BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun dari berbagai faktor tersebut yang sering dan paling sering diangkat adalah faktor guru. Karena tugas guru adalah mendidik, mengajar, melatih dan membimbing siswa. Untuk itu seorang guru harus menguasai berbagai kemampuan. Hal ini akan tercapai jika seorang guru terus mengembangkan diri secara profesional.
Permasalahan profesionalisme guru saat ini sedang ramai diperbincangkan. Permasalahan ini muncul sebagai akibat rendahnya mutu pendidikan, terutama pendidikan dibidang Ilmu Pengetahuan Alam, selain mata pelajaran lainnya, yaitu Matematika. Aspek kualifikasi guru menjadi perhatian serius karena berdasarkan data dari PDIP Balitbang Diknas tahun 2004 diketahui dari 1.234.927 guru SD Negeri dan Swasta 49,3% di ataranya tidak layak mengajar (Jalal, 2005).Hasil evaluasi belajar tahap akhir secara nasional tahun 2008 menunjukkan bahwa pencapaian skor Matematika, dan IPA masing-masing adalah 6,69, dan 7,00 (Balitbang, Depdiknas, 2008). Kenyataan ini memberikan bukti bahwa profesionalisme guru masih perlu ditingkatkan.
Temuan-temuan tersebut di atas juga sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Rahmatulloh (2010), bahwa terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu terdapat guru yang tidak siap mengajar atau guru belum
memahami materi yang diajarkan, guru kesulitan dalam memunculkan minat belajar siswa dan sulitnya guru menanamkan konsep yang benar pada siswa. Akibat munculnya permasalahan tersebut maka timbullah asumsi dan pandangan umum pada diri siswa, bahwa mata pelajaranIPAadalah mata pelajaran yang sulit,maka perlu adanya perlu segera diatasi sedini mungkin.
(Dharmaningtyas dalam Arofiq, 2015). Selain itu dijelaskan pula, bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-pinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dijelaskan pula oleh Piaget dalam Carin (1994), bahwa perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya. Setiap jenis perkembangan saling berkaitan satu terhadap yang lain. Perkembangan anak pada usia ini bersifat holistik, terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya. Karakteristik anak usia ini adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada sesuatu yang baru, tertarik pada gambar-gambar yang berwarna, senang melakukan eksplorasi, dan ingin mencoba sesuatu yang baru.
Melihat karakteristik dari pelajaran IPA dan anak usia sekolah dasar seperti yang diuraikan di atas, maka penting bagi guru profesional untuk menguasai metode pembelajaran yang tepat, serta pandai untuk memilih menggunakan metode tersebut agar siswa bersemangat, dan aktif selama selama proses pembelajaran. Kondisi tersebut penting untuk diciptakan, agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan karena siswa ditempatkan menjadi pelaku pembelajaran bukan sebagai pendengar. Sementara guru Guru juga aktif dalam memfasilitasi, dan membimbing siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang terjadi bersifat student center. Salahsatu bentuk pembelajaran student centeradalah discovery learning.
Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
Hasil catatan tes harian siswa kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarang menunjukkan, bahwa nilai IPA siswa dengan materi pokok makhluk hidup
dan proses kehidupan, menunjukkan tingkat penguasaan materi kurang, dari 29 orang siswa, nilai tertinggi 70 dan terendah 40 dengan rata-rata adalah 58 (Dokumentasi Guru, 2015), sehingga belum memenuhi KKM IPA yang telah ditetapkan yaitu 65 pada tahun ajaran 2016/2017. Hasil observasi yang dilakukan tanggal 18 Maret 2016 diperoleh bahwa selama proses pembelajaran IPA, guru dalam menyampaikan materi hanya dengan metode ceramah saja, dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis saja. Kondisi tersebut menjadikan siswa pasif dan kurang antusias selama mengikuti proses pembelajaran berlangsung.
