• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATO DAN MEDIA SOSIAL Studi tentang Magi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TATO DAN MEDIA SOSIAL Studi tentang Magi (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TATO DAN MEDIA SOSIAL

(Studi tentang MagicInk dan Kampanye Penggemar Tato di Media Sosial)

Markus Utomo Sukendar, S.Sos, M.I.Kom Politeknik Indonusa Surakarta

soeryautomo@gmail.com

ABSTRAK

Tubuh manusia mempunyai posisi yang sangat vital karena melalui tubuh terjadi suatu

perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan

imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti ini tidak saja disadari sebagai medium

bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi

terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri, sehingga pengalaman dan ekspresi terkait

secara dialektis (Bruner, 1986). Kegiatan modifikasi tubuh yang secara umum dikenal

oleh masyarakat adalah tindik pada organ tubuh, merapihkan (mentatah) gigi pada

wanita yang baru memasuki usia dewasa, khitan pada bayi perempuan maupun laki-laki,

tanning, body sculpture, operasi plastic, implantasi tubuh, body painting, dan tato. Di

Indonesia, tato mengalami masa-masa kelam pada masa-masa orde baru, tato dianggap

dekat dengan kriminalitas dan orang yang bertato dianggap sebagai penyakit

dimasyarakat dan harus disingkirkan. Pemerintah orde baru membangun persepsi tato

sebagai simbol kriminalitas, dan untuk mewujudkan keamanan nasional serta ketertiban

dimasyarakat maka para orang yang bertato pun disingkirkan karena dianggap

mengganggu keamanan dan ketertiban dimasyarakat. Semakin derasnya arus pertukaran

informasi, akulturasi budaya, menggeser persepsi tato yang dekat dengan kriminalitas

sebagai sebuah gaya hidup manusia modern. Tato bahkan belakangan ini menjadi suatu

mode. Bila semula tato merupakan bagian budaya ritual etnik, tradisional, kini

berkembang menjadi bagian kebudayaan pop (Gumilar, 2005). Motivasi antara lain

“beauty, art and fashion, individuality, personal narratives, physical endurance, group

affiliations and commitment, resistance, spirituality and cultural tradition, addiction and

no specific reason” (Wohlrab, 2007). MagicInk sebagai Komunitas Tato melihat media

sosial bisa menjadi kendaraan yang efektif dalam upaya menyebarkan informasi dan

memberikan pemahaman tentang Tato sebagai bagian dari budaya lampau dan saat ini

mengalami transformasi sebagai bagian budaya pop dan menjadi trend gaya hidup

masyarakat. MagicInk menjadi bagian komunitas Tato global yang memberikan

kontribusi dan menjadi bagian kampanye media sosial untuk menyebarluaskan tren

rajah tubuh tersebut.

(2)

I. PENDAHULUAN

Tubuh manusia mempunyai posisi yang sangat vital karena melalui tubuh terjadi suatu perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti ini tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri, sehingga pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis (Bruner, 1986). Sehingga sebagian orang merasa perlu untuk memodifikasi tubuh sebagai sarana untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya. Menurut Featherstone (Wohlrab, et al., 2007), modifikasi tubuh adalah sebuah upaya merubah tubuh secara permanen atau semipermanen yang dengan sengaja dilakukan.

Kegiatan modifikasi tubuh yang secara umum dikenal oleh masyarakat adalah tindik pada organ tubuh, merapihkan (mentatah) gigi pada wanita yang baru memasuki usia dewasa, khitan pada bayi perempuan maupun laki-laki,

tanning, body sculpture, operasi plastic,

implantasi tubuh, body painting, dan tato. Beberapa bentuk merupakan bagian dari budaya yang dihormati serta dianggap sakral bagi sebagian masyarakat yang mempercayainya, seperti khitan pada bayi perempuan, meskipun bagi masyarakat di negara tertentu dianggap sebagai pelanggaran hak azasi manusia (HAM) oleh tuntutan adat (Pitts dalam Wohlrab, dkk., 2007).

Ensiklopedia Indonesia menjelaskan bahwa tato merupakan lukisan permanen pada kulit tubuh. Tato merupakan produk dari body decoratingdengan menggambarkan kulit tubuh dengan alat tajam berupa jarum, tulang dan sebagainya kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni. Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tato ditemukan untuk pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan konon hal itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika

Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan. (Wikipedia).

