• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI

RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP

Ayu Nilasari, Mohd. Harisudin, Widiyanto

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telp: +62 271 637457

E-mail: ayunilasari91@yahoo.com, 085640518819

Abstract: This research aims to analyze the income and expenditure; proportion of food expenditure to total expenditure; the consumption of energy and protein; the relation between income with the proportion of food expenditure, Energy and Protein Consumption Level; and food security condition of farmer’s household in Cilacap Regency. The basic method of the research is descriptive analytic method with survey research techniques. The research was done in Dondong village Kesugihan Sub District. The farmers sample is taken by accidental sampling. The data are primary and secondary one. Collecting data is done by using observation, interview, noting, and recall methods. The result of this research showed that the average of farmer’s household is Rp 2.311.250,00 and the expenditure of farmer’s household is Rp 1.208.782.53. This amount is measured by proportion of food expenditure is 59,12%. The average of Energy Consumption Level 86,04% and The average of Protein Consumption Level 98,54%, both of them are in a mid level. Relation between income with Proportion of food expenditure is contradictory, meaning if income is high, proportion of food expenditure will be low. Income with Energy Consumption nor with Protein Consumption Level had no significant relation. Condition of food security of the farmer’s household in Cilacap consists of vulnerable food category is 50,00%, food security 30,00%, less food 13,33% and food insecurity 6,67%.

Key words : income, proportion of food expenditure, energy consumption level, protein consumption level, food security of household

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan pengeluaran; proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total; konsumsi energi dan protein; hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein; dan kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dengan teknik penelitian survei. Penelitian dilakukan di Desa Dondong Kecamatan Kesugihan. Teknik pengambilan petani sampel menggunakan metode accidental sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, pencatatan dan recall method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp 2.311.250,00 dan Pengeluaran rumah tangga petani sebesar Rp 1.208.782.53. Besarnya rata-rata proporsi pengeluaran pangan adalah 59,12%. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi 86,04% dan Tingkat Konsumsi Protein 98,54%,

(2)

keduanya termasuk dalam kategori sedang. Hubungan pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan adalah berlawanan, artinya jika pendapatan tinggi, maka proporsi pengeluaran pangan rendah. Pendapatan dengan tingkat konsumsi energi maupun dengan tingkat konsumsi protein tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap terdiri atas kategori rentan pangan sebesar 50,00%, tahan pangan 30,00%, kurang pangan 13,33% dan rawan pangan 6,67%.

Kata kunci : pendapatan, proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, ketahanan pangan rumah tangga

PENDAHULUAN

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi konsumsi domestik, penyedia lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk, pangsa pasar bagi hasil produksi sektor perekonomian lain dan meningkatkan pendapatan domestik. Sektor pertanian berpengaruh terhadap gizi masyarakat melalui produksi pangan untuk rumah tangga.

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, selain itu ketersediaan pangan tersebut hendaknya terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu, Saliem dalam Ariani dan Purwantini (2005).

Menurut Suhardjo dalam Ilham dan Bonar (2008) ketahanan pangan rumah tangga dicerminkan oleh beberapa indikator antara lain : (1) tingkat kerusakan tanaman, ternak dan perikanan. (2) penurunan produksi pangan, (3) tingkat persediaan pangan

dirumah tangga, (4) proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total, (5) fluktuasi harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga, (6) perubahan kehidupan sosial, seperti migrasi, menjual/menggadaikan asset, (7) keadaan konsumsi pangan berupa kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas pangan serta (8) status gizi.

Kebutuhan pangan sebagian besar penduduk Indonesia dipenuhi dari beras karena beras merupakan bahan pangan pokok mayoritas penduduk Indonesia. Kabupaten Cilacap merupakan penghasil padi terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 Kabupaten Cilacap memiliki produksi padi sebesar 674.745 ton dan merupakan kabupaten yang memiliki produksi padi terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 ketersediaan beras di Kabupaten Cilacap surplus sebesar 310.676.043,20 kg. Produksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga merupakan salah satu syarat tercapainya ketahanan pangan rumah tangga. Namun konsumsi energi di Kabupaten Cilacap sebesar 1920,2 kkal/kapita/hari, masih dibawah angka kecukupan energi yaitu 2000 kkal/kapita/hari.

(3)

proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap (3) Mengetahui konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap (4) Mengetahui hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP) rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap (5) Mengetahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi.

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual (Surakhmad,1994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei.

