

kompensasi yang akan diterimanya, begitu juga dengan berat- ringannya

beban dan tanggung jawab suatu pekerjaan.

7. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja

Pendidikan dan pengalaman berperan dalam menentukan besarnya

kompensasi bagi karyawan. Semakin tinggi pendidikan dan pengalaman kerja

karyawan, maka semakin tinggi pula kompensasinya.

8. Sektor pemerintah

Pemerintah sebagai pelindung masyarakat berkewajiban untuk menertibkan

sistem kompensasi yang ditetapkan perusahaan/organisasi, serta

instansi-instansi lainnya, agar karyawan mendapatkan kompensasi yang adil dan

layak, seperti dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam hal

pemberian upah minimum bagi para karyawan.

2.1.7Teknik Penetapan Kompensasi melalui Penilaian Pekerjaan

Menurut Ambar (2009:270), penilaian pekerjaan adalah prosedur yang

sistematik untuk menentukan nilai relatif dari berbagai pekerjaan dalam suatu

organisasi. Tujuannya adalah untuk menentukan pekerjaan mana yang dibayar

lebih tinggi atau lebih rendah dari pekerjaan-pekerjaan lain. Faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan antara lain adalah besar- kecilnya tanggung jawab

pelaksanaannya, pengetahuan atau keterampilan yang dituntut, berat ringannya

(9)

Menurut Mangkunegara (2000 : 100) adapun teknik-tekniknya dalam

melakukan penilaian pekerjaan, perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi kerja

Prosedur sistematis yang dapat digunakan untuk menentukan nilai relatif dari

suatu pekerjaan. Meskipun dalam evaluasi pekerjaan ini terdapat beberapa

pendekatan yang berbeda, namun masing- masing mempertimbangkan

tanggung jawab, kemampuan, upaya mental, upaya fisik, dan kondisi kerja.

Tujuan dari evaluasi kerja ini adalah untuk menentukan jenis pekerjaan mana

yang sepantasnya memperoleh upah yang lebih banyak.

2. Peringkat kerja ( Job Ranking )

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya kurang

tepat. Cara kerjanya sebagai berikut : atasan meninjau informasi analisis

kerja, kemudian masing- masing pekerjaan itu disusun menurut peringkat

secara subjektif.

3. Klasifikasi kerja ( Job Grading )

Metode ini juga disebut dengan job clasification dan hasilnya sedikit lebih

tangguh dibandingkan dengan peringkat kerja tetapi masih kurag akurat.

4. Faktor perbandingan ( comparison factor )

Metode ini memerlukan komite evaluasi kerja untuk membandingkan

komponen kerja yang penting. Komponen kerja tersebut meliputi tanggung

(10)

5. Sistem poin ( system point)

Evaluasi ini mengevaluasi faktor- faktor penting dari masing- masing

pekerjaan.

6. Survei upah dan gaji

Untuk menentukan tingkat kompensasi yang adil, sebagian perusahaan

bersandar pada survei upah dan gaji.

2.2 KOMITMEN KARYAWAN 2.2.1 Pengertian Komitmen Karyawan

Menurut Luthans (2006:249) komitmen didefenisikan sebagai

keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk

berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan sikap yang merefleksikan loyalitas

karyawan pada organisasi. Mathis dan Jackson (2002:70) memberikan defenisi

komitmen sebagai derajat yang mana karyawan percaya dan menerima

tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi,

karena keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi akan

memberikan pengaruh positif bagi kemajuan perusahaan, dan akan menghasilkan

kinerja yang maksimal bagi karyawan.

Sunarto (2005:25) mengatakan bahwa komitmen adalah kecintaan dan

kesetiaan yang terdiri dari penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan,

keinginan untuk tetap berada dalam organisasi dan kesediaan untuk bekerja keras

atas nama organisasi. Pemihakan ini disebabkan adanya keterlibatan kerja yang

tinggi pada pekerjaannya yang berarti sekaligus memihak terhadap organisasi

(11)

Menurut Panggabean (2002:132) komitmen adalah kuatnya pengenalan

dan keterlibatan seseorang dalam organisasi tertentu. Dilain pihak komitmen

sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena

menganggap adanya biaya pelaksanaan kegiatan yang lain (berhenti bekerja).

Robbins (2001:35), berpendapat bahwa komitmen karyawan adalah suatu

keadaan di mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan

tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Steers dan Porter dalam Sopiah (2008:156) menyatakan bahwa suatu bentuk

komitmen yang muncul dalam diri karyawan tidak hanya bersifat loyalitas yang

pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi yang

memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi yang

bersangkutan.

