• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi sastra Ali sastraAli sastra Ali sastraAli sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi sastra Ali sastraAli sastra Ali sastraAli sastra"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA PADA CERPEN “IBU” KARYA SUMARTONO

Disusun Guna Memenuhi Tugas Uas Mata Kuliah Psikologi Sastra Kelas B

MAKALAH

Oleh:

Fiona Pricilya (120210402059)

No. Hp (085655084536)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Psikologi Sastra Pada Cerpen “Ibu” Karya Sumartono”. Makalah ini dibahas untuk membantu para pembaca agar bisa lebih memahami apa yang telah saya rancang dalam makalah ini.

Saya berharap dengan adanya makalah ini, dapat berguna untuk seluruh pembaca. Namun saya menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran saya harapkan guna untuk penyempurnaan makalah ini sebagai umpan balik untuk bahan evaluasi. Dan semoga makalah ini dapat memberikan arahan yang positif dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.

Penulis,

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ...iii

Bab I : PENDAHULUAN 1.1Latar belakang... .1

1.2Rumusan masalah...1

1.3Tujuan ...2

BAB II : KAJIAN TEORI 2.1Pengertian psikologi sasta...2

2.2Hubungan psikologi dan sastra...3

2.3Teori kekerasan pada anak………...4

2.4 Teori psikologi cinta………5

BAB III : KLASIFIKAS KAJIAN 3.1Pokok pikiran………...6

3.2Paparan data……….6

3.3Uraian komponen... 8

3.4Diskusi umum... 13

BAB IV : PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Psikologi atau psikoanalisis dapat mengklasifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan tipe fisiologisnya. Psikoanalasisis dapat pula menguraikan kelainan jiwa bahkan alam bawah sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen di luar karya sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Untuk menginteprestasikan karya sastra sebagai bukti psikologis, psikolog perlu mencocokannya dengan dokumen-dokumen diluar karya sastra.

Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Misalnya, kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya. Hal itu, berguna karena jika dipakai dengan tepat dapat membantu kita melihat keretakan ( fissure ), ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang sangat penting dalam suatu karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukan teori psikologi yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.

Penelitian sastra juga memiliki peran penting dalam pemahan sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama pentingnya psikologi untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini memberi umpan balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang di kembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008: 12). Berdasarkan peranan penting psikologi untuk mengkaji perwatakan maka dilakukan penelitian yang di beri judul “Kajian Psikologi Sastra Pada Cerpen “Ibu” Karya Sumartono”.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana tindakan psikologi tokoh Kak Hardo ketika mengetahui Ari mencuri?

2. Bagaimana tindakan psikologi tokoh Ari ketika di tuduh mencuri?

(5)

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan tindakan psikologi tokoh Ari dalam cerpen “Ibu” Karya Sumartono. Selanjutnya tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan tindakan psikologi tokoh Kak Hardo ketika mengetahui adik tirinya mencuri, dan juga tokoh Kak Sumi ketika di tanya Ari mengenai Ibu kandungnya yang telah lama meninggal.

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Edraswara, 2008:16). Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Makna interpretatif terbuka lebar (Endraswara, 2008: 14). Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.

Menurut Endraswara (2003:96), Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitupun pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Pengarang akan mengungkap gejala jiwa kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannnya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama atau prosa. Masih menurut Endraswara (2003:96), bahwa asumsi penelitian bagi sastra antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :

(6)

sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra.

b. Kajian psikologi sastra di samping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis, juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga karya menjadi semakin hidup. Sentuhan-sentuhan emosi melalui dialog ataupun pemilihan karya sebenarnya merupakan gambaran kekalutan dan kejernihan batin pencipta.

