STRATEGI PEMASARAN PRODUK MOBILE BROADBAND
PT SMART TELECOM DI INDONESIA
TESIS
POLTAK REINOLD
0706173622
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM MAGISTER BIDANG ILMU TEKNIK
KEKHUSUSAN MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
STRATEGI PEMASARAN PRODUK MOBILE BROADBAND
PT SMART TELECOM DI INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Teknik
POLTAK REINOLD
0706173622
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM MAGISTER BIDANG ILMU TEKNIK
KEKHUSUSAN MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa-ku yang baik atas
kasih dan anugerah-Nya yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan
tesis ini dengan benar dan tepat pada waktunya.
Tesis yang berjudul “STRATEGI PEMASARAN PRODUK MOBILE BROADBAND PT SMART TELECOM DI INDONESIA” ini disusun untuk
melengkapi salah satu persyaratan kelulusan program pendidikan Strata 2 (S-2)
pada Departemen Teknik Elektro Kekhususan Manajemen Telekomunikasi
Universitas Indonesia.
Tidak lupa pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan, masukan, bimbingan serta pengarahannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini yang antara lain adalah:
1. Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA selaku dosen pembimbing I yang begitu sabar
dan begitu besar peranannya dalam memberikan bimbingan serta
pengarahan dalam penyelesaian tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng selaku dosen pembimbing II yang
begitu sabar dan begitu besar peranannya dalam memberikan bimbingan
serta pengarahan dalam penyelesaian tesis ini.
3. Keluarga tercinta, ayah, kakak dan adik yang telah memberikan dukungan
doa dan moral, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Rekan Kerja di SMART Telecom khususnya di Divisi ICR, Sales dan
Marketing.
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk dapat
Jakarta, 15 Desember 2009
Nama : Poltak Reinold Program Studi : Teknik Elektro Judul :
STRATEGI PEMASARAN PRODUK MOBILE BROADBAND PT SMART TELECOM DI INDONESIA
Tesis ini bertujuan memformulasikan strategi yang tepat dalam pemasaran produk mobile broadband SMART melalui analisis Porter 5 Forces dan SWOT. Potensi kompetitif SMART bersarkan Porter 5 Forces berada di level Medium. Hasil analisis SWOT menunjukkan posisi SMART pada Kuadran IV (Kekuatan - Ancaman) yang selanjutnya mengarahkan pada alternatif strategi stabilisasi dalam Grand Strategy. Dari sejumlah strategi berdasarkan Porter 5 Forces dan Grand Strategy, dilakukan pendekatan QSPM untuk menentukan suatu strategi unggulan dalam pemasaran produk mobile broadband SMART. Hasilnya adalah strategi tetap mempertahankan diferensiasi produk unlimited murni untuk memperkuat penetrasi pasar.
Kata kunci:
Name : Poltak Reinold
Study Program : Electrical Engineering Title :
MARKETING STRATEGY OF PT SMART TELECOM MOBILE BROADBAND PRODUCT IN INDONESIA
The focus of this study is to formulate the best strategy of product marketing of SMART mobile broadband through Porter 5 Forces and SWOT analysis. Porter 5 shows the medium level of SMART competitive potential. SWOT results the Quadrant IV of SMART position (Strenght - Threats) that continuing into stabilization strategy in Grand Strategy. Using QSPM approach, available strategies from Porter 5 Forces and Grand Strategy are processed to perform a best strategy of product marketing of SMART mobile broadband which is to keep the product differentiation strategy of unlimited mobile broadband in strengthening the market penetration.
Keywords:
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI IMLIAH ...vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 5
1.3 Tujuan ... 5
1.4 Batasan permasalahan ... 6
1.5 Metodologi penelitian ... 6
1.6 Sistematika penulisan ... 7
BAB II MANAJEMEN PEMASARAN ...9
2.1 Konsep Pemasaran ... 9
2.1.1 Definisi Pemasaran ... 9
2.1.2 Manajemen Pemasaran ... 10
2.1.3 Perencanaan Pemasaran ... 11
2.2 Tahapan Perencanaan Strategis ... 12
2.2.1 Pengumpulan Data ... 12
2.2.2 Analisis... 12
2.2.2.1 Analisis Porter 5 Forces ... 13
2.2.2.2 Matriks IFAS dan EFAS ... 15
2.2.2.3 Analisis SWOT ... 17
2.2.2.4 Matriks Grand Strategy ... 18
2.2.3 Pengambilan Keputusan ... 19
BAB III ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN PEMASARAN PRDOUK MOBILE BROADBAND PT SMART TELECOM ... 21
3.1 Profil Perusahaan ... 21
3.2 Produk Data Mobile Broadband SMART ... 23
3.2.1 Kategori Produk ... 24
3.2.2 Kategori Layanan ... 26
3.2.3 Keunggulan Produk Mobile broadband SMART ...27
3.2.4 Area Cakupan ... 27
3.3 Analisis Porter 5 Forces ... 28
3.4.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Pemasaran Produk
Mobile Broadband SMART ... 44
3.4.1.1 Produk ... 45
3.4.1.2 Penjualan ...………... 46
3.4.1.3 Harga ... 49
3.4.1.4 Promosi ... 51
3.4.1.5 Saluran Distribusi ... 52
3.4.1.6 Proses dan Pelayanan ... 52
3.4.2 Analisis Faktor Lingkungan Internal Pemasaran Produk Mobile Broadband SMART ... 53
3.4.3 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Pemasaran Produk Mobile Broadband SMART ... 55
3.4.3.1 Aspek Lingkungan Bisnis ... 55
3.4.3.2 Apek Market Share ... 56
3.4.4 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal Pemasaran Produk Mobile Broadband SMART ... 57
BAB IV ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN ... 60
4.1 Strategi Berdasarkan Analisis Porter 5 Forces ...60
4.2 Strategi Berdasarkan Analisis Matriks Grand Strategy ... 61
4.3 Penentuan Alternatif Strategi ... 62
BAB V KESIMPULAN ... 65
Tabel 1.1 Penetrasi Internet dan Layanan Selular di Indonesia ... 1
Tabel 1.2 Asia’s Broadband Markets Ranked by Household Penetration - June 2008 …………... 2
Tabel 1.3 Pelanggan Mobile Broadband Di Indonesia .………... 4
Tabel 3.1 Indikator Ancaman Pemain Baru – Diferensiasi Produk ... 30
Tabel 3.2 Indikator Ancaman Pemain Baru – Skala Ekonomi ... 30
Tabel 3.3 Indikator Ancaman Pemain Baru – Kebutuhan Modal ... 30
Tabel 3.4 Indikator Ancaman Pemain Baru – Akses ke Saluran Distribusi .... 31
Tabel 3.5 Indikator Ancaman Pemain Baru – Biaya Beralih ... 31
Tabel 3.6 Indikator Ancaman Pemain Baru – Kebijakan Pemerintah ... 32
Tabel 3.7 Tekanan Ancaman Pemain Baru ... 32
Tabel 3.8 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Produk Pengganti ... 33
Tabel 3.9 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Layanan Produk Pengganti ... 33
Tabel 3.10 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Kualitas Produk Pengganti ... 33
Tabel 3.11 Tarif Layanan Speedy ... 34
Tabel 3.12 Tarif Fastnet ... 34
Tabel 3.13 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Tarif Produk Pengganti ... 34
Tabel 3.14 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Ketersediaan Produk Pengganti ... 35
Tabel 3.15 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Biaya Beralih ... 35