Daerah penelitian dalam penelitian ini adalah Kabupaten Cilacap, pemililan daerah penelitian tersebut dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan wilayah yang memiliki produksi padi yang berada pada nilai tengah. Sehingga terpilihlah Kecamatan Kesugihan sebagai kecamapan sampel dan Desa Dondong sebagai desa sampel. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode

accidental sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data

dengan observasi, wawancara, pencatatan dan recall method 2x24 jam yang lalu.

Metode Analisis Data

Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani

a. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pd = Pdon + Pdoff

Dimana Pd adalah Pendapatan rumah tangga petani (Rupiah), Pdon adalah pendapatan dari usahatani (Rupiah), Pdoff adalah pendapatan dari luar usahatani (Rupiah).

b. Pengeluaran Rumah Tangga Petani TP = Pp + Pn

Dimana TP adalah total pengeluaran rumah tangga petani (Rupiah), Pp adalah pengeluaran pangan (Rupiah), Pn adalah pengeluaran non pangan (Rupiah).

Proporsi Pengeluaran Pangan terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga Petani.

PF = x100% TP

pp

Dimana PF adalah proporsi pengeluaran pangan (%), pp adalah pengeluaran pangan (Rupiah), TP

adalah total pengeluaran (Rupiah) (Ilham dan Bonar, 2008).

Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani.

Secara umum penilaian jumlah zat gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut :

Gij = BPjxBddjxKGij

100 100

Dimana Gij adalah zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j,

(4)

dikonsumsi (Hadinsyah dan Martianto, 1992).

Kuantitas konsumsi pangan ditinjau dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan. Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP).

% 100 dianjurkan yang

AKE

protein konsumsi

x

TKE

% 100 dianjurkan yang

AKP

protein konsumsi

x

TKP

Dimana TKE adalah tingkat konsumsi energi (%), TKP adalah tingkat konsumsi potein (%), Σ Konsumsi Energi adalah jumlah konsumsi energi (kkal/kapita/hari), Σ Konsumsi Protein adalah jumlah konsumsi protein (gram/kapita/hari).

Angka kecukupan gizi (AKG) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan AKG berdasarkan umur dan jenis kelamin sesuai Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004.

TKG diklasifikasikan berdasarkan pada nilai ragam kecukupan gizi yang dievaluasi secara bertingkat berdasarkan acuan Depkes (1990) dalam Supariasa (2002), yaitu :

a. Baik : TKG ≥ 100 % AKG b. Sedang : TKG 80 – 99 % AKG c. Kurang : TKG 70 – 80 % AKG d. Defisit : TKG < 70% AKG

Hubungan antara Pendapatan

dengan Proporsi Pengeluaran Pangan, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

Nilai koefisien korelasi (r) dapat diketahui dengan program SPSS 16. Nilai koefisien korelasi (r) berkisar antara -1 hingga +1. Nilai positif (+) menunjukkan hubungan yang searah dan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan (Priyanto, 2008).

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) menurut Alhusin, 2003 dibagi menjadi lima kategori sebagai berikut :

a. 0 – 0,20 = sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

b. 0,21 – 0,40 = rendah c. 0,41 – 0,60 = sedang d. 0,61 – 0,80 = cukup tinggi e. 0,81 – 1 = tinggi

Untuk menguji probabilitas (tingkat signifikasi) dari hasil koefisien korelasi menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Jika probabilitas r > 0,05, berarti Ho diterima (tidak terdapat korelasi) b. Jika probabilitas r < 0,05, berarti Ho

ditolak (terdapat korelasi)

Ketahanan Pangan

Pengelompokan rumah tangga dengan menggunakan kedua indikator proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi dapat dilihat pada tabel tersebut:

Tabel 1. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga

Tingkat Konsumsi Energi

Proporsi pengeluaran pangan Rendah

(<60% pengeluaran total)

Tinggi (≥60% pengeluaran total) Cukup

(>80% kecukupan energi)

1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan

Kurang

(≤80% kecukupan energi)

3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan

Sumber : Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000)

(5)

Karakteristik Rumah Tangga Responden

Karakteristik rumah tangga petani responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

belakang rumah tangga petani sampel yang berkaitan sekaligus berpengaruh terhadap kegiatannya dalam usahatani padi. Karakteristik rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Rumah Tangga Responden