2.2 Hubungan psikologi dan sastra

Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan jiwa orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil (Roekhan dalam Aminuddin, 1990). Psikologi sastra memandang bahwa sastra merupakan hasil kreatifitas pengarang yang menggunakan media bahasa yang diabadikan untuk kerpentingan estetis. Dengan kata lain, karya merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti didalamnya ternuansakan suasana rasa, karena dalam karya sastra tersebut gejala kejiwaan di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan, yang tampak pada pelaku-pelaku cerita, maka sebuah karya sastra dapat didekati dengan mengguanakan penerapan kaidah psikologi terhadap pelaku-pelaku dalam karya sastra (Aminuddin, 1990:93). Sastra juga bersumber dari jiwa manusia. Apa-apa yang terungkap dalam karya sastra adalah hasil sublimasi kejiwaan manusia (sastrawan). Karena itu sastra mempunyai sifat : (1) kesatuan dalam keragaman, (2) kontemplasi objektif, (3) distansi estetis, (4) penciptaan kerangka dan diendapkan dalam batin. Jika endapan pengalaman ini telah cukup kuat memberikan dorongan pada batin sang pengarang untuk melakukan proses kreatif, maka dilahirkannya endapan pengalaman tersebut dalam wahana bahasa yang dipilihnya dan diekspresikan menjadi sebuah karya sastra. Dengan demikian, pengalaman kejiwaan sang pengarang yang semula terendap dalam jiwa, telah beralih kedalam karya sastra yang diciptakannya, yang terproyeksikan lewat ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya.

(7)

Jatman dalam Aminuddin, 1990:101). Tidak langsung artinya hubungan itu ada, karena baik sastra maupun psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yakni kejiwaan manusia. Pengarang dan Psikologi sama-sama manusia biasa. Mereka mampu menangkap keadaan jiwa manusia secara mendalam. Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses pengolahan diungkapakan dalam bentuk sebuah karya. Hanya perbedaannya, sang pengarang mengemukakannya dalam bentuk karya sastra, sedangkan psikolog dalam bentuk formulasi teori psikologi. Pada kasus-kasus tertentu, pemikiran psikologi menambah nilai artistik karena menunjang koherensi dan komplementasi karya. Pemikiran psikologi menunjang keterkaitan keaslian karya sastra itu sendiri. Dalam sebuah karya sastra fiksi dimana unsur-unsur pembangunnya diantaranya adalah adanya tokoh dimana erat kaitannya dengan masalah kejiwaan . Tetapi pemikiran psikologi dalam karya sastra tidak hanya dicapai melalui pengetahuan psikologi saja. Pengetahuan teori psikologi yang sadar dan sistematis mengenai pikiran manusia tidak penting untuk seni dan tidak bernilai seni. Untuk seniman-seniman tertentu, psikologi membantu mengentalkan kepekaan mereka pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan, dan memberi kesempatan untuk menjejaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya. Tapi psikologi itu sendiri baru merupakan suatu persiapan penciptaan. Dalam karya sastra, kebenaran psikologis baru mempunyai nilai artistik jika ia menambah koherensi dan kompleksitas karya. Dengan kata lain, jika kebenaran psikologis itu sendiri merupakan suatu karya seni (Wellek & Warren, 1990:108).

Psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam. Penjelajahan kedalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk manusia yang unik merupakan sesuatu yang merangsang. Banyak penulis yang berusaha mendalami masalah psikologi yang mencoba memahami karya sastra dengan bantuan psikologi. Memang banyak hal dalam kehidupan manusia dapat dipulangkan ke teori-teori psikologi. Karena di dorong oleh cara berpikir semacam itulah muncul pendekatan psikologis dalam telaah atau penelitian sastra (Semi, 1993:76).

2.3 Teori kekerasan pada anak

(8)

dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain (Mayers, 1996). Berbicara mengenai kekerasan anak, akan ditemukan, bahwa anak bisa menjadi subjek/pelaku maupun objek kekerasan. Anak sebagai pelaku kekerasan/subjek, biasanya dikarenakan ia memiliki pengalaman sebagai objek kekerasan itu sendiri. Anak berperilaku seperti itu sebagai bagian dari imitasi atupun pengekspresian pengalaman-pengalaman mereka, entah itu disadari ataupun tidak.

2.4 Teori psikologi cinta

Psikologi merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta-adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibuya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi (Krech et al., 1974:477).

(9)

BAB 3 KLASIFIKASI KAJIAN

3.1 Pokok Pikiran

a. Kekerasan kak Hardo (kakak tiri) terhadap Ari

Kekerasan adalah salah satu bentuk agresi, dimana korban (anak) adalah objek kekerasan/agresi itu. Perbuatan agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain (Mayers, 1996).

Berbicara mengenai kekerasan anak, akan ditemukan, bahwa anak bisa menjadi subjek/pelaku maupun objek kekerasan. Anak sebagai pelaku kekerasan/subjek, biasanya dikarenakan ia memiliki pengalaman sebagai objek kekerasan itu sendiri. Anak berperilaku seperti itu sebagai bagian dari imitasi atupun pengekspresian pengalaman-pengalaman mereka, entah itu disadari ataupun tidak.

