BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, DAN KEISHIKI MEISHI WAKE
2.1 Fungsi
2.1.1 Pengertian Fungsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), fungsi dalam istilah ilmu linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek);
Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur – unsur lainnya seperti unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.
2.1.2 Jenis – Jenis Fungsi
1. Fungsi Ekspresif
Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.
2. Fungsi Fatis
Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar.
3. Fungsi Kognitif
Penggunaan bahasa untuk penalaran akal. 4. Fungsi Komunikatif
Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)
Sedangkan menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1. Fungsi Ideasional
Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain
2. Fungsi Interpersonal
3. Fungsi Tekstual
Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.
2.2 Makna
2.2.1 Pengertian Makna
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), definisi makna yaitu :
1. Arti
2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yg diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan;
Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
2.2.2 Jenis – Jenis Makna
Menurut Chaer (2009:59), jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu :
a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus. Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial.
c. Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif.
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif.
d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna istilah.
Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah „pergelangan sampai ke jari-jari‟, sedangkan makna lengan adalah „pergelangan sampai ke pangkal bahu‟. Sebaliknya dalam bahasa umum
tangan dan lengan diaggap bersinonim.
e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.
idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna „si pembeli menerima rumah dan si penjual
menerima uang‟, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna „si pembeli
menerima gigi dan penjual menerima uang‟, tetapi bermakna „tertawa keras-keras‟. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna
sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.
2.3 Meishi
2.3.1 Pengertian Meishi
Sedangkan menurut Sudjianto (1996:34) meishi ialah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi, atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial.
Murakami Motojiro dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:156) menyimpulkan ciri-ciri meishi sebagai berikut:
1. Merupakan jiritsugo.
2. Tidak mengalami perubahan bentuk (konjugasi).
3. Dapat membentuk bunsetsu dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni, dan sebagainya.
4. Dapat menjadi subjek.
5. Disebut juga taigen sebagai lawan yoogen.
6. Dilihat dari sudut pandang artinya dapat dibagi menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi.
2.3.2 Jenis – Jenis Meishi
Pembagian meishi berdasarkan jenisnya menurut Situmorang (2007:34) terbagi atas empat jenis, yaitu
1. 普通 (Futsu meishi) = kata nama biasa
Contoh :
2. 固有名詞 (koyuu meishi) = kata nama terbatas Dibagi dua macam :
a. Nama daerah atau tempat Misalnya : Medan, Tokyo. b. Nama orang
Misalnya : Suzuki, Ali, dsb.
3. 数詞 (Sushi) = kata jumlah
Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai 1. Bacaan China, yaitu :
Ichi = Satu Roku = Enam
Ni = Dua Shici ( nana ) = Tujuh San = Tiga Hachi = Delapan Shi = Empat Kyu = Sembilan Go = Lima Juu = Sepuluh 2. Bacaan asli bahasa Jepang yaitu :
Hito + tsu = satu buah Mu + tsu = eman buah
Futa + tsu = dua buah Nana + tsu = tujuh buah
Mi + tsu = tiga buah Ya + tsu = delapan buah
Yo + tsu = empat buah Kokono + tsu = sembilan buah
Itsu + tsu = lima buah Too = sepuluh buah
3. Joshushi (kata bantu bilangan) dalam bahasa Jepang ada dikenal
bermacam-macam tergantung pada bendanya.
Kata keterangan bilangan yang dipergunakan untuk ikan.
一人 : hitori, futari = satu orang, dua orang
Keterangan bilangan untuk manusia.
一つ : hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah
Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dsb.
一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan
Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bangunan ataupun rumah.
一台 : ichidai, nidai = sebuah mesin ( mobil )
Keterangan bilangan ini biasanya untuk menghitung jumlah mobil.
一羽 : ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung
Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bilangan bersayap seperti burung, ayam, dsb.
一個 : ikko, niko = seekor, dua ekor
Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.
一枚 : ichimai, nimai = selembar, dua lembar
Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dsb.
Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah buku, pakaian, dsb.
一度 : ichido, nido = satu kali, dua kali.
Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan frekuensi melakukan pekerjaan ( kata kerja ).
4. 代名詞 ( daimeishi ) = kata ganti nama
a. Kata ganti penunjuk pertama ( 一人称 ) Contoh :
Watakushi, watashi, atashi, boku, ore,jibun, wagahai, tamae.
b. Kata ganti penunjuk kedua ( 二人称 ) Contoh :
Anata, anta, omae, dsb.
c. Kata ganti penunjuk ketiga ( 三人称 ) Contoh :
Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.
Menurut Sudjianto (2004:38) meishi dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu :
1. Futsu meishi
Futsu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam
jenis meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut.
a. gutaitekina mono (具体的な物) “nomina konkret”
gakkou ( 学校) “sekolah”
rajio ( ラジオ) “radio”
b. chuushoutekina mono (抽象的な物) “nomina abstrak”
shiawase (幸せ)“kebahagiaan”
kimochi (気持ち)“perasaan”
jikan (時間)“waktu”
c. ichi ya hougaku o shimesu mono “nomina yang menyatakan letak/
kedudukan dan arah/ jurusan”. mae (前)“depan”
migi (右)“kanan”
minami (南)“selatan”
d. settogo ya setsubigo no tsuita mono “nomina yang disisipi prefiks atau
sufiks”
gohan ( ごはん )“nasi”
okane ( お金 )“uang”
otsukisama ( お月様 )“bulan”
e. fukugou meishi atau fukugougo ( 複合名詞 と 複合語 )“nomina
majemuk”
朝 asa + 日 hi → asahi “matahari pagi” 安 yasu + 売 uri → yasuuri “obral”
f. hoka no hinshi kara tenjita mono “nomina yang berasal dari kelas kata lain”.
