• Tidak ada hasil yang ditemukan

Moch Salim HUBUNGAN KEMAMPUAN, KOORDINASI, DAN RESPONSIFITAS TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Moch Salim HUBUNGAN KEMAMPUAN, KOORDINASI, DAN RESPONSIFITAS TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN, KOORDINASI, DAN RESPONSIFITAS TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA ANGGOTA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA Oleh : Muhammad Fathurrohman

Abstrak

Penelitian dengan Komisi Pembimbing, Ketua : Dr. Slamet Rosyadi, M. Si, anggota : Drs. Andi Antono, M.Si bertujuan untuk menguji “ Hubungan Kemampuan, Koordinasi dan Responsifitas Terhadap Efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menemukan kemampuan anggota berhubungan secara positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja BPD di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga dalam kategori sedang, demikian juga koordinasi, dan responsifitas. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengingat efektifitas kerja anggota BPD tidak saja dipengaruhi oleh variabel tersebut, namun ada variabel lain yang dapat lebih berpengaruh dan perlu untuk diteliti, misalnya motivasi, responsobilitas, dan lain-lain

Kata kunci : Kemampuan, Koordinasi, Responsifitas, Efektivitas Kerja, Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

1. PENDAHULUAN

Salah satu dimensi penting dalam rangka mewujudkan cita-cita demokratisasi dan reformasi adalah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang undang Nomor 32 tahun 2004 yang di dalamnya mengatur mengenai pemerintahan desa.

(2)

mana pada Bab II Kedudukan dan Keanggotaan pada pasal 2 mengatur tentang kedudukan anggota BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Dalam bab IV mengatur tentang fungsi, wewenang, hak dan kewajiban, di mana dalam pasal 16 disebutkan bahwa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, sedangkan dalam pasal 17 mengatur tentang kewenangan BPD.

Dengan adanya kewenangan yang dimiliki BPD, maka kinerja anggota BPD menjadi faktor yang sangat urgent agar BPD tidak hanya merupakan lembaga papan nama belaka, tentunya banyak yang mempengaruhi kinerja BPD baik secara internal maupun eksternal, dalam kontek faktor internal salah satunya adalah adanya kemampuan personal anggota BPD dalam mengelaborasi kewenangan yang dimilikinya, kemampuan anggota BPD sangat tergantung kepada seberapa banyak pengalaman dan tentunya juga basis pendidikan formal yang diperolehnya.

Dalam kurun waktu empat tahun terahir, sejak ditetapkannya Surat Keputusan Bupati Purbalingga Nomor 144/206 Tahun 2006 tentang penetapan anggota BPD Kabupaten Purbalingga Periode 2006-2012, sering kali peran anggota BPD diindikasikan tidak dapat berjalan secara optimal.

Menurut Sekretaris Kecamatan Rembang “Yuwono, S. Sos mengatakan :

“ minimal dalam satu tahun anggaran ada tujuh perdes yang harus ditetapkan yaitu pertama, Perdes tentang lelang tanah kas desa, kedua, Perdes tentang program kerja desa, ketiga, perdes tentang pertanggung jawaban kepala desa, keempat, perdes tentang pungutan desa, kelima, perdes tentang APBDes, keenam perdes tentang perhitungan APBDes tahun lalu, ketujuh, perdes tentang perubahan APBDes tahun berjalan” (13/2/2011)

(3)

Tabel 1 : Jumlah Perdes yang ditetapkan selama tahun 2006 s/d 2010

No Desa Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Wlahar 5 4 - 3 3

2 Bantarbarang 1 1 3 1 3

3 Karangbawang 4 4 4 4 4

4 Gunungwuled - - 1 - -

5 Losari 5 6 5 5 6

6 Bodaskarangjati 5 5 5 5 6

7 Wanogarawetan 1 1 - - -

8 Wanogarakulon - - - - 5

9 Makam 6 12 7 7 7

10 Sumampir 7 7 7 7 7

11 Tanalum - - 1 - 2

12 Panusupan 2 2 3 2 4

Sumber : Masing-masing pemerintah desa

Melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan sistem kerja yang efektif dalam merumuskan perdes. Karena dengan perdes aspirasi masyarakat dapat diakomodir dalam proses pembangunan di desa, dengan demikian kemampuan anggota BPD menjadi hal penting dimiliki oleh segenap anggota agar BPD dapat memiliki peran dan fungsi sesuai dengan kewenangannya