Tabel 3.16 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Proses Aktivasi ... 35
Tabel 3.17 Tekanan Ancaman Produk Pengganti ... 36
Tabel 3.18 Indikator Kekuatan Pembeli – Dominasi Pusat ... 36
Tabel 3.19 Indikator Kekuatan Pembeli – Dominasi Pusat ... 37
Tabel 3.20 Indikator Kekuatan Pembeli – Biaya Beralih ... 37
Tabel 3.21 Indikator Kekuatan Pembeli – Integrasi Balik ... 38
Tabel 3.22 Indikator Kekuatan Pembeli – Kualitas Produk Industri ... 38
Tabel 3.23 Indikator Kekuatan Pembeli – Informasi Produk ... 38
Tabel 3.24 Tekanan Kekuatan Pembeli ... 38
Tabel 3.25 Indikator Kekuatan Pemasok – Dominasi Pemasok ... 39
Tabel 3.26 Indikator Kekuatan Pemasok – Produk Pengganti ... 39
Tabel 3.27 Indikator Kekuatan Pemasok – Pasar Pemasok ... 40
Tabel 3.28 Indikator Kekuatan Pemasok – Kualitas Produk Pemasok ... 40
Tabel 3.29 Indikator Kekuatan Pemasok – Integrasi Maju ... 40
Tabel 3.30 Indikator Kekuatan Pemasok – Kebijakan Pemerintah ... 41
Tabel 3.31 Tekanan kekuatan Pemasok ... 41
Tabel 3.32 Indikator Persaingan Kompetitor Eksisting – Jumlah Pesaing ... 42
Tabel 3.33 Indikator Persaingan Kompetitor Eksisting – Pertumbuhan Industri ... 42
Tabel 3.37 Indikator Persaingan Kompetitor Eksisting –
Hambatan Pengunduran Diri ... 43
Tabel 3.38 Tekanan Persaingan antara Kompetitor Eksisting ... 44
Tabel 3.39 Matriks Analisis Porter 5 Forces ... 44
Tabel 3.40 Strategi Produk QoS On Demand ... 45
Tabel 3.41 Volume Total Penjualan Device Broadband Smart …………... 48
Tabel 3.42 Tarif QoS Data on Demand ………. 50
Tabel 3.43 Perbandingan Layanan Blackberry SMART dan Operator Lainnya ... 51
Tabel 3.44 Matriks IFAS ... 54
Tabel 3.45 Pelanggan Mobile Broadband di Indonesia ………... 56
Tabel 3.46 Matriks EFAS ... 58
Tabel 4.1 Alternatif Strategi ... 62
Gambar 1.1 Penetrasi Internet dan Layanan Selular di Indonesia ... 7
Gambar 2.1 Model Porter 5 Forces ... 13
Gambar 2.2 Matriks Ruang ... 17
Gambar 2.3 Matriks Grand Strategy ... 18
Gambar 3.1 Jump - Modem Axesstel ... 24
Gambar 3.2 Jump - USB Modem ZTE AC2726 ... 24
Gambar 3.3 Smart Phone ZTE N75 ... 25
Gambar 3.4 Blackberry Curve 8330 ... 25
Gambar 3.5 Router Vertex – VW 240 ... 25
Gambar 3.6 Produk Broadband Netbook Olive – Haier X107B ... 26
Gambar 3.7 Perbandingan Layanan Blackberry SMART dan Operator Lain ... 27
Gambar 3.8 Tren Usage Data EVDO (Mega Byte) ... 49
Gambar 3.9 Perbandingan Tarif Blackberry SMART dan Operator lainnya ... 51
Gambar 3.10 Market Share Mobile Broadband di Indonesia ………. 57
1.1Latar Belakang
Pertumbuhan layanan mobile data yang cukup signifikan membuat banyak
operator mulai fokus ke layanan data. Pertempuran yang tadinya terfokuskan ke
layanan dasar kini beralih ke data. Masih rendahnya penetrasi internet telah
membuka peluang lebar bagi operator untuk mengembangkan layanan ini.
Berdasarkan data riset dari BuddeComm seperti terlihat pada Tabel 1.1, terdapat
setidaknya 30 juta pengguna internet di Indonesia hingga awal 2009. Namun, dari
data tersebut hanya sekitar 10 persennya berlangganan internet ditinjau dari komposisi jumlah rumah tangga dan 3 persen ditinjau dari total populasi
penduduk Indonesia pada tahun 2009. Ditinjau dari sisi penetrasi layanan selular
sendiri pada tahun 2009 tercapai pada 69% atau naik sekitar 11% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya [1].
Tabel 1.1 Penetrasi Internet dan Layanan Selular di Indonesia [1]
Category 2008 2009
Internet:
. Total users 25 million 30 million
. Total subscribers 1 4.5 million 6.5 million . Internet subscriber penetration
(population) 2% 3%
. Internet subscriber penetration
(household) 7% 10%
Mobile services:
. Total subscribers 128 million 180 million
Dibandingkan dengan sejumlah negara-negara di kawasan regional Asia,
penetrasi broadband di Indonesia tergolong rendah sebagaimana diilustrasikan
pada Tabel 1.2 berikut ini [2].
Tabel 1.2 Asia’s Broadband Markets Ranked by Household Penetration - June 2008 [2]
Market ranking
Penetration range
(as proportion of all households)
Market (household
+ 20 other countries in Asia
Salah satu alasan rendahnya penetrasi internet dan broadband tersebut
adalah keterbatasan perangkat keras seperti komputer, dan juga handset untuk
mengakses internet. Artinya ada gap yang luas antara yang berlangganan dengan
yang menggunakan internet. Sudah banyak yang melek internet namun belum
punya sarana untuk mengaksesnya.
Dalam riset yang dilakukan lembaga survei TNS bekerja sama dengan
situs Yahoo! pada Desember 2008 didapat hasil bahwa 83% pengguna internet di
Indonesia melakukan akses dari warnet. Akses dari warnet disusul akses internet
dari telepon seluler atau personal digital assistant (PDA) sebanyak 22%, dari
kantor (19%), dari sekolah (17%) dan dari rumah (16%). Riset tersebut juga
menggambarkan hasil bahwa 50% dari para pengguna warnet tersebut berasal dari
TNS dan Yahoo! juga berhasil mendapatkan kegiatan-kegiatan yang
paling sering dilakukan para pengakses internet dari Indonesia selama sebulan.
Hasilnya adalah 59% dari aktivitas bulanan pengguna internet paling sering
dilakukan untuk kepentingan mengirim dan menerima surat elektronik (email).
Penggunaan email di posisi pertama disusul oleh penggunaan internet untuk
chatting (58%) dan mengunjungi situs jejaring sosial (58%). Sedangkan
penggunaan mesin pencari (search engine) dan kegiatan membaca situs berita
berjumlah 56% dan 47% [3].
Penggunaan internet secara lebih global digambarkan oleh TNS dan
Yahoo! bahwa 28% penduduk Indonesia telah mengakses internet, dan sebanyak
6% penduduk mengakses internet setiap harinya. Ditegaskan bahwa survei juga
menemukan hasil bahwa satu dari tiga penduduk perkotaan di Indonesia kini telah
mengaskses internet dalam satu bulan terakhir. Sedangkan kelompok umur yang
mendominasi penggunaan internet di Indonesia adalah kelompok 15-19 tahun
yang mencapai 64% dari seluruh kelompok usia. Riset yang dilakukan TNS dan
Yahoo! ini dilakukan kepada responden di wilayah Jabotabek, Surabaya,
Bandung, Medan, Semarang, Palembang, dan Makasar sebagai kota-kota besar di
Indonesia. Banyaknya sampel penelitian mencapai 3021 responden dengan 1021
diantaranya menggunakan internet sebagai media survei mereka [3].
Berbicara broadband tentunya tidak lepas dari akses data berkecepatan
tinggi. Data World Broadband Information Services (WBIS) menyebutkan, pada
semester I 2008, jumlah pelanggan internet broadband di Indonesia, baik fixed
maupun mobile hanya sekitar 1,5 juta. Pada 2012, pelanggan broadband (fixed
maupun mobile) diperkirakan mencapai 50 juta [4]. Data internal Ericsson
menyebutkan, pada 2008, pelanggan mobile broadband (1,2 juta) di Indonesia
sebenarnya telah melampaui fixed broadband (500 ribu). Pada 2009, pelanggan
mobile broadband diperkirakan mencapai 2,5 juta dan menjadi hampir tujuh juta
pada 2010 [4].
