CERITA RAKYAT YANG MELATARBELAKANGI
KEBERADAAN CANDI JABUNG KABUPATEN
PROBOLINGGO (SEBUAH TINJAUAN FOLKLOR LISAN)
SKRIPSI
Oleh: GHEO PUTRA 201210080311082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2
CERITA RAKYAT YANG MELATARBELAKANGI
KEBERADAAN CANDI JABUNG KABUPATEN
PROBOLINGGO (SEBUAH TINJAUAN FOLKLOR LISAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Oleh: GHEO PUTRA 201210080311082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
v ABSTRAK
Gheo Putra. 2016. Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi Keberadaan Candi Jabung Kabupaten Probolonggo (Sebuah Tinjauan Folklor Lisan). Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Dr. Hari Sunaryo, M.Si (2) Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si.
Kata kunci: Isi Cerita dan Apresiasi Masyarakat
Latar Belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini ialah bahwa Cerita Rakyat Candi Jabung kurang populer di masyarakat Kabupaten Probolinggo. Dengan kurang populernya Cerita Rakyat Candi Jabung. Berdasarkan pada substansi cerita rakyat yang merupakan representatif masyarakat serta yang kita ketahui bersama realiatas di masyarakat cerita rakyat lambat laun jatuh oleh perkembangan zaman dan teknologi, peneliti merasa tertarik untuk menemukan aspek-aspek cerita dan nilai-nilai yang menjadikan cerita rakyat tersebut kurang populer.
Rumusan masalah penelitian ini, adalah (1) bagaimanakah isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung, serta tradisi apa yang ada di sekitar Candi Jabung Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, kabupaten Probolinggo?, (2) Bagaimanakah apresiasi masyarkat terhadap cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi jabung?
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung serta tradisi yang ada (2) Menjelaskan apresiasi masyarakat sekitar terhadap Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi
Keberadaan Candi Jabung, dalam hal a) apresiasi, b) penghayatan, c) penilaian.
Metode yang digunakan meliputi, bentuk penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang dalam hal ini adalah informan yaitu penjaga Candi (juru kunci), tokoh-tokoh masyarakat, maupun masyarakat yang mengetahui Cerita Rakyat Candi Jabung. Sumber data sekunder adalah sumber data penunjang penelitian yang dalam hal ini adalah buku-buku, majalah, rekaman, foto-foto, serta referensi yang relevan dengan penelitian ini. Data penelitian dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer penelitian ini hasil wawancara dengan informan yaitu penjaga Candi Jabung (juru kunci), tokoh-tokoh masyarakat, maupun masyarakat yang mengetahui Cerita Rakyat Candi Jabung. Data sekunder berupa buku-buku, majalah, rekaman, foto-foto, serta referensi relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung, wawancara.
Hasil penelitian ini adalah, 1) isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung, serta tradisi apa yang ada disekitar Candi Jabung Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, kabupaten Probolinggo, 2) apresiasi masyarakat sekitar terhadap Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi Keberadaan Candi
vi ABSTRACT
Gheo Putra. 2016. Folklore which is being the background of Jabung temple existence in Probolinggo regency (a study on oral folklore). Thesis. Study Program of Indonesian Language and Literature, Faculty of Teacher Training and Education University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Dr. Hari Sunaryo, M.Si (2) Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si.
Keywords: story content and society appreciation
Background of this study is that folklore of Jabung temple is less popular in the society of Probolinggo regency. By the less popularity of folklore on Jabung temple, the researcher interested in finding story aspects and values to make this story is less popular.
Formulation of this problem is (1) what is story content which is being the background of Jabung temple existence, also what traditions live around Jabung temple Jabung Candi village, Paiton district, Probolinggo regency?, (2) how is the appreciation of society toward folklore which is being the background of jabung temple?
This study is aimed to (1) describe the folklore content as the background of Jabung temple also the traditions there, (2) explain appreciation of society surrounding toward Folklore which is being the background of Jabung temple
existence, in term of a) appreciation, b) comprehension, c) assessment.
Method used here includes descriptive qualitative study. Data sources divided into two, they are primary and secondary data sources. Primary data is data source which is in this case is informant or temple guardian (the door keeper), society figures, or society who knows the folklore of Jabung temple. Secondary data source is literatures, magazines, pictures also relevant references for this study. Data collection technique used by the researcher is direct observation, interview.
Results of this study are, 1) content of folklore as the background of Jabung temple existence also traditions around Jabung temple, Jabung Candi village, Paiton district, Probolinggo regency, 2) appreciation of surrounding society toward Folklore which is being the background of Jabung temple
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam semoga hidayah serta kesehatan selalu dilimpahkan kepada umat manusia. Tidak ada daya dan upaya sebagai mahluk-Nya selain dari pertolongan-Nya semoga salawat serta salam terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan segala ridho, dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi Keberadaan Candi Jabung Kabupaten Probolinggo (Sebuah Tinjauaan Folklor Lisan)”.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan segenap hati penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:
1. Bapak Drs. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;
2. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang;
3. Ibu Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dalam penelitian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hari Sunaryo, M.Si, selaku pembimbing I yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
viii
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan sumbangan berupa saran serta materi selama perkuliahan kepada Peneliti.