BPD di samping harus memiliki kemampuan juga harus mempunyai keahlian dalam melakukan kordinasi, karena koordinasi merupakan faktor penting juga di dalam melaksanakan suatu kegiatan, BPD sebagai mitra kerja dari kepala desa memiliki tugas dan wewenang yang tidak mudah antara lain penetapan peraturan desa, mengawasi pelaksanaan peraturan desa dan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) maupun tugas-tugas lain, oleh karenanya untuk menselaraskan dan mensinergikan tugas dan wewenang tersebut diperlukan kemampuan koordinasi yang memadahi dari masing-masing anggota.

(4)

2. TUJUAN PENELITIAN :

(1) Untuk menguji hubungan antara kemampuan, terhadap efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga;

(2) Untuk menguji hubungan antara koordinasi, terhadap efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga;

(3) Untuk menguji hubungan antara responsifitas, terhadap efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga;

(4) Untuk menguji hubungan antara, kemampuan, koodinasi dan responsifitas terhadap efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga.

3. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Efektivitas kerja

Steers (1995: 5) mengatakan konsep efektivitas dipakai untuk mengukur keberhasilan. Artinya efektivitas diukur menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. Sementara itu Bernard (dalam Gibson, 1997: 27) mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama tingkat pencapaian sasaran menunjukkan tingkat efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada umumnya mengacu kepada keberhasilan. Dari kutipan di atas terdapat kriteria tingkat pencapaian sasaran. Tingkat pencapaian sasaran menunjukkan kriteria-kriteria atau skala ukuran tertentu sejauh mana di dalam penyelesaian tepat waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

(5)

efektivitas organisasi ditentukan oleh kemampuan memuaskan tuntutan dari lingkungannya. Sedangkan perspektif tujuan didasarkan pada gagasan bahwa organisasi adalah kesatuan rasional yang mempunyai tujuan yang mengandung misi, tujuan dan sasaran yang khas.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah institusi yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah desa. Dengan demikian, maka efektivitas Kerja Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah terlaksananya tugas dan tanggung jawab anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai pengemban aspirasi dan sekaligus sebagai wakil rakyat yang duduk di lembaga pemerintahan desa untuk dan ikut serta menentukan arah dan kebijakan pemerintah desa.

3.2.Kemampuan Anggota

Kemampuan seseorang adalah merupakan kekuatan yang ada dalam dirinya untuk mengaktualisasikan diri dalam berbagai bidang tugas dan pekerjaan. Dalam pelaksanaan berbagai aktifitas suatu organisasi atau lembaga, maka manusia merupakan kunci bagi pencapaian tujuan. Berkaitan dengan keberhasilan tersebut, sudah barang tentu tidak akan terlepas dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu faktor kemampuan diri merupakan modal dasar yang mutlak diperlukan dan seringkali faktor kemampuan dihubungkan dengan kualitas manusia itu sendiri.

Sementara itu Moenir (1997: 76) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemampuan dalam hubungannya dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang penuh kesungguhan berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaan, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.

(6)

langsung akan berpengaruh terhadap kualitas dari orang tersebut. Seorang pegawai yang mempunyai kemampuan kurang baik maka akan menghasilkan kualitas kerja dan hasil kerja yang kurang baik pula.