Tingkat pertumbuhan jumlah pelanggan mobile broadband pada awalnya
berjalan lambat terkait dengan keterbatasan frekuensi khususnya bagi operator
harus terlempar ke jaringan 2G (GPRS atau EDGE) karena frekuensi yang ada
terpakai oleh layanan suara.
Seiring dengan perkembangan waktu, pengguna mobile broadband di
tanah air cenderung meningkat. Faktanya kini pelanggan mobile broadband
Telkomsel dengan usungan brand Flash mencapai 1,2 juta pelanggan atau
meningkat 500 persen dibandingkan terhadap jumlah pelanggan akhir tahun 2008
[5]. Indosat menargetkan untuk meraih 400 ribu pelanggang mobile broadband
pada tahun 2009 melalui penjualan produk Matrix 3.5G dan Broom IM2,
sedangkan XL hanya meraih pelanggan sebesar 100ribu dikarenakan terbentur
dengan keterbatasan alokasi frekuensi [6]. Di samping operator basis GSM,
operator CDMA pun tidak mau kalah untuk melirik bisnis data ini seperti Smart
Telecom yang mulai memperkenalkan produk mobile broadbandnya pada akhir
2008 terbatas pada segmen korporat tertentu, dan Mobile-8 pada pertengahan
2009.
Tabel 1.3 Pelanggan MobileBroadband Di Indonesia [6]
Operator Brand Technology Subs 2008
Seiring tuntutan pelanggan akan kecepatan akses yang lebih cepat lagi,
bukan tidak mungkin layanan mobile broadband yang ada saat ini sudah tidak
dapat lagi memenuhi harapan pelanggannya. Bagi SMART TELECOM, sebagai
pendatang baru dalam jasa layanan seluler di Indonesia, kondisi telekomunikasi
telah memasuki era kompetisi yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Salah satu
strategi SMART TELECOM dalam menghadapai kondisi tersebut adalah
berusaha mengambil peluang pasar yang sangat besar yaitu bermain di bisnis
mobilebroadband.
Dari data-data yang telah disampaikan di atas dapat dinyatakan bahwa
analisis untuk dapat merumuskan strategi yang tepat bagi Perusahaan untuk dapat
bersaing dalam pemasaran produk mobile broadband dan pada akhirnya mampu
mencapai hasil yang lebih optimal sesuai dengan tujuan Perusahaan.
1.2Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasikan beberapa hal
yang dihadapi SMART TELECOM untuk bisnis layanan mobilebroadband, yaitu
sebagai berikut:
a. Tingkat penetrasi internet masih rendah.
b. Adanya potensi pasar bisnis mobilebroadband.
c. Bagaimana peta persaingan layanan mobile broadband dalam industri
telekomunikasi seluler.
Dari identifikasi di atas diperoleh perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana menganalisis peluang pasar mobilebroadband.
b. Bagaimana menganalisis pengaruh lingkungan internal dan eksternal
terhadap peluang bisnis mobilebroadband.
c. Bagaimana strategi yang tepat bagi Perusahaan dalam pemasaran produk
mobilebroadband.
1.3Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran
produk mobilebroadband SMART Telecom.
2. Formulasi strategi pemasaran produk mobile broadband yang tepat untuk
1.4Batasan Permasalahan
Dengan maksud agar penelitian ini dapat menjadi lebih terarah serta
dengan dukungan data yang tersedia, maka ruang lingkup penelitian dibatasi
sebagai berikut:
1. Kajian yang dilakukan adalah untuk produk-produk mobile broadband
SMART TELECOM seperti Modem/USB, Smart Phone, Router, Netbook,
Black Berry yang berbasis teknologi EVDO Rev.A.
2. Strategi bisnis yang diformulasikan terbatas pada strategi pemasaran
produk mobilebroadband.
3. Tidak dilakukan pembahasan terhadap aspek yang berhubungan dengan
investasi, kondisi politik dan ekonomi.
1.5Metodologi Penelitian
Penelitian ini diarahkan kepada analisis peluang dan strategi produk
mobile broadband melalui tinjauan manajemen pemasaran. Metode penelitian diawali dengan identifikasi masalah, kemudian dilanjutkan ke tahapan-tahapan
berikut:
1. Tahap pengumpulan data
Metoda pengumpulan data sangat penting dalam penyusunan laporan
penelitian, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Studi pustaka merujuk pada jurnal, buku teks dan artikel-artikel yang
menunjang pada penelitian yang dilakukan.
b. Melakukan pengambilan data yang akan diolah untuk menunjang
penelitian.
2. Tahap Analisis
Analisis dilakukan terhadap data-data yang telah dikumpulkan, untuk
Secara garis besar Tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan alur berikut:
Gambar 1.1 Alur Penelitian
1.6Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini dipaparkan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian dan
sistematikan penulisan.
BAB II Manajemen Pemasaran
Bab ini membahas tentang dasar teori yang berkaitan dengan manajemen
strategi pemasaran.
BAB III Analisis Kondisi Lingkungan Pemasaran Produk Mobile Broadband
PT SMART Telecom
Perencanaan Penelitian
Identifikasi Masalah, Tujuan dan Metode
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Analisis
Dalam bab ini akan diuraikan implementasi pemasaran produk mobile
broadband SMART Telecom serta identifikasi faktor lingkungan internal dan
eksternal pemasaran produk mobilebroadband SMART Telecom.
BAB IV Alternatif Strategi Pemasaran
Bab ini menguraikan tentang analisis dalam penetuan pemilihan strategi
pemasaran dengan menggunakan analisis Porter 5 Forces, analisis SWOT dan
matriks Grand Strategy.
BAB V Kesimpulan
2.1 Konsep Pemasaran
Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai
tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang
ahli bukan hanya merupakan seni menjual apa yang diproduksi oleh perusahaan,
tetapi mengetahui apa yang akan diproduksi. Dengan demikian konsep pemasaran
adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami kebutuhan atau keinginan
pelanggan serta menciptakan pemecahan yang mengarah pada pemberian
kepuasan kepada pelanggan/konsumen, dan memberikan keuntungan pada produsen.
2.1.1 Definisi Pemasaran
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial [7].
Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang atau jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.
Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi
sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun
konsekuensi sosial perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler [8], pemasaran adalah proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan
apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan,
dan pertukaran. Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang
meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan
(demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan,
pasar, pemasar, serta prospek.
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui
oleh barang dan jasa sebelum sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, ruang
lingkup kegiatan yang luas tersebut disederhanakan ke dalam bentuk bauran
pemasaran (mix marketing). Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat
pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran
[9]. Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi
yang mengintegrasikan produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan
distribusi (place), dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan
omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan
kepuasan pada para konsumen.
Sejalan dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis, 4-P tersebut
berkembang. Pawitra menegaskan bauran pemasaran meliputi 7-P yaitu product,
place, price, promotion, participant, physical evidence dan process [10].
Sedangkan Payne menyatakan bauran pemasaran terdiri dari product, place, price,
promotion, people, processes dan provision of consumer service [11].
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat
disederhanakan menjadi empat kebijaksanaan meliputi:
a) Penetapan produk
Bagaimana perusahaan menempatkan posisi produknya sehingga mendapatkan
tempat yang cocok untuk mewakili hasrat dan keinginan dari konsumen. Dengan
menampilkan produk-produk baru untuk menggantikan produk lama, sehingga
perusahaan dapat memperoleh laba tambahan dengan merangsang dan
meningkatkan volume penjualan, serta lebih memperhatikan apa yang lebih
b) Keputusan penetapan harga
Penetapan harga adalah suatu unsur pokok dalam perumusan strategi pemasaran
dan apabila situasi persaingan berubah dengan berbagai tahapan dalam siklus
kehidupan produk, maka kebebasan penetapan harga oleh manajemen perusahan
relatif juga akan berubah. Para pemasar berusaha mencapai sasaran-sasaran
penetapan harga jangka panjang melalui kebijakan-kebijakan harga dan
strategi-strategi penetapan harga.
c) Strategi promosi
Sebagian besar strategi-strategi promosi menggunakan berbagai kombinasi, tipe
dan jumlah dari berbagai bentuk promosi. Biasanya suatu kombinasi dipakai,
karena kebanyakan dari bentuk promosi secara tunggal yang digunakan jarang
memperoleh keefektifan dan keefesienan.
d) Saluran distribusi
Konsumen lebih suka memilih dan membeli apa yang ditawarkan oleh perusahaan
adalah suatu hal yang menjadi kunci dalam distribusi.