Verba hikaru hikari (sinar, cahaya)
Verba hanasu hanashi (cerita, pembicaraan) Adjektiva-i kanashii kanashimi (kesedihan)
2. Koyuu meishi
Dalam kelompok futsu meishi misalnya kita mengenal kuni (国) “Negara”. Disekian banyak negara kita mengenal nama negara seperti Amerika, Jepang, Indonesia, dan sebagainya. Kata-kata yang menyatakan nama-nama negara seperti itulah yang disebut koyuu meishi.
3. Suushi
Suushi ialah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau
kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia. Kata-kata yang termasuk suushi antara lain :
a. suuryou no meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kuantitas)
1. honsuushi (numeralia pokok), diantaranya :
一 ichi (satu) 二 ni (dua) 三 san (tiga)
四 yon / shi (empat)
2. honsuushi + josuushi (numeralia pokok + kata bantu bilangan),
diantaranya :
五本 gohon (lima batang)
四枚 yonmai (empat lembar)
二冊 nisatsu (dua jilid buku)
b. junjo no suushi (numeralia tingkat), diantaranya :
一番 ichiban (nomor satu)
第五回目daigokaime (yang kelima kalinya)
第三 daisan (yang ketiga)
4. Daimeishi
Daimeishi ialah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau
arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina.
5. Keishiki Meishi
Menurut Uehara Takeshi dalan Sudjianto (2004:54) menyatakan bahwa
keishiki meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat
abstrak. Kata-kata itu tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai kata yang lain. Contohnya :
Toori: Sebagaimana, seperti
Iu tori ni ugoku.
Tokoro: waktu, hal, sedang, sesuatu
Ima shita tokoro desu.
Toki: pada waktu, ketika,saat.
Uchi o deru toki ni wa hareta imashita.
Anna futotta hito ni tenisu ga dekiru wake ga nai
2.4 Keishiki Meishi Wake
2.4.1 Pengertian Keishiki Meishi
Bunkacho (1980:10) memberikan penjelasan mengenai pengertian keishiki
meishi sebagai berikut:
形式名詞は具体的な意味を表すことができない語で、いつもその意 味をはっきりさせるための修即語がついて用いられる語です。
Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu.
“Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata keterangan yang mempunyai arti.”
Sedangkan Terada dalam Sudjianto & Dahidi (2004:160) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.
2.4.2 Jenis – Jenis Keishiki Meishi
Nagara., et,al (1987) membagi keishiki meishi menjadi 43 jenis. Pembagian tersebut antara lain: aida/aida ni, atari, ue/ue ni/ue de, uchi/uchi ni/uchi de/uchi wa, oki/oki ni, ori/ori ni, kata, gachi/gachi ni/gachi na, kuse ni,
gurai (kurai), koto, shidai, jou, sei, sou/sou na, dake, tabi ni, tame/tame ni, dan,
bakari, fushi, bun, hou, hodo, ma, mama/mama ni/mama de, mitai, muki, mono,
yue/yue ni, you/you ni/you na, yoshi, wake.
2.4.3 Fungsi dan Makna Keishiki Meishi Wake
Nagara (1987:127-129) menjelaskan bahwa kata wake memiliki bermacam-macam fungsi dan makna. Berikut fungsi dan makna kata wake dalam kalimat dalam bahasa Jepang.
1. Menunjukkan kepantasan atau kewajaran Cara pemakaian:
Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake
Arti: “hal yang patut/sudah selayaknya”, dapat diganti dengan hazu. Contoh:
昨日習ったばかりですから、良く出来るわけです。
Kinou naratta bakari desu kara, yoku dekiru wake desu.
Karena kemarin baru saja belajar, wajar kalau bisa dengan baik. 2. Menunjukkan kemungkinan suatu keputusan
Cara pemakaian:
Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake ga nai Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake ga nai
Contoh:
そんな計画ではこの仕事が成功するわけがなかった。
Sonna keikaku de wa kono shigoto ga seikousuru wake ga nakatta.
Dengan rencana seperti itu pekerjaan ini tidak mungkin berhasil. 3. Menunjukkan penegasan
Cara pemakaian:
Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake de wa nai Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake de wa nai Arti: sanggahan
Contoh:
あなた一人が悪いというわけではありません。
Anata hitori ga warui to iu wake de wa arimasen.
Bukan berarti kamu sendiri yang buruk 4. Menunjukkan ketidakmungkinan
Cara pemakaian:
Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake ni wa ikanai Arti: “tidak bisa”
Contoh:
今日は忙しいので、遊んでいるわけにはいかない。
Kyou wa isogashii no de, asonde iru wake ni wa ikanai.
5. Menunjukkan kewajiban Cara pemakaian:
Kata kerja negatif (kamus/lampau/te iru) + wake ni wa ikanai Arti: “harus”, sama dengan shinakereba ikenai
Contoh:
友達が忙しいので、手伝わないわけにはいきませんでした。
Tomodachi ga isogashii no ni tetsudawanai wake ni wa ikimasen
deshita