• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Operasional

Dalam dokumen Skripsi Hubungan Delay karena Penangan (Halaman 39-59)

BAB II : LANDASAN TEOR

B. Manajemen Operasional

1. Pengertian Manajemen Operasional

Dalam melaksanakan operasi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan0keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan operasi yang dikenal sebagai manajemen operasional. Berikut ini pengertian menurut beberapa ahli :

Menurut Tita Deitiana (2011 : 2) Manajemen Operasional merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan pada berbagai jenis bidang usaha yang menghasilkan produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses produksinya yang efektif dan efisien memerlukan beberapa konsep, peralatan serta berbagai cara mengelola operasinya.

Menurut Manahan P. Tampubuolon (2014 : 6-7) ada tiga pengertian yang penting mendukung pelaksanaaan kegiatan manajemen operasi yaitu, fungsi manajemen operasional, sistem manajemen operasional dan keputusan di dalam manajemen operasional. Pertama, manajemen oeprasional yang dapat dinyatakan bahwa manajer oeprasional bertanggung jawab untuk mengelola bagian atau fungsi di dalam organisasi yang menghasilkan barang atau jasa. Kedua, mengenai sistem yang berkaitan dengan perumusan sistem transportasi (konversi) yang menghasilkan barang dan jasa. Terakhir, merupakan unsur

terpenting di dalam manajemen oeprasi yaitu pengambilan keputusan yang terprogram dan beresiko.

Ada empat fungsi penting dalam manajemen oeprasional yaitu : a. Proses pengelolaan yang menyangkut metode dan teknik yang

digunakan untuk pengelolaan faktor masukan.

b. Jasa-jasa pernunjang yang merupakan sarana pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses pengelolaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Perencanaan, yang merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan operasional yang akan dilakukan dalam suatu kurun waktu atau periode tertentu.

d. Pengendalian dan pengawasan, yang merupakan fungsi untuk menjalin terlaksanananya kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga maksud dan tujuan pengunaan dan pengelolaan masukan yang secara nyata dapat dilaksanakan. C. Jasa

1. Pengertian Jasa

Jasa merupakan kegiatan yang menawarkan produk ke konsumen dan sifat dari jasa itu sendiri tidak dapat dimiliki karena tidak terwujud, salah satu perusahaan yang menawarkan produk jasa adalah airline. Produk jasa yang ditawarkan airline berupa jasa memindahkan penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan memerhatikan faktor keselamatan, kenyamanan dan keamanan.

Menurut Kotler yang dikutip dalam buku Suharto Abdul Majid (2015:33). Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik.

Menurut Sugiarto yang dikutip oleh Suharto Abdul Majid (2015:34) Jasa adalah aktifitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan.

2. Karakteristik Jasa

Menurut Philip Kotler yang dikutip dalam buku J. Supranto (2011:227-228) jasa memiliki empat karakteristik utama yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Berwujud (Intangibility), artinya jasa tidak dapat dilihat, dikecap, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum dibeli.

b. Tidak Terpisahkan (Inseparability). Barang fisik diproduksi, kemudian disimpan, selanjutnya dijual, dan baru nantinya dikonsumsi. Sebaliknya, jasa dijual dulu, kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jasa tak terpisahkan (service inseparability), berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkandari penyedianya, baik penyedianya itu manusia atau mesin.

c. Keanekaragaman (Variability). Jasa bersifat sangat beranekaragam karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi

bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Tidak Tahan Lama (Perishability). Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.

3. Kriteria Penentu Kualitas Jasa

Terdapat lima dimensi pokok kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut menurut Philip Kotler yang dikutip didalam buku J. Supranto (2011:231) sebagai berikut :

a. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan muntuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat, terpercaya, akurat dan kesesuaian pelayanan.

b. Keresponsifan (Responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Keyakinan (Confidence), yaitu pengetahuan dan kesopanan

karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan

kepercayaan dan keyakinan atau “assurance”.

d. Empati (Emphaty), syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.

e. Berwujud (Tangible), yaitu penampilan fisik, peralatan, personel dan media komunikasi.