Rajah atau tato juga didefinisikan sebagai gambar, lukisan, pada bagian atau anggota tubuh, yang memiliki arti sesuatu bagi pemiliknya (LeMay, 2008). Praktek merajah tubuh ini telah dilakukan di hampir semua kebudayaan yang ada didunia beribu-ribu tahun yang lalu. Pada beberapa kelompok, tato merupakan tanda suku atau status. Bagi masyarakat suku Mentawai Indonesia, tato juga menandakan beratnya jalan menuju kedewasaan, atau menunjukkan keahlian si pemilik tato. Selain itu, salah satu alasan paling populer dan juga paling tua adalah seni tubuh ini menambah keindahan si pemilik (Rosa, 1994).

Sebagai bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, kegiatan modifikasi tubuh, khususnya rajah atau tato pada awalnya merupakan tradisi atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu. Tato dibuat sebagai suatu simbol atau penanda yang dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si pemiliknya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri. Seiring dengan berjalannya waktu kebudayaan mengalami suatu perubahan nilai dan arti (Kusumohamidjojo, 2009). Makna tato berubah seiring dengan perkembangan jaman,. tato yang semula memiliki nilai sosial-kultural bergeser menjadi lebih personal. Pergeseran makna perajahan ini dimulai dari rajah atau tato sebagai ciri dari suatu masyarakat, bentuk dari kesenian, simbol maskulinitas seorang pria, simbol kondisi mental seseorang, simbol kriminalitas, perlawanan, sampai dengan ekspresi diri (Olong,2006).

(3)

mengalami masa-masa kelam pada masa-masa orde baru, tato dianggap dekat dengan kriminalitas dan orang yang bertato dianggap sebagai penyakit dimasyarakat dan harus disingkirkan. Pemerintah orde baru membangun persepsi tato sebagai simbol kriminalitas, dan untuk mewujudkan keamanan nasional serta ketertiban dimasyarakat maka para orang yang bertato pun disingkirkan karena dianggap mengganggu keamanan dan ketertiban dimasyarakat.

Semakin derasnya arus pertukaran informasi, akulturasi budaya, menggeser persepsi tato yang dekat dengan kriminalitas sebagai sebuah gaya hidup manusia modern. Tato bahkan belakangan ini menjadi suatu mode. Bila semula tato merupakan bagian budaya ritual etnik, tradisional, kini berkembang menjadi bagian kebudayaan pop (Gumilar, 2005). Banyak kalangan selebritas yang bekerja di bidang entertainment yang sering muncul di televisi seperti, Tora Sudiro, Olla Ramlan, Grup Band Slank, Presenter TJ, pasangan Victoria dan David Beckham, yang mengabadikan janji setia dan cinta abadi mereka menjadi tato di tubuhnya, atau Cheryl Cole, selebritis asal Inggris yang mentato punggungnya dengan seikat bunga. Dan masih banyak lagi selebritas lain yang menjadikan tato sebagai bagian dari identitas yang melekat pada dirinya. Dan segala sesuatu yang melekat pada selebriti – selebriti tersebut, termasuk tato diekspos secara masif oleh media, baik media konvensional maupun media baru, sehingga popularitas tato menjadi semakin meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Tato

Sejarah tato dimulai oleh James Cook, saat pulang dari pelayaran dengan kapal ‘Endeuvor’ yang mengunjungi banyak pulau di lautan Pasifik dan berlangsung selama 3 tahun (dimulai tanggal 16 Agustus 1768). Istilah yang dipakai oleh Kapten James Cook, oleh orang Barat dilafalkan menjadi tattoo berdasarkan kata yang sama dalam budaya Polynesia (Miller, 1997). Namun sebenarnya, praktek merajah tubuh sudah dikenal di berbagai kebudayaan, baik di Asia, Afrika, Amerika dan Oceania. Meskipun secara geografis tato sudah dikenal sangat lama di berbagai daerah di dunia,

makna tato dan fungsi tato di berbagai selalu terkait dengan budaya dan kepercayaan dianut oleh masyarakat di berbagai daerah tersebut.