Selanjutnya studi yang dilakukan oleh McLoy, Campbell dan Quedeck (dalam Kim, 2002: 447) menyebutkan kinerja pegawai ditentukan oleh sejumlah faktor, antara lain: (1) Pengetahuan mengenai fakta, aturan, prinsip dan prosedur; (2) Keahlian (skill) untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas; (3) Kemampuan (ability) untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas serta; (4) Motivasi.

Dari pengertian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, sedangkan kecakapan adalah berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, artinya anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wakil masyarakat di tingkat desa mempunyai peran sebagai pengemban aspirasi, sehingga faktor kecakapan atau cara menilai kebijakan desa akan dapat dilihat seberapa besar hasil/kualitas kebijakan tersebut.

3.3.Koordinasi

Untuk membahas koordinasi, perlu kita ketahui bahwa istilah koordinasi berasal dari kata-kata asing “cum” (yang berarti berbeda-beda) dan “ordinare” yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada keharusannya. Memang alasan utama mengapa koordinasi itu mutlak perlu dalam suatu organisasi atau usaha kerja sama, karena adanya perbedaan-perbedaan (satuan, pekerjaan, orang atau pimpinan).

Terry (Sukarna, 1990 : 28) mendefinisikan koordinasi sebagai berikut :

“Coordination’s is the orderly synchronization of effort to provide the pr oper a mount, timing, a nd dir ecting of execution resulting in ha r monious a nd

(7)

Leonard de White sebagaimana dikutip oleh Sarwoto (1997 : 88) menyebutkan bahwa :

“Koordinasi adalah suatu penyatuan terhadap masing-masing bagian antara satu dengan lainnya dan menselaraskan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan beserta gerak operasinya agar mereka dapat memberikan sumbangan yang semaksimal mungkin bagi berhasilnya usaha kerja sama.”

Dari beberapa pengertian koordinasi tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah suatu aktifitas atau kegiatan mengintegrasikan dan mensinkronkan berbagai pelaksanaan tugas dari berbagai elemen yang terkait dalam suatu lembaga, instansi maupun organisasi dalam hal ini koordinasi yang dilaksanakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah koordinasi internal anggota BPD, maupun eksternal dengan para stakeholder di tingkat desa dan atau kecamatan.

3.4.Responsifitas

Responsifitas (responsiveness) atau daya tanggap adalah istilah yang populer digunakan dalam lingkup organisasi bisnis, dan dapat diartikan sebagai kemauan untuk membantu pelanggan dalam memberikan jasa pelayanan dengan cepat. Bahkan dapat diidentifikasi adanya kriteria responsif bagi suatu organisasi perusahaan (Blanchard, 1998), yaitu meliputi: (1) Mengenali harapan pelanggan dan memenuhi janji dengan tepat waktu, (2) Menunjukkan rasa hormat kepada semua karyawan dan gagasan-gagasan yang dimiliki, (3) Memiliki komitmen terhadap pemegang saham (stake holders), dan (4) Mendorong partisipasi karyawan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(8)

Benang merah uraian di atas adalah bahwa yang dimaksud dengan responsifitas merupakan kemampuan anggota BPD dalam mencermati perubahan lingkungan (perubahan kebutuhan dan tuntutan publik serta kemajuan teknologi) dan merefleksikannya dengan daya tanggap anggota terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk diperjuangkan dan mempertahankannya sampai berhasil.

4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei (Singarimbun dan Effendi, 2006: 3). Penelitian ini dilakukan di BPD seluruh kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini meneliti empat variabel yaitu Kemampuan (x1), Koordinasi (x2), Responsifitas (x3) dan Efektivitas Kerja Anggota BPD (y). Teknik sampling yang digunakan adalah sensus dengan sampel sebanyak 110 anggota BPD.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket), Adapun jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas konstruk sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik sekali ukur dengan alpha cronbach. Teknik analisis data menggunakan teknik distribusi frekuensi, korelasi product moment, Korelasi Kendall Tau () Korelasi Parsial Kendall, Konkordansi Kendall (Kendall W)