2.1.3 Perencanaan Pemasaran
Adapun tujuan dari perencanaan pemasaran adalah untuk menciptakan
nilai bagi konsumen dalam kondisi tetap menguntungkan bagi perusahaan, atau
hubungan yang saling menguntungkan. Rencana pemasaran merangkum penilaian
terhadap kebutuhan dan keinginan pasar, kekuatan dan kelemahan pada organisasi
serta pada pesaing saat ini atau yang diperkirakan.
Proses perencanaan pemasaran dimulai dengan identifikasi kinerja
operasional dan lingkungan perusahaan yang pada dasarnya merupakan sejumlah
basis data yang berkaitan dengan pemasaran. Adapun struktur dalam identifikasi
tersebut dapat menggunakan analisis SWOT terkait dengan faktor-faktor yang
diidentifikasi dan terbagi atas dua bentuk:
1. Identifikasi faktor internal
Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu
komponen-komponen bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi,
dan distribusi [12].
2. Identifikasi faktor eksternal
Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan
masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan
peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya
pesaing;
2.2 Tahapan Perencanaan Strategis
Tahapan dalam perencanaan strategi pemasaran dikelompokkan menjadi 3
tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
2. Analisis
3. Pengambilan keputusan
2.2.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini data dikelompokkan menjadi data yang berasal dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang diperoleh dari hasil identifikasi
awal. Data dari hasil identifikasi internal dievaluasi dipergunakan untuk analisis
kelemahan dan kekuatan, sedangkan data hasil identifikasi eksternal dipergunakan
untuk analisis peluang dan ancaman.
2.2.2 Analisis
Dalam tahap ini dipaparkan mengenai metoda yang dipergunakan dalam
menganalisis data-data hasil identifikasi yang diperoleh dari tahapan sebelumnya.
Metode yang digunakan diantaranya: metode Porter 5 Forces, matriks IFAS dan
2.2.2.1 Analisis Porter 5 Forces
Michael E Porter telah mengemukakan lima kekuatan yang menetukan
daya tarik suatu pasar secara keseluruhan [14]. Pemodelan Porter 5 Forces
digunakan sebagai salah satu metode analisis untuk mengetahui struktur industri.
Model lima kekuatan tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1.
Pemain Baru
Kekuatan
Pemasok Pesaing Industri
Kekuatan Pembeli
Produk Pengganti
Gambar 2.1 Model Porter 5 Forces [14]
Perusahaan harus menilai dampak ancaman dari lima kelompok yaitu
ancaman pemain baru potensial, ancaman produk pengganti (substitusi), kekuatan
pembeli, kekuatan pemasok dan persaingan di antara perusahaan eksisting. Lebih
jelasnya ancaman yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Ancaman pemain baru
Masuknya pemain baru ke dalam suatu industri akan membawa kapasitas baru
untuk merebut bahagian pasar. Segmen yang paling menarik adalah segmen
dimana hambatan masuk tinggi dan hambatan keluar rendah. Makin rendah
hambatan masuk atau keinginan untuk melakukan perlawanan menjadikan
segmen tersebut semakin tidak menarik.
2. Ancaman produk pengganti.
Merupakan ancaman yang menjadikan terbatasnya potensi suatu industri.
mampu menandingi kualitas produk industri. Produk substitusi membatasi
harga dan laba potensial yang dapat diperoleh.
3. Ancaman meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli akan berusaha untuk menekan harga, meminta mutu produk, atau
pelayanan yang lebih baik serta mengadu semua peserta persaingan. Sebagai
upaya penjagaan, pihak penjual dapat memilih pembeli yang memiliki
kekuatan lebih kecil atau mengembangkan produk unggul yang tidak mungkin
ditolak pembeli.
4. Ancaman kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok cenderung kuat bilamana hanya ada sedikit produk pengganti,
produk yang dipasok merupakan bahan yang penting, biaya beralih pemasok
tinggi dan pemasok dapat melakukan integrasi maju.
5. Persaingan antara kompetitor eksisting
Merupakan persaingan di kalangan anggota industri yang menghasilkan dan
menjual produk sejenis yang akan bersaing dalam memperebutkan
marketshare pasar. Keadaaan ini akan menimbulkan seringnya perang tarif,
perang iklan serta peluncuran produk baru dan akan sangat mahal bagi
perusahaan-perusahaan untuk bersaing. Suatu segmen menjadi akan tidak
menarik apabila sudah mengandung sejumlah besar peserta persaingan yang
kuat dan agresif.
Langkah awal tahap analisis Porter 5 Forces adalah mendefinisikan siapa
saja yang memiliki peran dalam industri. Tahap berikutnya adalah identifikasi dan
analisis terhadap indikator dari tiap-tiap komponen Porter 5 Forces. Selanjutnya
dilakukan pembobotan untuk menganalisis indikator dari tiap komponen Porter 5
Forces dengan asumsi pembobotan sebagai berikut:
a. Kesesuaian indikator dengan industri mobile broadband saat ini, dimana
hasilnya adalah:
0 : jika tidak sesuai dengan kondisi indikator
1 : jika sesuai dengan kondisi indikator
b. Pembobotan tekanan, prosentase dari angka 1 terhadap keseluruhan
menyatakan nilai kuantitatif dari tekanan yang ada pada satu sumber tekanan,
- Low : 0 – 35.35%
- Medium : 35.36% – 65.65%
- High : 65.66% – 100%
Strategi yang dihasilkan dari analisis Porter 5 Forces dapat dibagi menjadi 3
kategori yaitu [14]:
1. Diferensiasi (Differentiation), adalah salah satu tipe strategi kompetitif di
mana organisasi berupaya membuat produk atau jasa yang ditawarkannya
berbeda dengan pesaing. Organisasi dapat menggunakan periklanan, fitur
produk yang berbeda, pelayanan atau teknologi baru untuk meraih persepsi
produk yang dianggap unik.
2. Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership), merupakan salah satu tipe strategi
kompetitif di mana organisasi secara agresif berupaya menjadi lebih efisien
(melakukan reduksi biaya) dari pesaing-pesaingnya dengan memotong biaya
produksi dan pengawasan biaya yang sangat ketat.
3. Fokus (Focus), adalah salah satu tipe strategi kompetitif yang menekankan
pada kondentrasi terhadap suatu segmen pasar atau kelompok pembeli tertentu.
2.2.2.2 Matriks IFAS dan EFAS
Untuk keperluan analisis faktor lingkungan internal digunakan alat bantu
matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary). Faktor-faktor
internal tersebut berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan dari perusahaan yang
dianggap penting.
Pembuatan matriks IFAS:
a. Identifikasi faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan atau kegagalan usaha (critical success factor) untuk aspek internal
yang mencakup tentang kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan.
b. Penentuan bobot (weight) dari faktor-faktor internal di atas dengan skala yang
lebih tinggi untuk yang memiliki prestasi tinggi dan demikian sebaliknya.
c. Penentuan rating setiap faktor utama antara 1 sampai 4 dengan keterangan
skala sebagai berikut
1 = di bawah rata-rata, (kurang baik)
2 = rata-rata, (cukup baik)
3 = di atas rata-rata, (baik)
4 = sangat bagus (sangat baik)
Penetuan rating didasarkan kepada efektivitas strategi perusahaan, sehingga
nilai rating mengacu kepada kondisi perusahaan.
d. Nilai bobot dikali dengan nilai rating nya untuk selanjutnya diperoleh skor
semua faktor utama.
e. Total skor perusahaan yang dinilai didapat dengan menjumlahkan semua skor.