3.2 Paparan Data

Uraian tersebut di atas diterapkan dalam cerpen “IBU” karya Sumartono. Berikut adalah beberapa kutipan yang menunjukkan pokok pikiran kekerasan kak Harto (kakak tiri) terhadap Ari. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan kutipan berikut:

Aku ditatapnya dengan pandangan yang tak enak kurasakan. Lalu dengan isyarat anggukan kepalaku disuruh mengikutinya, dia ajak kerumah Bu Kesi tetangga sebelahku,

”kau mengaku saja ya, Ar, jangan mungkir.”

Aku tak mengerti apa yang dimaksudnya. Hatiku mulai terasa tidak enak. Kalimatnya itu kurasa bakal terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan. Dan itu ternyata benar, ketika Kak hardo melanjutkn perkataannya.

”Bu Kesi lapor pada kau mengambil pencitnya.”

Berkata begitu Kak Hardosambil menunjuk sebatang pohon mangga yang lebat buahnya, di muka rumah Bu Kesi.

“Tidak!” jawabku.

(10)

“Ya, kamu kemarin yang mengokoti Bu Kesi, ya.” Bu Kesi mengintip kamu dari lubang itu. Ia menuju pada sebuah lubang dinding kayu rumahnya. Lalu berkata lagi

”Bu Kesi tidak hemat pada pencit. Cuma masih telalu muda untuk di ambil. Kalau kau ingin, minta sajalah pasti Bu Kesi beri. Tidak baik, Nak, mencuri.”

Aku tambah merasa jengkel. Dalam hatiku aku memaki. Orang tua yang mukanya royok di makan usia dan matanya yang kabur itu tentu salah pengliatan. Sekonyong-koyong orang tua di hadapanku itu, yang selama ini tidak kuhiraukan benar, berubah menjadi manusia yang paling kubenci di dunia ini. ketika telingaku dijewer Kak Hardo, aku menjerit sekuatku. Aku terus diseret Kak Hardo pulang. Sampai rumah aku dihajarnya: ditampar, dijewer, dan dipukuli. Kemudian Kak Hardo mengambil sebuah kayu penggaris lalu dipukulkan di sekujur tubuhku. Karena aku tetap menyatakan tidak mengambil, akhirnya Kak Hardo kelihatan ragu-ragu dan berkata.

”Kalau tidak mengambil, diam!”

Tetapi terdorong oleh rasa jengkelku aku tidak mau diam, malahan kukeraskan tangisku. Sekali lagi sekujur tubuhku di teter pukulan-pukulan yang tambah keraskan, hingga akhirnya kayu penggaris itu patah jadi dua. ”Kau tidak mau diam, Ar?” Ancam Kak Hardo lagi.

Ketika itu aku merasa tak tahu lagi oleh ancaman Kak Hardo. Tidak! Hatiku telah berontak. Aku tak mau menurut perintahnya. Aku terlanjur dia sakiti. Tangisku tambah kukeraskan.

(11)

Hardo melihat mulutku berdarah, entah karena kedatangan Kak Sumi untuk menolongku, atau karena kedua-duanya itu, aku tak tahu. Kak Hardo menjadi reda amarahnya. Kak Sumi menghampiriku, terkejut melihatku.”

3.3 Uraian komponen

Uraian kutipan tersebut di atas merupakan kutipan yang menunjukkan kekerasan yang dialami oleh Ari anak usia delapan tahun yang di tuduh mencuri mangga milik tetanggnya. Akibat tuduhan itu Ari di pukul oleh kak Harto kakak tirinya yang jengkel karena Ari dianggap sudah merusak nama baik keluarganya, tapi Ari yang tidak merasa mencuri dia tidak mau mengakuinya. Berbagai penjelasan dia utarakan tapi sang kakak tirinya tetap saja tidak mempercayai penjelasannya, sampai akhirnya Ari di hajar, di jewer, di tampar dan di jambak rambutnya hingga Ari jatuh ke tanah. Kekerasan ini berakhir saat kak Sumi kakak kandungnya datang menolong Ari yang jatuh di tanah akibat di hajar kakak tirinya. Kutipan yang menunjukkan tindakan kekerasan tersebut terdapat pada kutipan berikut:

“Jadi, kau tidak mau mengakui perbuatanmu?” Bentak Kak Hando, mengancamku.