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kategorisasi Variabel Penelitian

Tabel 2 : Pengkategorian data hasil penelitian

(9)

3 Koordinasi 11 – 17 Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel bantu di atas dapat kita lihat dari 96 responden yang menyatakan bahwa efektivitas berada pada kategori sangat rendah adalah 8 orang responden atau sebesar 8,3 persen, selanjutnya 20 responden atau sebesar 20,8 persen menyatakan efektivas kerja berada pada tingkat rendah, sedangkan sebanyak 35 responden atau sebesar 36,5 persen menyatakan efektivas berada pada kategori sedang, dan sebanyak 33 orang atau sebesar 34,4 persen menyatakan efektivitas kerja berada pada kategori tinggi.

Sementara itu juga diketahui 96 responden yang menyatakan bahwa kemampuan anggota berada pada kategori sangat rendah adalah 1 orang responden atau sebesar 1,0 persen, sedangkan 9 responden atau sebesar 9,4 persen menyatakan kemampuan berada pada tingkat rendah, sebanyak 45 responden atau sebesar 46,9 persen menyatakan kemampuan anggota berada pada kategori sedang, sedangkan sebanyak 41 orang atau sebesar 42,7 persen menyatakan kemampuan berada pada kategori tinggi.

Kemudia pada uji ketiga dapat diketahui 96 responden yang menyatakan bahwa koordinasi anggota berada pada kategori sangat rendah adalah 2 orang responden atau sebesar 2,1 persen, selanjutnya 11 responden atau sebesar 11,5 persen menyatakan koordinasi berada pada tingkat rendah, sebanyak 43 responden atau sebesar 44,8 persen menyatakan koordinasi anggota berada pada kategori sedang, dan sebanyak 40 orang atau sebesar 41,7 persen menyatakan koordinasi anggota berada pada kategori tinggi.

(10)

atau sebesar 4,2 persen, selanjutnya 10 responden atau sebesar 10,4 persen menyatakan responsivitas berada pada tingkat rendah, sebanyak 42 responden atau sebesar 43,8 persen menyatakan responsivitas anggota berada pada kategori sedang, sedangkan sebanyak 40 orang atau sebesar 41,7 persen menyatakan responsivitas anggota berada pada kategori tinggi.

5.2. Pengujian Hipotesis

5.2.1. Hubungan Antara Kemampuan (X1) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Dari perhitungan statistik korelasi kendal tau diketahui bahwa hubungan antara variabel kemampuan anggota (X1) dengan efektivitas kerja anggota BPD (Y) adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Korelasi Kemampuan (X1) dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

r hitung Probabilitas  Keterangan

0,546 0,000 0,05 Signifikan

Sumber: Data Primer Diolah

(11)

5.2.2. Hubungan Antara Koordinasi (X2) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Dari perhitungan statistik korelasi kendal tau diketahui bahwa hubungan antara variabel koordinasi anggota (X2) dengan efektivitas kerja anggota BPD (Y) adalah sebagai berikut:

Tabel 4 : Korelasi Koordinasi Angota (X2) dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

r hitung Probabilitas  Keterangan

0,576 0,000 0,05 Signifikan

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4 di atas nilai koefisien korelasi antara koordinasi anggota (X2) dengan efektivitas kerja (Y) atau rx2y sebesar 0,576. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,576 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel koordinasi anggota (X2) dengan variabel efektivitas kerja (Y); dengan arah positif. Artinya semakin tinggi koordinasi anggota akan semakin baik pula efektivitas kerjanya, dan semakin rendah koordinasi anggota akan semakin buruk pula efektivitas kerjanya. Berdasarkan nilai Sig. (2-tailed), kita ketahui probabilitasnya <  (0.05) atau 0,000 < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara koordinasi anggota dengan efektivitas kerja, dan hubungan tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi dimana sampel tersebut kita ambil.