7. Ibunda Supinah yang tiada henti-hentinya meluapkan ribuan bahkan milyaran kasih sayang dan selalu rela menjadi apapun demi kebahagiaan putranya. Selalu sabar dan ikhlas dalam membimbing Peneliti serta istiqomah memberikan nasihat dan motivasi sehingga Peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
8. Ayahanda Supriyadi yang selama ini berjuang tanpa lelah demi mencukupi keperluan pendidikan putranya.
9. Adik tercinta Aldzedy Andre Putra Fahreza yang selama ini sabar dan memberikan semangat serta mau berbagi uang saku.
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2012 Kelas B yang selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan motivasi serta kritik yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebersamaan dan persaudaraan terus abadi.
11. Eka Kurniawati, yang telah sabar menemani peneliti, dan sebagai teman diskusi penulisan skripsi.
12. Seluruh aktivis kampus Universitas Muhammadiyah Malang yang selama ini berjuang bersama untuk membuktikan bahwa “kita” bukan hanya mahasiswa
ix
13. Seluruh keluarga besar IMM Raushan Fikr, Rassus Sayyaf Basarang beserta Pimpinan Harian 2014-2015 yang berjuang bersama sehingga terbentuknya kedewasaan cara berpikir.
14. Bapak Drs. Dwi Hartono, M.M., selaku Kepala Kantor Arsip Daerah Kabupaten Probolinggo, yang telah memberikan ijin dan data yang diperlukan peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.
15. Semua warga Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo yang telah memberikan informasi yang telah diberikan kepada penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kelemahan Peneliti. Oleh karena itu, Peneliti dengan hati terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang, 25 April 2016 Peneliti,
x MOTTO
xi
d. Bidang Kesenian yang Memberi Isi pada Kebudayaan 15
2 Sastra Lisan ... 16
d. Langkah-Langkah Penelitian Folklor ... 25
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A Deskripsi Candi Jabung Kabupaten Probolinggo ... 44
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Sinopsis ... 79
Lampiran 2 Korpus Data ... 85
Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 102
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Peta Wilayah Candi Jabung ... 47
Gambar 2 Foto Candi Jabung (Tampak Depan) ... 48
Gambar 3 Tradisi Bersih Desa ... 66
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR BAGAN
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti kolektif atau kebersamaan. Kata lore berarti tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Dengan demikian definisi folklore secara keseluruhan adalah tradisi kolektif sebuah bangsa yang disebarkan dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat, sehingga tetap berkesinambungan dari generasi ke genarasi.
Menurut buku Dictionary of Antropolgy Wininck (dalam Purwadi, 2009:1), bahwa folklor adalah the common orally transmitted traditions, mysths, festival, songs, supersitition and of all peoples, folklore has come to mean all kind of oral
artistic expession. It may be found in societies. Originally folklore was the study
of the curiousities. Terjemahan, folklor meliputi dongeng, cerita rakyat,
kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Masing-masing merupakan milik masyarakat tradisional secara kolektif. Perkembangan folklor mengutamakan jalur lisan. Dari waktu ke waktu bersifat inovatif atau jarang mengalami perubahan.
2
sukarela dan penuh semangat, tanpa ada paksaan. Di banyak tempat, folklor berfungsi sebagai pembentuk solidaritas sosial. Terkadang, penyelenggaraan folklor berkaiatan dengan ritual mistis. Tujuannya adalah untuk memperoleh ketentraman hidup (Purwadi, 2009:2)
Masyarakat tidak lepas dengan kebudayaan, Koentjaraningrat (2000:1-2) menyebutkan kebudayaan tidak lepas kaitannya dengan masyarakat. Dalam antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang pasti bisa ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks. Unsur-unsur universal itu, yang merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini, adalah: (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencarian hidup, dan (7) sistem teknologi dan peralatan.
Koentjaraningrat (2000:5) berpendapat kebudayaan itu mempunyai tiga wujud, yaitu.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3
Ketiga wujud dari kebudayaan terurai diatas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara berfikirnya.
Sastra lisan merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun secara lisan sebagai milik bersama. Sastra lisan merupakan pencerminan situasi, kondisi, dan tata krama masyarakat pendukungnya. Pertumbuhan dan perkembangan sastra lisan dalam kehidupan masyarakat merupakan pertumbuhan dari gerak dinamis pewarisnya dalam melestarikan nilai budaya leluhur. Dalam hal ini, sastra lisan berperan sebagai modal apresiasi sastra yang telah membimbing anggota masyarakat ke arah pemahaman gagasan-gagasan berdasarkan cerita yang ada. Apresiasi sastra itu telah menjadi tradisi selama berabad-abad sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat. Dengan demikian, sastra lisan itu akan lebih mudah digali sebab ada unsur-unsur yang mudah dikenali oleh masyarakat (Lestariningsih, 2009:1).
