12/25/2017 Vol 3, No 1 (2015)
HOME ABOUT LOG IN REGISTER SEARCH
CURRENT ARCHIVES WEB USU TIM EDITOR KIRIM ARTIKEL PANDUAN PENULIS PENYATAAN PRIVASI ETIKA PUBLIKASI PENGARSIPAN PENAPISAN PLAGIARISME
LISENSI PENYATAAN HAK CIPTA
Home > Archives > Vol 3, No 1 (2015)
Vol 3, No 1 (2015)
Table of Contents
Articles
Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada Beberapa Persiapan Tanah dan Jarak Tanam
Oimolala Lindungan Larosa hidayat, Toga Simanungkalit, Sengli Damanik
Pengaruh Kedalaman Tanam, Nitrogen dan Aplikasi Parakuat terhadap Pertumbuhan Eleusine Indica L. Gaertn Biotip Resisten- dan Sensitif-Parakuat
Christian Tampubolon, Edison Purba, T. Chairun Nisa B.
Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) terhadapPemberian Pupuk Guano dan KCl
Pispa Rajagukguk, Balonggu Siagian, Ratna Rosanty Lahay
Pengaruh Bentuk dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) Pada TanamanTomat (Solanum lypersicum mill.) di Dataran Rendah
Chornelius Karo-Karo, Yuswani Pangestiningsih, Lisnawita Lisnawita
Pemanfaatan Mikofer pada Kelapa Sawit dengan
Interval Penyiraman di Pembibitan PDF Sakra Damanik, Irsal Irsal, Yaya Hasanah
Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) dengan Pemberian PDF
Journal Help
Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk NPK (15:15:15) William Josua Damanik, Rosita Sipayung, Haryati Haryati
Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari
Adria Sartika br Sembiring, Jonis Ginting, Ferry Ezra Sitepu
Pengaruh Nisbah Kelamin Parasitoid Cotesia flavipes Cam. (Hymenoptera : Braconidae) dan Ukuran Panjang Inang Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera : Crambidae) terhadap Fekunditas yang Dihasilkan di Laboratorium
Andrico Tampubolon, Marhenit Marheni, Darma Bakti
Perubahan Sifat Kimia Inceptisol Melalui Aplikasi Bahan Humat Ekstrak Gambut Dengan Inkubasi Dua Minggu
Jeni Swanda, Hamidah Hanum, Purba Marpaung
Pengaruh Umur dan Waktu Inokulasi Parasitoid Xanthocampoplex sp. (Hymenoptera:
Ichneumonidae) terhadap Jumlah Larva Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) di Laboratorium The Influence of Age and Inoculation Time Parasitoids Xanthocampoplex s
Luskino Silitonga, Maryani Cyccu Tobing, Lahmuddin Lubis
Pengaruh Lamanya Inokulasi Parasitoid
Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatocia castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium The Influence of Inoculation Periode Parasitoid Sturmiopsis inferens Town (Di
Tetra Febryandi Sagala, Maryani Cyccu Tobing, Lisnawita Lisnawita
Uji Efektivitas Termitisida Nabati Terhadap Mortaliatas Rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) di Laboratorium The Effectiveness of Botanical Termiticides on Mortality of Termites (Coptotermes Curvinagthus Holmgren) (Isopte
Nova Kristina Hutabarat, Syahrial Oemry, Mukhtar Iskandar Pinem
Daya Predasi Myopopone castaneae (Hymenoptera :Formicidae) terhadap Larva Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) di Laboratorium The predation of Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) to larvae of Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scar
Dhimas Junaedi, Darma Bakti, Fatimah Zahara
Pengaruh Umur Parasitoid Xanthocampoplex sp.
12/25/2017 Vol 3, No 1 (2015)
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/issue/view/476 3/8
Larva Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) di Laboratorium
Sari M. D. Panggabean, Maryani Cyccu Tobing, Lahmuddin Lubis
Uji Efektivitas Suspensi Baculovirus oryctes dan Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
Terhadap Brontispa longissima Gestro. (Coleoptera :Chrysomelidae) di Laboratorium
Holong Erixon M, Syahrial Oemry, Fatimah Zahara
Aplikasi Pupuk Area dan Pupuk Kandang
Kambing Untuk Meningkatkan N total Tanah pada Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya Trhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.)
