BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komitmen Organisasi
Pengertian komitmen menurut Luthans (2006:249) sering didefenisikan
sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2)
keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; (3) keyakinan
tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini
merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan
proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya
terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Sedangkan menurut Robbins (2009;100) komitmen didefenisikan sebagai suatu
keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta
tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut. jadi keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan
tertentu seorang individu,sementara komitmen yang tinggi berarti memihak
organisasi yang merekrut individu tersebut.
Mowday (1992) komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting
yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan
sebagai anggota organisasi. Hunt dan Morgan (1994) menyebutkan komitmen
orang sebagai keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan keanggotaannya
1. Memiliki kepercayaan dan menerima tujuan dan nilai organisasi
2. Berkeinginan untuk berusaha ke arah pencapaian tujuan organisasi
3. Memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan sebagai anggota organisasi
Steer dan Black (1994) memiliki pendapat yang hampir senada, dia menyatakan
bahwa karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi bisa dilihat dari ciri –
cirinya sebagai berikut:
1. Adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan
organisasi
2. Adanya kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi organisasi
3. Keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi
2.2. Bentuk Komitmen Organisasi
Menurut Robbins (2009;101) ada 3 dimensi terpisah komitmen
organisasional yaitu:
1. Komitmen afektif (affective commitment) yaitu perasaan emosional untuk
organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. Komitmen ini muncul oleh
dorongan adanya kenyamanan, keamanan, dan mafaat lain yang dirasakan
dalam suatu organisasi yang tidak diperolehnya dari tempat atau organisasi
lain. Ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan
keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi. Semakin
nyaman dan tinggi manfaatnya yang dirasakan oleh anggota, semakin
tinggi komitmen seseorang pada organisasi yang dipilihnya
2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) yaitu nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan
meninggalkan organisasi tersebut. Dalam kaitannya dengan ini anggota
akan mengalkulasi manfaat dan pengorbanan atas keterlibatan dalam atau
menjadi anggota suatu organisasi. Anggota akan cenderung memiliki daya
tahan atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan
akibat keluar organisasi semakin tinggi (Sutrisno,2010).Individu dengan
continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi,
bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam
individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan
organisasiseperti gaji, senioritas, pensiun, asuransi kesehatan, dan lain-
lain). Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut tidak dapat
diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi pada
organisasi (Karina, 2010)
3. Komitmen normatif (normative commitment) yaitu kewajiban untuk
bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis. Dalam
kaitan ini sesuatu yang mendorong anggota untuk tetap berada dan
memberikan sumbangan baik materi maupun non materi adalah adanya
kewajiban moral, yang mana seseorang merasa tidak nyaman dan bersalah
jika tidak melakukan sesuatu (Sutrisno,2010). Hal ini berkaitan juga
kepada loyalitas karyawan.Individu dengan normative commitment yang
untuk bertingkahlaku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi
organisasi (Karina, 2010)
Sedangkan menurut Spector, 1998 (dalam Sopiah, 2008) menyatakan:
1. Affective commitmen terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari
organisasi karena adanya ikatan emosional
2. Continuance commitment muncul apabila karyawan bertahan pada suatu
organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain atau karena
karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain
3. Normative commitment timbul dari nilai – nilai dalam karyawan.
Karyawan bertahan apabila adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap
organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
2.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan tidak terjadi begitu saja tetapi memiliki proses yang
begitu panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga
ditentukan oleh sejumlah faktor misalnya Steer 1985 (dalam Sopiah, 2008)
mengidentifikasi ada 3 faktor yang mempengaruhi karyawan:
1. Ciri pribadi kerja, termasuk masa jabatan dalam organisasi, dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan
2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan
3. Pengalaman kerja seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara
pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya mengenai
orang.