4
sering pula disebut sebagai sastra lisan. Pada umumnya, cerita rakyat bersifat anonim atau pengarangnya tidak dikenal. Jenis-jenis cerita rakyat ialah cerita binatang atau lebih sering disebut fabel, cerita asal-usul (legenda), Cerita pelipur lara, dan cerita jenaka. Cerita rakyat lahir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Cerita rakyat merupakan manifestasi kreativitas manusia yang hidup dalam kolektivitas masyarakat yang memilikinya, dan diwariskan turun-temurun secara lisan dari generasi ke generasi, Cerita Rakyat
Candi Jabun Kabupaten Probolinggo digolongkan sebagai cerita rakyat karena
adanya peninggalan berupa candi dan memiliki sebuah cerita yang dipercayai keberadaannya.
5
penting untuk diselidiki. Cerita rakyat Candi Jabung juga perlu dilestarikan sehingga keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Kata Jabung pada Candi Jabung berasal dari nama anak Nawang Sari dan Raja Arya Wiraraja yang bernama Singo Djabang (Jabung dari kata Djabang). Sejak saat itu candi tersebut diberi nama Candi Jabung oleh Raja Hayam Wuruk. Tetapi, sebelumnya candi tersebut diberi nama Candi Majapahit karena candi tersebut dibuat oleh Patih Gajah Mada dengan meminta bantuan tiga bidadari (Nawang pengeroposan (Juru Pemelihara Candi Jabung,2015).
Kebiasaan warga sekitar Candi Jabung sangat sadar akan kesemestaan yang melahirkan kesadaran terhadap lingkungan hidup (ekosistem). Masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi mistik tidak pernah lepas dalam hal menjaga kesakralan dan kekeramatan suatu tempat. Percaya akan penunggu menjadikan masyarakat selalu menghargai dan menjaga segala sesuatu yang ada di sekitar. Kepercayaan terhadap penunggu desa maupun pepunden desa masih sangat kental di daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam Kejawen
atau biasa disebut agama Jawi.
6
representasi dari masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Berbagai alasan tersebut menjadi motivasi bagi peneliti untuk berupaya merefleksi realitas cerita rakyat yang berkembang dimasyarakat lambat laun jatuh oleh perkembangan zaman dan teknologi, dengan mengkaji Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi Keberadaan
Candi Jabung Kabupaten Probolinggo dikaji melalui sebuah tinjauan folklor
lisan.
B.Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pada (1) isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung, (2) apresiasi masyarakat terhadap cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung.
C.Rumusan Masalah
Dengan mencermati latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung serta tradisi apa yang ada disekitar Candi Jabung di Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo?
7
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk.
1) Mendeskripsikan isi cerita rakyat yang melatarbelakangi keberadaan Candi Jabung serta tradisi yang ada.
2) Menjelaskan apresiasi masyarakat sekitar terhadap Cerita Rakyat yang
Melatarbelakangi Keberadaan Candi Jabung, dalam hal a) apresiasi, b)
penghayatan, c) penilaian.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan teori-teori folklor serta pendekatan folklor bagi perkembangan sastra dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu bagi penelitian selanjutnya. Selain itu penulis dapat memahami lebih jauh tentang tradisi-tradisi yang masih dilakukan masyarakat Jawa yang kaitannya terhadap alam serta fungsi cerita rakyat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah pendokumentasian Cerita Rakyat yang Melatarbelakangi Keberadaan Candi
Jabung di Probolinggo yang dapat dijadikan sebagai salah satu aset kekayaan
8
F. PenegasanIstilah
Agar tidak terjadi beda pemahaman dan untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan, maka perlu adanya penegasan istilah. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan pengertian terhadap istilah yang digunakan, penegasan istilah yang dimaksud.
1) Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat, 2000:9).
2) Sastra Lisan
Sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan secara turun-temurun dan secara lisan dari mulut ke mulut (Hutomo dalam Sudikan, 2014:3).
3) Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan manifestasi kreativitas manusia yang hidup dalam kolektivitas masyarakat yang memilikinya, dan diwariskan turun-temurun secara lisan dari generasi ke generasi (Dananjaya, 1994:11).
4) Folklor
9
berarti kolektif atau kebersamaan. Kata lore berarti tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Dengan demikian definisi folklor secara keseluruhan adalah tradisi kolektif sebuah bangsa yang disebarkan dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat, sehingga tetap berkesinambungan dari generasi ke genarasi.
5) Candi Jabung
Candi Jabung merupakan sebuah bangunan candi yang berada di daerah Paiton, Probolinggo yang merupakan peninggalan sejarah dan purbakala dari Kerajaan Majapahit. (Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur 1987:1)
6) Latar Belakang