Mengatasi kondisi tersebut di atas, maka guru perlu melakukan perubahan pada modelpembelajaran yang diterapkan selama ini. Sebab melalui penerapan model pembelajaran discovery learning menjadikan siswa sebagai pusat belajar, dan lebih aktif selama proses pembelajaran (Roestiyah, 2012:20; Suryosubroto, 2002:200). Sementara itu, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-pinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.Sehingga untuk pengusaan materi pada mata pelajaran IPA, siswa dituntunt untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis (Dharmaningtyas dalam Arofiq, 2015). Dengan demikian melalui penerapan model pembelajaran Discovery learningmemiliki potensi yang baik dalam upaya memperbaiki hasil belajar IPA siswa khususnya pada pokok bahasan makhluk hidup dan proses kehidupan. Selain itu, penerapan strategi pembelajaran discovery learning, juga sesuai dengan karakteristik
anak sekolah yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada sesuatu yang baru, tertarik pada gambar-gambar yang berwarna, senang melakukan eksplorasi, dan ingin mencoba sesuatu yang baru (Piaget dalam Carin, 1993).
itupun guru kurang menguasi bentuk gambar binatang maupun manusia dengan baik, kondisi tersebut tentu menjadikan pembelajaran kurang menarik. Padahal penggunaan
media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.
Penjelasan di atas sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Azhar (2002),bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap siswa.Melihat keunggulan pemakaian media tersebut memberikan inisiatif bagi peneliti untuk menggunakan media presentasi PowerPointpada program Microsoft Office, sebab media inipraktis sebagai media presentasi dikelas, artinya melalui media tersebut peneliti dapat menampilkan objek-objek, seperti gambar binatang maupun manusia secara lebih nyata seperti dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu membangkitkan ketertarikan siswa untuk belajar IPA khususnya pada materi pokok makhluk hidup dan proses kehidupan. Alasan lainnya, penggunaan media presentasi inibiaya murah, penerapannya tidak merepotkan, dan hal yang paling penting, peneliti banyak menguasai program tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka penerapan strategi belajar discovery learning dengan media PowerPoint dalam proses pembelajaran, diharapkan memperbaiki hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kab. Semarang khususnya pada bidang studi IPA pada materi pokok makhluk hidup dan proses kehidupan.Berkenaan dengan latar belakang tersebut, maka judul penelitian ini adalah
1.2. Identifikasi Masalah
Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di kelas III SD
Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarangmasih banyak menggunakan metode ceramah, dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis saja. Kondisi tersebut menjadikan siswa pasif dan kurang antusias selama mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Sementara itu, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-pinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.Sehingga untuk pengusaan materi pada mata pelajaran IPA, siswa dituntunt untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis.
Hasil observasi juga menemukan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengampu selama ini tanpa menggunakan media pembelajaran yang memadai. Guru selama ini hanya menggunakan kapur di papan tulis untuk menggambarkan bentuk-bentuk binatang, itupun guru kurang menguasi bentuk gambar binatang maupun maupun manusia dengan baik, kondisi tersebut tentu menjadikan pembelajaran kurang menarik. Padahal penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Melihat keunggulan pemakaian media tersebut
memberikan inisiatif bagi peneliti untuk menggunakan media Power Point pada program Microsoft Office.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajarandiscovery learning berbantu media PowerPoint untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA untuk siswa Kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarang Semester I Tahun 2016/2017?.
2. Apakah penerapan metode pembelajaran discovery learning berbantu media PowerPointdapat meningkatkanhasil belajar mata pelajaran IPA untuk siswa
Kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarang Semester I Tahun 2016/2017?.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan penerapan metode pembelajarandiscovery learningberbantu media PowerPointuntuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA untuk siswa Kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarang Semester I Tahun 2016/2017.
2. Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penerapan metodepembelajarandiscovery learningberbantu media PowerPointuntuk siswa Kelas III SD Negeri Rowoboni 01 Kabupaten Semarang Semester I Tahun 2016/2017.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa
b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya dengan mengalami langsung/praktek dalam
pembelajaran.
c. Membantu siswa menemukan keterkaitan antara materi yang dipelajari di sekolah dengan lingkungan nyata di sekitar siswa.
d. Menumbuhkan cara berfikir kritis, rasional dan ilmiah terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Bagi Guru
a. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan perbaikan kualitas proses belajar
mengajar.
b. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan sebagai inovasi pembelajaran IPA di sekolah.
c. Penelitian tindakan kelas ini dapat menambah wawasan untuk menganalisis pembelajaran yang cocok untuk anak SD.
3. Bagi Sekolah
a. Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah dalam menyusun program peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan metode pembelajaran.