Dalam bahasa Indonesia kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo

yang berarti goresan, gambar, atau lambing yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata “ tato ” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna dibawah permukaan kulit (Olong, 2006). Penggunaan tato pada zaman

dahulu berhubungan erat dengan nilai-nilai yang berkembang pada masa itu yaitu: keyakinan animisme, dinamisme bahkan ilmu kebatinan. Tato memiliki kaitan yang kental dengan faktor alam, lambang-lambang atau simbol yang ditempelkan pada tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Tato juga digunakan sebagai penunjuk identitas, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Mentawai. Masyarakat Mentawai sudah menganggap tato sebagai roh kehidupan, sebagai simbolisasi keseimbangan alam maka setiap benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh mereka (Rosa, 1994). Bagi masyarakat Mentawai, kedudukan tato adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Selain itu tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan memiliki jiwa dan harus diabadikan di atas tubuh. Fungsi tato yang lain adalah sebagai bentuk keindahan. Masyarakat Mentawai dikenal dekat dengan alam, keindahan alam yang mereka nikmati, mereka ekspresikan dalam bentuk rajah atau tato di tubuhnya.

(4)

pemerintah orde baru memberikan stigma yang negatif terhadap tato dan penggunanya.

Sekarang tato menjadi gaya hidup dan trend yang populer, di Amerika jumlah pengguna tato pada tahun 2013 adalah sekitar 45 juta orang (www.statisticbrain.com), meskipun belum ada perhitungan statistik yang siginifikan mengenai jumlah pengguna tato di Indonesia, namun dari waktu ke waktu pengguna tato semakin meningkat, terbukti dengan bermunculannya studio tato yang menawarkan jasa pembuatan tato. Tato tidak lagi menjadi dominasi budaya tradisional namun telah berkembang menjadi bagian dari budaya pop. Dulu tato hanya menjadi konsumsi bagi kalangan tertentu, antara lain individu yang beranjak usia dewasa dengan proses ritual yang sifatnya magis dan berbelit. Namun kini, tato menjadi konsumsi bagi banyak kalangan tanpa harus melalui ritual- ritual tertentu (Olong, 2006). Dan tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu, profesi, tingkat pendidikan atau status sosial tertentu. “The new group’s profession,

educational level, and gender have differed from that of the classically tattooed

person”(DeMello, 1995). Kelompok pengguna tato saat ini berbeda secara profesi, tingkat pendidikan dan jenis kelamin dibandingkan dengan pengguna tato jaman dulu.

Pada awalnya, tato dibuat dengan arang tempurung yang dicampur dengan air tebu dan menggunakan alat-alat yang masih sangat tradisional, seperti tangkai kayu, jarum dan pemukul dari batang. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar tato naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan Tato dilakukan dengan mesin elektrik. Mesin ini pertama kali ditemukan oleh seorang keturunan Irlandia-Amerika bernama Samuel O’Riley yang hak ciptanya dipatenkan pada tahun 1891 di Amerika Serikat. Mesin tersebut terinspirasi dari pena hasil temuan Thomas Alva Edison pada tahun 1875. Dengan

mesin tato karya O’Riley ini kecepatan rajahannya cukup tinggi sehingga mampu mengurangi rasa sakit pada saat proses mentato, sedangkan zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis.

Perkembangan teknologi memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan alat-alat tato, sekarang ini beberapa alat yang digunakan untuk mentato adalah tube, mesin tato, adaptor, dan peralatan pembuat pola, jarum, sarung tangan, tempat tinta, pengoles dan alat cukur, dan peralatan pendukung lainnya seperti vaselin, alkohol, sabun cair, salep anti septik, tissue, desain dan karya foto. Seluruh peralatan tersebut sekali pakai dan digunakan dalam kondisi steril dan dalam kemasan tersegel. Alat yang digunakan untuk menato tersebut diaplikasikan dengan menggunakan listrik berdaya rendah yang beroperasi sama dengan mesin jahit. Satu hingga puluhan jarum digabungkan menjadi satu diujung sebuah batang logam yang disebut needle har, sedangkan pangkal dari needle har di butuhkan dengan mesin tato (Anggoro, 2003 : 45-47).