Aku sudah hampir menangisnamun masih bisa kujawab, ”Betul Kak, aku tidak mencuri. Aku berani sumpah!”

Sehabis perkataanku itu tangisku meledak tak bisa ku tahan lagi. Dan ketika telingaku dijewer Kak Hardo, aku menjerit sekuatku. Aku terus diseret Kak Hardo pulang. Sampai rumah aku dihajarnya: ditampar, dijewer, dan dipukuli. Kemudian Kak Hardo mengambil sebuah kayu penggaris lalu dipukulkan di sekujur tubuhku. Karena aku tetap menyatakan tidak mengambil, akhirnya Kak Hardo kelihatan ragu-ragu dan berkata.

”Kalau tidak mengambil, diam!”

Tetapi terdorong oleh rasa jengkelku aku tidak mau diam, malahan kukeraskan tangisku. Sekali lagi sekujur tubuhku di teter pukulan-pukulan yang tambah keraskan, hingga akhirnya kayu penggaris itu patah jadi dua. ”Kau tidak mau diam, Ar?” Ancam Kak Hardo lagi.

(12)

Tiba-tiba rambutku dijambaknya. Aku diputar kekanan terus diempaskan. Aku jatuh tersungkur di tanah. Sakit rasanya, tetapi hatiku lebih dari itu. Setelah aku bangkit aku menantangnya lagi dengan jeritku. Biar, biarlah semuanya ia menghajar aku, aku telah nekat . entah karena Kak Hardo melihat mulutku berdarah, entah karena kedatangan Kak Sumi untuk menolongku, atau karena kedua-duanya itu, aku tak tahu. Kak Hardo menjadi reda amarahnya. Kak Sumi menghampiriku, terkejut melihatku.

Tindakan yang dilakukan kak Hardo sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mayers mengenai kekerasan. Mayers mengatakan kekerasan adalah salah satu bentuk agresi, dimana korban (anak) adalah objek kekerasan/agresi itu. Perbuatan agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Ari merupakan objek kekerasan dari kakak tirinya sendiri, Ari di tuduh mencuri mangga milik tetangganya sehingga membuat kakaknya marah saat mendengar kabar tersebut. Ari yang merasa tidak mencuri dan tidak mau mengakui perbuatan tersebut saat ditanya kakaknya akhirnya dihajar atau di sakiti kakak tirinya. Tentu tindakan yang di lakakukan kak Hardo ini sangat merugikan Ari.

Tindakan yang dilakukan kak Hardo tersebut tentunya didasarkan pada sebuah pemikiran. Kak Hardo memukuli Ari agar Ari mau mengakui perbuatan yang telah dia lakukan yaitu mencuri mangga milik tetangganya. Selain itu kak Hardo malu punya adik seorang pencuri karena ini bisa menjadi aib besar bagi keluarganya, tentu hal ini dapat menjatukan nama baik keluarganya. Tindakan kak Hardo memukuli Ari berdampak negatif bagi Ari, kini tubuh Ari banyak dipenuhi luka akibat pukulun dari kakak tirinya sendiri. Selain itu, dampak negatif yang lain adalah mengenai psikologi Ari. Ari akan merasa tertekan saat melakukan suatu perbuatan, Ari juga dihantui rasa takut saat dia melukan suatu hal, dia akan takut salah dan takut di hajar lagi oleh kakak tirinya. Saat di rumah dia merasa kurang mendapat perhatian dari saudaranya sehingga dia mencari perhatian lain dengan melakukan tindakan-tindakan kriminal untuk mendapat perhatian.

(13)

b. Cinta

Psikologi merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta-adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi (Krech et al., 1974:477).