D. Manajemen Transportasi

1. Pengertian Manajemen Transportasi

Menurut M. N. Nasution (2008 : 90), manajemen transportasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian transportasi atau unit dalam organisasi industri atau perdagangan dan jasalain (manufacturing businessand service) untuk memindahkan atau mengangkut barang atau

penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain secara efektif dan efisien. 2. Fungsi Manajemen Transportasi

Menurut M. N. Nasution (2008 : 92-93) fungsi manajemen transportasi dalam industri manufaktur pada umumnya adalah :

a. Merencanakan, mengatur, dan mengoordinasikan operasi serta administrasi segala bentuk angkutan di seluruh perusahaan hingga dapat terselenggara seefisien mungkin, biak untuk angkutan barang maupun penumpang bagi karyawan;

b. Menetapkan standar operasi dan perawatan semua bengkel (jika ada) kendaraan bermotor dan menentukan persediaan bahan bakar, bahan-bahan lainnya, dan suku cadang kendaraan;

c. Menetakan standar biaya operasional, penyusunan staf, dan jasa- jasa penunjang;

d. Menentukan kendaraan mana yang paling cocok untuk semua kebutuhan perusahaan dengan mempertimbangkan harga dan manfaat ekonomis;

e. Membuat rencana penggantian dan penambahan kendaraan dengan menganalisis secara cermat biaya pengoperasian, kapasitas, dan umur kendaraan;

f. Menjamin bahwa standar perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan jadwal ditaati sehingga kendaraan perusahaan selalu dalam kondisi efektif dilihat dari segi perbaikan mekanisnya;

g. Dalam hal menyewa atau mencarter kendaraan luar, menjamin tercapainya standar prestasi dengan cara membina kerja sama dengan perusahaan jasa angkuta ncarteran yang terpercaya; mengadakan hubungan erat dengan manajer perusahaan asuransi kendaraan tentang premi, klaim kecelakaan, dan sebagainya; serta h. Menjalin kerja sama dengan perusahaan ekspedisi muatan kapal

laut dan perusahaan pelayaran atau penerbangan.

3. Fungsi Manajemen Transportasi bagi Perusahaan Transportasi Menurut M. N. Masitopm (2008 : 93) fungsi manajemen transportasi bagi perusahaan transportasi pada umumnya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan kapasitas dan jumlah armada;

b. Merencanakan jaringan trayek, lintas, atau rute, serta menentukan jadwal keberangkatan;

c. Mengatur pelaksanaan operasi armada dan awak kendaraan; d. Memelihara dan memperbaiki armada;

f. Merencanakan dan mengendalikan keuangan; g. Mengatur pembelian suku cadang dan logistik;

h. Merencanakan sistem dan prosedur untuk meningkatkan efesiensi perusahaan;

i. Melaksanakan penelitian dan pengembangan perusahaan;

j. Menjalin hubungan yang erat dengan instansi-instansi pemerintah maupun instansi lainnya yang terkait.

E. Transportasi

1. Pengertian Transportasi

Menurut Abbas Salim (2012 : 6), Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Menurut Suharto Abdul Majid (2015 : 23), Transportasi pada dasarnya adalah kegiatan perpindahan atau pemindahan manusia dan barang atau sumber daya lainnya dari suatu tempat atau tempat asal ke suatu tempat lainnya atau tempat tujuan dengan menggunakan alat angkut.

Menurut M. N. Nasution (2008 :3), Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan diakhiri.

Kesimpulan dari definisi-deifinisi di atas adalah transportasi merupakan suatu proses perpindahan baik itu manusia maupun barang, dari tempat asalnya menuju ke suatu tempat dengan menggunakan alat angkut tertentu.

2. Unsur-Unsur Transportasi

Menurut M. N. Nasution (2008 : 3) unsur-unsur transportasi meliputi atas :

a. Ada muatan yang diangkut;

b. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya; c. Ada jalanan atau jalur yang dapat dilalui; d. Ada terminal asal dan terminal tujuan;

e. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut.

3. Fungsi Transportasi

Menurut M. N. Nasution (2008 : 7) transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkut harus dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan lainnya.

Menurut Abbas Salim (2012 : 2) fungsi transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.