Demikian juga halnya Matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis
Strategy) merupakan salah satu alat bantu untuk keperluan analisis faktor-faktor
lingkungan eksternal. Hal ini menjadi penting oleh karena faktor eksternal
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.
Pembuatan matriks EFAS:
a. Identifikasi faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan atau kegagalan usaha (critical success factor) untuk aspek
eksternal yang mencakup tentang peluang dan ancaman bagi perusahaan.
b. Penentuan bobot (weight) dari faktor-faktor eksternal di atas dengan skala
yang lebih tinggi untuk yang memiliki prestasi tinggi dan demikian
sebaliknya.
c. Penentuan rating setiap faktor utama antara 1 sampai 4 dengan keterangan
skala sebagai berikut
1 = di bawah rata-rata, (kurang baik)
2 = rata-rata, (cukup baik)
3 = di atas rata-rata, (baik)
4 = sangat bagus. (sangat baik)
Penetuan rating didasarkan kepada efektivitas strategi perusahaan, sehingga
nilai rating mengacu kepada kondisi perusahaan.
d. Nilai bobot dikali dengan nilai rating nya untuk selanjutnya diperoleh skor
e. Total skor perusahaan yang dinilai didapat dengan menjumlahkan semua skor.
Skor total 4,0 menunjukkan bahwa perusahaan merespons dengan cara yang
luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari
ancaman-ancaman dalam pasar industrinya. Sedangkan total skor 1,0 mengindikasikan
bahwa perusahaan mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau
tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
2.2.2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan
Ke-Ke-P-An, merupakan singkatan dari kekuatan (strenght), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threat) [15]. Adalah merupakan alat analisis
yang mendasarkan kepada kemampuan melihat kekuatan baik internal maupun
eksternal yang dimiliki perusahaan dibanding perusahaan pesaing. Tujuannya
adalah untuk melakukan analisis situasi atau kondisi, sehingga dapat merumuskan
strategi perusahaan dalam persaingannya di pasar.
Analisis SWOT ini dilakukan dengan cara:
1. Menganalisis Faktor Strategis Internal dan Eksternal
2. Membuat Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS = Internal Strategic
Factors Analysis Summary) dan Matriks Faktor Strategis Eksternal (EFAS =
External Strategic Factors Analysis Summary)
3. Membuat Matriks Ruang (Space Matriks)
Gambar 2.2 Matriks Ruang
Penjelasan dari matriks ruang atau kuadran dari Gambar 2.2 di atas adalah
sebagai berikut:
1. Kuadran I
Situasi yang sangat menguntungkan dimana perusahaan mempunyai
kekuatan internal dan peluang. Dengan kekuatan yang dimilikinya dapat
memanfaatkan peluang yang ada bagi keuntungan perusahaan.
2. Kudaran II
Adalah situasi dimana perusahaan sedang menghadapi peluang pasar yang
besar namun memiliki sejumlah kelemahan internal.
3. Kuadran III
Situasi ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, dikarenakan
perusahaan mengalami berbagai ancaman dari luar dan juga mempunyai
sejumlah kelemahan di internal perusahaan.
4. Kuadran IV
Situasi dimana perusahaan mengalami berbagai ancaman dari luar namun
demikian perusahaan mempunyai kekuatan internal.
2.2.2.4 Matriks Grand Strategy
Adalah rencana umum berupa tindakan-tindakan besar yang digunakan
perusahaan untuk meraih sasaran jangka panjang dalam lingkungan usaha yang
dinamis. Matriks Grand Strategy sebagaimana terlihat pada Gambar 2.3,
digunakan untuk memvisualisasikan posisi perusahaan berdasarkan koordinat
yang dibentuk dari proses pembobotan dan scoring sebagai hasil dari analisis
SWOT [15].
Gambar 2.3 Matriks Grand Strategy
Grand Strategy dibedakan dalam 3 kategori sebagai berikut:
1. Pertumbuhan (Growth Strategy) untuk posisi A
Dapat dilakukan secara internal meliputi pengembangan dari produk baru atau
produk lama yang mengalami perubahan dan secara eksternal dengan
memperoleh tambahan divisi bisnis atau diversifikasi yang artinya
mengakuisisi bisnis yang terkait dengan lini produk saat itu.
2. Stabilitas (Stability Strategy) untuk posisi B dan C
Artinya adalah bahwa organisasi ingin tetap berada pada ukurannya yang
sama atau tumbuh perlahan dengan cara-cara yang masih dapat dikendalikan.
3. Pemangkasan (Retrenchment Strategy) untuk posisi D
Pada kondisi ini organisasi terpaksa melalui periode terjadinya penurunan
dengan penyusutan unit bisnis yang ada saat ini atau menjual atau melikuidasi
keseluruhan unit bisnis.
2.2.3 Pengambilan Keputusan
Setelah melewati tahap analisis, maka pada tahap ini perusahaan
merancang untuk menentukan prioritas strategi unggulan yang obyektif. Sebagai
alat bantu metode yang dipergunakan adalah matriks QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix) dengan tahapan pembuatannya sebagai berikut [16]: 1. Tulis kembali bobot dan uraian faktor strategis eksternal dan internal yang
ada pada matriks EFAS dan IFAS.
2. Tulis alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis data.
3. Tentukan nilai keterkaitan atau AS (Attractiveness Score) yang menunjukkan
keterkaitan relative bagi masing-masing strategi yang dipilih dengan cara
mencari peran masing-masing strategi terhadap faktor strategis melalui
pertanyaan ”Bagaimana faktor strategis ini berpengaruh terhadap strategi yang
dipilih?” Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai:
• 1 (satu) bila tidak menarik
• 2 (dua) bila cukup menarik
• 3 (tiga) bila menarik
4. Hitung total nilai atau TAS (Total Attractiveness Score) dengan cara
mengalikan bobot faktor strategis dengan AS.
5. Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk masing-masing kolom.
6. Nilai TAS terbesar menunjukkan bahwa alternative strategi tersebut dipilih
3.1 Profil Perusahaan
Seperti telah kita ketahui bersama, Sinar Mas dikenal memiliki empat unit
bisnis utama yaitu Sinar Mas Pulp & Paper Products, Sinar Mas Financial
Services, Sinar Mas Developer & Real Estate, dan Sinar Mas Agribusiness &
Food. Di awal tahun 2007, satu sejarah baru telah ditulis dengan tinta emas
dengan diluncurkannya unit bisnis baru yaitu Sinar Mas Accessible and Reliable
TelecommunicationsatauSmart Telecom [17].
Ternyata, sepak terjang Sinar Mas di bisnis telekomunikasi bukan
baru-baru ini saja. Awalnya, sekitar tahun 1990, Sinar Mas telah membentuk PT
Telecom Indomas Nusantara di Bali dengan teknologi AMPS dan jangkauan yang
terbatas. Saat beralih ke GSM, Sinar Mas beberapa kali berusaha mendapatkan
lisensi seluler dari pemerintah, namun belum berhasil. Angin reformasi membawa
perubahan positif. Melalui Primasel, hasil merger antara PT Indoprima
Mikroselindo dengan PT Wireless Indonesia, perusahaan berhasil mengantongi
ijin operasi CDMA di frekuensi 1900 Mhz. Nama Primasel kemudian berubah
secara formal menjadi Smart Telecom pada tanggal 11 April 2007. Kantor yang
dulu bertempat di Plaza BII tower 2 lantai 10 dan 14 kemudian berpindah ke
gedung baru di Jl. Agus Salim [17].
Peresmian kantor ini bertepatan dengan soft launching layanan perdana
Smart ke grup Sinar Mas pada tanggal 26 April 2007, yang dihadiri oleh founder
Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja. Chairman Smart Telecom adalah putra bungsu
beliau yaitu Franky Oesman Widjaja. Dalam sambutan tertulisnya di majalah
SMILE edisi 2, April 2007, Franky mengungkapkan harapannya agar Smart
Telecom dapat menjadi pilar bisnis baru bagi Sinar Mas mengikuti
’kakak-kakaknya’ yang telah lebih dahulu meraih kesuksesan [17].