Perasaan cinta bervariasi dalam berbagai bentuk, intensitas pengalaman pun memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam, derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan agitatif. Jika demikian esensi cinita adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian maka berarti bukan cinta sejati. Terdapat pula cinta yang diseut selfish, misalnya cinta seorang ibu atau ayah yang sangat menuntut dan posesif terhadap anak perempuannya. Berdasarkan analisis terhadap kisah Romeo and Juliet, Driscoll, Davis dan Liptiperz (1972) menemukan bahwa intervensi orang tua yang sangat kental dalam percintaan anak-anaknya dari awal-apakah pasangan ini akan menikah atau tidak-akan mempertebal rasa saling mencintai pasangan kekasih tersebut; maksudnya hubungan cinta yang dihalang-halangi akan mempertebal perasaan mereka yang bercinta (Kreach et al., 1974-478)

Uraian tersebut di atas diterapkan dalam cerpen “Ibu” karya Sumartono. Berikut adalah beberapa kutipan yang menunjukkan pokok pikiran cinta atau rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan kutipan berikut:

“Kak Sumilah yang banyak merawatku, memandikan aku, membersihkan telinggaku dengan kapas dan minyak kelapa, merawatku bila aku sakit. Karena kebiasaan itu, aku jadi sayang padanya. Pernah Kak Sumi bertanya padaku,

”kau sekarang tidur di bawah ya, Ar! ”

(14)

berselambu. Akhir-akhir ini Ibu menyuruhku pindah tidur di bawah. Katanya aku suka ngompol.”

”kau masih suka ngompol Ar, ? ” tanya Kak Sumi lagi.

”sekarang tidak lagi, Kak. Tiap mau tidur mesti aku pipis dulu. Dik tato yang masih sering ngompol. Tapi Dik tato tidak disuruh ibu tidur di bawah. Kenapa, Kak? ”

”Dik tato masih kecil, Ar. Nanti bisa masuk angin.”

“Aku juga masuh kecil, Kak, umurku baru delapan tahun. Dik tato enam tahun. Bukankah hanya dua tahun selisihnya? “

Kak Sumi diam dan aku terus bertanya, “Dik tato kesayangan ibu ya, tanganku diraihnya. Tiba-tiba aku didekap dan diciumnya. Terasa ada air meleleh dipipiku. Dan ketika aku dilepaskan, kulihat muka kakaku itu basah, ”kau menagis, kak? ”

(15)

menunjukkan tindakan cinta atau kasih sayang tersebut terdapat pada kutipan berikut:

“Kak Sumilah yang banyak merawatku, memandikan aku, membersihkan telinggaku dengan kapas dan minyak kelapa, merawatku bila aku sakit. Karena kebiasaan itu, aku jadi sayang padanya. Pernah Kak Sumi bertanya padaku,

”kau sekarang tidur di bawah ya, Ar! ”

”ya Kak, ibu yang menyuruh aku tidur di bawah. Dulu seingatku aku tidur bersma Kak Sumi. Tapi lama-kelamaan, setelah aku besar, aku Ibu suruh tidur bersama Kak Hardo dan Dik tato, adiku, si bungsu, di sebuah ranjang berselambu. Akhir-akhir ini Ibu menyuruhku pindah tidur di bawah. Katanya aku suka ngompol.”

”kau masih suka ngompol Ar, ? ” tanya Kak Sumi lagi.

”sekarang tidak lagi, Kak. Tiap mau tidur mesti aku pipis dulu. Dik tato yang masih sering ngompol. Tapi Dik tato tidak disuruh ibu tidur di bawah. Kenapa, Kak? ”

”Dik tato masih kecil, Ar. Nanti bisa masuk angin.”

“Aku juga masuh kecil, Kak, umurku baru delapan tahun. Dik tato enam tahun. Bukankah hanya dua tahun selisihnya? “

Kak Sumi diam dan aku terus bertanya, “Dik tato kesayangan ibu ya,

(16)

menguntungkan Ari sedangkan tidakan yang dilakukan ibu tentu membuat Ari sedih dan iri kepada ibunya.

Tindakan yang dilakukan kak Sumi tersebut tentunya didasarkan pada sebuah pemikiran. Kak Sumi memberi perhatian dan perlindungan kepada Ari karena kak sumi tau dia adik kandung satu-satunya yang masih kecil dan masih perlu mendapat kasih sayang. Dan kak Sumi juga sadar bahwa ibu tirinya tidak bisa memberi cinta dan perhatian kepada Ari seperti cinta dan perhatian yang di berikan ibu kepada anak kandungnya sendiri. Tindakan yang di lakukan ibu tentu membawa dampak negatif bagi Ari, karena Ari merasa cemburu dan tidak mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Sehingga Ari yang masih kecil berfikiran bahwa ibunya tidak sayang kepada Ari. Selain itu saat dirumah Ari merasa bahwa dirinyna tidak di anggap, karena ibu dan kakak tirinya memperlakukan ari seperti orang lain.