5.2.3. Hubungan Antara Responsivitas (X3) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Dari perhitungan statistik korelasi kendal tau diketahui bahwa hubungan antara variabel koordinasi anggota (X3) dengan efektivitas kerja anggota BPD (Y) adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Korelasi Responsivitas Angota (X3) dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

r hitung Probabilitas  Keterangan

0,579 0,000 0,05 Signifikan

(12)

Untuk nilai koefisien korelasi antara responsivitas anggota (X3) dengan efektivitas kerjanya (Y) rx3y sebesar 0,579. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,579 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel responsivitas anggota (X3) dengan efektivitas (Y); dengan arah positif. Artinya semakin tinggi responsivitas anggota akan semakin tinggi pula efektivitas kerjanya, dan semakin rendah responsivitas akan semakin rendah pula efektivitas kerjanya. Berdasarkan nilai Sig. (2-tailed), kita ketahui probabilitasnya <  (0.05) atau 0,000 < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara responsivitas dengan efektivitas kerja, dan hubungan tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi dimana sampel tersebut kita ambil.

5.2.4. Hubungan Antara Kemampuan (X1), Koordinasi (X2) dan Responsivitas (X3) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Dari perhitungan statistik korelasi kendal tau diketahui bahwa hubungan antara variabel Kemampuan Anggota (X1), Koordinasi Anggota (X2) dan Responsivitas Anggota (X3) dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y) adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Korelasi Kemampuan (X1), Koordinasi (X2) dan Responsivitas (X3) terhadap Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

r hitung Probabilitas  Keterangan

0,881 0,000 0,05 Signifikan

Sumber: Data Primer Diolah

(13)

responsivitas anggota (X3) dengan efektivitas kerja (Y), dengan arah positif. Artinya semakin tinggi kemampuan anggota (X1), koordinasi anggota (X2) dan responsivitas (X3) akan semakin tinggi pula efektivitas kerja (Y), dan sebaliknya.

Untuk menguji hipotesis penelitian, apakah H0 diterima atau ditolak, apabila tidak menggunakan cara manual dengan membandingkan chi-square hitung (pada out put) di atas sebesar 253.633 dengan chi-square tabel pada df 2, kita bandingkan nilai

Asymp. Sig. dengan (0.05), dimana jika probabilitasnya ≥  (0.05) H0 diterima; dan jika probabilitasnya <  (0.05) H0 ditolak. Oleh karena probabilitasnya di bawah 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan anggota (X1), koordinasi anggota (X2) dan responsivitas (X3) dengan efektivitas kerja (Y), dan hubungan tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi dimana sampel tersebut kita ambil.

5.3.Pembahasan

5.3.1. Hubungan Antara Kemampuan Anggota (X1) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Kompleksitas tugas anggota BPD, maka seorang anggota BPD dituntut untuk mampu menjadi pemeran yang baik. Di satu pihak sebagai mitra pemerintah desa, dan di pihak lain anggota BPD yang juga dipilih oleh masyarakat harus mampu menjadi penyeimbang pemerintah desa. Tugas yang tidak ringan ini harus diimbangi dengan kemampuan yang memadai, baik dari segi pendidikan formal maupun pengalamannya di tengah masyarakat. Di samping itu sebagai satu kesatuan, BPD harus mengesampingkan ego yang berkembang pada diri masing-masing anggota, sehingga keputusan yang dihasilkan benar-benar merupakan hasil yang obyektif yang dilalui melalui sistem kerja yang efektif. Efektif di sini tidak hanya mengarah pada hasil saja, tetapi semua proses harus dilalui secara efektif dan mampu menampung aspirasi

(14)

dan kondisi desa yang diusahakan untuk terus berkembang. Karena itulah peran kemampuan anggota BPD sangat besar dalam rangka menyukseskan program pembangunan, dan semua itu berawal ketika BPD mampu menjalankan fungsi dan perannya secara efektif