F. Angkutan Udara

1. Pengertian Angkutan Udara

Menurut UU Penerbangan No. 1 tahun 2009 (2009 : 3), Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

2. Sifat Jasa Angkutan Udara

Menurut M. N. Nasution (2015 : 205-206) sifat dan karakteristik umum jasa angkutan udara adalah sebagai berikut :

a. Produksi yang dihasilkan tidak dapat disimpan dan dipegang tetapi dapat ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat. Unit produksi adalah seat/km tersedia dan ton/km tersedia. Seat/km tersedia (available seat/km) adalah satu seat yang diterbangkan dalam jarak satu kilometer. Ton/km tersedia adalah satu ton barang dalam satu kilometer. Bila seat/km tersedia dan ton/km tersedia telah digunakan users, maka produksi tersebut menjadi revenue passanger/km dan revenue cargo/km.

b. Permintaan bersifat elastis. Permintaan jasa angkutan udara bersifat derived demand, yaitu sebagai akibat adanya permintaan atau kebutuhan di lokasi lain. Karena tarif angkutan udara relatif mahal, maka bila terjadi perubahan harga, maka permintaan menjadi elastis.

c. Selalu menyesuaikan dengan teknologi maju. Perusahaan penerbangan pada dasarnya bersifat dinamis, yang dengan cepat menyesuaikan perkembangan teknologi pesawat udara. Penyesuaian teknologi maju tidak hanya di bidang teknik permesinan pesawat terbang saja, tetapi juga di bidang-bidang lainnya, seperti sistem informasi manajemen, metode-metode, peraturan-peraturan dan prosedur, serta kebijakan.

d. Selalu ada campur tangan pemerintah, seperti pada umumnya kegiatan–kegiatan transportasi menyangkut hajat hidup orang banyak. Selain itu, juga untuk menjaga keseimbangan antara penumpang dengan lessor (dalam hal ini menyangkut penarifan), jumlah investasi yang besar, dan manjamin keselamatan penerbangan.

3. Fungsi Jasa Angkutan Udara

Menurut Nasution (2015:206-207) pada prinsipnya terdapat beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai, yaitu :

a. Safety

Organisasi penerbangan harus mengutamakan faktor keselamatan di atas segala-galanya dalam pengoperasian pesawat dari suatu rute tertentu ke rute tertentu. Seluruh penumpang, awak pesawat dan barang-barang selama penerbangan harus benar-benar diperhatikan akan keselamatannya.

b. Comfortability

Dalam hal comfortability, organisasi berusaha semaksimal mungkin agar penumpang mendapat kenyamanan selama penerbangan berlangsung. Dengan demikian, penumpang harus mendapat pelayanan yang sebaik mungkin dari petugas organisasi yang bersangkutan. Pelayanan yang dimaksud disini adalah pada saat calon penumpang mengadakan hubungan dengan organisasi sampai penumpang tiba di tempat tujuannya.

c. Regularity

Dalam mengoperasikan pesawat udara harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang diinginkan penumpang, hal tersebut sangat diperukan untuk menjamin kepuasan penumpang dan citra organisasi penerbangan sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Untuk dapat melaksanakan operasi penerbangan tepat waktu, diperlukan disiplin dan koordinasi antara bagian produki/operasi dengan bagian pemeliharaan pesawat, pemasaran dan bagian lainnya. d. Economy for Company

Bilamana safety dan passengercomfort telah berjalan dengan baik, maka tibalah saatnya bagi organisasi untuk menikmati hasil dari pengoperasian pesawat terbang. Di samping mengadakan penghematan-penghematan biaya di segala bidang serta adanya

pegawai-pegawai yang cakap dan terampil, penjualan yang tinggi, maka perbandingan antara revenue dan cost akan lebih menonjol. Keuntungan semaksimal mungkin akan tercapai dan efisiensi organisasi dapat mengadakan ekspansi seperti pembaruan armada dan meningkatan frekuensi penerbangan, baik dalam maupun luar negeri, dan sebagainya.

4. Jenis-Jenis Perusahaan Angkutan Udara

Menurut M. N. Nasution (2008 : 206) Perusahaan – Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara pada umumnya dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Direct air carriers, yaitu perusahaan penerbangan yang langsung menyediakan dan memproduksi jasa angkutan udara. Perusahaan ini dapat dikelompokkan dalam tiga jenis berikut :

1) Perusahaan penerbangan yang berjadwal (schedule/ regulator), yang terdiri atas perusahaan penerbangan

nusantara, perusahaan penerbangan daerah, dan perusahaan penerbangan perintis;

2) Perusahaan penerbangan sewa (air charter), yaitu perusahaan penerbangan yang tidak berjadwal dan yang menyediakan jasa angkutan kepada umum dengan sistem kontrak, yang dibedakan atas perusahaan penerbangan tidak berjadwal (air charter), ydan perusahaan penerbangan taksi udara (air taxi)

