BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Secang (Caesalpinia sappan L.)
Secang tumbuh liar di daerah pegunungan yang berbatu, tetapi tidak terlalu
dingin dan kadang ditanam sebagai pembatas kebun. Tanaman ini menyenangi
tempat terbuka dan dapat ditemukan sampai ketinggian 1.000 m di atas
permukaan laut. Panenan kayu dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun. Jika
direbus, kayu memberi warna merah muda dan dapat digunakan untuk
pengecatan, memberi warna pada bahan anyaman, kue, minuman, atau sebagai
tinta. Perbanyakan dengan biji atau setek batang (Dalimartha, 2009).
2.1.1 Nama daerah
Pada setiap daerah kayu secang mempunyai nama yang berbeda-beda,
antara lain: seupeueng (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Batak), cang (Bali), sepel
(Timor), kayu sema (Manado), sapang (Makassar), roro (Tidore) (Dalimartha,
2009).
2.1.2 Morfologi tumbuhan secang
Tumbuhan secang termasuk jenis perdu dengan tinggi 5-10 m. Batang
bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Batang dan percabangan berduri tempel
yang bengkok dan letaknya tersebar. Daun majemuk menyirip ganda, panjang
25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun
tidak bertangkai, bentuk lonjong, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar,
panjang 10-25 mm, lebar 3-11 mm, dan berwarna hijau. Perbungaan majemuk
berbentuk malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota
cm, ujung seperti paruh, berwarna hitam jika masak, berisi biji tiga sampai empat.
Biki bulat memanjang dengan panjang 15-18 m, lebar 8-11 mm, tebal 5-7 mm,
dan berwarna kuning kecoklatan (Dalimartha, 2009).
2.1.3 Kandungan kimia tumbuhan secang
Kayu secang mengandung brazilin, brazilein, asam galat, tanin, resin,
resorsin, dan d-α-phellandrene. Daun dan ranting mengandung tetraacetylbrazilin,
proesapanin A, 0,16-0,20% minyak atsiri yang berbau enak dan hampir tidak
berwarna (Dalimartha, 2009).
2.1.4 Kegunaan Tumbuhan Secang
Di Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna merah
minuman. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai bahan sedatif, kayu dan batangnya
dapat mengobati TBC, diare, dan disentri, sedangkan daun-daunnya dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat pematangan buah pepaya dan mangga (Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup, 2007).
Kayu secang juga berkhasiat mengaktifkan aliran darah, melarutkan
gumpalan darah, mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri (analgesik),
menghentikan perdarahan, dan antiseptik (Dalimartha, 2009).
2.2 Zat Warna Kayu Secang
Hasil isolasi yang dilakukan terhadap ekstrak kayu secang menunjukkan
bahwa komponen utama yang terkandung di dalamnya adalah brazilin (C16H14O5).
Brazilin merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika teroksidasi akan
menghasilkan senyawa brazilein (C16H12O5) yang berwarna merah (Holinesti,
2009; Prakash dan Majeed, 2008). Adapun struktur kimia brazilin dan brazilein
Brazilin Brazilein
Gambar 2.1 Strukturkimia Brazilin dan Brazilein (Lioe, dkk., 2012).
2.3 Pirogalol
Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.2
berikut:
Gambar 2.2 Pirogalol (Sweetman, 2009).
Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat
molekul 126, 1
Suhu lebur : 133oC (Ditjen POM, 1995).
Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk
larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur
dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi
sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain.
Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel
lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol
diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5% (Ditjen
2.4 Tembaga (II) sulfat
Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan
sebagai pewarna pada rambut.
Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan
berat molekul 249,68 (Ditjen POM, 1995).
Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500 ml
alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).
Tembaga (II) sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna
cokelat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi
tembaga oksida (Bariqina dan Ideawati, 2001). Tembaga (II) sulfat termasuk ke
dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya
tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan
tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki (Ditjen POM, 1985).
2.5 Xanthan gum
Xanthan gum adalah gom hasil fermentasi karbohidrat oleh Xanthomonas
campestris yang dimurnikan. Merupakan garam natrium, kalium, atau kalsium
dari suatu polisakarida dengan bobot molekul besar yang mengandung D-glukosa,
manosa, dan asam glukoronat. Berupa serbuk putih atau putih kekuningan, larut
dalam air dan memberikan viskositas yang tinggi dalam larutan. Xanthan gum
juga mengandung tidak kurang dari 1,5% asam piruvat (Sweetman, 2009).
Gambar 2.3 Struktur kimia xanthan gum (Rowe, dkk., 2009).
Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topikal,
kosmetik, dan makanan sebagai bahan pensuspensi serta bahan pengemulsi. Gom
ini tidak toksik, dapat tercampurkan dengan banyak bahan farmaseutikal, dan
memiliki stabilitas serta viskositas yang baik pada range pH dan temperatur yang
luas (Rowe, dkk., 2009).
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil
ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.
Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
2.6.1 Perkolasi
Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Serbuk simplisia yang akan
diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi
atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Setelah maserasi, massa
dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan sedikit demi sedikit
sambil tiap kali ditekan, kemudian cairan penyari dituangkan perlahan-lahan
hingga di atas permukaan massa masih terdapat selapis cairan penyari. Setelah
massa didiamkan selama 24 jam dalam perkolator, keran dibuka dan diatur
kecepatan menetes 1 ml tiap menit. Untuk menentukan akhir perkolasi dapat
dilakukan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, dan warna (Ditjen POM,
1986).
2.6.2 Ekstraksi kayu secang
Kristie (2008) telah melakukan ekstraksi terhadap kayu secang dengan
berbagai macam pelarut diantaranya air, etanol 50%, dan etanol 95%.
Masing-masing hasil ekstraksi disaring dan dipekatkan dengan vaccum evaporator untuk
menghilangkan pelarutnya. Sementara Hangoluan (2011) menggunakan metanol
untuk melakukan ekstraksi terhadap serbuk kayu secang.
2.7 Rambut
Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut
terdiri atas zat karbon ± 50%, hidrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen
20%. Rambut mudah dibentuk dengan pemanasan atau bahan kimia
2.7.1 Anatomi rambut
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang
terlihat pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Anatomi rambut (Mitsui, 1997). a. Ujung rambut
Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum atau tidak pernah
dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.
b. Batang rambut
Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit
berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Batang
rambut terdiri dari 3 lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut:
1. Selaput rambut (Kutikula)
Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas
sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini
berfungsi sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke
dalam batang rambut (Barel, dkk., 2009). Hasil mikrograf Scanning Electron
Microscopy (SEM) kutikula rambut dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Mikrograf Scanning Electron Microscopy (SEM) kutikula rambut dengan 3000 kali perbesaran (Barel, dkk., 2009).
2. Kulit rambut (Korteks)
Korteks terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun
secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang
terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk
terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut
terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral (Bariqina
dan Ideawati, 2001). Jika rambut dibasahi dan direntang perlahan-lahan, rambut
dapat memanjang sampai 11/2 kali karena bentuk sel-sel dalam korteks rambut ini
3. Sumsum rambut (Medula)
Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang
dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam
jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.
c. Akar Rambut
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit.
Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:
1. Kantong rambut (Folikel)
Folikel merupakansaluran menyerupai tabung, berfungsi untuk melindung
akar rambut, mulaipermukaan kulit sampai bagian terbawah umbi rambut.
2. Papil rambut
Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak
dibagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi
rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat
yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat
protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang
membentuk melanin.
3. Umbi rambut (Matriks)
Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian
akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Pada
umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus
2.7.2 Bentuk rambut
Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau
sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak, atau
keriting.
Struktur rambut dengan bentuk folikel memberi perbedaan pada
penampang rambut sebagai berikut:
- Rambut lurus dengan folikel seperti silinder lurus, bentuk penampangnya
bulat dan panjang.
- Rambutberombak dengan folikel seperti silinder yangmelengkung/bengkok,
bentuk penampangnya oval dan panjang.
- Rambut keriting dengan folikel seperti silinder yang melengkung
menyerupai busur, bentuk penampangnya pipih dan panjang.
- Rambut yang sangat keriting dengan folikel seperti silinder yang sangat
melengkung, bentuk penampangnya pipih dan panjang(Bariqina dan
Ideawati, 2001).
2.7.3 Jenis rambut
a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:
1. Rambut velus
Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut
ini terdapat diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki.
2. Rambut terminal
Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen
banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata, dan
b. Jenis rambut menurut sifatnya
1. Rambut berminyak
Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan
sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal,
dan lengket.
2. Rambut normal
Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang meproduksi minyak secara
cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya. Serta tidak terlalu kaku
sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.
3. Rambut kering
Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini
karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang
aktifnya kelenjar minyak (Putro, 1998).