2.2.2 Bentuk-bentuk Komitmen Karyawan

Meyer, Allen dan Smith dalam Sopiah (2008:157) mengemukakan bahwa

ada tiga komponen komitmen, yaitu:

1. Komitmen afektif (affective commitment.)

Terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena

adanya ikatan emosional. Faktor yang membentuk komitmen afektif

adalah :

a. Kondisi Pekerjaan (job conditions) yaitu perasaan nyaman didalam

(12)

b. Memenuhi harapan (met expectations) yaitu organisasi memberikan

berupa imbalan dan memenuhi keinginan karyawan didalam suatu

organisasi tersebut.

2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment).

Muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena

membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan

tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Faktor pemebentuknya yaitu:

a. Manfaat yang diperoleh ( benefits accrued) yaitu kerugian yang

berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi misalnya

kehilangan senioritas dan gaji.

b. Pekerjaan yang tersedia ( jobs avaliable) yaitu tindakan tetap bertahan

pada pekerjaan yang tersedia di perusahaan karena tidak adanya

pekerjaan lain diluar perusahaan.

3. Komitmen normatif (normative commitment).

Timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi

anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap

organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Faktor

pembentuknya yaitu:

a. Nilai pribadi ( personal values) yaitu tindakan tersebut merupakan hal

yang benar yang harus dilakukan menurut diri sendiri.

b. Merasa menjadi kewajibannya ( felt obligations) yaitu perasaan wajib

(13)

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan

Steers dalam Sunarto (2005:20) menyatakan tiga faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain:

1. Ciri pribadi pekerja, termasuk juga masa jabatannya dalam organisasi dan

variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.

2. Ciri pekerjaan, seperti: identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan

rekan sekerja.

3. Pengalaman kerja, seperti: keteladanan organisasi dimasa lampau dan cara

pekerja-pekerja lainnya memperbincangkan dan mengutarakan perasaan

mereka mengenai organisasi.

Minner dalam Sopiah (2008:165) mengemukakan empat faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan antara lain:

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman

kerja dan kepribadian.

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,

konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi,

kehadiran serikat pekerjaan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan

organisasi terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja, pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh

terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru

beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerjadalam

(14)

2.2.4 Meningkatkan Komitmen

Menurut Sunarto (2005:26) langkah-langkah untuk meningkatkan

komitmen adalah :

1. Libatkan karyawan dalam mendiskusikan tujuan dan nilai-nilai organisasi.

Dengarkan kontribusi mereka dan sampaikanlah kepada tingkat

manajemen yang lebih tinggi agar dapat dimasukkan kedalam pernyataan

tujuan dan nilai-nilai organisasi.

2. Berbicara kepada para anggota tim secara informal dan formal mengenai

apa yang sedang terjadi di dalam departemen dan rencanakan masa depan

yang akan mempengaruhi mereka.

3. Libatkan anggota tim dalam menetapkan harapan bersama sehingga

mereka merasa “memiliki” dan melaksanakan tujuan tersebut.

4. Apabila langkah untuk meningkatkan kualitas kerja dalam departemen

harus dilihat dengan berbagai cara misalnya cara mereka bekerja, cara

mengelola pekerjaan, gaya manajemen serta lingkup partisipasi.

Bangunlah budaya “ambil keputusan sendiri”, jangan budayakan “perintah

dan awasi”.

5. Bantulah karyawan mengembangkan keterampilan dan kompetensinya

untuk meningkatkan “kemampuan kerja” mereka baik di dalam maupun di

luar perusahaan.

6. Jangan memberi janji-janji untuk memberi “kerja seumur hidup”, katakan

perusahaan akan berusaha semampunya untuk memberi kesempatan kerja

(15)

7. Kerangka berfikir mereka tidak selalu sama dengan kerangka berfikir

anda. Kemungkinan pandangan anda akan diterima dengan sepenuh

keraguan, sinisme atau bahkan permusuhan, baik secara terang-terangan

atau tersembunyi. Agar pandangan anda bisa diterima oleh karyawan, anda

harus menjadi orang yang bisa dipercaya. Dan untuk menjadi orang yang

bisa dipercaya, perbuatan anda lebih penting dari pada kata-kata anda.

2.3 KINERJA

2.3.1 Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2000:67), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemudian

menurut Ambar (2009:223), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Hasibuan (2005:34), berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

waktu.