No. Uraian Keterangan Nilai

1. Umur (tahun) a. suami b. istri

Rata-rata

52 45 2. Lama Pendidikan (tahun)

a. Suami

1) Tidak Tamat SD 2) SD

3) SMP 4) SMA 5) S1 b. Istri

1) Tidak Tamat SD 2) SD

3) SMP 4) SMA 5) S1

Jumlah

4 9 8 6 3

3 10 8 5 2 3. Jumlah anggota keluarga (orang)

a. laki-laki b. perempuan

Modus

2 2

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata umur suami adalah 52 tahun dan istri 45 tahun. Umur tersebut masih dikelompokkan dalam masa produktif, yang berarti petani masih bisa mengerjakan pekerjaan bertaninya dengan maksimal untuk menghasilkan pendapatan guna mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Umur berpengaruh terhadap produktivitas, semakin bertambahnya umur, produktivitas seseorang akan meningkat, namun akan mengalami penurunan setelah melewati umur produktif.

Rata-rata lamanya pendidikan formal yang diikuti petani adalan 9 tahun setara dengan tingkat SMP, sedangkan rata-rata lamanya pendidikan formal yang diikuti istri adalah 8 tahun atau setara dengan tingkat SMP. Kebanyakan anggota

jumlah keluarga adalah 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Selain jumlah anggota dalam keluarga, jenis kelamin dan umur juga berpengaruh dalam konsumsi pangan keluarga karena kecukupan gizi masing-masing anggota keluarga berbeda menurut umur dan jenis kelamin.

Pendapatan Rumah Tangga

Responden

Sumber pendapatan rumah tangga petani diperoleh dari usahatani dan luar usahatani. Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya rata-rata pendapatan responden.

(6)

No. Sumber pendapatan Pendapatan (Rp/bulan) Persentase (%)

1. Pendapatan usahatani 1.446.250 62,57

2. Pendapatan luar usahatani 865.000 37,43

Jumlah 2.311.250 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Persentase pendapatan usahatani rumah tangga sebesar 62,57%, sedangkan persentase pendapatan non usahatani rumah tangga sebesar 37,43%. Persentase pendapatan usahatani lebih besar dari persentase pendapatan non usahatani, hal ini berarti sebagian besar responden mengandalkan pekerjaan di sektor pertanian lahan sawah. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan dari anggota rumah tangga yang diperoleh dari pekerjaannya di luar usahatani

seperti PNS, karyawan swasta, buruh bangunan, tukang kayu, berdagang di pasar maupun di warung dan lain-lain.

Pengeluaran Rumah Tangga

Responden

Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga digolongkan menjadi 2 yaitu pengeluaran pangan dan non pangan.

Tabel 4. Rata-Rata Pengeluaran Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden

No. Pengeluaran Pangan Rata-rata (Rp/bulan) Persentase (%)

1. Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Minuman

Bumbu-bumbuan Konsumsi lain

Makanan dan minuman jadi Minuman alkohol

Tembakau dan sirih

218.140,43

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Pengeluaran untuk padi-padian merupakan pengeluaran terbesar yaitu 30,52% dari seluruh pengeluaran untuk konsumsi pangan. Besarnya pengeluaran untuk padi-padian karena padi/beras merupakan makanan pokok bagi setiap rumah tangga responden. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk sayur-sayuran mencapai 8,70%.

Pengeluaran pangan untuk konsumsi bumbu-bumbuan sebesar 7,77%. Pengeluaran untuk telur dan susu 7,02% dari pengeluaran pangan.

Telur merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang murah dibandingkan dengan daging dan lainnya, sehingga menjadi pilihan rumah tangga untuk mengkonsumsinya. Pengeluaran untuk ikan adalah 6,49% dari pengeluaran untuk pangan. Pengeluaran untuk daging 5,86% dari pengeluaran pangan.

(7)

Pengeluaran untuk konsumsi tembakau dan sirih yang mencapai 5,83%. Tidak semua rumah tangga responden mengkonsumsi tembakau dan sirih.

Pengeluaran untuk kacang-kacangan adalah sebesar 5,74%. Pengeluaran rumah tangga petani untuk golongan kacang-kacangan yang paling besar untuk tempe dan tahu. Konsumsi lain mencapai 5,13% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk minyak dan lemak adalah 4,71% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi 2,70% dari pengeluaran pangan.

Pengeluaran untuk buah-buahan sebesar 2,48% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran umbi-umbian sebesar 1,23% dari pengeluaran pangan. Jenis umbi yang sering dikonsumsi rumah tangga petani adalah ketela pohon dan ketela rambat.