Minner 1997 (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan 4 faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor personal misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
2. Karakteristik struktur misalnya besar atau kecilnya organisasi, bentuk
organisasi, kehadiran serikat pekerja, tingkat pengendalian
3. Karakteristik pekerjaan misalnya, lingkup jabatan, tantangan dalam
pekerjaan, pengalaman kerjam konflik peran dalam pekerja dan tingkat
kesulitan
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan. Karyawan yang baru beberapa
tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam
organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan
2.4.Pedoman Untuk Meningkatkan Komitmen Organisasi
Berikut ini Dessler dalam Luthans (2006;250) memberikan pedoman
khusus untuk mengimplementasikan system manajemen yang mungkin membantu
memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri
karyawan:
1. Berkomitmen pada nilai utama manusia. Membuat aturan tertulis,
2. Memperjelas dan mengomunikasikan misi Anda. Memperjelas misi dan
ideologi, berkharisma, menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai,
menekankan orientasi berdasarkan nilai strs dan pelatihan, membentuk
tradisi
3. Menjamin keadilan organisasi. Memiliki prosedur penyampaian keluhan
yang komprehensif, menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif
4. Menciptakan rasa komunitas. Membangun homogenitas berdasarkan nilai,
keadilan, menekankan kerjasama, saling mendukung, dan kerja tim,
berkumpul bersama
5. Mendukung perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi, memberikan
pekerjaan menantang pada tahun pertama, memajukan dan
memberdayakan, mempromosikan dari dalam, menyediakan aktifitas
perkembangan, menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.5.Dampak Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan ada dalam tingkat yang tinggi sampai rendah.
Menejer akan memilih karyawan yang bisa dipercaya dan mengabaikan karyawan
yang kurang memiliki komitmen organisasional. Newstroom & Davis, 1989
(dalam Sopiah, 2008) mengemukakan bahwa tanpa menunjukkan komitmen yang
meyakinkan maka promosi karyawan ke jabatan yang lebih tinggi tidak akan
dilakukan. Karyawan yang memiliki komitmen rendah akan berdampak pada
turnover , tingginya absensi, meningkatnya kelambanan kerja dan kurangnya
kualitas kerja, dan kurangnya loyalitas terhadap organisasi. Sedangkan menurut
Sutrisno (2010;291) ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari rendahnya
komitmen karyawan terhadap organisasi, yaitu: pemogokan karyawan, absensi
yang tinggi, tingkat turnover tidak terkendali. Komitmen karyawan yang tinggi
akan berdampak pada peningkatan karir, kinerja organisasi yang tinggi, tingkat
absensi berkurang, loyalitas karyawan, dll (Sopiah, 2008)
2.6.Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi pada PT. Steel Pipe Industry of Indonesia
Unit 2 yang dilakukan oleh Kaswara dan Santoso (2008). Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
komitmen karyawan terhadap organisasi di PT. Steel Pipe Industry of Indonesia
Unit 2, dengan sampel 114 orang. Model analisis data yang digunakan adalah
analisis faktor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi komitmen karyawan dari bentuk komitmen afektif adalah faktor
personal charakteristics. Faktor yang paling mempengaruhi komitmen karyawan
dari bentuk komitmen berelanjutan adalah faktor freedom.Faktor yang paling
mempengaruhi komitmen karyawan dari bentuk komitmen normatif adalah faktor
organizational socialization.
Penelitian Suastina yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
komitmen karyawan pada KUD di wilayah Lombok Barat, dengan sampel 71
orang. Data dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Hasil analisis faktor
menunjukkan bahwa terdapat 8 faktor yang paling dominan dalam membentuk
komitmen karyawan yaitu praktek perekrutan karyawan, pekerjaan menantang,
promosi karyawan, usia individu, motivasi individu, kontrak psikologis,
pengorbanan tenaga dan kesadaran investasi.
2.7.Kerangka Konseptual
Komitmen didefinisikan sebagai kekuatan relatif dari identifikasi dan
keterlibatan individu kepada organisasi tertentu. Secara singkat, dikatakan bahwa
keterikatan karyawan dengan organisasi dibangun dan dijaga atas dasar kerelaan
untuk saling memberi dan menerima keunggulan kompetensi dari kedua
pihak.Sedangkan Mathis dan Jackson (dalam Sopiah, 155) mendefinisikan
komitmen organisasional sebagai derajad dimana karyawan percaya dan mau
menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasinya.Mowday yang dikutip Sopiah (2008) menyakan ada
tiga aspek komitmen antara lain :
1) Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat
pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri.
2) Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan
kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar untung
rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada
3) Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang
ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap
organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Komitmen Organisasi Sumber: Kaswara dan Santoso (2008)
Komitmen Organisasi Komitmen Afektif
Komitmen Berkelanjutan