Tato : Pro dan Kontra

Motivasi setiap pengguna tato beragam, di antaranya adalah “beauty, art and fashion,

individuality, personal narratives, physical endurance, group affiliations and commitment, resistance, spirituality and cultural tradition, addiction and no specific reason” (Wohlrab, 2007).

1. Beauty, art and fashion

(5)

estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif (Sumardjo, 2000). Tato juga dianggap sebagai sebuah aksesoris yang melekat di tubuh penggunanya dan bisa digunakan untuk memperbaiki atau menyamarkan bentuk bagian tubuh yang dirasa kurang indah, seperti tato alis, tato bibir, tato pada garis mata, atau membentuk tahi lalat, dimana bentuk dan warnanya disesuaikan dengan konstruksi wajah penggunanya. Lema (2010) mengatakan bahwa tato adalah aksesoris fashion kelas menengah yang dipakai pada peragaan busana internasional. Tato dianggap modis, fashionable sekaligus aksesoris mempercantik diri.

2. Individuality

Motivasi lain adalah karena tato memungkinkan seseorang membentuk idenditas dirinya, menjadi seseorang yang unik dan berbeda dengan orang lain. “Another line of motivations embraces

wishes to create and maintain self-identity,

being special and distinctive from others” (Millner & Eichold, 2001). Tato secara tampilan fisik dianggap mampu merefleksikan kreativitas seseorang mengenai identitas dirinya.

3. Personal narratives

“Tattoo narratives involve subjects narrating

with their body and of their body. In other words, there are stories on the body and the

body in the story” (Brooks, 1993). Tato bagi sebagian penggunanya adalah sebuah cerita kehidupan, baik cerita bahagia, cerita kesedihan, ataupun cerita tentang moment-moment penting dalam kehidupan. Perjalanan hidup, ekspresi nilai-nilai kehidupan dan pengalaman yang sudah dijalani diejawantahkan dalam sebuah simbol tato. 4. Physical endurance

Kemampuan seseorang untuk menahan rasa sakit akibat proses merajah tubuh dengan menggunakan jarum diasosiasikan sebagai ketahanan dan kekuatan tubuh secara fisik. “Additionally, painful stimulation is

associated with a release of endorphins in the body, generating positive emotions in

addition to an anesthetizing effect” (Stirn dalam Wohlrab, 2007). Rasa sakit ini dihubungkan dengan pelepasan endorfin

dalam tubuh, membentuk emosi positif sebagai salah satu efek anestesi.

5. Group affiliations and commitment

Tato digunakan untuk menunjukkan koneksi dan komitmen pada kelompok Sanders (2008).“friendship and love signs have long been mentioned as reasons to obtain body modifications. Body ornaments as permanent

sign of commitment are fairly common”. Selain itu tato juga bisa digunakan sebagai alat untuk tergabung dengan kelompok tertentu.

6. Resistance

Tato bisa juga digunakan sebagai simbol perlawanan atau penolakan terhadap figur-figur yang dianggap bertentangan atau berseberangan dengan penggunanya, yang tidak dapat disampaikan secara langsung.“A

recent study on college students found that especially in adolescents protest against the generation of the parents is a major aspect

in acquiring body modification” (Delazar dalam Wohlrab, 2007).

7. Spirituality and cultural tradition

Motivasi ini sama dengan motivasi di awal kemunculan tato, yaitu sebagai bagian dari budaya dan spiritualitas yang dipercaya. “Personal affiliations to cultures and their spirituality are also reasons for tattooing and body piercing” (Jeffreys dalam Wohlrab, 2007).

8. Addiction

Sensasi rasa sakit ketika proses tato membuat pengguna tato biasanya tidak cukup hanya dengan satu tato pada tubuhnya.“Tattoos and piercings possess an addictive character, which might proximately be due to the release of endorphins, associated with the painful penetration of the body, anesthetizing and

entailing a positive feeling”(Winchel et al dalam Wohlrab, 2007). Selain itu juga karena secara psikologis amat penting bagi penggemar tato untuk menyimpan kenangan, pengalaman, dan nilai-nilai kehidupannya di tubuhnya.

9. No specific reasons

(6)

also state an impulsive rather than a long decision making process as a reason for acquiring a body modification” (Greif et al. dalam Wohlrab, 2007).