Kelompok yang tidak mengambil proporsinya dari pengeluaran adalah minuman alkohol. Ini artinya dari seluruh rumah tangga petani responden tidak ada yang mengkonsumsi minuman keras.

Tabel 5. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden

No. Pengeluaran Non Pangan Rata-rata (Rp/bulan) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perumahan

Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Sandang

Barang tahan lama Pajak dan asuransi Keperluan sosial

95.966,67 114.550,00 120.400,00 19.100,00 29.736,00 4.716,67 27.510,90 82.166,67

19,42 23,18 24,37 3,87 6,02 0,95 5,57 16,63

Jumlah 494.146,90 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Pengeluaran non pangan terbesar adalah Pengeluaran untuk biaya pendidikan mencapai 24,37% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa yaitu sebesar 23,18% dari keseluruhan pengeluaran non pangan. Pengeluaran perumahan 19,42% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk keperluan sosial sebesar 16,63% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk sandang mencapai 6,02% dari pengeluaran non pangan. Keperluan pajak dan asuransi adalah sebesar 5,57% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk biaya kesehatan adalah sebesar 3,87% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan lainnya adalah barang tahan lama. Pengeluaran untuk biaya barang tahan

lama adalah sebesar 0,95% dari pengeluaran non pangan.

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya pengeluaran total adalah Rp 1.208.782,53 per bulan yang terdiri dari pengeluaran pangan sebesar Rp 714.635,63 per bulan dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 494.146,90 per bulan. Pengeluaran pangan mempunyai nilai pengeluaran yang lebih besar daripada pengeluaran non pangan, artinya rumah tangga responden masih menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

(8)

Tabel 6. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran dan Tabungan Rumah Tangga Responden

Jumlah (Rp/bulan) Pendapatan

Pengeluaran Total

2.311.250,00 1.208.782,53

Tabungan 1.102.467,47

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Besarnya tabungan adalah Rp 1.102.467,47.Tabungan disini bukan merupakan tabungan dalam arti sesungguhnya atau sejumlah uang yang disimpan/ ditabung oleh rumah tangga. Tabungan rumah tangga biasanya berupa simpanan bahan pokok ataupun perhiasan-perhiasan.

Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga

Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total pada penelitian ini adalah Rp 1.208.782,53. Pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 714.635,63

atau mencapai 59,12% dari pengeluaran total dan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp 494.146,90 atau 40,88%. Rumah tangga responden lebih mengutamakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu, yakni berupa pangan, apabila kebutuhan dasar tersebut sudah terpenuhi, maka keluarga akan mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non pangan

Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga

Berikut ini merupakan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga responden dan tingkat konsumsi gizinya.

Tabel 7. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Rumah Tangga Responden

Keterangan Energi (kkal) Protein (gram)

Rumah Tangga Per orang/ hari Rumah Tangga Per orang/ hari

Konsumsi 6.208,65 1.795,83 189,39 53,97

AKG dianjurkan 7.356,67 2.087,31 192,47 54,76

TKG (%) 86,04 86,04 98,54 98,54

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) rumah tangga responden adalah 86,04% dan bila dilihat dari tingkat konsumsi gizinya dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan untuk TKE termasuk dalam kategori sedang. Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Protein (TKP) rumah tangga responden adalah 98,54% yang termasuk dalam kategori sedang. Tabel 8. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga

Responden

Kategori Tingkat Konsumsi Gizi Energi (kkal/orang/hari) Protein (gram/orang/hari)

Jumlah RT % Jumlah RT %

Baik TKG ≥100% AKG 4 13,33 12 40,00

Sedang TKG 80–99% AKG 19 63,33 17 56,67

Kurang TKG 70–80% AKG 7 23,33 1 3,33

Defisit TKG <70% AKG 0 0 0 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

(9)

Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga menunjukkan bahwa status gizi tiap rumah tangga berbeda. Sebagian besar rumah tangga dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga petani belum tercukupi kebutuhan energinya maupun kebutuhan proteinnya. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan makanan/ minuman yang dikonsumsi tiap rumah tangga.

Ariningsih dan Rachman (2008) menyatakan bahwa tingkat konsumsi pangan sumber karbohidrat (energi) maupun pangan sumber protein pada rumah tangga rawan pangan umumnya lebih rendah dibandingkan konsumsi rumah tangga secara agregat. Terbatasnya akses rumah tangga terhadap pangan menyebabkan tidak hanya pangan sumber protein yang harganya mahal saja yang konsumsinya terbatas, tetapi juga pangan sumber karbohidrat yang harganya relatif murah.