Moeheriono (2009:60), berpendapat bahwa kinerja atau performance

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program

kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi

organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

(16)

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan

sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas

maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja

individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja

(work effort) dan dukungan organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2002:82)

faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka

2. Motivasi

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

5. Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2000:70), faktor yang mempengaruhi kinerja

antara lain :

1. Faktor kemampuan, Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh

karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlihannya.

2. Faktor motivasi, Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi

(17)

mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha

mencapai potensi kerja secara maksimal.

Mangkunegara (2000:68), berpendapat bahwa ada hubungan yang positif

antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu

dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan

sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat

terpuji.

2.3.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi.

Menurut Alwi (2001:187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan

sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Yang bersifat evaluation

harus menyelesaikan :

1. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.

2. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision.

3. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi.

Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :

1. Prestasi riil yang dicapai individu

2. Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja

(18)

Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2010:179)

mengajukan enam kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja,

yaitu:

1. Quality. Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan

mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

2. Quantity. Merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit,

dan siklus kegiatan yang dilakukan.

3. Timeliness. Merupakan sejauhmana suatu kegiatan di selesaikan pada waktu

yang dikehendaki, dengan memerhatikan koordinasi output lain serta waktu

yang tersedia untuk kegiatan orang lain.

4. Cost efectifeness. Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumberdaya

organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk

mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit

penggunaan sumber daya.

5. Need for supervision. Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat

melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang

supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

6. Interpersonal impact. Merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara

harga diri, nama baik, dan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan.

2.3.4 Upaya Peningkatan Kinerja

Menurut Stoner dalam Sutrisno (2010:184), ada empat cara untuk peningkatan

(19)

1. Diskriminasi

Seorang manajer harus mampu membedakan secara objektif antara mereka

yang dapat memberi sumbangan berarti dalam pencapaian tujuan organisasi

dengan mereka yang tidak.

2. Pengharapan

Dengan memperhatikan bidang tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja

karyawan. Karyawan yang memiliki nilai kinerja tinggi mengharapkan

pengakuan dalam bentuk berbagai penghargaan yang diterimanya dari

organisasi .

3. Pengembangan

Bagi yang bekerja dibawah standar, skema untuk mereka adalah mengikuti

program pelatihan dan pengembangan.

4. Komunikasi

Para manajer bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja para karyawan

dan secara akurat mengomunikasikan penilaian yang dilakukannya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Pane (2011) yang berjudul “Pengaruh Kompensasi Finansial dan Non Finansial terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara ( PTPN ) II Tanjung Morawa- Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompensasi finansial dan non finansial berpengaruh

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT Perkebunan Nusantara ( PTPN ) II

Tanjung Morawa- Medan. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda

(20)

kompensasi finansial dan non finansial terhadap prestasi kerja karyawan sebesar

46.6 %, artinya hubungan antar variabel cukup erat. Nilai Adjusted R Square

sebesar 0.178 yang berarti 17.8% prestasi kerja dapat dijelaskan oleh kompensasi

finansial dan non finansial.

Irfan (2004) yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja Pada PT.PLN (Persero) Wilayah II Sumut” yang bertujuan untuk mengetahui apakah kompensasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktifitas karyawan. Penelitian

ini menggunakan analisis induktif dan analisis regresi yang menunjukkan hasil

bahwa kompensasi yang diberikan PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut kepada

karyawannya memiliki pengaruh yang tidak terlalu kuat terhadap peningkatan

produktifitas kerja karyawan khususnya karyawan bagian pemasaran. Hal ini

dibuktikan melalui analisis regresi Uji-t dimana adanya hubungan yang positif dan

signifikan antara variabel X ( pemberian kompensasi) dan variabel Y

(peningkatan produktifitas karyawan). Nilai determinan (D) sebesar 40,96%

mengindikasikan hubungan antara pemberian kompensasi yang dilakukan oleh

PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut terhadap peningkatan produktifitas tenaga

kerjanya memiliki hubungan yang tidak terlalu kuat. Dengan demikian bahwa

produktifitas kerja karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut ini tidak

mutlak dipengaruhi oleh kebijakan kompensasi tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain seperti motivasi, lingkungan dan iklim kerja, pendidikan, latihan

(21)

Nafali (2011) yang berjudul “ Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Carsurindo Superintendent Medan”. Hasil uji-t menunjukkan bahwa variable Gaji (X1) secara parsial berpengaruh terhadap

kinerja karyawan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan dari gaji adalah

sebesar 0,000 atau lebij kecil dari ɑ = 5%. Koefisien regresi ini juga menunjukkan

adanya hubungan yang positif dar variabel gaji ( X1) terhadap kinerja karyawan

(Y),artinya ialah bila gaji dinaikkan maka kinerja karyawan juga akan meningkat.