Harapan Chairman tersebut tentunya bukan hal yang mustahil mengingat
Pertama, biaya investasi dan operation cost lebih rendah dengan kualitas yang
sama atau lebih canggih. Saat ini Smart mengadaptasi teknologi terbaru yaitu
CDMA 2000 1X dan EVDO-Rev A. Ujung-ujungnya konsumen yang untung
karena harga handset dan pulsa lebih ekonomis. Kedua, industri telekomunikasi
akan berkembang lebih pesat di tahun-tahun mendatang. Saat ini jumlah pengguna
CDMA baru 10% dari total pelanggan telekomunikasi. Angka ini diperkirakan
akan makin cepat bertambah mengingat konsumen sudah mulai merasakan
manfaat lebih dari teknologi CDMA. Ketiga, Smart memiliki sumber daya
manusia yang handal dan berpengalaman. Kepada mereka, Smart memberikan
tantangan untuk membuktikan kemampuan dan kreativitas yang dimiliki dalam
lingkungan kerja yang dinamis.
Untuk itulah disusun visi Smart Telecom yaitu “aggressively providing
our customers with leading, innovative, and value for money mobile services with
outstanding quality and rewarding employees, partners, and shareholders”.
Sedangkan misi Smart Telecom adalah :
- To build the best quality network in Indonesia and globally benchmarked
- To build flexible, speedy and consumer focus organization
- To provide value for money best service to our subscribers and bridge the
digital divide
Smart Telecom menjalankan usahanya dengan berpegang pada enam corporate
values yaitu:
- Integrity
- Positive attitude
- Commitment
- Continuous improvement
- Innovative
3.2 Produk Data Mobile Broadband SMART
Smart hadir melalui berbagai produk layanan data broadband dengan
mengadaptasi teknologi terbaru yakni CDMA EVDO Rev.A. Rev.A menyediakan
sejumlah peningkatan dibandingkan dengan EVDO Release 0 yakni
meningkatkan performansi jaringan. Perbaikan ini meliputi perubahan pada kanal
reverse dan kanal forward, peningkatan handoff dan kualitas layanan serta
memungkinkan sejumlah konten mengalir dengan urutan prioritas sesuai dengan
persyaratan kinerja jaringan.
Rev. A memperkenalkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
peningkatan kinerja EVDO. Berikut adalah parameter yang menjadi ciri Rev. A:
• Kecepatan maksimum 3.1 Mbps pada downlink dan 1.8 Mbps di sisi uplink
• Meningkatkan kapabilitas QoS, perbaikan waktu setup koneksi dan
memperkecil delay End to End
• Kapasitas VoIP hingga 49 call per sektor
Parameter utama seperti QoS menyajikan fleksibilitas yang lebih baik
untuk mendukung jenis-jenis aplikasi baru yang sebelumnya tidak dimungkinkan
pada jaringan wireless. Beberapa aplikasi utama yang termasuk dalam layanan ini
diantaranya:
• Push To Talk
• Video call
• Multimedia upload
• Game dengan latensi rendah
• High speed web browsing
• Attachment email ukuran besar
• Streaming video/musik dan download
• Multicasting
• Voice over IP (VoIP)
Dan yang paling penting adalah Rev. A memberikan peningkatan bagi layanan
pelanggan seluler.
Pada dasarnya produk layanan broadband SMART Telecom yang
dipasarkan pada konsumen dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis produk yaitu:
1. Starter Pack
2. Device
3. Top up / isi ulang
Secara umum device data mobile broadband SMART yang dipasarkan
dapat dibagi menjadi lima kategori utama yaitu:
a. JUMP:
- Modem Axesstel
Gambar 3.1 Jump - Modem Axesstel
- USB Modem ZTE AC2726
Gambar 3.2 Jump - USB Modem ZTE AC2726
- Smart phone ZTE N75, Blackberry
Gambar 3.3 Smart Phone ZTE N75
Gambar 3.4 Blackberry Curve 8330
c. Router
Gambar 3.5 Router Vertex – VW 240
Gambar 3.6 Produk Broadband Netbook Olive – Haier X107B
Detail spesifikasi produk mobile broadband SMART dapat dilihat pada Lampiran
1.
3.2.2 Kategori Layanan
Smart kini menghadirkan layanan mobile broadband berdasarkan QoS on
Demand disamping layanan regular berbasis pemakaian/usage data. Layanan QoS
merupakan layanan produk SMART yang terdiferensiasi mengacu kepada standar
kualitas layanan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pelanggan meliputi
pilihan kecepatan akses data dan periode waktu layanan dengan sifat kuota
unlimited (no fair usage policy). Secara umum layanan dari masing-masing
produk mobile broadband di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yakni layanan prabayar dan layanan paskabayar. Detail layanan untuk
masing-masing produk dapat dilihat pada Lampiran 2.
SMART Telecom memberikan layanan yang berbeda dengan layanan
BlackBerry dari operator lain, yaitu :
1. Satu-satunya operator di Indonesia yang memberikan layanan BlackBerry
dengan menggunakan teknologi CDMA Network 1X/EVDO
2. SMART memberikan layanan dasar BlackBerry seperti-halnya operator lain.
3. Multimedia Access untuk layanan Video /Audio Streaming
4. Open Internet Access yakni handheld Blackberry dapat difungsikan sebagai
Gambar 3.7 Perbandingan Layanan Blackberry SMART dan Operator Lain
3.2.3 Keunggulan Produk Mobile Broadband Smart
Dibandingkan dengan produk mobile broadband lainnya, produk mobile
broadband SMART memiliki sejumlah keunggulan diantaranya:
- unlimited access data atau akses data tanpa kuota
- akses data mobile berkecepatan tinggi 3,1 Mbps
- kualitas layanan yang bermutu dengan adanya QoS data on demand
- biaya yang terkontrol dengan adanya QoS data on demand
- kenyamanan dalam layanan
3.2.4 Area Cakupan
Dengan menggunakan teknologi EVDO Rev A, wilayah cakupan mobile
broadband SMART meliputi sejumlah kota di wilayah Indonesia di area Sumatra,
Jawa hingga Bali. Adapun cakupan area mobile broadband SMART tersebar di
beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, Malang,
Jember, Madiun, Palembang, Solo, Yogyakarta, Denpasar, Lampung, Makassar,
Jaringan EVDO memanfaatkan rollout jaringan eksisting dimana terdapat
total BTS sejumlah 1900. Dari 1900 BTS tersebut diperoleh 1100 site yang layak
secara ekonomis untuk pengembangan jaringan EVDO dengan pemilihan
berdasarkan:
1. Kota-kota besar (main city).
2. Secondary city (kota-kota kecil) dimana pemilihannya dengan melihat kepada
dua hal yakni:
- indikasi adanya demand kebutuhan data dengan melihat perbandingan trafik
voice terhadap trafik data 1X yaitu 40% berbanding 60%.
- kemampuan daya beli masyarakat dengan memperhatikan factor SES (Social
Economy Size) dimana SES bernilai A dan B menunjukkan kemampuan daya
beli konsumen yang baik [18].