2.7.4 Tekstur rambut
Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan
penglihatan, perabaan, atau pegangan, dapat berupa kasar, sedang, halus, atau
sangat halus. Sifat ini biasanya ditentukan oleh diameter rambut (Scott, dkk.,
1976). Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:
a. Kelebatan rambut (Densitas rambut)
Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang
rambut yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90 helai rambut kasar sampai 130
helai rambut halus setiap sentimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di
seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000-120.000 helai tergantung pada halus
b. Tebal halusnya rambut
Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit
rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal
daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut
di daerah lain.
c. Kasar licinnya permukaan rambut
Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan.
Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak
teratur rapat satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran
yang menempel pada permukaan rambut atau kelainan rambut yang berupa
simpul.
d. Kekuatan rambut
Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut.
Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.
e. Daya serap (porositas) rambut
Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan.
Porositas tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling
luar yang mempunyai sel-sel seperti sisik, bertumpuk-tumpuk membuka ke arah
ujung rambut. Selaput rambut yang sisik – sisiknya terbuka dan zat tanduk yang
keadaannya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di
puncak kepala memiliki daya serap terbaik.
f. Elastisitas rambut
Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang bila
elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40% dari panjang asli rambut.
Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan
semula.
g. Plastisitas rambut
Plastisitas adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk (Bariqina
dan Ideawati, 2001).
2.7.5 Fisiologi rambut
2.7.5.1 Pertumbuhan rambut
Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena
sel-sel daerah matrix/ umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut
mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu
rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan
siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).
Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di
dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata
diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia
kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu berupa
rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang
bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti
dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya
berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang,
bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter.
Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1
rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah
diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan
secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti
dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi
rambutnya. Sementara itu, papilrambut sudah membuat persiapan rambut baru
sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).
Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu:
1. Fase anagen (fase pertumbuhan)
Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus
membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagenberlangsung 2-5 tahun.
2. Fase katagen (fase istirahat)
Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut
berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil
rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.
3. Fase telogen (fase kerontokan)
Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah
cukup panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok.
Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.8 Pewarnaan Rambut
Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam
tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut
asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia
Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai
kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan
menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor
keturunan (Putro, 1997).
Secara luas pewarnaan rambut meliputi penambahan warna (hair tinting),
pemudaan/ penghilangan warna (bleaching) serta pewarnaan artistik (artistic
coloring). Penambahan warna (hair tinting) dilakukan untuk menutupi warna
kelabu yang terjadi karena rambut kehilangan pigmen warna aslinya.
Penghilangan warna (bleaching) dilakukan untuk mempersiapkan proses
perubahan warna dasar rambut ke warna lain yang diinginkan. Penghilangan
warna ini ada yang disebut partial bleaching yaitu penghilangan sebagian warna,
serta total bleaching yaitu penghilangan warna keseluruhan. Pewarnaan artistik
(artistic coloring) bertujuan untuk membuat efek keindahan tertentu pada bagian
rambut dengan menciptakan warna kontras antara bagian rambut tertentu dengan
warna rambut aslinya/ warna rambut secara keseluruhan (Hadijah, 2003).
Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan
berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik (Ditjen POM,
1985). Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut.
Disini terjadi adsorpsi berupa fenomena antarmuka padat-cair. Zat warna rambut
melewati kompleks membran sel dan melalui kutikula masuk ke dalam korteks
secara permeasi dan difusi (Mitsui, 1997).
Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:
1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.
2.8.1 Berdasarkan daya lekat zat warna 2.8.1.1Pewarna rambut temporer
Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang
singkat, hanya sampai pada penyampoan berikutnya. Pewarna ini melapisi
kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena
molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).
2.8.1.2Pewarna rambut semipermanen
Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki
daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8
minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika
berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).
Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan
warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk
mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam
dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6
minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi
putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2.8.1.3 Pewarna rambut permanen
Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit
pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat
yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan
dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).
Pewarna tetap terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim,
beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang
mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi
daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah
menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang
sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah
yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut
dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna
secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan
Ideawati, 2001).
Mekanisme penempatan zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di atas
yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut:
(a) (b) (c)
Gambar 2.7 Penempatan zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997).
Keterangan:
2.8.2Proses sistem pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan:
2.8.2.1 Pewarna rambut langsung
Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga
dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus
dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:
1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam
2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik
Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna
bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen
warna bahan nabati.
2.8.2.2Pewarna rambut tidak langsung
Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu
masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna.
Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:
1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam
2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.
Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa
logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan
misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM,
1985).
2.9 Uji Iritasi
Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang
meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk
produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan
pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan
efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).
Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut,
perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan
dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam
atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian