HUBUNGAN DELAY KARENAPENANGANAN FLIGHT OPERATION DAN TEKNIK DENGAN ON TIME PERFORMANCE PADA MASKAPAI PENERBANGAN NAM AIR DI BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA
TAHUN 2016
SKRIPSI
OLEH :
MAHARDHITO GIFARI
NIM 224113082
HUBUNGAN DELAY KARENAPENANGANAN FLIGHT OPERATION DAN TEKNIK DENGAN ON TIME PERFORMANCE PADA MASKAPAI PENERBANGAN NAM AIR DI BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA
TAHUN 2016
OLEH :
MAHARDHITO GIFARI NIM 224113082
SKRIPSI
DISAMPAIKAN KEPADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPORTASI TRISAKTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA
SEBAGAI BAGIAN PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI (S1)
iii
ALLAH SWT karena berkat rahmatnya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “HUBUNGAN DELAY KARENA PENANGANAN FLIGHT OPERATION DAN TEKNIK DENGAN ON TIME PERFORMANCE MASKAPAI PENERBANGAN NAM AIR DI BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TAHUN 2016”.
iv
4. Bapak Suparwan C,K, AMTrU, MM selaku Pembimbing Akademik S1 MTU A STMT Trisakti;
5. Seluruh dosen dan karyawan STMT Trisakti;
6. Seluruh petinggi, staff, karyawan, dan para mahasiswa OJT Maskapai Penerbangan NAM Air dan Sriwijaya Air di Bandar Udara Soekarno Hatta. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya kepada penulis selama melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan;
7. Tari Oktarinda sebagai orang terkasih yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam keadaan apapun;
8. Seluruh sahabat di Karang Taruna RT.03/RW.09 Kelurahan Pondok Kelapa, Prakoso Hasudungan, M. Zennuri, Achmad Mahesa, Aditya Bagus, Andhika Dwi Putra, Zul Ridwan, Jati Andonowarih, Abdul Jailani, dan Ramanov yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam hidup;
9. Seluruh rekan-rekan sekaligus sahabat dari Rumah Kawan Production, Sutan Maulana, Rizki Ghifari, dan Prayugo Raharjo atas perjuangan dan kerjasamanya serta persahabatan yang sudah terjalin selama ini;
v
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi para pembacanya.
Jakarta, 24 Juli 2017
vi
(B) Hubungan Delay Karena Penanganan Flight Operation dan Teknik dengan On Time Performance Maskapai Penerbangan NAM Air di Bandar Udara Soekarno Hatta Tahun 2016
(C) halaman, tabel, gambar
(D) Kata Kunci : Delay, Flight Operation, Teknik, On Time Performance.
(E) Maskapai NAM Air merupakan perusahaan penerbangan Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air. Permasalahan dalam skripsi ini adalah hubungan delay penanganan flight operation dan penanganan teknik dengan on time performance pada maskapai NAM Air di Bandar Udara Sokarno-Hatta tahun 2016? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami hubungan delay penanganan flight operation dan penanganan teknik dengan on time performance, untuk memecahkan masalah ini penulis menggunakan 2 (dua) metode yaitu, pertama metode pengumpulan data berupa data lapangan dan data perpustakaan. Kedua, metode analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan berganda, koefisien korelasi, koefisien penentu dan uji hipotesis. Hubungan Delay Penanganan Flight Operation dengan On Time Performance hasil regresi Y = 82,348 – 1,6489 X dari persamaan regresi tersebut telihat turun (negatif). Koefisien korelasi r = -0,5691 artinya memiliki hubungan yang cukup kuat (sedang) negatif. Nilai koefisien determinasi sebesar 32,39%, hasil uji hipotesis (uji t) terdapat pengaruh negatif yang signifikan. Hubungan Penanganan Teknik dengan On Time Performance hasil regresi Y = 81,772 – 0,8826 X dari persamaan regresi tersebut telihat turun (negatif). Koefisien korelasi r = -0,4435 artinya memiliki hubungan yang cukup kuat (sedang) negatif. Nilai koefisien determinasi sebesar 19,67%, hasil uji hipotesis (uji t) terdapat pengaruh negatif yang signifikan. hubungan delay penanganan flight operation dan penanganan teknik dengan on time performance hasil regresi Y = 86,454 – 1,496 X₁– 0,736 X . Koefisien korelasi r = 0,677 artinya memiliki hubungan yang cukup kuat (sedang) positif. Nilai koefisien determinasi sebesar 45,8%, hasil uji hipotesis (uji f) terdapat korelasi berganda negatif.
(F) Daftar Acuan Literatur (2008-2015)
vii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ...i
TANDA PENGESAHAN ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
ABSTRAK ...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5
D. Metode Penelitian ...8
E. Hipotesis ...16
F. Sistematika Penulisan ...17
BAB II : LANDASAN TEORI A. Manajemen ...19
viii
F. Angkutan Udara ...30
G. On Time Performance ...34
H. Flight Operation ……..………...36
I. Teknik ...37
J. Bandar Udara ………..………….37
K. Aircraft Handling ...38
BAB III : GAMBARAN UMUM PT. NAM AIR A. Sejarah PT. NAM Air ...42
B. Visi dan Misi Perusahaan ...44
C. Organisasi dan Manajemen ...44
D. Fasilitas dan Kegiatan Usaha ...64
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Keterlambatan yang Disebabkan oleh Penanganan Flight Operation pada Maskapai NAM Air Tahun 2016...65
ix
(X₁) dan Penanganan Teknik (X ) dengan On Time
Performance (Y)...108
E. Cara Untuk Meningkatkan On Time Performance
Perusahaan NAM Air ...133
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...135 B. Saran ...136
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
Tabel I.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 13
Tabel III.1 Jumlah Armada dan Jenis Pesawat PT. NAM Air 45
Tabel III.2 Rute PT. NAM Air 46
Tabel IV.1 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Bagian Flight Operation pada Bulan Januari 2016 66 Tabel IV.2 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Februari 2016 67 Tabel IV.3 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Maret 2016 68 Tabel IV.4 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan April 2016 69 Tabel IV.5 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Mei 2016 70 Tabel IV.6 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Juni 2016 71 Tabel IV.7 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Juli 2016 72 Tabel IV.8 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Agustus 2016 73 Tabel IV.9 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
xi
Bagian Flight Operation pada Bulan November 2016 76 Tabel IV.12 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh
Bagian Flight Operation pada Bulan Desember 2016 77 Tabel IV.13 Rekapitulasi Total Kontribusi Delay oleh Bagian Flight Operation
Tahun 2016 78
Tabel IV.14 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Penanganan Flight Operation pada Tahun 2016 79
Tabel IV.15 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Penanganan Teknik pada Bulan Januari 2016 82
Tabel IV.16 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Penanganan Teknik pada Bulan Februari 2016 83
Tabel IV.17 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Penanganan Teknik pada Bulan Maret 2016 84
Tabel IV.18 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh Penanganan Teknik pada Bulan April 2016 85
xii
oleh Penanganan Teknik pada Bulan Juli 2016 88
Tabel IV.22 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penanganan Teknik pada Bulan Agustus 2016 89 Tabel IV.23 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penanganan Teknik pada Bulan September 2016 90
Tabel IV.24 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penanganan Teknik pada Bulan Oktober 2016 91
Tabel IV.25 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penanganan Teknik pada Bulan November 2016 92
Tabel IV.26 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penanganan Teknik pada Bulan Desember 2016 93
Tabel IV.27 Rekapitulasi Total Kontribusi Delay oleh Penanganan Teknik
Tahun 2016 dalam Frekuensi 94
Tabel IV.28 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan
oleh Penangan Teknik pada tahun 2016 95
xiii
Tabel IV.31 Perhitungan Regresi Korelasi Tingkat Keterlambatan Flight
Operation (X ) dengan On Time Performance (Y) pada 109 Tahun 2016
Tabel IV.32 Perhitungan Regresi Korelasi Tingkat Keterlambatan Penanganan Teknik (X ) dengan On Time Performance (Y)
pada Tahun 2016 117
Tabel IV.33 Jumlah Delay Flight Operation dan Penanganan Teknik
dengan On Time Performance 125
Tabel IV.34 Regresi Berganda Delay Penanganan Flight Operation (X ) dan Penanganan Teknik (X ) dengan On Time
Performance (Y) 127
Tabel IV.35 Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi Antara Variabel Penanganan Flight Operation (X ) dan Penanganan
Teknik (X ) dengan On Time Performance (Y) 129
Tabel IV.36 Uji Signifikansi Antara Variabel penanganan Flight Operation (X ) dan variabel Penanganan Teknik (X )
xiv
Uji Dua Pihak 15
Gambar III.1 Logo dan Armada PT. NAM Air 44
Gambar III.2 Struktur organisasi PT. NAM Air 46
Gambar IV.1 Total Keterlambatan Waktu Penerbangan yang Disebabkan oleh penanganan Flight Operation
pada Tahun 2016 80
Gambar IV.2 Total keterlambatan waktu penerbangan yang
disebabkan oleh Penanganan Teknik pada Tahun 2016 96
Gambar IV.3 Diagram Keterlambatan Tahun 2016 97
Gambar IV.4 Perkembangan Tingkat Keterlambatan dan On-time
Performance maskapai Nam Air Tahun 2016 107
Gambar IV.5 Perhitungan Regresi Korelasi Tingkat Keterlambatan
Ground Handling (X1) terhadap On-time performance (Y) 110
pada bulan Januari – Juni Tahun 2016
Gambar IV.6 Uji Signifikasi Ground Handling terhadap On-time
xv
Gambar IV.8 Uji Signifikasi Technical Delay terhadap On-time
Performance 124
Gambar IV.9 Uji Signifikasi Flight Operation dan Technical Delay
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini kebutuhan manusia semakin beragam dan bervariasi. Salah satu kebutuhan manusia moderen pada saat ini adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam jangka waktu yang cepat. Untuk dapat berpindah dalam jangka waktu yang cepat, membutuhkan alat transportasi yang berteknologi canggih dan mutakhir. Salah satu alat transportasi yang dapat memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain secara cepat adalah moda trasnportasi udara. Baik itu adalah pesawat udara khusus penumpang, pesawat jet pribadi, maupun helikopter yang mampu melayani penerbangan jarak dekat dan mendarat dari gedung ke gedung lainnya. Pesawat udara penumpang dimiliki oleh sebuah maskapai penerbangan. Maskapai penerbangan merupakan perusahaan yang menjual jasa transportasi menggunakan moda transportasi udara.
Salah satu maskapai penerbangan yang melayani rute domestik adalah NAM Air. NAM Air merupakan anak perusahaan dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air. Berdiri pada tahun 2013 dengan niatan untuk menyaingi maskapai penerbangan full service seperti Garuda Indonesia dan Batik Air. Namun pada perkembangan selanjutnya NAM Air akhirnya ditujukan sebagai feeder bagi Sriwijaya Air. Di mana Sriwijaya Air melayani rute utama, sementara NAM Air akan melayani rute lanjutan. Hal ini serupa dengan yang dilakukan oleh Lion Air dengan Wings Air.
Dalam persaingannya sebagai maskapai penerbangan yang melayani rute domestik di Indonesia tentu NAM Air harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya delay pada suatu perusahaan maskapai penerbangan. Faktor-faktor tersebut seperti penanganan penumpang termasuk check in counter, penanganan bagasi, operasional maskapai penerbangan, penanganan teknik, ground handling, maupun flight operation. Kesemua faktor-faktor tersebut harus dipastikan tidak
Kendala-kendala tersebut salah satunya terdapat pada bagian operasi di mana bagian operasi tersebut berada di bawah tanggung jawab flight operation maskapai penerbangan NAM Air. Kendala-kendala di bagian
operasi yang sering terjadi adalah menunggu kedatangan Pilot in Command (PIC), keterlambatan awak kabin pesawat, belum siapnya kabin pesawat sementara penumpang sudah siap untuk masuk ke dalam pesawat, dan persiapan-persiapan pre-flight yang belum terlaksana dan menyebabkan delay. Belum lagi peralatan yang terbilang belum modern dan canggih
menyebabkan banyak hal harus dilakukan secara manual. Kasus lainnya sering kali petugas flight operation harus turun ke ground dan ikut mengurusi manifest.
Selain itu ada juga delay yang disebabkan oleh kendala teknik seperti masalah yang terjadi pada pesawat, pergantian roda pesawat, dan apabila tidak bisa dilakukan pergantian suku cadang secara cepat maka terpaksa pesawat harus ditukar atau diganti dengan yang tersedia pada waktu itu. Mengingat jumlah armada yang sedikit, maka apabila hal ini terjadi pada lebih dari tiga pesawat dalam waktu yang bersamaan maka ditakutkan delay yang terjadi bisa saja tidak hanya dalam hitungan menit atau jam melainkan hari. Hal-hal seperti itu mungkin saja terjadi.
judul “Hubungan Delay Karena Penanganan Flight Operation dan Teknik dengan On Time Performance pada Maskapai Penerbangan NAM Air” tahun 2016 yang berlokasi di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah terdapat Identifikasi masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah :
a. Masih kurangnya penerapan teknologi tracking pada bagian Flight Operation NAM Air;
b. Seringnya terjadi keterlambatan kedatangan Pilot in Command dan Flight Attendant;
c. Kurangnya pekerja di bagian flight operation sehingga sering kali setiap pekerja memegang peran ganda;
d. Jumlah pesawat yang terbilang sedikit dan terbatas;
e. Adanya gangguan-gangguan terhadap pesawat yang disebabkan oleh hal-hal teknis.
2. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah penulis akan membatasi permasalahannya hannya pada hubungan dari delay yang disebabkan oleh penanganan operasional dan penanganan teknik dengan on time performance pada maskapai penerbangan NAM Air di bandara
3. Pokok Masalah
Dalam penelitian ini terdapat lima pokok masalah. Berikut adalah lima pokok masalah yang ingin diteliti oleh penulis :
a. Bagaimana delay yang terjadi pada penanganan flight operation penerbangan NAM Air sepanjang tahun 2016?
b. Bagaimana delay yang terjadi pada penanganan teknik penerbangan NAM Air sepanjang tahun 2016?
c. Bagaimana on time performance maskapai penerbangan NAM Air pada tahun 2016?
d. Adakah hubungan delay yang disebabkan oleh penanganan flight operation dan penanganan teknik baik secara parsial maupun
bersamaan dengan on time performance maskapai penerbangan NAM Air?
e. Bagaimana cara meningkatkan on time performance maskapai penerbangan NAM Air di Bandara Internasional Seokarno Hatta Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis delay penanganan flight operation maskapai NAM Air pada tahun 2016;
c. Untuk mengetahui dan menganalisis on time performance maskapai penerbangan NAM Air tahun 2016;
d. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan delay penanganan flight operation dan penanganan teknik dengan on time
performance baik secara parsial maupun secara bersamaan pada maskapai penerbangan NAM Air tahun 2016;
e. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan on time performance maskapai penerbangan NAM Air di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi tiga manfaat. Bagi penulis, bagi lembaga pendidikan tempat di mana penulis menempuh pendidikan, dan bagi perusahaan. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
kerja lapangan (PKL) khususnya mengenai maskapai penerbangan NAM Air.
b. Bagi Sekolah Tinggin Manajemen Transportasi Trisakti
Bagi Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan baru bagi para akademisi, praktisi, maupun perpustakaan. Menjadi sebuah bahan informasi baru untuk para pelajar dan pengajar yang ada di Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti. Selain itu juga sebagai dokumentasi perpustakaan STMT Trisakti.
c. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan yang bertuju kepada penanganan delay terutama yang bersumber dari kegiatan flight operation dan teknik. Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data kualitatif maupun kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan data kualitatif dan data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Data kualitatif yaitu data yang didapat dari hasil serangkaian observasi dan tidak dinyatakan dalam bentuk angka tetapi berupa kategori, kalimat, ataupun kata-kata berupa data Ground Operations Manual (GOM) milik Sriwijaya Air.
2) Data kuantitatif yaitu data yang didapat dari hasil serangkaian observasi atau pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk angka yaitu data dari manifest daily movement report maskapai penerbangan NAM Air dari bulan Januari hingga bulan Juni tahun 2016 di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. b. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan mengutip dari buku-buku, literatur, dan laporan atau jurnal yang berhubungan dengan materi yang dibahas. 2. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research), untuk mendapatkan data primer:
Observasi
Dilakukan dengan pengamatan dan mencatat langsung fakta yang dijumpai di tempat objek penelitian dan data yang diberikan oleh perusahaan.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), untuk mendapatkan data sekunder:
Untuk menguatkan gagasan dalam menganalisis dan mengevaluasi hasil penelitian lapangan, maka diperlukan landasan seperti teori-teori atau pendapat para ahli yang bersumber dari literatur perpustakaan dan perkuliahan, majalah-majalah ilmiah dan sumber-sumber lainnya yang dianggap penting dan ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Analasis Regresi Linear Sederhana
Persamaan rumus regresi linear menurut Sugiyono (2010:270) adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Nilai a dan b menurut Sugiyono (2010 : 272) dapat dengan rumus berikut:
Keterangan:
Y = variabel terikat atau dependen
X = variabel bebas atau independen a = bilangan tetap, harga Y bila X = 0
b = koefisien regresi atau angka arah, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel. Bila b (+) maka naik dan bila (-) maka terjadi penurunan.
n = jumlah sampel.
b. Analisis Regresi Berganda
independen sebagai variabel prediktor menurut Sugiyono (2012 : 243)
Persamaan regresi untuk dua variabel:
Y = a + b X + b X Y = On Time Performance
X = Delay Flight Operation
X = Delay Penanganan Teknik
a = Intercept Coefficient (nilai Y, bila X , X )
b ...b = Koefisien masing-masing variabel X dan X
Maka untuk menentukan a, b , b dapat digunakan formula berikut:
c. Analisis Koefisien Korelasi 1) Korelasi Sederhana
Keterangan rumus :
rXY = Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel
∑X = Jumlah nilai variabel independen
∑Y = Jumlah nilai variabel dependen
∑X² = Jumlah kuadrat nilai variabel independen
∑Y² = Jumlah kuadrat nilai variabel dependen
∑XY = Jumlah nilai kali antara variabel independen dan
dependen
Koefisien korelasi merupakan tolok ukur untuk melihat kedekatan hubungan variabel X dan variabel Y. Koefisien korelasi ini paling sedikit -1 dan paling besar +1, jika dibuat persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Artinya:
1. Jika r = -1 atau mendekati -1, berarti terdapat hubungan negatif yang sempurna atau sangat kuat antara variabel X dengan variabel Y.
2. Jika r = +1 atau mendekati +1, berarti terdapat hubungan yang positif yang sempurna atau sangat kuat antara variabel X dengan variabel Y.
3. Jika r = 0 atau mendekati 0, berarti tidak terdapat hubungan yang positif yang sempurna atau sangat kuat antara variabel X dengan variabel Y.
Tabel I.1
Interpretasi Koefieien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : (Sugiyono, 2012 :214)
1. Korelasi Ganda
Keterangan :
rX Y = Koefisien Korelasi X dengan Y
rX Y = Koefisien Korelasi X dengan Y
rX X = Koefisien Korelasi X X dengan Y
Koefisien Korelasi tersebut mempunyai nilai antara -1,0 dan 1
RX X Y = 1 atau mendekati X X dan Y adalah sangat kuat
RX X Y = 0 atau mendekati X X dan Y adalah sangat lemah
Tingkat hubungan yang terjadi pada suatu koefisien korelasi dapat dicari dengan menggunakan tabel di atas.
d. Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Korelasi Sederhana
Bertujuan untuk mengetahui ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a) Menentukan H dan Hₐ (bentuk uji)
Hₐ : μ > 0 = ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen
b) Menetapkan taraf nyata (α) / tingkat keyakinan (1- α) Pengujian hipotesis digunakan sebagai alat unutk mengetahui ada hubungan antara kedua variabel dengan menggunakan uji t dengan tingkat keyakinan sebesar 95%
dan taraf nyata α = 5% (0.05)
c) Memilih uji statistik (Sugiyono, 2012 : 214) dengan rumus:
d) Menentukan daerah kritis (daerah penolakan H ) Jika thitung < ttabel maka H diterima, Hₐ ditolak
Jika thitung > ttabel maka H ditolak, Hₐ diterima
e) Menarik kseimpulan
Gambar I.1
2. Uji Signifikansi Korelasi Berganda
a) H : μ1 – 2 < 0 secara ganda ada hubungan signifikansi variabel X dan variabel X terhadap Y
b) Hₐ : μ1 – 2 < 0 secara ganda tidak ada hubungan signifikansi variabel X dan variabel X terhadap Y
H ditolak jika Fhitung > F(a,n – 4) Uji statistik (Sugiyono, 2012 : 223)
F =
Membandingkan F dengan Ftable
(1) H diterima, Hₐ ditolak jika Ftabel < Fhitung (2) H ditolak, Hₐ diterima jika Ftabel > Fhitung E. HIPOTESIS PENELITIAN
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga ada korelasi negatif yang signifikan hubungan delay penanganan operasional dengan on time performance maskapai penerbangan NAM Air di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta tahun 2016.
2. Diduga ada korelasi negatif yang signifikan hubungan delay penanganan teknik dengan on time performance maskapai penerbangan NAM Air di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta tahun 2016.
bersamaan pada maskapai penerbangan NAM Air di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta tahun 2016.
F. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sisematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB ini memuat gagasan penulis tentang latar belakang permasalahan dari penelitian ini, selanjutnya dikemukakan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan serta tujuan dan manfaat penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam BAB ini penulis menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam BAB ini berisikan uraian secara singkat sejarah umum perusahaan, organisasi dan manajemen, serta struktur organisasi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Setiap manusia pasti membutuhkan kehadiran manajemen di dalam organisasi maupun di dalam dirinya sendiri. Karena dengan adanya manjemen setiap manusia baik di dalam dirinya sendiri maupun di dalam organisasi dapat merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan apa yang ingin dilakukan dan menjadi tujuannya. Tanpa kehadiran manajemen maka tidak akan mudah mencapai sebuah tujuan karena tidak terorganisirnya pekerjaan yang akan dilakukan.
Menurut T. H. Nelson yang dikutip oleh Sarinah Sihombing dan A. J. Muljadi (2014:5) berpendapat bahwa manajemen adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan, dan orang-orang untu kmenghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Menurut James Stoner yang dikutip oleh Sarinah Sihombing dan A. J. Muljadi (2014 : 6) manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Unsur – Unsur Manajemen
Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2013 : 20), unsur-unsur manajemen terdiri dari man, money, methods, materials, machines, dan market yang disingkat menjadi 6M. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Man yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional atau pelaksana.
b. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Methods yaitu cara-acara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
d. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
f. Market yaitu pasar untuk menjual barrang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
3. Fungsi – Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen menurut Sarinah Sihombing dan A. J. Muljadi dalam buku Pengantar Manajemen (2013 : 53-55) adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning) adalah merinci tujuan-tujuan yang akan dicapai dan memutuskan di awal tindakan-tindakan tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Pengorganisasian (organizing) adalah mengumpulkan danmengoordinasikan manusia, keuangan, hal-hal fisik, hal yang bersifat informasi, dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Pengarahan (directing) adala hsuatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
B. Manajemen Operasional
1. Pengertian Manajemen Operasional
Dalam melaksanakan operasi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan0keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan operasi yang dikenal sebagai manajemen operasional. Berikut ini pengertian menurut beberapa ahli :
Menurut Tita Deitiana (2011 : 2) Manajemen Operasional merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan pada berbagai jenis bidang usaha yang menghasilkan produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses produksinya yang efektif dan efisien memerlukan beberapa konsep, peralatan serta berbagai cara mengelola operasinya.
terpenting di dalam manajemen oeprasi yaitu pengambilan keputusan yang terprogram dan beresiko.
Ada empat fungsi penting dalam manajemen oeprasional yaitu : a. Proses pengelolaan yang menyangkut metode dan teknik yang
digunakan untuk pengelolaan faktor masukan.
b. Jasa-jasa pernunjang yang merupakan sarana pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses pengelolaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
c. Perencanaan, yang merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan operasional yang akan dilakukan dalam suatu kurun waktu atau periode tertentu.
d. Pengendalian dan pengawasan, yang merupakan fungsi untuk menjalin terlaksanananya kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga maksud dan tujuan pengunaan dan pengelolaan masukan yang secara nyata dapat dilaksanakan. C. Jasa
1. Pengertian Jasa
Menurut Kotler yang dikutip dalam buku Suharto Abdul Majid (2015:33). Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik.
Menurut Sugiarto yang dikutip oleh Suharto Abdul Majid (2015:34) Jasa adalah aktifitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan.
2. Karakteristik Jasa
Menurut Philip Kotler yang dikutip dalam buku J. Supranto (2011:227-228) jasa memiliki empat karakteristik utama yaitu sebagai berikut:
a. Tidak Berwujud (Intangibility), artinya jasa tidak dapat dilihat, dikecap, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum dibeli.
b. Tidak Terpisahkan (Inseparability). Barang fisik diproduksi, kemudian disimpan, selanjutnya dijual, dan baru nantinya dikonsumsi. Sebaliknya, jasa dijual dulu, kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jasa tak terpisahkan (service inseparability), berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkandari penyedianya, baik penyedianya itu manusia atau mesin.
bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
d. Tidak Tahan Lama (Perishability). Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.
3. Kriteria Penentu Kualitas Jasa
Terdapat lima dimensi pokok kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut menurut Philip Kotler yang dikutip didalam buku J. Supranto (2011:231) sebagai berikut :
a. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan muntuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat, terpercaya, akurat dan kesesuaian pelayanan.
b. Keresponsifan (Responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Keyakinan (Confidence), yaitu pengetahuan dan kesopanan
karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan atau “assurance”.
d. Empati (Emphaty), syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
D. Manajemen Transportasi
1. Pengertian Manajemen Transportasi
Menurut M. N. Nasution (2008 : 90), manajemen transportasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian transportasi atau unit dalam organisasi industri atau perdagangan dan jasalain (manufacturing businessand service) untuk memindahkan atau mengangkut barang atau
penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain secara efektif dan efisien. 2. Fungsi Manajemen Transportasi
Menurut M. N. Nasution (2008 : 92-93) fungsi manajemen transportasi dalam industri manufaktur pada umumnya adalah :
a. Merencanakan, mengatur, dan mengoordinasikan operasi serta administrasi segala bentuk angkutan di seluruh perusahaan hingga dapat terselenggara seefisien mungkin, biak untuk angkutan barang maupun penumpang bagi karyawan;
b. Menetapkan standar operasi dan perawatan semua bengkel (jika ada) kendaraan bermotor dan menentukan persediaan bahan bakar, bahan-bahan lainnya, dan suku cadang kendaraan;
c. Menetakan standar biaya operasional, penyusunan staf, dan jasa-jasa penunjang;
e. Membuat rencana penggantian dan penambahan kendaraan dengan menganalisis secara cermat biaya pengoperasian, kapasitas, dan umur kendaraan;
f. Menjamin bahwa standar perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan jadwal ditaati sehingga kendaraan perusahaan selalu dalam kondisi efektif dilihat dari segi perbaikan mekanisnya;
g. Dalam hal menyewa atau mencarter kendaraan luar, menjamin tercapainya standar prestasi dengan cara membina kerja sama dengan perusahaan jasa angkuta ncarteran yang terpercaya; mengadakan hubungan erat dengan manajer perusahaan asuransi kendaraan tentang premi, klaim kecelakaan, dan sebagainya; serta h. Menjalin kerja sama dengan perusahaan ekspedisi muatan kapal
laut dan perusahaan pelayaran atau penerbangan.
3. Fungsi Manajemen Transportasi bagi Perusahaan Transportasi Menurut M. N. Masitopm (2008 : 93) fungsi manajemen transportasi bagi perusahaan transportasi pada umumnya adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan kapasitas dan jumlah armada;
b. Merencanakan jaringan trayek, lintas, atau rute, serta menentukan jadwal keberangkatan;
c. Mengatur pelaksanaan operasi armada dan awak kendaraan; d. Memelihara dan memperbaiki armada;
f. Merencanakan dan mengendalikan keuangan; g. Mengatur pembelian suku cadang dan logistik;
h. Merencanakan sistem dan prosedur untuk meningkatkan efesiensi perusahaan;
i. Melaksanakan penelitian dan pengembangan perusahaan;
j. Menjalin hubungan yang erat dengan instansi-instansi pemerintah maupun instansi lainnya yang terkait.
E. Transportasi
1. Pengertian Transportasi
Menurut Abbas Salim (2012 : 6), Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Menurut Suharto Abdul Majid (2015 : 23), Transportasi pada dasarnya adalah kegiatan perpindahan atau pemindahan manusia dan barang atau sumber daya lainnya dari suatu tempat atau tempat asal ke suatu tempat lainnya atau tempat tujuan dengan menggunakan alat angkut.
Kesimpulan dari definisi-deifinisi di atas adalah transportasi merupakan suatu proses perpindahan baik itu manusia maupun barang, dari tempat asalnya menuju ke suatu tempat dengan menggunakan alat angkut tertentu.
2. Unsur-Unsur Transportasi
Menurut M. N. Nasution (2008 : 3) unsur-unsur transportasi meliputi atas :
a. Ada muatan yang diangkut;
b. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya; c. Ada jalanan atau jalur yang dapat dilalui; d. Ada terminal asal dan terminal tujuan;
e. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut.
3. Fungsi Transportasi
Menurut M. N. Nasution (2008 : 7) transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkut harus dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan lainnya.
F. Angkutan Udara
1. Pengertian Angkutan Udara
Menurut UU Penerbangan No. 1 tahun 2009 (2009 : 3), Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
2. Sifat Jasa Angkutan Udara
Menurut M. N. Nasution (2015 : 205-206) sifat dan karakteristik umum jasa angkutan udara adalah sebagai berikut :
a. Produksi yang dihasilkan tidak dapat disimpan dan dipegang tetapi dapat ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat. Unit produksi adalah seat/km tersedia dan ton/km tersedia. Seat/km tersedia (available seat/km) adalah satu seat yang diterbangkan dalam jarak satu kilometer. Ton/km tersedia adalah satu ton barang dalam satu kilometer. Bila seat/km tersedia dan ton/km tersedia telah digunakan users, maka produksi tersebut menjadi revenue passanger/km dan revenue cargo/km.
c. Selalu menyesuaikan dengan teknologi maju. Perusahaan penerbangan pada dasarnya bersifat dinamis, yang dengan cepat menyesuaikan perkembangan teknologi pesawat udara. Penyesuaian teknologi maju tidak hanya di bidang teknik permesinan pesawat terbang saja, tetapi juga di bidang-bidang lainnya, seperti sistem informasi manajemen, metode-metode, peraturan-peraturan dan prosedur, serta kebijakan.
d. Selalu ada campur tangan pemerintah, seperti pada umumnya kegiatan–kegiatan transportasi menyangkut hajat hidup orang banyak. Selain itu, juga untuk menjaga keseimbangan antara penumpang dengan lessor (dalam hal ini menyangkut penarifan), jumlah investasi yang besar, dan manjamin keselamatan penerbangan.
3. Fungsi Jasa Angkutan Udara
Menurut Nasution (2015:206-207) pada prinsipnya terdapat beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai, yaitu :
a. Safety
b. Comfortability
Dalam hal comfortability, organisasi berusaha semaksimal mungkin agar penumpang mendapat kenyamanan selama penerbangan berlangsung. Dengan demikian, penumpang harus mendapat pelayanan yang sebaik mungkin dari petugas organisasi yang bersangkutan. Pelayanan yang dimaksud disini adalah pada saat calon penumpang mengadakan hubungan dengan organisasi sampai penumpang tiba di tempat tujuannya.
c. Regularity
Dalam mengoperasikan pesawat udara harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang diinginkan penumpang, hal tersebut sangat diperukan untuk menjamin kepuasan penumpang dan citra organisasi penerbangan sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Untuk dapat melaksanakan operasi penerbangan tepat waktu, diperlukan disiplin dan koordinasi antara bagian produki/operasi dengan bagian pemeliharaan pesawat, pemasaran dan bagian lainnya. d. Economy for Company
pegawai-pegawai yang cakap dan terampil, penjualan yang tinggi, maka perbandingan antara revenue dan cost akan lebih menonjol. Keuntungan semaksimal mungkin akan tercapai dan efisiensi organisasi dapat mengadakan ekspansi seperti pembaruan armada dan meningkatan frekuensi penerbangan, baik dalam maupun luar negeri, dan sebagainya.
4. Jenis-Jenis Perusahaan Angkutan Udara
Menurut M. N. Nasution (2008 : 206) Perusahaan – Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara pada umumnya dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Direct air carriers, yaitu perusahaan penerbangan yang langsung menyediakan dan memproduksi jasa angkutan udara. Perusahaan ini dapat dikelompokkan dalam tiga jenis berikut :
1) Perusahaan penerbangan yang berjadwal (schedule/ regulator), yang terdiri atas perusahaan penerbangan
nusantara, perusahaan penerbangan daerah, dan perusahaan penerbangan perintis;
3) Perusahaan penerbangan umum (general aviation), yaitu operasi penerbangan hanya dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau instansi yang bersangkutan untuk membantu kelancaran usahanya.
b. Perusahaan angkutan yang tidak langsung (indirect air carriers), yaitu perusahaan non penerbangan, tetapi turut serta sebagai mata rantai proses kelancaran jasa angkutan udara yang telah disediakan. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara), cargo forwarders, air express, dan handling asents, serta lain
sebagainya. G. On Time Performance
1. Pengertian On Time Performance
Menurut Asad Y. Nasar di dalam Jurnal Manajemen Transportasi Ferial dan Osman Volume 9 No. 2, tahun 2008 (2008 : 116), On Time Performance adalah catatan dari ketepatan waktu perusahaan penerbangan pada keberangkatan dan kedatangan penerbangan.
2. Delay
Menurut Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, keterlambatan berarti terjadinya perbedaan waktu antara keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan.
Menurut Widadi A. Sumarno (2001 : 79) delay adalah pemberangkatan pesawat yang harus ditangguhkan sementara waktu, sehingga mengalami kemunduran waktu keberangkatan yang tidak sebagaimana telah ditetapkan.
Dalam Ground Operations Manual PT. Sriwijaya Air (2014 : 109-111) yang merupakan induk perusahaan dari NAM Air, delay dibagi menjadi 11 dasar penyebab. 11 dasar penyebab dari delay adalah penanganan passanger and baggage, penanganan cargo and mail, penanganan mail only, penanganan aircraft and ramp handling, penangananan technical and aircraft equipment, adanya damage to aircraft, adanya EDP / automated equipment failure, penanganan flight
operation and crewing, kendala pada weather atau cuaca, adanya air traffict flow management restrictions, dan beberapa penyebab lain yang
H. Flight Operation
1. Pengertian Flight Operation
Menurut Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo (2014 : 83-84) flight operation atau operasi penerbangan merupakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan otorisasi dan persiapan serta pelaksanaan rencana penerbangan, antara lain mencakup flight dispatch, operation controller, dan flight following. Secara rinci berfungsi untuk membuat
jadwal crew, tracking crew, mengatur port crew, memonitor radio navigasi, membuat flight plan, mengisi load sheet, membaca peta meteorologi, menghitung performance pesawat untuk menentukan batasan berat saat tinggal landas maupun mendarat, menghitung Central of Gravity, dan lain sebagainya.
Menurut Company Operations Manual NAM Air (106 : 2013) flight operation adalah bagian dalam operation control yang bertujuan
untuk memastikan penerbangan berjalan secara aman dan sesuai dengan ketentuan manual operasi perusahaan dan CASR. Operation control sendiri memiliki definisi pelaksanaan kewenangan atas perumusan, pelaksanaan, dan amandemen rencana penerbangan operasional yang berkaitan dengan penerbangan.
Menurut IATA Delay Code pada Chapter 6 (Revisi Juni 2017) mengenai delay akibat penanganan operasi penerbangan (flight operation) adalah delay yang disebabkan oleh rencana penerbangan,
atau departure crew, kekurangan kru, adanya permintaan kru khusus, terlambatnya awak kabin, kekurangan awak kabin, permintaan khusus awak kabin, dan permintaan pilot in command untuk melakukan security check.
I. Teknik
1. Pengertian Teknik
Menurut David Crocker (2007 : 229) teknik adalah sesuatu yang mengacu pada mekanik, listrik, hidrolik atau pneumatik dari masalah teknis pesawat terbang atau mencegah keterlambatan pesawat pada saat ingin lepas landas.
Menurut IATA Delay Code pada Chapter 4 (Revisi Juni 2017) mengenai delay akibat penanganan teknik adalah delay yang disebabkan oleh kerusakan pada pesawat, perawatan pesawat terjadwal, perawatan pesawat tidak terjadwal, masalah pada suku cadang dan peralatan pemeliharaan pesawat, AOG (Aircraft On Ground for technical reason), pergantian pesawat, pesawat yang standby dengan
alasan teknis, dan konfigurasi kabin terjadwal serta penyesuaian versi. J. Bandar Udara
1. Pengertian Bandar Udara
pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat antarmoda transportasi.
2. Fungsi Bandar Udara
Menurut Hadi Suharno (2013 : 2) fungsi bandar udara adalah sebagai berikut:
a. Memberi fasilitas bagi pesawat terbang mendarat dan tinggal landas;
b. Tempat perpndahan moda transportasi dari darat ke udara; c. Sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah dan pusat; K. Penanganan Pesawat di Bandar Udara (Aircraft Handling)
1. Kegiatan-Kegiatan Penanganan Pesawat di Bandar Udara
Menurut M. N. Nasution (2008 : 250) kegiatan aircraft handling dibagi menjadi tiga bagian yaitu arrival control, departure control dan post departure control.
a. Arrival Control
Pada saat pesawat akan mendarat, waktu pendaratan (estimated time arrival) akan diberikan pilot kepada ground staff tepat pada saat
pesawat masuk ke dalam kontrol dari suatu bandar udara dengan menggunakan rasio yang memiliki saluran khusus atau jika tidak, informasi kedatangan disalurkan melaui air traffic control information dari bandar udara.
1) Untuk penerbangan international, dilakukan pemeriksaan custom immigration dan karantina.
2) Petugas kedatangan (arrival staff) akan datang mengumpulkan flight document dan flight bag melalui cabin attendant.
Selanjutnya mengarahkan penumpang turun dari pesawat dari arrival hall dan memberitahukan dimana bagasi penumpang akan
diambil.
3) Petugas catering akan mengosongkan container (troly yang akan digunakan dan mengisi kembali dengan catering untuk penerbangan selanjutnya).
4) Petugas loading akan melakukan loading / unloading pesawat. 5) Petugas pertamina akan melakukan refueling, bekerja sama
dengan petugas teknik ramp handling.
6) Petugas cleaning akan membersihkan pesawat.
7) Petugas teknik akan melakukan pemeriksaan / perawatan yang diperlukan oleh pesawat.
8) Petugas load control akan memulai mengerjakan document weight and balance (load sheet) untuk penerbangan selanjutnya.
b. Departure Control
Seorang staf yang bertanggung jawab atas pemberangkatan suatu penerbangan harus melakukan cek ulang bahwa seluruh check list dari pemberangkatan pesawat sudah dilaksanakan sebelum wheel choke dicabut.
1) Preboarding
Setiap bagian terkait dalam menyelesaikan tugasnya, yaitu: a) Catering dan inflight strore sudah dimuat;
b) Cleaning sudah selesai;
c) Pemeriksaan bagian teknik sudah selesai; d) Refueling sudah selesai;
2) Progressive
a) Bagasi penumpang, kargo, dan mail sudah siap dimuat; b) Seluruh general load sudah siap dibuat dokumennya;
c) Special item (seperti security item) disiapkan dengan baik sesuai dengan aturannya;
3) Immediate Predeparture
a) Flight bag sudah lengkap (berisi passenger manifest, loading instruction, cargo manifest);
b) Penumpang yang boarding sudah rapat terkunci;
4) Post Departure Control
a) Seluruh message dikirim segera setelah pesawat berangkat dan melakukan cek ulang;
b) Setiap irregularity condition maupun item yang tidak biasanya berhubungan dengan service handling harus diberitakan kepada setiap online airport yang berkaitan; c) Dalam kegiatan penanganan pesawat digunakan berbagai
BAB III
GAMBARAN UMUM PT. NAM AIR
A. Sejarah PT. NAM Air
NAM Air adalah maskapai penerbangan Indonesia yang didirikan pada tahun 2013. Maskapai penerbangan ini adalah anak perusahaan dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air. Maskapai penerbangan ini merupakan maskapai penerbangan feeder atau pengumpan yang melayani rute lanjutan dari Sriwijaya Air. Bermain di kelas medium dengan mengoperasikan pesawat Boeing 737-500 Winglet dengan konfigurasi 120 kursi (8 kelas bisnis dan 112 kelas ekonomi).
Bersamaan dengan peluncuran NAM Air pada 26 September 2013, Sriwijaya Air mengumumkan akan membeli 100 unit pesawat Regio Prop R-80 untuk armada di masa mendatang dengan 50 unit merupakan pesanan perusahaan dan 50 unit lainnya adalah opsi.
dengan yang dilakukan oleh Lion Air dengan Wings Air dan Garuda Indonesia dengan Merpati di era 80-90an.
Pada 26 September 2013, NAM Air resmi diperkenalkan ke publik dan direncanakan penerbangan perdananya dilakukan pada bulan Oktober 2013. Penerbangan perdana ini terus tertunda dikarenakan belum kunjung mendapatkan AOC (Air Operator Certificate) dari Kementrian Perhubungan. Hingga pada 29 Novermber 2013, maskapai penerbangan ini akhirnya mendapatkan AOC (Air Operator Certificate), kemudian melaksanakan penerbangan perdananya dari Jakarta menuju Pangkalpinang pada 11 Desember 2013. Penerbangan perdana ini kemudian disusul oleh penerbangan Komersial Berjadwal Pertama pada 19 Desember 2013 dengan rute Jakarta menuju ke Pontianak dan Pontianak menuju ke Yogyakarta.
Untuk livery atau corak warna yang digunakan oleh NAM Air memiliki makna yang sama dengan livery Sriwijaya Air. Di mana kombinasi warna-warnanya memiliki makna keberanian, kejujuran, dan simbolisasi keeradaan NAM Air yang selalu mengudara di angkasa.
B. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi dan Misi PT. NAM Air
a. Visi PT. NAM Air
Menjadi perusahaan penerbangan yang eksis di kawasan domestik/regional yang mengutamakan kualitas layanan, didukung oleh sumber daya manusia yang handal sehingga dapat menunjang pengembangan dan kesejahteraan masyarakat.
b. Misi PT. NAM Air
Berkomitmen dalam pembinaan dan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) secara profesional.
C. Organisasi dan Manajemen 1. Logo PT. NAM Air
Gambar III.1 Logo PT. NAM Air
2. Armada NAM Air
Sumber : PT. NAM Air
Tabel III.1
Jumlah Armada dan Jenis Pesawat PT. NAM Air
Jenis Pesawat
Jumlah
Armada Konfigurasi Kursi Catatan Beroperasi B E Total
Boeing
737-500 10 8 112 120
Total 10 80 1120 1200
Sumber : PT. NAM Air
Sebagaimana dengan Sriwijaya Air, NAM Air juga turut memberikan nama di seluruh pesawatnya yang diambil dari nama suatu tempat, sifat atau ungkapan, ataupun nama burung. Contoh untuk di
NAM Air adalah “Bersinar” dan “Kehidupan”. 3. Rute
Tabel III.2
Sumber : PT. Nam Air (diolah penulis)
4. Struktur Organisasi
Gambar III.2
Struktur Organisasi PT. NAM Air
a. Presiden Direktur
Mengarahkan, menggerakkan, dan mengendalikan rencana dan strategi perusahaan yang termasuk :
1) Menegakkan prosedur dan peraturan keselamatan untuk diterapkan di perusahaan dan menyediakan operasi dan perawatan pesawat udara.
2) Mengarahkan middle and lower management untuk mencapai tujuan perusahaan.
3) Menggerakkan strategi perusahaan agar jadwal penerbangan dan utilitas pesawat dapat memenuhi rencana pasar.
4) Memberikan nasihat yang diperlukan Direktur mengenai tindakan yang tepat untuk diambil dan membuat konstruktif rekomendasi untuk mengatasi situasi yang muncul dalam keselamatan dan keamanan penerbangan.
5) Penghubung dengan otoritas DCA atau kontraktor untuk mempertahankan keselamatan penerbangan yang tinggi seperti yang diterapkan oleh PT. NAM Air.
b. Safety and Security Managers
1) Melaksanakan peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk pemeliharaan AOC (Air Operator Certificate). 2) Mengembangkan dan melaksanakan sistem manajemen
keselamatan.
4) Memantau minimal 75% dari data pemantauan penerabngan di semua operasi.
5) Memastikan pertemuan Local Safety Group yang diadakan setiap triwulan.
6) Memastikan pertemuan NAM Air Safety Board diadakan pada jadwal yang berlaku atau setidaknya per-bulan.
7) Membuiat laporan keamanan mingguan untuk manajer yang bertanggung jawab.
8) Mengggerakkan seluruh kepala departemen/divisi untuk membuat laporan terkait dengan keselamatan atau insiden. 9) Melakukan penyelidikan pada setiap acara terkait keselamatan
penerbangan.
10)Berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengenai program keselamatan dan keamanan.
11)Mewakili NAM Air pada hal0hal keselamatan penerbangan dalam berurusan dengan instansi pemerintah dan organisasi keamanan dan keselamatan penerbangan.
12)Menelenggarakan “GO Team” dalam kasus kecelakaan/insiden. 13)Menerapkan, mereview, dan merevisi program keselamatan dan
keamanan.
15)Memberikan informasi mengenai keselamatan penerbangan. 16)Memberikan pengumuman mengenai keselamatan penerbangan
bulanan.
17)Memastikan semua pertemuan NAM Air Safetu Board terlaksana.
18)Memberi dan memastikan keselamatan penerbangan untuk pegawai.
19)Melakukan penyelidikan kecelakaan dan insiden.
20)Membuat sistem “Gate Keeper” untuk umpan balik yang diberikan kepada karyawan.
21)Mempertahankan sistem pelaporan, kecelakaan, insiden, dan bahaya.
22)Menyelenggarakan “Crisis Exercise” setiap tahunnya.
23)Mengembangkan dan mempertahankan program penghargaan keselamatan penerbangan.
24)Mengembangkan dan memelihara Emergency Response Plan (ERP).
25)Mendelegasikan tugas kepada Flight Safety Manager jika absen dari tempat kerja.
c. Operation Director
1) Direktur operasional memberikan kepemimpinan eksekutif kepada departemen:
b) Ground Operations
c) In-Flight and Provisioning
2) Perbaikan berkelanjutan dalam kinerja operasional melalui pencapaian yang konsisten dari target yang ditetapkan dalam anggaran dan jangka waktu yang disepakati dalam mendukung model bisnis penerbangan dan tujuan.
3) Mengembangkan, mengimplementasikan dan melaksanakan model bisnis operasi penerbangan.
4) Mengembangkan dan menetapkan tujuan operasional untuk masing-masing departemen.
5) Berhubungan dengan manajer unit bisnis dalam mengembangkan dan mendorong strategi manajemen yang efektif untuk perubahan dalam mencapai tujuan perusahaan. 6) Berhubungan dengan unit manajer bisnis dalam mebangun
operasional.
7) Menjalankan prosedur dan strategi perbaikan yang efektif. 8) Memastikan seluruh kepala departemen terkait mengetahui
mengenai tujuan operasional.
9) Mengembangkan dan mempromosikan program pelatihan dan pengembangan strategi untuk mencapai operasi yang efektif dan model bisnis yang berkelanjutan.
peraturan pemerintah, persyaratan direktorat perhubungan udara dan standar operasi perusahaan.
11)Menentukan standar operasi sesuai dengan persyaratan peruzunan Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan bila perlu, standar-standar tersebut dipertahankan.
12)Mengembangkan dan menjaga hubungan dengan Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
13)Memproduksi, mengembangkan, dan membentuk karyawan yang berkualitas dan profesional di departemen operasi penerbangan dengan merekrut dan melatih karuawan yang berkualitas dan menyediakan pelatihan kepada semua karyawan operasi yang memerlukan.
14)Bertanggung jawab dalam departemen operasi penerbangan termasuk perencanaan, pelaksanaan, revisi, dan pemantauan struktur organisasi operasi penerbangan untuk memastikan operasi yang aman dan efektif yang dilakukan setiap harinya secara taktis dan strategis.
15)Mengembangkan kode etik dan peraturan praktek untuk memastikan konsistensi dalam konseling dan mendisiplinkan aircrew dan staf operasi.
17)Perencanaan dan proyeksi aircrew dalam melakukan operasi berjalan efisien dan ekonomis.
18)Mencari tahu mengenai aturan dan peraturan, kebijakan dan prosedur yang sedang berlaku dalam pengoperasian pesawat dan memastikan bahwa mereka memenuhi semua persuaratan peraturan.
19)Bertanggung jawab terhadap NAM Air Operational Manual Book.
20)Menerbitkan, mengamandemenkan, dan merevisi NAM Air Operational Manual Book seseuai dengan kebutuhan
perusahaan.
21)Mereview dan mengevaluasi biaya operasi dari departemen untuk memastikan efektivitas biaya yang terpakai dalam seluruh kebutuhan divisi dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
22)Memastikan bahwa departemen operasi penerbangan berjalan. 23)Mencapai rencana komersial NAM Air secara efisien tanpa
mengorbankan keselamatan.
24)Merencanakan dan memimpin pertemuan terjadwal atau tidak terjadwal dengan departemen operasi penerbangan.
kaitannyadengan operasi keamanan yang berhubungan dengan suatu masalah.
26)Mendelegasikan tugas dan tanggung jawab untuk Chief Pilot jika absen dari tempat kerja.
27)Mendelegasikan tugas dan taunggung jawab untuk Chief Pilot selama beberapa bulan jika ada kebutuhan yang mendesak karena alasan di luar kendali perusahaan.
d. Technical Director
Technical Director, memberikan laporan ke Presiden Direktur
dan kepala administrasi di semua Divisi Teknis. Direktur mengawasi operasi di home-base dan diluar home-base. Direktur Teknis melaportkan kepada Presiden Direktur serta membantu dan bertanggung jawab dalam operasi pemeliharaan pesawat.
e. Chief Inspector
Chief Inspector bertanggung jawab langusng dengan laporan kualitas kesalamatan dan keamanan. Chief Inspector harus menjamin bahwa semua persyaratan dan standar pemeliharaan terpenuhi. Kepala Inspektur bertanggung jawab langsung untuk memeberikan arahan ke setiap bagian dan mengkoordinasikan kegiatan standar kualitas dan kontrol kualitas.
f. Chief Pilot
1) Merencanakan dan mempertahankan nomor license pilot yang memenuhi syarat untuk memastikan standarisasi yang maksimal, keamanan dan efisiensi sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
2) Dalam hubngannya dengan Chief Flight Standard and Training yaitu melakukan pelatihan untuk kru pesawat, yang akan menjadi tanggung jawab untuk semua program kursus konversi kru teknis dan kursus dasar sampai pengesahan lisensi.
3) Berpartisipasi dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kebijakan operasional perusahaan atau prosedur dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan perusahaan.
4) Semua hal-hal teknis dan operasional yang terkait dengan operasi armada.
5) Memberikan arahan utnuk sumber daya manusia dalam kaitannyadengan hal-hal mengenaik hilanya asuransi lisensi dari kru.
6) Dalam hubungannya dengan Operation Director yaitu memastikan kepatuhannya terhadap Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan peraturan internasional yang berkaitan dengan operasi armada.