Sedangkan dampak positif dari tindakan yang di lakukan kak Sumi adalah Ari merasa bahwa masih ada yang cinta dan perhatian terhadapnya. Sehingga Ari masih bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari keluarga terdekatnya meski di sisi lain banyak yang tidak memperhatikan dia. Kak Sumi kakak kandung satu-satunya yang dimiliki Ari sangat sayang terhadapnya, dan Kak Sumilah harapan satu-satunya yang dimiliki Ari saat ini.

3.4 Diskusi Umum

Refleksi dalam kehidupan nyata “Kisah Tragis Si Anak Tiri”

indosiar.com, Banjarmasin - Kekerasan dalam rumah tangga terus saja terjadi. Dibuatnya aturan yang memberi ancaman berat kepada pelakunya, seakan tidak digubris. Di kota Banjarmasin- Kalimantan Selatan, seorang bocah berusia delapan tahun, menjalani penderitaan panjang sejak ayahnya kawin lagi dengan wanita lain. Setiap kali ayahnya pergi melaut, sang bocah menjalani berbagai siksaan, dari pukulan, tendangan, sampai pemberian pekerjaan berat. Kita simak saja kisah pahit yang dialami bocah bernama Fani itu.

(17)

wali kelas Fani, segera memanggilnya. Mendapati lebam dan memar yang demikian mengejutkan, Elizabeth memutuskan untuk melaporkannya kepada kepala sekolah. Setelah terlebih dulu memberitahukan peristiwa ini, kepada keluarga Fani, wali kelas itu melanjutkannya ke polisi. Perasaan geram, serta iba terhadap penderitaan Fani, bercampur baur menjadi satu dalam hati Elizabeth. Lebam dan memar di tubuh Fani, bukan yang pertama kali dilihatnya. Setibanya di Mapolsekta Banjarmasin Utara, baru didapat kepastian bahwa memar dan lebam yang diderita Fani, adalah karena pukulan yang dilakukan oleh ibu tirinya. Mencuri uang. Tuduhan inilah yang menyebabkan wajah dan sekujur tubuh kecil Fani, dihiasi oleh lebam dan memar yang membiru, tanda tubuhnya telah menerima hantaman benda tumpul secara bertubi – tubi.

(18)

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan

Cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek baik peristiwa, isi cerita, jumlah pelaku. Cerpen Ibu karya Sumartono ini terdiri atas tokoh dan penokohan yakni tokoh utama Ari digambarkan sebagai tokoh yang baik, santun, berpendidikan, sayang terhadap keluarga. Dalam cerpen ini Ari mendapat perlakuan kasar dari kakak tirinya yaitu Kak Hardo, Kak Hardo digambarkan sebagai tokoh yang Jahat, keras kepala, suka main kasar. Karena kejengkelan terhadap Ari yang di tuduh mencuri mangga milik tetangganya Kar Hardo memukuli Ari sampai jatuh ketanah dan berdarah.

(19)

Daftar Pustka

Hoerip, satyagraha. 1986. Cerita Pendek Indonesia II. Jakarta: PT Gramedia

Zida. 2009. “Psikologi Sastra” dalam

http://zida86.blog.com/2009/04/27/psikologi-sastra/ (di akses 5 Desember 2014)

Anonim. 2013.“Ragam Kisah Tragis Si Anak Tiri” dalam

http://www.indosiar.com/ragam/kisah-tragis-si-anak-tiri_40944.html

(di akses 6 Desember 2014)

Ardi, muhammad. 2010. “Kekerasan Pada Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, Islam Dalam Tinjauan Psikologi Dan Pengaruhnya Dalam Persiapan

Generasi Muslim” dalam

(20)

IBU Karya Sumartono

Setibaku di rumah aku terus menanggalkan sepatu dan baju sekolahku. Badanku terasa penat, lapar, dan haus. Perjalanan dari sekolah ke rumah yang kutempuh dalam jarak dua kilometer di bawah terik matahari, cukup meletihkan.

Aku ingin segera pergi ke dapur menikmati nasi dan lauknya yang biasanya telah di sediakan untukku. Tetapi sebelum aku melangkah, kukira aku mau diberinya sesuatu, entah permen entah kelereng atau permaian apa saja seperti yang di berikannya pada Dik Tato kemarin. Tapi, harapku itu segera lenyap ketika aku lihat muka Kak Hardo yang cemberut memandangku.