3.3 Analisis Porter 5 Forces
3.3.1 Model Porter 5 Forces untuk Pemasaran Produk Mobile Broadband
Pendefinisian peran dalam model Porter 5 forces pada bisnis mobile
broadband dapat dimodelkan sebagai berikut:
a. Ancaman pemain baru
Didefinisikan sebagai pemain yang saat ini belum terjun ke dalam bisnis
mobile broadband namun dengan potensi yang dimilikinya memungkinkan untuk
mulai bermain dalam bisnis ini. Saat ini operator yang sudah bermain dalam
layanan mobile broadband adalah Telkomsel, Indosat, XL, Smart Telecom dan
Mobile-8. Sedangkan Hutchison dan Axis belum dapat dikategorikan sebagai
pemain dalam layanan mobile broadband mengingat layanan akses data yang
ditawarkan masih terbatas pada kecepatannya. Namun dengan didukung platform
3.5G dan sejumlah potensi yang dimilikinya bukan tidak mungkin kedua operator
tersebut akan mengoptimalkan jaringannya kepada layanan akses broadband
b. Produk pengganti
Yaitu produk dengan fungsi sama tetapi dengan teknologi yang berbeda,
contohnya adalah fixed broadband Speedy dari Telkom dan First Media dari
Kabel Vision.
c. Kekuatan Pembeli
Pembeli adalah pelanggan segmen retail (perorangan, dealer, distributor,
komunitas) dan korporat, baik pelanggan baru maupun pelanggan lama.
d. Kekuatan Pemasok
Pemasok adalah vendor/produsen pabrik sebagai penyedia infrastruktur
seperti ZTE, NEC, CBOSS dan produsen terminal pelanggan (telepon
seluler/router/netbook/Blackberry) seperti Nokia, ZTE, Haier, Axesstel, RIM dan
sebagainya.
e. Persaingan antara kompetitor eksisting
Persaingan antara kompetitor eksisting adalah persaingan antara operator
seluler yang sudah bermain dalam layanan mobile broadband (Telkomsel,
Indosat, XL, Smart Telecom dan Mobile-8).
3.3.2 Identifikasi Variabel dan Analisis Porter 5 Forces Pemasaran Produk
Mobile Broadband
Identifikasi variabel dari tiap-tiap komponen Porter 5 Forces sebagai
berikut:
1. Ancaman pemain baru
Beberapa indikator yang berpengaruh atas masuknya pemain baru adalah sebagai
berikut:
a. Diferensiasi produk
Jika pemain baru melakukan diferensiasi produk antara lain layanan dan tarif,
maka akan menyebabkan level ancaman dari pemain baru semakin tinggi, karena
diferensiasi menjadikan produk tidak sama dengan produk yang standar.
Kondisi: Pemain baru belum tentu mau melakukan diferensiasi produk karena
promosi, biaya operasional yang akan mempengaruhi pengeluaran yang lebih
besar dari anggaran yang ada.
Tabel 3.1 Indikator Ancaman Pemain Baru – Diferensiasi Produk
Indikator Nilai
Produk dari pemain baru memiliki diferensiasi produk 0
b. Skala ekonomi
Skala ekonomi merupakan ukuran skalabilitas perusahaan dalam menyediakan
layanan mobile broadband kepada konsumen.
Kondisi : Layanan mobile broadband yang dipersiapkan oleh pemain baru adalah
masih dalam skala kecil, kerena pemain baru masih mempertimbangkan
faktor-faktor penawaran dari pembeli akan layanan mobile broadband tersebut dan juga
resiko-resiko yang dihadapi dari pesaing yang ada.
Tabel 3.2 Indikator Ancaman Pemain Baru – Skala Ekonomi
Indikator Nilai
Layanan mobile broadband dipersiapakan dalam
volume besar
0
c. Kebutuhan modal
Kebutuhan modal merupakan kemampuan keuangan perusahaan untuk dapat
terjun ke dalam bisnis layanan mobile broadband.
Kondisi: Dilihat dari profil perusahaan, pemain baru didukung dengan
kemampuan keuangan perusahaan yang kuat, dimana pemain baru merupakan
perusahaan global sehingga memiliki modal yang cukup besar.
Tabel 3.3 Indikator Ancaman Pemain Baru – Kebutuhan Modal
Indikator Nilai
d. Akses ke saluran distribusi
Akses ke saluran distribusi adalah akses untuk masuk ke dalam jalur distribusi
penjualan layanan mobile broadband.
Kondisi: Pemain baru dapat memanfaatkan jalur distribusi yang sudah ada dari
layanan seluler.
Tabel 3.4 Indikator Ancaman Pemain Baru – Akses ke Saluran Distribusi
Indikator Nilai
Pemain baru mempunyai akses ke saluran distribusi
produk mobile broadand 1
e. Biaya beralih
Biaya beralih yaitu biaya yang dikeluarkan untuk beralih dari suatu produk ke
suatu produk lainnya. Adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk beralih ke
produk lain akan menciptakan hambatan baru.
Kondisi: Diasumsikan biaya beralih ke produk lain cukup tinggi atau
setidak-tidaknya sama. Oleh karena pemain baru masih dalam tahap awal mengembalikan
modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan layanan mobile broadband
tersebut. Penggunaan atas modal tersebut dibebankan pada tarif layanan mobile
broadband yang dikonsumsi oleh konsumen. Kalaupun pemain baru dapat
memberikan harga lebih rendah daripada harga pasar yang ada biasanya hal itu
dilakukan pada promosi saja.
Tabel 3.5 Indikator Ancaman Pemain Baru – Biaya Beralih
Indikator Nilai
Biaya beralih ke produk lain rendah 0
f. Kebijakan pemerintah
Kondisi: Kebijakan pemerintah yaitu ijin penyelenggaraan jaringan bisa
merupakan salah satu hambatan untuk masuk. Setiap penyelenggara jaringan baik
fixed maupun mobile tidak dilarang untuk menyediakan layanan mobile
Tabel 3.6 Indikator Ancaman Pemain Baru – Kebijakan Pemerintah
Indikator Nilai
Pemerintah mendukung masuknya pemain baru dalam
industri mobile broadband
1
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tekanan ancaman
pemain baru dalam industri mobile broadband adalah Medium sebagaimana
terlihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Tekanan Ancaman Pemain Baru
Indikator Nilai
Produk dari pemain baru memiliki diferensiasi produk 0
Layanan mobile broadband dipersiapakan dalam skala volume besar 0
Pemain baru memiliki modal yang cukup besar 1
Pemain baru mempunyai akses ke saluran distribusi produk mobile
broadand
1
Biaya beralih ke produk lain rendah 0
Pemerintah mendukung masuknya pemain baru dalam industri
mobile broadband
1
Total 50%
2. Ancaman produk pengganti
Beberapa indikator yang berpengaruh dari produk pengganti ialah:
a. Produk pengganti
Kondisi: Adanya produk pengganti akan membuat tingkat kompetitif industri
semakin ketat karena akan menjadikan terbatasnya potensi pasar suatu industri.
Produk pengganti dari mobile broadband adalah produk fixed broadband seperti
Speedy – Telkom dan Fastnet – First Media. Hal ini memungkinkan menjadi
ancaman sebagai produk pengganti khususnya untuk pelanggan mobile broadband
Tabel 3.8 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Produk Pengganti
Indikator Nilai
Adanya produk pengganti 1
b. Layanan produk pengganti
Kondisi: Baik mobile broadband maupun fixed broadband sama-sama
menawarkan produk akses data berkecepatan tinggi. Akan tetapi, salah satu fitur
keunggulan layanan yang ditawarkan produk mobile broadband adalah
fleksibilitas dalam mobilitas yang mana fitur ini tidak dimiliki oleh produk fixed
broadband.
Tabel 3.9 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Layanan Produk Pengganti
Indikator Nilai
Fitur layanan produk pengganti lengkap 0
c. Kualitas produk
Kondisi: Secara kualitas, jaringan fiber optik lebih baik kualitasnya dibandingkan
dengan jaringan nirkabel. Dikarenakan jaringan berbasis wireless lebih rentan
terhadap faktor cuaca. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas produk
pengganti lebih terjamin daripada produk mobile broadband.
Tabel 3.10 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Kualitas Produk Pengganti
Indikator Nilai
Kualitas produk pengganti lebih baik 1
d. Tarif produk pengganti
Kondisi: Tarif Speedy – Telkom jauh lebih mahal dibandingkan dengan tarif
mobile broadband SMART untuk kecepatan akses yang sama (contoh kecepatan
up to 3 Mbps pemakaian 1 bulan, tarif SMART = Rp.275.000/Rp.140.000,
dimana ada biaya registrasi, dilakukan fair usage policy dan kelebihan pemakaian
dikenakan biaya tambahan Rp.75/menit dan Rp.25/menit.