Arfan Dwi Putra, MMB Damanik, Hamidan Hanum
Survei Pengaruh Erupsi Gunung Sinabung terhadap Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans) pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn.) di Kecamatan Simpang Empat
Febepriskila Br Tarigan, Yuswani Pangestiningasih, Lahmuddin Lubis Pengaruh Ukuran Pupa Beberapa Penggerek Batang Tebu terhadap Jumlah Populasi Tetrastichus sp. (Hymenoptera : Eulophidae) di Laboratorium
Julian Simatupang, Syahrial Oemry, Fatimah Zahara
Yonathan Alfonso Situmorang, Darma Bakti*,
Hasanuddin PDF
Yonathan Alfonso Situmorang, Darma Bakti, Hasanudin Hasanuddin
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Imam Bukhari, Kemala Sari Lubis, Alida Lubis
Pengujian Berbagai Jenis Bahan Aktif Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.)) di Areal Tanpa Olah Tanah (TOT)
Lydia Manurung, Lahmuddin Lubis, Marheni Marheni, Cici Indriani Dalimunthe
Kajian Awal : Respon Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dalam Medium WPM
Lidya Sundari, Luthfi A. M. Siregar, Diana Sofiah Hanafiah
Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Vermikompos dan Interval Waktu Penyiraman Air Pada Tanah Subsoil
Meiriani
Respons Pertumbuhan dan Produksi Brokoli Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Jamur Pelarut Fosfat
Dedi Yanto Filo Pinem, T. Irmansyah, Ferry Ezra Sitepu
Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Waktu Aplikasi Dan Konsentrasi Pupuk KNO3
Anwar Koheri, Mariati Mariati, Toga Simanungkalit
Respons Pertumbuhan Tebu (Sacharum
officinarum L.) terhadap Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase
M.Maulana Rasyid Lubis, Lisa Mawarni, Yusuf Husni
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)Varietas Lokal Samosir Terhadap Varietas Lokal Samosir Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma
Puspa Hayati Sinambela,, Ferry Ezra Sitepu, Mariati Mariati
Kajian Awal : Respon Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dalam Medium MS
Permata Sari Harahap, Luthfi Aziz M. Siregar, Luthfi Aziz M. Siregar, Yusuf Husni, Yusuf Husni
Pengaruh Penambahan Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen Dengan Jarak Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.)
Syafrizal Syafrizal, Eva Sartini Bayu, Jonis Jonis Ginting
Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl
Onzie Sevinda Pangabeaan, Jonis Ginting, T Irmansyah
Evaluasi Status Bahan Organik Dan Sifat Fisik Tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah) Pada Lahan Tanaman Kopi (Coffea Sp.) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Dairi
Emalia Sinarta Br.Tarigan, Hardy Guchi, Posma Marbun
Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Anjasmoro
Maria Sitepu, Rosmayati Rosmayati, Mbue kata Bangun
Klasifikasi Tanah Di Lereng Selatan Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh
12/25/2017 Vol 3, No 1 (2015)
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/issue/view/476 5/8
Thasniema Putri, Purba Marpaung, Razali Razali
Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk
Dewi Ratnasari, Mbue Kata Bangun, Revandi Iskandar M. Damanik
Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006Pada Tanaman Karet(Hevea brassiliensis Muell Arg.).
Sulvizar Musranda, Rosmayati Rosmayati, Revandy Iskandar M. Damanik.
Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Grobogan
Nurul Ain Lubis, Rosmayati Rosmayati, Diana Sofia Hanafiah
Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 12,15,18 Tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang – Babalan Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat
Cecilia Natalenta Depari, Irsal Irsal, Jonis Ginting
Tanggap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Bawang Merah Terhadap Konsentrasi Dan Lama Perendaman GA 3 Di Dataran Rendah
Andrio Sorensen, Mariati Mariati, Luthfi A. M Siregar
Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae terhadap Kepik Hijau (Nezara viridula L.) (Hemiptera ; Pentatomidae) pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa
Suprayogi Suprayogi, Marheni Marheni, Syahrial Oemry
Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.)
Moench)Pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kelapa Sawit TBM I
Zulkarnaen Zulkarnaen, T Irmansyah, Irsal. Irsal.
Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma
Jerianta Ginting, Nini Rahmawati, Mariti Mariati
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis LimbaCair Pabrik Kelapa Sawit dan Tipe Pemotongan Umbi
Simanungkalit
Analisis Keragaman Genetik Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)Sumatera Utara Menggunakan Marka RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)
Ayu Oshin Yap Sinaga, Lollie Agustina P. Putri, Luthfi Aziz M. Siregar
Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moenchterhadap Pemberian Mulsa dan Berbagai Metode Olah Tanah
Khairunnisa Khairunnisa, Ratna Rosanty Lahay, T. Irmansyah.
Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery
Martua Markus Tambunan, Toga Simanungkalit, T. Irmansyah
The Effect of Media Composition and Soaking Period of Auxin on Bud Chip Technique Sugarcane Seedling
Erliandi Erliandi, Ratna Rosanty Lahay, Toga Simanungkalit
Effect of mikorizha and granting planting media
composition on oil palm nurseries on pre nursery PDF Fadli Azhari Harahap, Nini Rahmawati,
Rosita Sipayung
Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
I Gede Andri Wijaya, Jonatan Ginting, Haryati Haryati
Respons Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery
Gia Asra, Toga Simanungkalit, Nini Rahmawati
UJI DAYA PREDASI Forficula sp. (Dermaptera : Forficulidae) dan Dolichoderus sp. (Hymenoptera : Formicidae) TERHADAP HAMA PERUSAK PUCUK KELAPA Brontispa Longissima Gestro (Coleoptera : Chrysomelidae) di
LABORATORIUM
Dona Monica Br Bangun, Syahrial Oemry, Mukhtar Iskandar Pinem
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URINE KELINCI
12/25/2017 Vol 3, No 1 (2015)
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/issue/view/476 7/8
RESPONS PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN NPK PADA TANAMAN BIWA ( Eriobotrya japonica Lindl. ) DI MAIN NURSERY
Mery Susana Tarigan, Asil Barus, Fatiani Manik
TANGGAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN AIR PADA BERBAGAI KAPASITAS LAPANG
Ichsan Destari Purba, Irsal Irsal, Jasmani jasmani
DAYA PREDASI Rhynocoris fuscipes F.
(Hemiptera:Reduviidae) TERHADAP ULAT API Setothosea asigna E. (Lepidoptera:Limacodidae) DI LABORATORIUM
Edi Kembaren, Darma Bakti, Lahmuddin Lubis
Karakter Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Samosir Pada Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma
Afifa Ulfa Batubara, Mariati Mariati, Ferry Ezra T. Sitepu
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License.
INDEXING
Indonesia One Search by Perpusnas
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 44- 51 Desember 2014
44
Pemanfaatan Mikofer pada Kelapa Sawit dengan Interval Penyiraman di Pembibitan
Utilization of Mycofer in Oil Palm with Watering Interval in the Nursery
Edi Sakra Damanik, Irsal*, Yaya Hasanah
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
*Corresponding author : irsalzs@yahoo.com
ABSTRACT
The availability of water that is limited for watering during the dry season, especially in the large area of oil palm nursery can be overcome by saving the water, which, in this research is the interval watering. Another alternative that can be applied is the utilization of mycofer. The research was conducted in the greenhouse of the Faculty of Agriculture University of North Sumatra from September 2013 to January 2014. Research design was factorial randomized block design with two factors : mycofer application (0, 5, 10, 15 g/seedling) and the interval watering (every day, three days and five days). Parameters observed were percentage of root infection, leaf area total, dry weight of shoot, dry weight of root, and water use efficiency (WUE). The result showed that mycofer application significantly affected the percentage of root infection which the highest infection on 18th week after application was 28,89% as the result of 10 grams mycofer application. There was no significant effect of both mycofer application and watering interval in leaf area total, dry weight of shoot and root. Watering interval significantly affected the WUE which the highest WUE was 13,69% as the result of five days watering interval. Moreover, the watering interval for five days in the research didn’t impair the oil palm growth within 18 weeks. The interaction had no significant effect on all of the parameters observed.
Keywords: mycofer, watering interval, oil palm
ABSTRAK
Ketersediaan air yang terbatas untuk penyiraman tanaman pada saat musim kemarau terutama pada areal pembibitan kelapa sawit yang luas dapat diatasi dengan langkah penghematan air yaitu interval penyiraman. Alternatif lain yang dapat diterapkan yaitu pemanfaatan mikofer. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada September 2013 - Januari 2014. Pada penelitian digunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu aplikasi mikofer (0, 5, 10, 15 g/tanaman) dan interval penyiraman (penyiraman per hari, tiga hari dan lima hari). Peubah amatan antara lain derajat infeksi akar, total luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan efisiensi penggunaan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi mikofer berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar dengan derajat infeksi tertinggi pada 18 minggu setelah tanam yaitu 28,89% pada taraf 10 g/tanaman (M2). Aplikasi mikofer dan interval
penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air (EPA) dengan efisiensi tertinggi yaitu sebesar 13,69% pada interval penyiraman lima hari sekali (I3) yang
belum mengganggu pertumbuhan bibit kelapa sawit hingga 18 minggu setelah tanam. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.
Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
45
PENDAHULUAN
Pengembangan kelapa sawit telah dilakukan secara luas di Indonesia. Seiring dengan itu, perlu juga dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu
aspek agronomis yang tidak terlepas dalam pengembangan kelapa sawit yaitu pembibitan.
Perubahan iklim menyebabkan variabilitas curah hujan lebih tinggi sehingga curah hujan kurang dapat diandalkan dan juga periode kekeringan yang diperpanjang yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas kelapa sawit. Siregar et al., (2007) dalam pengamatannya menyebutkan bahwa musim kemarau panjang menyebabkan kekeringan yang signifikan pada kelapa sawit secara berkala yang terjadi setiap 3-5 tahun, bahkan menjadi lebih pendek yaitu terjadi setiap 2-3 tahun. Penyebab tanaman mengalami cekaman kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau.
Ketersediaan air yang terbatas untuk penyiraman tanaman pada saat musim kemarau terutama pada areal pembibitan kelapa sawit yang luas dapat diatasi dengan langkah penghematan air guna meningkatkan efisiensi penggunaan air yaitu dengan perlakuan interval penyiraman.
Alternatif lain yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam pembibitan kelapa sawit untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan pemanfaatan fungi mikoriza arbuskular dalam bentuk mikofer pada tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis. FMA digolongkan ke dalam endomikoriza yaitu mikoriza yang sebagian hifanya berada dalam akar dan bercabang-cabang diantara sel-sel akar (Foth, 1991). Mikoriza diketahui mampu memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Mikoriza yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jaringan hifa yang tumbuh
secara ekspansif untuk meningkatkan
kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air (Cruz et al., 2004).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada September 2013-Januari 2014. Pada penelitian digunakan rancangan acak kelompok faktorial, terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu aplikasi mikofer (M) : 0, 5, 10, 15 g/tanaman Faktor kedua yaitu interval penyiraman (I) : penyiraman per hari, tiga hari dan lima hari.
Bahan tanam yang digunakan yaitu
kecambah kelapa sawit varietas (DxP) PPKS 540 (high mesocarp). Fungi Mikoriza
Arbuskular (FMA) yang digunakan yaitu dalam bentuk mikofer yang terdiri dari propagul berupa spora dan potongan akar terinfeksi yang dicampur dengan zeolith sebagai media pembawa dengan genus fungi dari campuran Glomus, Acaulospora dan
Gigaspora. Mikofer diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Institut Pertanian Bogor. Kepadatan spora yang telah dianalisis per 10 g mikofer yaitu sebanyak dua spora. Media tanam yang berupa tanah dari lapisan subsoil diayak dan diisi sebanyak 22 kg tanah kering udara ke dalam setiap polibeg ukuran 40 cm × 45 cm. Paranet intensitas 60-70% sebagai bahan naungan digunakan selama 12 MST (minggu setelah tanam).
Volume penyiraman awal (sebelum penanaman) yang diberikan ke dalam setiap polibeg berisi tanah 22 kg dirumuskan :
V =
dengan :
V : volume siram (ml) KAKL : kadar air kapasitas lapang
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
46 Adaptasi penyiraman dilakukan selama empat
minggu setelah penanaman kecambah. Tanaman disiram hingga mencapai kapasitas lapang. Penentuan jumlah air yang diberikan selanjutnya pada masing-masing perlakuan dilakukan dengan cara menyiramkan air secara perlahan ke dalam polibeg (berisi media tanam dan tanaman) hingga air menetes keluar polibeg. Pada saat menetes pertama kali, kadar air pada polibeg mencapai kondisi kapasitas lapang 100%. Volume penyiraman selama penelitian pada masing-masing perlakuan dicatat sebagai data perhitungan efisiensi penggunaan air. Aplikasi mikofer dilakukan bersamaan dengan penanaman kecambah, ditaburkan di dalam lubang tanam dengan dosis sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis rekomendasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Lubis, 2008).
Pengamatan dilakukan pada 18 MST dengan peubah yang diamati antara lain, derajat infeksi akar, total luas daun, kadar klorofil total daun, volume akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan efisiensi penggunaan air (EPA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Derajat infeksi akar
Aplikasi mikofer berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar bibit kelapa sawit. Perlakuan interval penyiraman dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap derajat infeksi akar bibit kelapa sawit.
Derajat infeksi akar bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Derajat infeksi akar bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman
Interval Penyiraman Mikofer Rataan
M0 (0 g) M1 (5 g) M2 (10 g) M3 (15 g)
……...%……...
I1 (1/1) 6,00 16,67 30,00 25,00 19,42
I2 (1/3) 5,33 25,00 25,00 27,00 20,58
I3 (1/5) 7,67 25,00 31,67 33,33 24,42
Rataan 6,33 b 22,22 a 28,89 a 28,44 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 5%.
Hubungan kuadratik antara aplikasi mikofer dengan derajat infeksi akar dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9993 disajikan pada Gambar 1.
Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
47 Gambar 1. Hubungan derajat infeksi akar dengan aplikasi mikofer
Total luas daun
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa aplikasi mikofer, interval penyiraman dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.
Total luas daun bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Total luas daun bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman
Interval Penyiraman Mikofer Rataan
M0 (0 g) M1 (5 g) M2 (10 g) M3 (15 g)
……...cm2……...
Total luas daun
I1 (1/1) 257,78 290,17 339,58 285,12 293,16
I2 (1/3) 297,36 264,11 279,98 265,37 276,70
I3 (1/5) 288,55 247,72 287,27 291,75 278,82
Rataan 281,23 267,33 302,28 280,75
Bobot kering tajuk
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa aplikasi mikofer, interval penyiraman dan interaksi kedua faktor tersebut
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
48 Tabel 3. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan
interval penyiraman
Interval Penyiraman Mikofer Rataan
M0 (0 g) M1 (5 g) M2 (10 g) M3 (15 g)
……...g……...
Bobot kering tajuk
I1 (1/1) 3,27 3,10 3,70 3,27 3,33
I2 (1/3) 2,87 2,97 3,07 2,73 2,91
I3 (1/5) 3,00 2,87 3,27 3,13 3,07
Rataan 3,04 2,98 3,34 3,04
Bobot kering akar
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa aplikasi mikofer, interval penyiraman dan interaksi kedua faktor tersebut
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.
Bobot kering akar bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Bobot kering akar bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman
Interval Penyiraman Mikofer Rataan
M0 (0 g) M1 (5 g) M2 (10 g) M3 (15 g)
……...g……...
Bobot kering akar
I1 (1/1) 1,30 1,43 1,47 1,37 1,39
I2 (1/3) 1,13 1,23 1,30 1,17 1,21
I3 (1/5) 1,43 1,17 1,27 1,23 1,28
Rataan 1,29 1,28 1,34 1,26
Efisiensi penggunaan air
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan interval penyiraman
berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air bibit kelapa sawit. Aplikasi mikofer dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap efisiensi penggunaan air bibit kelapa sawit.
Efisiensi penggunaan air kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Efisiensi penggunaan air bibit kelapa sawit 18 MST pada aplikasi mikofer dan perlakuan interval penyiraman
Interval Penyiraman Mikofer Rataan
M0 (0 g) M1 (5 g) M2 (10 g) M3 (15 g)
……...%……...
I1 (1/1) 9,84 9,43 11,83 10,81 10,48 b
I2 (1/3) 10,56 12,68 12,99 11,97 12,05 ab
I3 (1/5) 12,44 12,93 15,03 14,36 13,69 a
Rataan 10,95 11,68 13,28 12,38
Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
49 Hubungan linear positif dengan
korelasi yang sangat kuat (r = 0,999) antara perlakuan interval penyiraman dengan
efisiensi penggunaan air yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan efisiensi penggunaan air dengan perlakuan interval penyiraman
Secara umum diketahui bahwa mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan baik secara langsung melalui peningkatan serapan hara dan air, sedangkan secara tidak langsung melalui perbaikan sifat fisika tanah, namun analisis data dalam penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh nyata oleh mikoriza dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Jika dikaitkan dengan mekanisme infeksi mikoriza seperti yang dikemukakan oleh Talanca dan Adnan (2005), diduga fase perluasan infeksi fungi mikoriza dalam akar bibit kelapa sawit dan hifa eksternal belum efektif dalam penyerapan hara dan air dalam tanah. Selain itu, rataan tertinggi derajat infeksi akar pada perlakuan mikofer (Tabel 1)
yaitu 28,89% yang masih tergolong kelas III (tingkat infeksi sedang) menurut
Nurhandayani et al., (2013).