Hubungan antara Pendapatan

dengan Proporsi Pengeluaran Pangan, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

Hubungan Pendapatan dengan

Proporsi Pengeluaran Pangan

Hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya adalah 0,003. Nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, artinya antara antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil analisis korelasi antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan menunjukkan bahwa koefisien korelasinya sebesar

–0,527. Artinya pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan memiliki hubungan yang sedang dan antara variabel tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan, apabila pendapatan tinggi maka proporsi pengeluaran pangan rendah, begitu pula sebaliknya.

Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan program SPSS 16 antara pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya adalah 0,835. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi adalah lebih dari 0,05. Apabila nilai probabilitasnya lebih dari 0,05 maka Ho diterima, artinya antara pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi yang proporsional terhadap tingkat konsumsi energi.

Hubungan Pendapatan dengan

Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

(10)

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang tinggi menunjukkan kesejahteraan rumah tangga yang rendah dan dapat dikatakan mempunyai pendapatan yang rendah pula, dengan pendapatan yang rendah rumah tangga akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang berguna untuk mengatasi rasa lapar, sehingga kualitas pangan kurang diperhatikan yang berakibat pada rendahnya konsumsi energi. Sebaliknya, rumah tangga dengan proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang rendah, yang mencerminkan pendapatannya yang tinggi dan tingkat kesejahteraan tinggi, akan mampu mencukupi kebutuhannya tidak hanya untuk pangan, namun juga untuk non pangan.

Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Pada tahun 1996 di Roma dalam Deklarasi World Food Security, ketahanan pangan didefinisikan sebagai: Makanan yang tersedia setiap saat, setiap orang bisa mengakses, gizi yang tersedia cukup dalam hal kuantitas, kualitas dan variasi, dan diterima dalam budaya tertentu. Ketersediaan, akses dan keterjangkauan semua unsur keamanan pangan, isu-isu kompleks yang mencakup berbagai saling terkait ekonomi, sosial dan politik (Clover, 2003).

Pada penelitian ini ketahanan pangan dilihat dari sisi konsumsi dan hubungannya dengan proporsi pengeluaran pangan.

Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga, Proporsi Pengeluaran Pangan, Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga Responden berdasarkan Kategori Ketahanan Pangan

Kategori Ketahanan Pangan

Pendapatan Rumah Tangga (Rp/bulan)

Proporsi Pengeluaran Pangan (%)

Tingkat Konsumsi Energi (%)

Tahan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

3.683.333,33 51,72 86,99

Rentan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

1.792.222,22 66,86 90,03

Kurang Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi kurang (≤80% kecukupan energi)

1.643.750,00 57,75 76,43

Rawan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi kurang (≤80% kecukupan energi)

1.364.583,33 62,02 74,61

Jumlah

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Responden berdasarkan indikator Ketahanan Pangan

Tingkat Konsumsi Energi

Proporsi pengeluaran pangan

Jumlah RT Rendah

(<60% pengeluaran total)

Tinggi

(≥60% pengeluaran total) Cukup

(>80% kecukupan energi)

Tahan Pangan (9 RT)

Rentan Pangan (15 RT)

24

Kurang

(≤80% kecukupan energi)

Kurang Pangan (4 RT)

Rawan Pangan (2 RT)

6

Jumlah RT 13 17 30

(11)

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dengan menggunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan, yaitu proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui status ketahanan pangan rumah tangga responden. Rumah tangga dengan status rentan pangan memiliki sebaran terbesar dengan persentase 50,00% dari seluruh responden. Rumah tangga dengan status tahan pangan menempati urutan kedua dengan persentase 30,00%, rumah tangga kurang pangan memiliki persentase sebesar 13,33% dan rumah tangga rawan pangan dengan persentase sebesar 6,67%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan gizi rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap sebesar Rp 2.311.250,00, yang terdiri dari pendapatan dari usahatani sebesar Rp 1.446.250,00 (62,57%) dan pendapatan dari luar usahatani sebesar Rp 865.000,00 (37,43%). 2. Besarnya rata-rata proporsi

pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total adalah 59,12%, yang artinya pengeluaran konsumsi pangan masih mengambil sebagian besar bagian dari pengeluaran rumah tangga petani.

3. Rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap adalah 1.795,83 kkal/orang/hari dan 53,97 gram/orang/hari. Rata-rata tingkat konsumsi energinya sebesar 86,04% dan tingkat konsumsi proteinnya sebesar 98,54% sehingga keduanya termasuk dalam kategori sedang. 4. Hubungan antara Pendapatan dengan

Proporsi Pengeluaran Pangan, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

a. Pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang signifikan. Nilai koefisien korelasi untuk pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan adalah – 0,527 yang menunjukkan hubungan sedang. Nilai koefisen korelasi bernilai negatif menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan adalah berlawanan, artinya jika pendapatan tinggi, maka proporsi pengeluaran pangan rendah atau sebaliknya.

b. Pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) tidak mempunyai hubungan yang signifikan.

c. Pendapatan dengan tingkat konsumsi protein (TKP) tidak mempunyai hubungan yang signifikan.

5. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan tingkatannya adalah tahan pangan sebesar 30,00%, rentan pangan 50,00%, kurang pangan 13,33%, dan 6,67% termasuk dalam kondisi rawan pangan.

Saran

(12)

proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan gizi rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi rata-rata TKE dan TKP responden yang masih di bawah angka kecukupan energi dan protein maka hendaknya perlu penganekaragaman pangan berbasis potensi lokal seperti umbi-umbian. Mengingat komoditas lokal seperti ubi kayu di wilayah Kabupaten Cilacap berpotensi sebagai pangan sumber energi selain beras.

2. Mempertahankan pendapatan rumah tangga yang rata-rata sudah termasuk tinggi, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan intensifikasi pertanian seperti meningkatkan produktivitas usahatani oleh karena itu perlu didampingi oleh tenaga penyuluh lapangan agar petani dapat berkonsultasi mengenai kegiatan usahataninya. Selain itu dapat ditunjang dari pendapatan luar usaha tani antara lain pemberdayaan ibu rumah tangga untuk membuka usaha seperti warung, menjahit, membuat kue, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan dan pengembangan UMKM dari pemerintah.

3. Pemerintah juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang gizi kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan yang bekerja sama dengan petugas kesehatan di puskesmas atau bidan desa mengenai kecukupan gizi dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for Windows. Draha Ilmu. Yogyakarta.

Ariani, M. dan T.B. Purwantini. 2005.

Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Krisis Ekonomi di Propinsi Jawa Barat. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Ariningsih, E. dan Handewi P.S.

Rachman. 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Clover, J. 2003. Food Security in Sub Saharan Africa. African Security review. Vol. XII/No. 1 : 5 – 15. Hardinsyah dan D. Martianto. 1992.

Gizi Terapan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen.Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Ilham, N. dan Bonar M. Sinaga. 2008.

Penggunaan Pangsa Pengeluaran Pangan Sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan.

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Maxwell, D., Levin, M. A. Klemeseu, M. Rull, S. Morris and C. Aliadeke. 2000. Urban Livelihoods and Food Nutrition security in Greater accra, Ghana. IFPRI in Collaborative with Noguchi Memorial Research and World Health Organization. Research Report No. 112. Washington D.C. Priyanto, D. 2008. Mandiri Belajar

SPSS. MediaKom. Yogyakarta. Surakhmad, W. 1994. Pengantar

Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung.

Supariasa, I., B. Bakri, dan I. Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Rumah Tangga Responden
Tabel 4. Rata-Rata Pengeluaran Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden
Tabel 5. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden
Tabel 8. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan dampak-dampak terhadap masyarakat semisal, kita lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaan karena adanya teknologi,

Secara umum protokol mempunyai fungsi untuk menghubungkan penerima dan pengirim dalam berkomunikasi serta agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan dengan baik.. Fragmentasi

Berdasarkan teori yang ada, biaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur biaya overhead variabel

Dalam hal ini perlunya pemaparan secara detail mengenai kasus yang akan diangkat sebagai berikut, Sesuai yang terjadi di Desa Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo ini,

dibandingkan dengan t tabel sebesar 2,052 maka dapat disimpulkan bahwa vanabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, sedangkan

Jika data yang dikirim klien terdapat karakter yang dibaca “ON” maka server akan memberikan nilai 1 pada salah satu pin- nya sesuai karakter pertama yang dikirim klien

20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional (2003: 3), pasal 1 yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Coordination and Collaboration.. lending portfolio to finance adaptation projects. The BAU of the current credit assessment process is that banks will assess a project based on