Tato dengan demikian dianggap mampu memenuhi keinginan penggunanya, keinginan untuk mengekspresikan seni, keindahan dan bagian dari fashion masa kini (beauty, art and fashion), keinginan untuk menampilkan identitas diri yang unik dan berbeda dengan orang lain (individuality), keinginan untuk mengabadikan cerita kehidupannya (personal narratives), keinginan untuk menjajal ketahanan fisik (physical endurance), keinginan untuk berafiliasi dan sebagai komitmen dari anggota kelompok tertentu (group affiliations and commitment), keinginan untuk mengekspresikan bentuk perlawanan terhadap fitgur-figur yang berseberangan yang tidak dapat diungkapkan secara langsung (resistance), serta keinginan untuk mengekspresikan nilai-nilai spiritualitas yang dianut dan melestarikan tradisi budaya (spirituality and cultural tradition). Beberapa hal tersebut yang membuat popularitas tato akhir-akhir ini semakin meningkat dan jumlah pengguna dan penggemarnya menjadi semakin banyak.

Kepopuleran tato yang dibuktikan dengan semakin banyak pengguna dan penggemarnya akhir-akhir ini, serta berkembangnya industri tato menjadi salah satu industri yang semakin besar di dunia, ternyata tidak diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Secara medis, tato dianggap rentan dalam menyebarkan penyakit tertentu. Bibit penyakit dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka akibat tusukan tato, dan beresiko tinggi tertular virus hepatitis ataupun HIV. Kondisi ini terjadi apabila pada saat proses tato tidak menggunakan alat yang tidak steril atau digunakan secara bergantian. Hepatitis menular lewat darah dan cairan tubuh manusia (Evy, 2009). Virus HIV juga hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia, cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (Putra, 2009). Bahkan kehadiran tato telah digunakan sebagai kriteria untuk penangguhan donor darah karena berpotensi menularkan penyakit (Nishioka dan Gyorkos, 2001). Resiko lainnya yang berpotensi dalam tato seperti alergi atau iritasi pada kulit yang disebabkan oleh tinta tato. Tinta tato yang

beredar di pasaran umumnya terbuat dari bahan kimia yang patut dikelompokkan ke dalam unsur logam berat, seperti arsenik, mercury, perak, emas, dan bismuth, yang berbahaya untuk kesehatan (Rixco, 2008).

Selain dari sisi medis tato dianggap rentan terhadap penyebaran penyakit-penyakit tertentu, masih ada beberapa kelompok dalam masyarakat yang memandang tato sebagai bentuk penyimpangan perilaku dan tidak sesuai dengan ajaran agama tertentu. Persepsi masa lalu yang menganggap tato dekat dengan kriminalitas, masih hidup di beberapa kelompok masyarakat. Orang yang bertato dianggap sebagai orang yang mempunyai perilaku menyimpang, identik dengan kekerasan dan premanisme. Tato juga dianggap bertentangan dengan ajaran agama tertentu, salah satunya karena dengan bertato berarti merubah tekstur dan warna kulit manusia sebagai ciptaan Tuhan. Sementara sebenarnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, dengan organ-organ tubuh yang diperlukan, termasuk kulit tubuh yang bersih.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif-Kualitatif. Dalam hal ini, sifat dalam penelitian telah diarahkan untuk menggambarkan dang menganalisis fakta disertai argumen yang sesuai. Data yang digunakan dalam penelitian ini, mempertimbangkan dua jenis data, yaitu

a) Data Primer yang diperoleh peneliti dari website dan media sosial yang dimiliki MagicInk

b) Data Sekunder yang didapatkan peneliti dari sumber literature, seperti buku, website internet ataupun jurnal yang menyangkut penelitian ini.

Dilihat dari teknik dan alat pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik :

a) Pengamatan dan Pengambilan data dari sumber data primer, antara lain dari blog, twitter, majalah online dan media sosial lain yang berkaitan dengan MagicInk dan komunitas Penggemar Tato.