Uji-t terhadap tunjangan (X1) bahwa variabel tunjangan (X2) secara parsial juga

berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y).tingkat signifikansi menunjukkan

bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 atau lebih kecil dari nilai ɑ = 5%.

Sementara nilai t-hitung adalah sebesar 6.500 dan lebih besarnilai t-tabel 1.701.

Hal ini menunjukkan bahwa tunjangan (X2) positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan (Y), dimana bila tunjangan dilakukan maka kinerja karyawan

juga akan meningkat. Sedangkan variable insentif (X2) berpengaruh positif

namun tidak signifikanterhadap kinerja karyawan (Y). hal ini dapat dilihat dari

nilai signifikansi sebesar 0,980 atau lebih besar dari nilai ɑ = 5%.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Kerangka konseptual akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antara variabel yang akan diteliti, yang selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk

(22)

Menurut Edwin B. Flippo dalam Sofyandi (2008:160) proses pemberian

kompensasi yang dilakukan secara adil dan layak yang dilakukan oleh perusahaan

kepada karyawannya adalah mereka diharapkan mampu memberikan motivasi

kepada karyawan untuk meningkatkan produktifitas kerja yang mereka miliki dan

pada akhirnya dari peningkatan produktifitas perusahaan. Jika kompensasi

dikelola dengan baik, maka kompensasi dapat membantu perusahaan untuk

mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara, dan menjaga karyawan dengan

baik. Sebaliknya, tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada sangat

mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan penempatan

kembali tidaklah mudah. Jika karyawan termotivasi untuk berdisiplin, maka

kinerja karyawan akan meningkat, sehingga tujuan perusahaan pun terwujud.

Komitmen karyawan dapat dilihat dari seberapa besar tanggung jawab atas

pekerjaan yang diberikan perusahaan tetapi komitmen yang muncul bukan hanya

bersifat loyalitas yang pasif, Tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan

perusahaan agar karyawan memberikan segala usaha demi keberhasilan terhadap

tujuan perusahaan. Komitmen yang profesional akan mempengaruhi kinerja

pekerjaan, sebaliknya komitmen yang rendah akan berakibat pada kurangnya

produktifitas ataupun kreatifitas dalam bekerja.

Menurut Luthans (2006:249) komitmen didefenisikan sebagai keinginan kuat

untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras

sesuai keinginan organisasi dan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada

organisasi. Mathis dan Jackson (2002:70) memberikan defenisi komitmen adalah

(23)

akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi, karena keterlibatan

seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi akan memberikan pengaruh positif

bagi kemajuan perusahaan, dan akan menghasilkan kinerja yang maksimal bagi

karyawan. Untuk medapatkan hasil yang baik dibutuhkan karyawan yang

berkomitmen penuh terhadap peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh

perusahaan agar dapat menghasilkan tujuan perusahaan.

Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada

karyawan tersebut. Moeheriono (2009:60), kinerja atau performance merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang

dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi

Berdasarkan uraian singkat diatas maka penulis membuat kerangka

konseptual yang akan dijadikan sebagai pegangan didalam penelitian ini yang

terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Sopiah (2008) dan Hasibuan (2005)

Kompensasi (X1)

Komitmen Karyawan (X2)

(24)

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,

atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Hipotesis

merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antar variabel-variabel dalam

penelitian, serta pernyataan yang spesifik (Kuncoro, 2003:59). Hipotesis tersebut

harus terbukti kebenarannya dan ketidakbenarannya lewat pengumpulan dan

penganalisaan data penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah dan latar belakang yang telah penulis

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan Seleksi Ulang Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Penyusunan Dokumen Prastudi Kelayakan dan Sistem Jaringan Jalan untuk Ruas- Ruas Jalan Tol

Siswa dapat menyebutkan ibu kota negara-negara tetangga 11 40 Siswa dapat mengidentifikasi keadaan sosial Indonesia dan negara-. negara

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi System Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website LPSE:

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

To cover all areas where the Metro network is planned, the above mentioned image was complemented by a separate satellite image covering narrow path extending

Jelaskan agak rinci yang menunjukkan karakteristik masing masing ...misalnya sampai dengan pelaku dan penataan panggungnya?. Gambarlah desain penataan panggung dalam

Our approach is based on the integration of building object extraction and building height estimation utilizing existing 2D building maps and newly-acquired aerial orthoimages

Tuliskan jawaban anda dalam bentuk uraian singkat, padat dan jelas.. Carilah dan deskripsikan beberapa masalah di dalam