Aku ditatapnya dengan pandangan yang tak enak kurasakan. Lalu dengan isyarat anggukan kepalaku disuruh mengikutinya, dia ajak kerumah Bu Kesi tetangga sebelahku, ”kau mengaku saja ya, Ar, jangan mungkir.”

Aku tak mengerti apa yang dimaksudnya. Hatiku mulai terasa tidak enak. Kalimatnya itu kurasa bakal terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan. Dan itu ternyata benar, ketika Kak hardo melanjutkn perkataannya.

”Bu Kesi lapor pada kau mengambil pencitnya.”

Berkata begitu Kak Hardosambil menunjuk sebatang pohon mangga yang lebat buahnya, di muka rumah Bu Kesi. itu. Ia menuju pada sebuah lubang dinding kayu rumahnya. Lalu berkata lagi

”Bu Kesi tidak hemat pada pencit. Cuma masih telalu muda untuk di ambil. Kalau kau ingin, minta sajalah pasti Bu Kesi beri. Tidak baik, Nak, mencuri.”

Aku tambah merasa jengkel. Dalam hatiku aku memaki. Orang tua yang mukanya royok di makan usia dan matanya yang kabur itu tentu salah pengliatan. Sekonyong-koyong orang tua di hadapanku itu, yang selama ini tidak kuhiraukan benar, berubah menjadi manusia yang paling kubenci di dunia ini.

(21)

”Betul Kak, aku tidak mencuri. Aku berani sumpah!”

Sehabis perkataanku itu tangisku meledak tak bisa ku tahan lagi. Dan ketika telingaku dijewer Kak Hardo, aku menjerit sekuatku. Aku terus diseret Kak Hardo pulang. Sampai rumah aku dihajarnya: ditampar, dijewer, dan dipukuli. Kemudian Kak Hardo mengambil sebuah kayu penggaris lalu dipukulkan di sekujur tubuhku. Karena aku tetap menyatakan tidak mengambil, akhirnya Kak Hardo kelihatan ragu-ragu dan berkata.

”Kalau tidak mengambil, diam!”

Tetapi terdorong oleh rasa jengkelku aku tidak mau diam, malahan kukeraskan tangisku. Sekali lagi sekujur tubuhku di teter pukulan-pukulan yang tambah keraskan, hingga akhirnya kayu penggaris itu patah jadi dua.

”Kau tidak mau diam, Ar?” Ancam Kak Hardo lagi.

Ketika itu aku merasa tak tahu lagi oleh ancaman Kak Hardo. Tidak! Hatiku telah berontak. Aku tak mau menurut perintahnya. Aku terlanjur dia sakiti. Tangisku tambah kukeraskan.

Tiba-tiba rambutku dijambaknya. Aku diputar kekanan terus diempaskan. Aku jatuh tersungkur di tanah. Sakit rasanya, tetapi hatiku lebih dari itu. Setelah aku bangkit aku menantangnya lagi dengan jeritku. Biar, biarlah semuanya ia menghajar aku, aku telah nekat . entah karena Kak Hardo melihat mulutku berdarah, entah karena kedatangan Kak Sumi untuk menolongku, atau karena kedua-duanya itu, aku tak tahu. Kak Hardo menjadi reda makan dulu. Kau kan belum makan to. ”

Dengan muka masam Kak Sumi meninggalkan Kak Hardo tampa berata sepatah katapiun. Aku dibimbingnya ke dapur.

Setibaku di dapur kulihat ibu masih membenahi alat-alat dapur yang berserakan. Ibu selamanya tidak menghiraukan aku, juga ketika mendengarkan sedu-senduku yang masih ketinggalan ibu tidak bertanya apa-apa. Malah kulihat mukanya yang masam.

(22)

dibawakan oleh-oleh: kue-kue atau permen yang dibagikan pada kami dengan jumlah yang sama. Tapi ayah jarang dirumah. Satu-satunya orang yang di rumahyang dekat denganku hanyalah Kak Sumi. Kak Sumilah yang banyak merawatku, memandikan aku, membersihkan telinggaku dengan kapas dan minyak kelapa, merawatku bila aku sakit. Karena kebiasaan itu, aku jadi sayang padnya. Pernah Kak Sumi bertanya padaku,

”kau sekarang tidur di bawah ya, Ar! ”

”ya Kak, ibu yang menyuruh aku tidur di bawah. Dulu seingatku aku tidur bersma Kak Sumi. Tapi lama-kelamaan, setelah aku besar, aku ibu suruh tidur bersama Kak Hardo dan Dik tato, adiku, si bungsu, di sebuah ranjang berselambu. Akhir-akhir ini ibu menyuruhku pindah tidur di bawah. Katanya aku suka ngompol.”