(7)

materi-materi, laporan hasil penelitian, jurnal-jurnal, dan sebagainya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian. Dari data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis untuk mengasilkan laporan penelitian Tato dan Media Sosial (Studi tentang MagicInk dan Kampanye Penggemar Tato di Media Sosial)

IV. PEMBAHASAN

MagicInk dan Media Sosial

Semenjak kemunculan media jejaring sosial Sixdegrees.com yang diluncurkan pada pertengahan tahun 1990-an, hingga kini popularitas media jejaring sosial semakin berkembang. Pengguna media sosial tidak hanya aktif memperbaharui foto atau status seputar kehidupan yang mereka jalani sehari-hari, tetapi juga menyampaikan informasi dan pandangan terkait hal-hal yang menarik bagi dirinya. Media jejaring sosial tidak bisa dipungkiri saat ini mempunyai peran yang penting dalam membentuk persepsi publik tentang tato. Hampir di seluruh situs jejaring sosial, terdapat grup “komunitas tato” yang banyak diakses oleh seniman, pengguna dan penggemar tato. Menurut Rogers (dalam Junaedi, 2011) beberapa ciri utama dari media baru adalah:

1. Interactivity

Media baru memiliki sifat interaktif yang tingkatannya mendekati sifat interaktif pada komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Media komunikasi yang interaktif ini memungkinkan partisipannya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, efektif dan lebih memuaskan.

2. Demassification

Adanya kemungkinan untuk membuat sebuah informasi menjadi tidak bersifat massal, dimana pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara para partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar.

3. Asynchronous

Karakteristik ini bermakna bahwa media baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap peserta.

Dengan ketiga ciri utama dan keistimewaan media jejaring sosial yang mampu menjangkau banyak pengguna di berbagai belahan dunia dan bergesernya persepsi sebagian kelompok masyarakat terhadap tato, menjadikan popularitas tato menjadi semakin meningkat. Media jejaring sosial bisa dikatakan sebagai lahan yang subur dalam menyebarkan tato sebagai gaya hidup. Akibatnya jumlah seniman, pengguna dan penggemar tato di seluruh dunia semakin banyak, komunitas tato di media jejaring sosial juga meningkat dan mereka secara aktif saling membagi pengalaman dan pengetahuan serta trend terbaru tentang tato. Eksistensi komunitas tato di media jejaring sosial menjadi semakin mengukuhkan pergeseran dan makna tato yang baru.

Di Indonesia, media jejaring sosial menjadi walah satu sarana bagi seniman, pengguna dan penggemar tato untuk saling berkomunikasi. Baik melalui facebook, twitter, blogspot, kaskus, instagram dan sosial media yang lain. Seniman, pengguna dan penggemar tato di setiap daerah pun hampir sebagian besar punya komunitas tersendiri dan aktif di berbagai jejaring sosial. Selain saling berkomunikasi, anggota komunitas tato tersebut biasanya membagikan informasi mengenai nama dan alamat studio tato, hasil-hasil karya seniman tato, galeri-galeri tato yang ada di Indonesia, seni dan teknik tato yang terbaru, model dan desain tato yang sedang “trend”serta informasi lain yang terkait dengan perkembangan tato di Indonesia dan di seluruh dunia. Hasil penelitian Wessely (2013) menunjukkan bahwa pengguna tato menggunakan fasilitas media jejaring sosial untuk kepentingan pribadi mereka yang berkaitan dengan tato, yaitu untuk membagikan desain tato yang ada di badan mereka kepada teman-teman di komunitas tato yang secara geografis berada di berbagai belahan dunia. Dan seluruh proses mengunggah foto tersebut bisa dilakukan dengan sangat mudah dan cepat.

Salah satu komunitas yang menarik adalah Magic Ink, yang bisa ditemui di facebook (https://www.facebook.com/pages/Magic-Ink,

twitter (@MagicInkMagz),

(8)