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa untuk menjalankan sistem kerja yang efektif, kemampuan anggota BPD sebagai satu kesatuan harus terus diutamakan. Karena itulah BPD harus mampu memberdayakan kemampuannya agar semua tugas yang diemban dapat dikerjakan secara efektif. Kondisi ini diperkuat dengan adanya pembuktian secara statistik sebagaimana tabel 4.11 di atas, koefisien korelasi antara kemampuan anggota (X1) dengan efektivitas kerja (Y) atau rx1y sebesar 0,546. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,546 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel X1 dengan Y; dengan arah positif. Artinya semakin tinggi kemampuan anggota akan semakin tinggi pula efektivitas kerjanya, dan semakin rendah kemampuan anggota akan semakin rendah pula efektitas kerjanya

5.3.2. Hubungan Antara Koordinasi Anggota (X2) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Salah satu hal yang seringkali menjadi kendala dalam berorganisasi adalah mengenai lemahnya koordinasi akibat sibuknya para anggota dengan kepentingan masing-masing. Bila hal ini terjadi maka sudah dapat diprediksi organisasi tidak akan berjalan dengan efektif, dan semua tugas akan terbengkalai.

Sebagai satu kesatuan, anggota BPD setidaknya harus mengedepankan kepentingan bersama, terutama kepentingan masyarakat luas. Untuk melakukan itu semua, diperlukan adanya persamaan persepsi dalam melihat kejadian tertentu. Persamaan persepsi ini merupakan salah satu langkah yang diperlukan untuk melahirkan sistem kerja yang efektif, yaitu yang mampu bekerja sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ada.

(15)

penting dalam mengintegrasikan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang ada pada satuan-satuan yang berada dalam organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Handayaningrat (1989: 88):

``Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda, agar kegiatan daripada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan.``

Dengan koordinasi, kelancaran tiap-tiap fungsi atau bagian kerja terjamin karena koordinasi menjadikan serasi, seimbang seluruh kegiatan yang dicanangkan bagian-bagian dalam organisasi, sehingga menciptakan jaringan kerja yang diperlukan organisasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Siagian (1996 : 111) :

Koordinasi merupakan salah satu alat utama bagi organisasi untuk mempercepat proses pencapaian tujuan. Koordinasi diperlukan pada semua tingkat kegiatan-kegiatan organisasi, baik pada tingkat perumusan kebijaksanaan maupun pada tingkat pelaksanaan.

Kondisi ini diperkuat dengan adanya pembuktian secara statistik sebagaimana tabel 4.11 di atas nilai koefisien korelasi antara koordinasi anggota (X2) dengan efektivitas kerja (Y) atau rx2y sebesar 0,576. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,576 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel koordinasi anggota (X2) dengan variabel efektivitas kerja (Y); dengan arah positif. Artinya semakin tinggi koordinasi anggota akan semakin baik pula efektivitas kerjanya, dan semakin rendah koordinasi anggota akan semakin buruk pula efektivitas kerjanya.

5.3.3. Hubungan Antara Responsivitas Anggota (X3) Dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

(16)

anggota (X3) dengan efektivitas (Y); dengan arah positif. Artinya semakin tinggi responsivitas anggota akan semakin tinggi pula efektivitas kerjanya, dan semakin rendah responsivitas akan semakin rendah pula efektivitas kerjanya.

Hak yang dimiliki oleh anggota BPD antara lain mengajukan rancangan peraturan desa, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, dan lain-lain. Pada tataran implementasi untuk melaksanakan hak tersebut tentunya dibutuhkan responsifitas (responsiveness) daya tanggap yang memadahi dari anggota BPD agar melahirkan sistem kerja yang efektif sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang diwakilinya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Hal tersebut selaras dengan responsifitas (responsiveness) atau daya tanggap yang diartikan sebagai kemauan untuk membantu pelanggan dalam memberikan jasa pelayanan dengan cepat, (Blanchard, 1998) yang mengidentifikasi adanya kriteria responsif bagi suatu organisasi yang meliputi: (1) Mengenali harapan pelanggan dan memenuhi janji dengan tepat waktu, (2) Menunjukkan rasa hormat kepada semua karyawan dan gagasan-gagasan yang dimiliki, (3) Memiliki komitmen terhadap pemegang saham (stake holders), (4) Mendorong partisipasi karyawan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