8) Menentukan standar operasi sesuai dengan persyaratan perizinan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan memastikan standar tersebut sudah dilegalisasi.
9) Mengontrol dan memantau standar operasional flying crew. 10) Memastikan efisiensi dan disipling semua personil di
departemen, juga mengembangkan, memotivasi, dan menilai mereka.
11) Memiliki wewenang dan tanggun jawab untuk pengelolaan dan mengawasi seluruh kegiatan oeprasional penerbangan.
12) Bertanggung jawab terhadap Operational Director untuk menjamin keselamatan dan keamanan oeprasi penerbangan sesuai dengan pedoman.
13) Memastikan sistem rotasi pegawai secara adil dan bijak agar dapat memonitor secara efektif dalam sistem dan prosedur, agar limitasi waktu dari flight crew tidak dilanggar.
14) Berhubungan dengan semua departemen satuan untuk memastikan kinerja waktu.
15) Terus mencari peluang untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi operasional.
17) Melakukan ulasan periiodik semua prosedur penerbangan, termasuk keberangkatan, en –route dan pendekatan untuk memastikan operasi yang aman dan efisien setiap saat.
18) Mengusulkan perubahan atau mengadopsi prosedur baru demi meningkatkan efisiensi dan keselamatan operasi untuk Operation Director melalui perbaikan kebijakan.
19) Melakukan inisiasi dan koordinasi pertemuan dengan Operation Director secara rutin untuk memastikan penyebaran data operasional, teknik peberbangan dan prosedur terbaru.
20) Untuk memberikan bantuan dan rekomendasi kepada Operation Director dalam hal perbaikan peralatan operasi yang aman dan
efisien.
21) Koordinasi dengan Kepala Standar Penerbangan dan Pelatihan untuk mempertahankan dan merevisi manual prosedur pelatihan penerbangan jika diperlukan.
22) Melaksanakan rekomendasi audit untuk mempertahankan tingkat standar keselamatan dalam pengoperasian.
23) Menerbitkan pemberitahuan prosedural untuk semua pilot tetapi tidak terbatas pada penyimpangan lingkungan, perubahan prosedural, atau sebagaimana diperlukan.
g. Chief Flight Training and Standard
Chief Flight Training and Standard memberikan laporan kepada Direktur Operasi dan bertanggung jawab untuk :
1) Membantu Direktur Operasi untuk menerbitkan perubahan dan revisi Operational Manual dari NAM Air.
2) Identifikasi dan penyajian perubahan yang disarankan dalam kebijakan dan prosedur perusahaan untuk perbaikan keselamatan dan efisiensi operasional.
3) Memulai, membangun dan memelihara Standard Operation Procedure (SOP) untuk penerbangan yang aman, berkoordinasi
dengan Kepala dinas Pelatihan, Chief Pilot, dan Departemen Keselamatan untuk mengidetifikasi dan menerapkan perbaikan dalam prosedur pelatihan dan operasi.
4) Membantu Direktur Operasi dalam memperoleh persetujuan SOP untuk rute penerbangan baru dan khusus.
5) Rekomendasi Direktur Operasi pada perubahan kebijakan perusahaan atau prosedur untuk perbaikan operasional yang aman dan efisien.
7) Mempertahankan program pelatihan crew dan program terpilih untuk memenuhi kebutuhan peningkatan crew, kompetensi, rute terpilih.
8) Pemantauan sistem administrasi untuk memastikan pelatihan yang dilakukan tepat dan pencatatan terpelihara.
9) Membantu Chief Pilot dalam membuat program prosedur untuk simulator atau perangkat pelatihan lainnya untuk menjaga kemampuan pilot sesua standar yang efisien.
10) Memelihara dan merevisi Manual Pelatihan Operasi dan pembentukan sistem pelatihan dengan edaran nformasi pelatihan.
11) Nenelihara sistem catatan crew untuk menentukan kepatuhan perusahaan terhadap persyaratan badan regulasi,
12) Pengembangan dan adminstrasi terhadap prosedur yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan Perusahaan dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan program pelatihan anggota crew.
13) Pertemuan Organizing Standardization sekali dalam satu bulan dengan TRI / TRE, PKC, DFO, dan Chief Pilot dan staf lain dari perusahaan yang dianggap perlu.
penerbangan, FOO dan Cabin Crew, untuk memastikan keamanan sesuai dengan operasi NAM Air.
15) Koordinasi dengan Direktur Penerbangan Operasi dan Chief Pilot untuk mendapatkan jumlah awak kapal cukup berkualitas
untuk mengoperasikan jadwal penerbangan yang diterbitkan. 16) Dalam hubungannya dengan Kepala Jasa Pelatihan membuat
dan mempertahankan program pelatihan penerbangan untuk menjaga keseimbangan keterampilan yang berkompetensi berbasis untuk semua pelatihan aircrew.
17) Mempertahankan aktivitas hubungan kontrak dengan lembaga-lembaga pelatihan mengenai pemantauan dan pengawasan kontrak penerbangan / pelatihan simulator, untuk memastikan kepatuhan terhadap arahan dan peraturan.
18) Merekomendasi Direktur Operasi dan Chief Pilot tentang perubahan kebijakan perusahaan atau prosedur untuk perbaikan keselamatan, efisiensi operasi sebagai bagian dari proses perbaikan berkelanjutan.
21) Mengembangkan sistem adminstrasi yang efektif dan proses untuk memastikan retensi yang tepat dari catatan pelatihan, silabus pelatihan, dan memperbarui semua dokumentasi. 22) Pembentukan program prosedur untuk simlator atau perangkat
pelatihan lainnya demi mempertahankan standar kemampuan pilot yang tinggi dengan biaya yang efisien.
23) Menjaga dan meninjau untuk revisi Pelatihan Operasi Manual dan pembentukan sistem dari pengumuman pelatihan dengan informasi / edaran pelatihan.
24) Memelihara sistem catatan crew pesawat untuk menentukan kepatuhan perusahaan terhadap persyaratan badan regulasi. 25) Memastikan bahwa semua perangkat pelatihan dan semua
kegiatan pelatihan mengikuti audit, minimal dalam tahunan. 26) Review dan memperbarui semua program pelatihan / kurikulum
/ silabus untuk pengembangan lebih lanjut dan perbaikan terbaru setiap 12 bulan.
h. Chief Flight Attendant
Laporan harian Flight Attendant kepada Direktur Operasi dalam hal operasional, dan bertanggung jawab untuk :
peraturan perusahaan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab anggota Flight Attendant.
2) Mengawasi dan memantau standar operasional flight attendant, dan memastikan kepatuhan terhadap standar operasi perusahaan.
3) Dalam koordinasi dengan kru penjadwalan perencanaan yang efefktif memastikan untuk melakukan perekrutan, pencarian sumber daya, dan alokasi cuti tahunan untuk flight attendant. 4) Membangun, merevisi, dan menetapkan panduan flight
attendant.
5) Untuk memastikan proses perbaikan yang terus menerus dengan praktek model operasi bisnis penerbangan yang sejalan.
6) Bekerja dengan chief training and standard untuk mengembangkan, mendesain, dan melaksanakan program pelatihan yang efisien untuk keselamatan, keamanan, dan hasil layanan yang efektif dalam penerbangan.
7) Menerbitkan arahan dan pemberitahuan kepada flight attendant yang dibutuhkan.
8) Pengolahan tindakan dari laporan flight attendant.
9) Pengawasan keseluruhan dan hal-hal mengenai kedisiplinan yang berkaitan dengan pesawat pembantu.