”kau masih suka ngompol Ar, ? ” tanya Kak Sumi lagi.

”sekarang tidak lagi, Kak. Tiap mau tidur mesti aku pipis dulu. Dik tato yang masih sering ngompol. Tapi Dik tato tidak disuruh ibu tidur di bawah. Kenapa, Kak? ”

”Dik tato masih kecil, Ar. Nanti bisa masuk angi.”

Kak Sumi diam lagi. Ditatapnya mukaku lama-lama. Kemudian tanganku diraihnya. Tiba-tiba aku didekap dan diciumnya. Terasa ada air meleleh dipipiku. Dan ketika aku mata. Kak Sumi sangat gembira melihat rapormu yang bagus itu. Kalau kau pintar kelak dan bisa mencapai apa yang bisa kau cita-citakan... kau ingin jadi apa? Jadi dokter ya, Ar? ” ”tidak kak, aku tidak senang jadi dokter. ”

”kenapa? ”

(23)

”Oya, dokter suka operasi untuk menggambil penyakit di dalam. Lantas jadi mau apa? Menteri, ya? Punya mobil bagus dan di hormati oarang. ”

”tidak kak, aku juga tidak suka jadi menteri. ”

”Kelak kalau kau sudah besar akan tau sendiri sebabnya.mangkanya,balajarlah rajin-rajin.”

(24)

”Kak,aku kan masih punya ibu ya, kak?”

”Masih,kenapa?” ”Bilangnya Nono,temanku,ibu kita ini ibu tiri.Bukan ibu sendiri.”

Kak Sumi diam lagi.Sekarang ia kelihatan gelisah.Sementara ia mengusap-usap kepalaku,jariku mempermainkan ujung kebayanya.

”Kak,potret yang dipasang di kamar Kakak itu potret siapa, Kak?”

Di kamar Kak Sumi tergantung sebuah foto seorang perempuan yang usia lebih kurang tiga puluh tahun,bersama seorang dara yang mukanya mirip Kak Sumi.

“Ar, kau ingin tau tentang ibumu?” “Ya, Kak.“

“Kakak mau menceritakan,tapi kau harus berjanji.Kalau cerita Kak Sumi selesai,ari tidak boleh sedih ya. Kalau ari sedih,KakSumi makin tambah sedih lagi,“

“Ya,Kak“

“Potret yang kautanyakan itu adalah potret ibumu,ya ibu kita yang sesungguhnya.Gadis cilik yang di gandengnya itu gambar Kak Sumi sendiri, waktu Kak Sumi masih berumur lima tahun.Ibumu telah meninggal Ar,aktu melahirkan kau.Lalu ayah kawin lagi dengan seorang perempuan yang juga mempunyai seorang anak, yaitu Kak Hardo. Kemudian lahirlah Dik Tato, adik kita.“

Setelah Kak Sumi kawin foto itu di serahkan kepadaku. Acapkali, bila aku merasa kesepian,foto itu kuambil sekalipun aku tahu potret itu makin menambah kesepian dalam hatiku.

Referensi

Dokumen terkait

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air sumur di tiga lokasi Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Bandar Lampung mengandung cemaran logam timbal (Pb)

perusahaan atau lembaga terdapat jenjang karier yang pasti (peluang.. tinggi) maka seorang karyawan akan merasa diperlakukan adil dan. tentunya akan dengan suka

Balanced Scorecard mendidik manajemen dan organisasi pada umumnya untuk memandang perusahaan dari kurang lebih empat perspektif: keuangan, pelanggan, pembelajaran dan

Hasil penelitian menunjukkan daya pompa (Wp) maksimum adalah 0.11 watt terdapat pada variasi head: 3 m, pemanas: 1470 watt, diameter selang osilasi ½ inci, dan debit 238.9

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Potensial akumulasi optimum pada analisis kreatin secara voltammetri

Penerimaan Pegawai Subag Umum dan Kepegawaian Subag Umum dan Kepegawaian Setiap ada perubahan Soft copy dan hard copy v Selama berlaku website. Ringkasan Kinerja Program dan