3) Perusahaan penerbangan umum (general aviation), yaitu operasi penerbangan hanya dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau instansi yang bersangkutan untuk membantu kelancaran usahanya.

b. Perusahaan angkutan yang tidak langsung (indirect air carriers), yaitu perusahaan non penerbangan, tetapi turut serta sebagai mata rantai proses kelancaran jasa angkutan udara yang telah disediakan. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara), cargo forwarders, air express, dan handling asents, serta lain

sebagainya. G. On Time Performance

1. Pengertian On Time Performance

Menurut Asad Y. Nasar di dalam Jurnal Manajemen Transportasi Ferial dan Osman Volume 9 No. 2, tahun 2008 (2008 : 116), On Time Performance adalah catatan dari ketepatan waktu perusahaan penerbangan pada keberangkatan dan kedatangan penerbangan.

Suatu airline dapat dikatakan baik jika on time performance yang dicapai selalu memenuhi jadwal penerbangannya. Untuk menghasilkan performance yang baik maka kerjasama antara satu bagian dengan bagian lain dari suatu maskapai haruslah baik pula. Akibat dari adanya penerbangan yang tidak tepat waktu dapat mengalami delay, postpone (tertunda), dan cancel (pembatalan).

2. Delay

Menurut Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, keterlambatan berarti terjadinya perbedaan waktu antara keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan.

Menurut Widadi A. Sumarno (2001 : 79) delay adalah pemberangkatan pesawat yang harus ditangguhkan sementara waktu, sehingga mengalami kemunduran waktu keberangkatan yang tidak sebagaimana telah ditetapkan.

Dalam Ground Operations Manual PT. Sriwijaya Air (2014 : 109- 111) yang merupakan induk perusahaan dari NAM Air, delay dibagi menjadi 11 dasar penyebab. 11 dasar penyebab dari delay adalah penanganan passanger and baggage, penanganan cargo and mail, penanganan mail only, penanganan aircraft and ramp handling, penangananan technical and aircraft equipment, adanya damage to aircraft, adanya EDP / automated equipment failure, penanganan flight

operation and crewing, kendala pada weather atau cuaca, adanya air traffict flow management restrictions, dan beberapa penyebab lain yang

tidak masuk dalam kategori-kategori di atas sehingga masuk dalam kategori others.

H. Flight Operation

1. Pengertian Flight Operation

Menurut Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo (2014 : 83-84) flight operation atau operasi penerbangan merupakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan otorisasi dan persiapan serta pelaksanaan rencana penerbangan, antara lain mencakup flight dispatch, operation controller, dan flight following. Secara rinci berfungsi untuk membuat

jadwal crew, tracking crew, mengatur port crew, memonitor radio navigasi, membuat flight plan, mengisi load sheet, membaca peta meteorologi, menghitung performance pesawat untuk menentukan batasan berat saat tinggal landas maupun mendarat, menghitung Central of Gravity, dan lain sebagainya.

Menurut Company Operations Manual NAM Air (106 : 2013) flight operation adalah bagian dalam operation control yang bertujuan

untuk memastikan penerbangan berjalan secara aman dan sesuai dengan ketentuan manual operasi perusahaan dan CASR. Operation control sendiri memiliki definisi pelaksanaan kewenangan atas perumusan, pelaksanaan, dan amandemen rencana penerbangan operasional yang berkaitan dengan penerbangan.

Menurut IATA Delay Code pada Chapter 6 (Revisi Juni 2017) mengenai delay akibat penanganan operasi penerbangan (flight operation) adalah delay yang disebabkan oleh rencana penerbangan,

atau departure crew, kekurangan kru, adanya permintaan kru khusus, terlambatnya awak kabin, kekurangan awak kabin, permintaan khusus awak kabin, dan permintaan pilot in command untuk melakukan security check.

I. Teknik

1. Pengertian Teknik

Menurut David Crocker (2007 : 229) teknik adalah sesuatu yang mengacu pada mekanik, listrik, hidrolik atau pneumatik dari masalah teknis pesawat terbang atau mencegah keterlambatan pesawat pada saat ingin lepas landas.

Menurut IATA Delay Code pada Chapter 4 (Revisi Juni 2017) mengenai delay akibat penanganan teknik adalah delay yang disebabkan oleh kerusakan pada pesawat, perawatan pesawat terjadwal, perawatan pesawat tidak terjadwal, masalah pada suku cadang dan peralatan pemeliharaan pesawat, AOG (Aircraft On Ground for technical reason), pergantian pesawat, pesawat yang standby dengan

alasan teknis, dan konfigurasi kabin terjadwal serta penyesuaian versi. J. Bandar Udara

1. Pengertian Bandar Udara

Bandar udara menurut Hadi Suharno (2013 : 2) adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau

pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat antarmoda transportasi.

2. Fungsi Bandar Udara

Menurut Hadi Suharno (2013 : 2) fungsi bandar udara adalah sebagai berikut:

a. Memberi fasilitas bagi pesawat terbang mendarat dan tinggal landas;

b. Tempat perpndahan moda transportasi dari darat ke udara; c. Sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah dan pusat; K. Penanganan Pesawat di Bandar Udara (Aircraft Handling)

1. Kegiatan-Kegiatan Penanganan Pesawat di Bandar Udara

Menurut M. N. Nasution (2008 : 250) kegiatan aircraft handling dibagi menjadi tiga bagian yaitu arrival control, departure control dan post departure control.

a. Arrival Control

Pada saat pesawat akan mendarat, waktu pendaratan (estimated time arrival) akan diberikan pilot kepada ground staff tepat pada saat

pesawat masuk ke dalam kontrol dari suatu bandar udara dengan menggunakan rasio yang memiliki saluran khusus atau jika tidak, informasi kedatangan disalurkan melaui air traffic control information dari bandar udara.

Ketentuan – ketentuan yang harus ditetapkan pada saat kedatangan pesawat adalah sebagai berikut.

1) Untuk penerbangan international, dilakukan pemeriksaan custom immigration dan karantina.

2) Petugas kedatangan (arrival staff) akan datang mengumpulkan flight document dan flight bag melalui cabin attendant.

Selanjutnya mengarahkan penumpang turun dari pesawat dari arrival hall dan memberitahukan dimana bagasi penumpang akan

diambil.

3) Petugas catering akan mengosongkan container (troly yang akan digunakan dan mengisi kembali dengan catering untuk penerbangan selanjutnya).

4) Petugas loading akan melakukan loading / unloading pesawat. 5) Petugas pertamina akan melakukan refueling, bekerja sama

dengan petugas teknik ramp handling.

6) Petugas cleaning akan membersihkan pesawat.

7) Petugas teknik akan melakukan pemeriksaan / perawatan yang diperlukan oleh pesawat.

8) Petugas load control akan memulai mengerjakan document weight and balance (load sheet) untuk penerbangan selanjutnya.

Selama waktu di darat, kru penerbangan akan terus mendapatkan informasi mengenai penerbangan selanjutnya, seperti keadaan cuaca, rencana penerbangan, rute umum, dan lain – lain.

b. Departure Control

Seorang staf yang bertanggung jawab atas pemberangkatan suatu penerbangan harus melakukan cek ulang bahwa seluruh check list dari pemberangkatan pesawat sudah dilaksanakan sebelum wheel choke dicabut.

1) Preboarding

Setiap bagian terkait dalam menyelesaikan tugasnya, yaitu: a) Catering dan inflight strore sudah dimuat;

b) Cleaning sudah selesai;

c) Pemeriksaan bagian teknik sudah selesai; d) Refueling sudah selesai;

2) Progressive

a) Bagasi penumpang, kargo, dan mail sudah siap dimuat; b) Seluruh general load sudah siap dibuat dokumennya;

c) Special item (seperti security item) disiapkan dengan baik sesuai dengan aturannya;

3) Immediate Predeparture

a) Flight bag sudah lengkap (berisi passenger manifest, loading instruction, cargo manifest);

b) Penumpang yang boarding sudah rapat terkunci;

c) Seluruh peralatan sudah diparkir dan dipindahkan dengan benar dan aman;

4) Post Departure Control

a) Seluruh message dikirim segera setelah pesawat berangkat dan melakukan cek ulang;

b) Setiap irregularity condition maupun item yang tidak biasanya berhubungan dengan service handling harus diberitakan kepada setiap online airport yang berkaitan; c) Dalam kegiatan penanganan pesawat digunakan berbagai

Dalam dokumen Skripsi Hubungan Delay karena Penangan (Halaman 39-59)

Dokumen terkait