5.3.4. Hubungan antara Kemampuan (X1), Koordinasi (X2) dan Responsivitas (X3) terhadap Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

(17)

Adanya pengaruh dari kemampuan, koordinasi dan responsifitas terhadap efektivitas kerja anggota BPD juga dibuktikan dari hasil perhitungan Koefisien Kendall Wa menunjukkan nilai koefisien korelasi konkordansi kendall W yang kita cari yakni sebesar 0,881. Berdasarkan tabel pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi pada out put di atas dapat kita interpretasikan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,881 menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara kemampuan anggota (X1), koordinasi anggota (X2) dan responsivitas anggota (X3) dengan efektivitas kerja (Y), dengan arah positif. Artinya semakin tinggi kemampuan anggota (X1), koordinasi anggota (X2) dan responsivitas (X3) akan semakin tinggi pula efektivitas kerja (Y), dan sebaliknya.

Hubungan antara kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efektivitas kerja dapat dilihat dengan jelas. Sistem kerja yang efektif akan berjalan baik dengan adanya anggota yang memiliki kapabilitas atau kemampuan yang sesuai. Anggota yang dimaksud mampu mengarahkan segala potensi untuk kemajuan organisasi. Potensi yang dimaksud dapat meliputi kecakapan dan ketrampilan, serta didukung dengan pengalaman yang memadai sesuai dengan bidang kerjanya. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Seperti pendapat Gibson (dalam Handoko, 1999: 27) yang mengemukakan bahwa:

“Kemampuan kerja dilihat dari pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman. Pendidikan atau pengetahuan sebagai alat ukur tingkat kemampuan orang dapat dilihat dari pendidikan formal dan non formal atau sering disebut latihan atau training yang meliputi kursus, lokakarya, penataran, latihan ketrampilan dan sebagainya. Kemampuan ini tidak selalu dapat diperoleh dari pendidikan khusus seperti pendidikan dan latihan (diklat) yang diadakan untuk memberikan pengetahuan pelaksanaan tugas”.

(18)

demikian, diharapkan akan lahir sistem kerja yang efektif, yang tetap diarahkan untuk kepentingan bersama.

Kemampuan anggota yang memadai, kemudian didukung dengan koordinasi yang juga memadai sering kali pula belum cukup apabila tidak didukung adanya responsifitas (responsiveness) atau daya tanggap yang diartikan sebagai kemauan untuk membantu memenuhi aspirasi dan kebutuhan pelanggan (masyarakat) yang diwakilinya.

6. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kendall diketahui hubungan kemampuan terhadap efektivitas kerja anggota BPD sebesar 0,546 pada taraf 95 persen dan masih dalam kategori sedang. Hasil yang sama juga terjadi pada pengujian variable koordinasi yang mempunyai hubungan secara positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja sebesar 0,576 pada taraf 95 persen, hasil yang sama juga terjadi pada pengujian variable responsifitas yang mempunyai hubungan secara positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja sebesar 0,579 pada taraf 95 persen.

(19)

7. IMPLIKASI

7.1.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan, koordinasi dan responsifitas berhubungan dengan efektivitas kerja anggota BPD di Kecamatan Rembang. Oleh karena itu untuk meningkatkan efektivitas kerja BPD dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan anggota. Untuk meningkatkan kemampuan anggota dapat ditempuh dengan cara meningkatkan latar belakang pendidikan anggota, peningkatan pengalaman kerja meningkatkan pemahaman terhadap tugas, fungsi dan tanggung jawab BPD.