Tabel 3.11 Tarif Layanan Speedy [20]
Tabel 3.12 Tarif Fastnet [21]
* Pelanggan dikenakan biaya instalasi sebesar Rp.100.000,-
Demikian juga untuk tarif Fastnet seperti terlihat pada Tabel 3.12, untuk
kecepatan akses yang sama, tarif Fastnet jauh lebih mahal daripada tarif mobile
broadband SMART (misal untuk kecepatan yang sama yaitu up to 3 Mbps dan
durasi 1 bulan, tarif Smart = Rp.275.000/Rp.140.000, tarif Fastnet =
Rp.1.195.000/bulan).
Tabel 3.13 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Tarif Produk Pengganti
Indikator Nilai
e. Ketersediaan produk pengganti
Kondisi: Khusus untuk produk Speedy sudah tersebar secara nasional di 33
propinsi di tanah air [22]. Sedangkan area layanan Fastnet baru terbatas di kota
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Surabaya [23]. Berdasarkan area layanan
dari salah satu produk pengganti yaitu Speedy, maka dapat disimpulkan bahwa
produk pengganti mudah didapatkan.
Tabel 3.14 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Ketersediaan Produk Pengganti
Indikator Nilai
Ketersediaan produk pengganti mudah didapatkan 1
f. Biaya beralih
Kondisi: Sebagaimana dijelaskan di atas tentang tarif produk pengganti, untuk
berlangganan Speedy dan Fastnet, pembeli harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa biaya beralih ke produk lain
cukup tinggi.
Tabel 3.15 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Biaya Beralih
Indikator Nilai
Biaya beralih ke produk lain rendah 0
g. Proses aktivasi
Kondisi: Proses aktivasi layanan mobile broadband SMART sangatlah cepat
hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit, pengguna sudah dapat menikmati
layanan akses data. Hal ini berbeda dengan aktivasi layanan Speedy maupun
dimana prosesnya lebih lama membutuhkan waktu minimal 3 hari kerja sejak
order diterima [24].
Tabel 3.16 Indikator Ancaman Produk Pengganti – Proses Aktivasi
Indikator Nilai
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tekanan ancaman
produk pengganti dalam industri mobile broadband adalah pada level Medium
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17 Tekanan Ancaman Produk Pengganti
Indikator Nilai
Adanya produk pengganti 1
Fitur layanan produk pengganti lengkap 0
Kualitas produk pengganti lebih baik 1
Tarif produk pengganti lebih murah 0
Ketersediaan produk pengganti mudah didapatkan 1
Biaya beralih ke produk lain rendah 0
Proses aktivasi produk pengganti cepat 0
Total 42.86%
3. Tekanan kekuatan pembeli
Beberapa indikator yang berpengaruh terhadap tekanan kekuatan pembeli adalah
sebagai berikut:
a. Dominasi Pembeli
Kondisi: Segmen dari produk mobile broadband bervariasi mulai dari retail
perorangan, retail kelompok distributor dan korporat. Dengan demikian pembelian
produk tidak dilakukan oleh kelompok pembeli terpusat.
Tabel 3.18 Indikator Kekuatan Pembeli – Dominasi Pusat
Indikator Nilai
Pembelian produk dilakukan oleh kelompok pembeli terpusat 0
b. Difrensiasi Produk
Kondisi: Produk mobile broadband SMART telah memiliki diferensiasi yaitu
produk unlimited (no fair usage policy) dengan dukungan QoS on Demand seperti
Tabel 3.19 Indikator Kekuatan Pembeli – Dominasi Pusat
Indikator Nilai
Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau
produk yang tidak terdiferensiasi
0
c. Biaya beralih
Kondisi: Tarif layanan mobile broadband eksisting dapat dilihat pada Lampiran 4. Ditinjau dari tarif regular yaitu berdasarkan fair usage (sesuai pemakaian data
dihitung dengan unit per KB = Kilo Byte), tarif mobile broadband SMART lebih
murah atau sama dengan tarif operator lainnya (SMART = Rp.0.5/KB, XL =
Rp.5/KB, Indosat = Rp.0.5/KB, Telkomsel = Rp.1/kb = Rp.8/KB). Dilihat dari
tarif paket unlimited, tarif SMART jauh lebih murah daripada tarif paket unlimited
dari kompetitornya (SMART 3 Mbps = Rp.275.000/Rp.140.000/bulan, Indosat 3.6
Mbps = Rp.500.000/bulan, Telkomsel 3.6 Mbps = Rp.800.000/250 jam). Bahkan
untuk paket unlimited tersebut, kompetitor menerapkan policy fair usage yaitu
sampai pada batas kuota pemakaian tertentu maka kecepatan akses data
diturunkan dan pelanggan dikenakan biaya atas kelebihan pemakaian. Oleh sebab
itu maka dapat disimpulkan bahwa biaya beralih ke produk lain jauh lebih besar.
Tabel 3.20 Indikator Kekuatan Pembeli – Biaya Beralih
Indikator Nilai
Biaya beralih ke produk lain rendah 0
d. Integrasi balik
Integrasi balik adalah kondisi dimana pembeli ingin menjadi penyedia layanan
mobile broadband.
Kondisi: Pembeli produk mobile broadband adalah dari segmen retail
perorangan/kelompok distributor dan segmen korporat. Untuk dapat menjadi
penyelenggara layanan mobile broadband maka harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu pembeli tidak mempunyai
Tabel 3.21 Indikator Kekuatan Pembeli – Integrasi Balik
Indikator Nilai
Pembeli mempunyai keinginan untuk melakukan integrasi balik 0
e. Kualitas produk industri
Kondisi: Kualitas dari produk mobile broadband akan mempengaruhi kualitas
layanan yang dirasakan oleh pembeli dan pada akhirnya menentukan kepuasan
pembeli.
Tabel 3.22 Indikator Kekuatan Pembeli – Kualitas Produk Industri
Indikator Nilai
Kualitas produk industri mempengaruhi kualitas layanan pembeli 1
f. Informasi produk
Kondisi: Informasi produk mobile broadband SMART seperti tarif, produk,
lokasi, cakupan area dapat diperoleh di website www.smart-telecom.co.id dan
buku petunjuk yang melekat pada produk mobile broadband SMART yang dijual.
Tabel 3.23 Indikator Kekuatan Pembeli – Informasi Produk
Indikator Nilai
Pembeli mempunya informasi produk yang lengkap tentang
produk yang akan dibeli
1
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tekanan kekuatan
pembeli dalam industri mobile broadband adalah Low sebagaimana terlihat pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24 Tekanan Kekuatan Pembeli
Indikator Nilai
Pembelian produk dilakukan oleh kelompok pembeli terpusat 0
Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau produk
yang tidak terdiferensiasi
0
Pembeli mempunyai keinginan untuk melakukan integrasi balik 0
Kualitas produk industri mempengaruhi kualitas layanan pembeli 1
Pembeli mempunya informasi produk yang lengkap tentang produk
yang akan dibeli
1
Total 16.67%
4. Tekanan kekuatan pemasok
Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap kekuatan tekanan pemasok adalah
sebagai berikut:
a. Dominasi pemasok.
Kondisi: Pemasok dari perangkat infrastruktur mobile broadband SMART adalah
dari berbagai vendor seperti ZTE, NEC, CBOSS. Demikian juga pemasok untuk
perangkat terminal pelanggan berasal dari sejumlah produsen seperti ZTE, Haier,
Axesstel. Dengan demikian pemasok perangkat tidak didominasi secara terpusat.
Tabel 3.25 Indikator Kekuatan Pemasok – Dominasi Pemasok
Indikator Nilai
Pemasok perangkat layanan didominasi oleh pusat 0
b. Produk pengganti
Kondisi: Dalam hal ini pemasok berasal dari berbagai vendor infrastruktur dan
produsen penghasil terminal pelanggan sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Sehingga perangkat layanan tidak hanya terbatas dipasok dari satu produsen saja
tapi bisa digantikan oleh produk perangkat dari produsen pemasok lainnya.
Tabel 3.26 Indikator Kekuatan Pemasok – Produk Pengganti
Indikator Nilai