Rataan derajat infeksi akar sebesar 28,89% masih belum efektif dilihat dari pengaruh yang tidak nyata terhadap peubah amatan lain yang diamati total luas daun, bobot kering (tajuk, akar). Intensitas infeksi akar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pemupukan, suhu, pH, kepadatan inokulum dan tingkat kepekaan tanaman. Menurut Gunawan (1993), infeksi akar oleh FMA tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja,
melainkan akumulasi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa interval penyiraman yang semakin lama dilakukan hingga lima hari sekali cenderung meningkatkan derajat infeksi akar. Faktor kausatif yang mungkin yaitu bahwa interval penyiraman yang dilakukan pada taraf tiga hari dan lima hari sekali menyediakan aerasi tanah yang cukup sementara pada penyiraman
setiap hari cenderung terjadi penjenuhan air tanah (sebagian besar pori-pori tanahnya
berisi molekul air). Tanah tersebut dikatakan jenuh air (Hanafiah et al., 2009). Keadaan demikian berdampak terhadap infeksi fungi mikoriza karena pada tanah yang tergenang air kekurangan oksigen dapat menghambat perkembangan tanaman maupun simbiosis mikoriza dimana fungi mikoriza bersifat sangat aerobik (Harley and Smith, 1983). Hanafiah (2007) menambahkan keadaan tersebut berpengaruh kurang menguntungkan bagi akar tanaman karena kondisi kekurangan oksigen dapat menyebabkan terganggunya respirasi akar sehingga absorbsi serapan hara oleh akar secara aktif akan terganggu. Dengan demikian, efektivitas FMA yang menginfeksi akar menjadi berkurang.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
50 berturut-turut menunjukkan kecenderungan
rataan tertinggi diperoleh pada aplikasi mikofer dengan taraf M2 (10 g/tanaman) yaitu
302,28 cm2, 3,34 g dan 1,34 g. Berdasarkan hal tersebut taraf M2 dapat digunakan sebagai
acuan taraf aplikasi dalam penggunaan mikofer pada bibit kelapa sawit yang perlu disertai dengan perbaikan dan peningkatan kualitas mikofer yang mencakup kepadatan spora dan jenis FMA untuk dapat memberikan manfaat dan hasil terbaik terhadap pertumbuhan tanaman.
Aplikasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap efisiensi penggunaan air dimana EPA menunjukkan bobot kering total tanaman yang dihasilkan dengan total volume yang digunakan selama penyiraman. Namun demikian, pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa bibit kelapa sawit yang diaplikasikan mikofer cenderung memiliki efisiensi penggunaan air yang lebih baik dibandingkan dengan bibit kelapa sawit yang tidak diaplikasikan mikofer. Hal ini berarti keberadaan FMA tersebut pada bibit kelapa sawit cenderung mampu mengoptimalkan penyerapan air dalam meningkatkan bobot kering. Menurut Sartini (2004), FMA dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman semakin meningkat dimana peningkatan pertumbuhan dicirikan dengan meningkatnya bobot kering.
Interval penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Keadaan tersebut tentu berkaitan erat dengan fungsi dan ketersediaan air bagi tanaman yang mempengaruhinya. Fungsi penting air yaitu dalam pengangkutan atau transportasi unsur hara dari akar ke jaringan tanaman, sebagai pelarut garam-garaman, mineral serta sebagai penyusun jaringan tanaman (Jumin, 2002). Dalam penelitian ini, kandungan air pada penyiraman satu hari sekali, tiga hari sekali maupun lima hari sekali cenderung masih berada pada kondisi air tersedia bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh membentuk perakaran, batang dan daun. Dengan kata lain, taraf perlakuan interval penyiraman yang digunakan dalam penelitian masih belum termasuk kondisi kering. Hanafiah (2007)
menyebutkan bahwa air yang dapat diserap langsung oleh tanaman adalah air yang ditahan tanah pada kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu. Kandungan air pada keadaan tersebut disebut air tersedia bagi tanaman.
Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan interval penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun. Total luas daun yang merupakan indikator kinerja pertumbuhan menurut Cha-um et al., (2013) tidak menunjukkan penurunan kemampuan fotosintesis yang nyata akibat perlakuan interval penyiraman yang diberikan hingga taraf lima hari sekali. Namun demikian, bila Tabel 2 dicermati kembali dapat dilihat bahwa rataan total luas daun bibit kelapa sawit pada taraf I2 dan I3 cenderung lebih
rendah dibandingkan taraf I1 (penyiraman
setiap hari). Hal tersebut menunjukkan adanya kepekaan yang terjadi pada perluasan daun sebagai respon terhadap perlakuan interval penyiraman pada taraf I2 (setiap 3
hari) dan I3(setiap 5 hari).
Perlakuan interval penyiraman berpengaruh nyata hanya terhadap efisiensi penggunaan air. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa efisiensi penggunaan air bibit kelapa sawit 18 MST tertinggi terdapat pada perlakuan I3 (13,69%), sedangkan yang
terendah yaitu pada perlakuan I1 (10,48%).
Interval penyiraman lima hari sekali belum mengganggu indikator pertumbuhan lainnya seperti total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar hingga 18 MST. Peningkatan efisiensi penggunaan air pada taraf I3 menunjukkan bahwa air lebih efisien
diserap oleh akar bibit kelapa sawit sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan bobot kering tanaman dan tidak menyebabkan layu pada bibit kelapa sawit.
Vol.3, No.1 : 44- 44 Desember 2014
51 digunakan pada lima hari sekali lebih hemat
dibandingkan taraf lainnya. Penggunaan air yang tidak berlebihan untuk penyiraman dapat menjaga ketersediaan air untuk penyiraman tanaman, selain itu perlakuan interval penyiraman juga dapat menghemat biaya produksi. Penggunaan air oleh tanaman tidak terlepas dari pengaruh suhu, kelembaban dan pengaruh lainnya. Pemberian air terhadap tanaman hendaknya sesuai dengan kebutuhan air tanaman yang sesungguhnya, sebab kekurangan atau kelebihan pemberian air memberikan pengaruh kurang baik bagi tanaman.
SIMPULAN
Aplikasi mikofer berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar, dengan derajat infeksi tertinggi pada 18 minggu setelah tanam yaitu 28,89% pada taraf 10 g/tanaman. Aplikasi mikofer dan interval penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air, dengan efisiensi tertinggi yaitu sebesar 13,69% pada interval penyiraman lima hari sekali yang belum mengganggu pertumbuhan bibit kelapa sawit hingga 18 minggu setelah tanam. Interaksi antara aplikasi mikofer dan interval penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.
DAFTAR PUSTAKA
Cha-um, S., N. Yamada, T. Takabe and C. Kirdmanee. 2013. Physiological Features and Growth Characters of Oil
Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Response to Reduced Water Deficit
and Rewatering.
Aus.J.Crop.Sci.7(3):432-439.
Cruz,C., J.J. Green, C.A. Watson, F.Wilson and M.A.M. Lucao. 2004. Functional
Aspect of Root Architecture and Mycorrhizal Inoculation with Respect to Nutrient Uptake Capacity.
Mycorrhiza.14:177-184.
Foth, D.H. 1991. Fundamental of Soils Science. Eight Edition. John Willey and sons, New York.
Gunawan, A.W. 1993. Bahan Pengajaran Mikoriza Arbuskula. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.
_______, A.S., T. Sabrina dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Harley, J. L. and M. S. Smith.1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, New York.
Jumin, H. B. 2002. Ekofisiologi Tanaman : Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press, Jakarta.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia, Edisi II. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Nurhandayani, R., R. Linda dan S. Khotimah. 2013. Inventarisasi Jamur Mikoriza Arbuskular dari Rhizosfer Tanah
Gambut Tanaman Nanas.
J.Protobiont.2(13):146-151.
Sartini. 2004. Mikoriza Arbuskula dan Kascing : Pengaruh terhadap
Pertumbuhan Tanaman.
J.Bid.Il.Pert.2(1):36-38.
Siregar, H.H., N.H. Darlan dan E.S. Sutarta. 2007. Dampak Kemarau Panjang dan Kekeringan terhadap Pertanaman
Kelapa Sawit. Seminar GAPKI 2 Agustus 2007. Sumatera Selatan