7.2.Selain diperlukan peningkatan kemampuan anggota, upaya untuk meningkatkan efektivitas BPD dapat dilakukan juga dengan meningkatkan koordinasi secara internal anggota BPD maupun eksternal. Hal ini dapat ditempuh dengan meningkatkan intensitas pertemuan resmi dan tidak resmi antara anggota BPD maupun dengan pihak eksternal baik pemerintah desa, kecamatan maupun pihak lain.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Himpunan Peraturan Daerah Tahun 2006 tentang Pemerintahan Desa, Setda Kabupaten Purbalingga, Purbalingga

Anonim, 2004, Undang-Undang RI No. 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang RI No. 33 Th 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, CV. Dutanusindo, Semarang,

Atmosudirjo, Prajudi, 1993, Pengembangan Organisasi, Rajawali Press, Jakarta Dwiyanto, Agus, 1995, Kinerja Organisasi Publik, Kebijakan dan Penerapannya,

(Makalah)

Gibson, James I dan John M Ivancevich, 1984, Organisasi dan Manajemen, Erlangga, Jakarta

---,1997, Organisasi Jilid 2 Perilaku Struktur Proses, Edisi Ke delapan, Bina Rupa Aksara , Jakarta

Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai Dengan Basica, Andi Offset, Yogyakarta

Jogiyanto. 2008. Pedoman Survei Kuesioner: Mengembangkan Kuesioner, Mengatasi Bias dan Meningkatkan Respon, Badan Penerbit Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta

Kartini Kartono, 2001, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal itu?, Raja Grafindo Persada Jakarta

Kim, Pan. S. 2002. Strengthening the Pay-Performance Link in Government: A Case Study of Korea, Public Personnel Management, Volume 31 No. 4, 2002.

Manullang, 1996, Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta Mahmudi, 2010, Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP STIM YKPN,

Yogyakarta

Mufis, Ali, 1994, Pengantar Administrasi Negara, Universitas Terbuka, Jakarta Purwanto, Erwan Agus dan Diah Ratih Sulistyastuti, 2007, Metode Penelitian

(21)

Ratminto, dan Atik Septi Winarsih, 2010, Manajemen Pelayanan Pengembagan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Cetakan ke 2, PT. Elex Komputindo, Gramedia, Jakarta

Siagian, Sondang P, 2000, Administrasi Pembangunan, Bumi Aksara, Jakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES,

Jakarta,

, 2006. Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta Steer, Richard M, 1995, Efektivitas Organisasi, LPPM, Jakarta

Suwarno Handayaningrat, 1994, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Haji Mas Agung, Jakarta

Subarsono, AG, 2006, Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi, Cetakan ke-2, Pustaka Pelajar , Yogyakarta

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D), Alfabeta, Bandung.

, 2008. Statistik Non Parametris Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung , 2011. Statistika Untuk Penelitian (Edisi Revisi), Alfabeta, Bandung. Thoha, Miftah, 2002, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Raja

Gambar

Tabel 1 :  Jumlah Perdes yang ditetapkan selama tahun 2006 s/d 2010
Tabel  2 :  Pengkategorian data hasil penelitian
Tabel 5. Korelasi Responsivitas Angota (X3) dengan Efektivitas Kerja Anggota BPD (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada lokasi pertanaman padi sawah di Kanagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ditemukan

Hasil uji F pada analisis regresi linear sederhana ini menyatakan bahwa hubungan kedua variabel ini signifikan yang berarti adanya pengaruh Learning

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN GAME DENGAN MODEL BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Analisis Regresi sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan

ى لع سورحم خيشلال

Apabila ingin mengacu pada suatu tabel/ grafik/diagram atau gambar, maka hasil yang terdapat pada bagian tersebut dapat diuraikan dengan jelas dengan tidak menggunakan kalimat

Jadi, kata yang mempnyai arti berlawanan dengan induksi adalah deduksi, yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penemuaan yang khusus dari yang umum.. Tunggal