informasi oleh seniman, pengguna dan penggemar tato di Indonesia. Akun facebook Magic Ink disukai oleh sejumlah 16.774 orang, sementara followernya di twitter mencapai 9.051 orang, dan akun instagramnya mempunyai 5.196 follower. Banyaknya jumlah follower dan penyuka akun MagicInk salah satunya adalah karena komitmen mereka untuk terus memberikan informasi terkait dengan perkembangan tato, dengan menerbitkan majalah yang bisa didownload secara gratis, dan sampai saat ini sudah memasuki edisi yang ke 45 yang terbit pada bulan Januari 2015, dan secara kontinyu menyelenggarakan event-event yang berkaitan dengan tato. Magic Ink ‘free tattoo community magazine’merupakan majalah tattoo pertama yang beredar di Indonesia, dan sementara ini masih menjadi majalah komunitas tato satu-satunya di negeri ini. Terbit pertama sebagai majalah bulan Desember 2009 dan masih tetap eksis terbit disetiap bulannya. Magic Ink didistribusikan gratis setiap bulannya, dengan oplah 2000 eksemplar dan tersebar di Bali, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Lombok, dan Manado. Selain terbit dalam versi cetak, Magic Ink juga bisa didownload secara gratis setiap edisinya di blognya (www.magicinkmagz.blogspot.com) dalam bentuk PDF, sehingga bisa diakses sampai keluar Indonesia.

Pada awalnya, Magicinkmagz merupakan sisipan dari tabloid komunitas surfing ‘Magic Wave’ dari pertengahan 2008 sampai awal 2009. Ketika awal terbit Magic Ink hanya berencana menjadi majalah komunitas tato di Bali. Tapi karena informasi diantara komunitas tato antar daerah terjalin erat, maka kabar akan terbitnya majalah tattoo Indonesia tersebar sampai daerah daerah lain. Karena relasi yang terjalin dengan komunitas tato lain yang ada di Indonesia, seperti Bali Tattoo Artist Club, Surabaya Tattoo Artist Club, Java Tattoo Club, Malang Tattoo Community, Semarang Tattoo Artist, Paguyuban Tattoo Bandung, North Celebes Tattoo Community, Indonesian Professional Tattoo Association dan juga Indonesian Sub Culture maka pada akhirnya majalah MagicInkMagz tidak hanya menjadi majalah komunitas tato di Bali, namun juga dapat didownload oleh seniman, pengguna dan penggemar tato di seluruh dunia.

Seiring berjalannya waktu, Magic Ink tidak hanya menerbitkan majalah komunitas akan tetapi juga sebagai event organizer untuk event-event tato. Terhitung sejak tahun 2008 Magic Ink sudah mengadakan event-event untuk mengembangkan industri tato di Indonesia dengan kegiatan “tattoo chill out”, yang digelar setiap bulan, namun karena keterbatasan tenaga, akhir-akhir ini “tattoo chill out” digelar 3 sampai 4 kali dalam satu tahun. Berbagai kontes tato juga dilaksanakan di berbagai daerah oleh Magic Ink bekerjasama dengan komunitas tato daerah. Kegiatan yang diadakan tidak hanya yang berkaitan dengan tato saja, namun juga kegiatan kemanusiaan, seperti penggalangan dana untuk panti asuhan dan korban bencana alam di Indonesia, seperti solidaritas untuk Mentawai-Merapi-Wasior pada tahun 2010 dan "Dendang Untuk Rembang" Tattoo Charity sebagai aksi solidaritas "Menolak Pendirian Pabrik Semen" pada 26 Januari 2015. Kehadiran komunitas MagicInkMagz dan komunitas tato yang lain baik di facebook, twitter, instagram, web dan blogspot menunjukkan adanya keterkaitan antara perkembangan tato dengan komunitas tato melalui media jejaring sosial. Dimana perkembangan tato yang semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya seniman, pengguna dan penggemarnya, ternyata berjalan seiring dengan menjamurnya komunitas tato di media jejaring sosial. Perkembangan tato memicu kemunculan komunitas tato melalui media jejaring sosial, dan sebaliknya maraknya komunitas tato di media jejaring sosial semakin meningkatkan popularitas tato, khususnya di Indonesia.

V. KESIMPULAN

(9)

pemahaman tentang Tato sebagai bagian dari budaya lampau dan saat ini mengalami transformasi sebagai bagian budaya pop dan menjadi trend gaya hidup masyarakat. MagicInk menjadi bagian komunitas Tato global yang memberikan kontribusi dan menjadi bagian kampanye media sosial untuk menyebarluaskan tren rajah tubuh tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Novie. 2003.Masyarakat Dan Tato, Studi Eksploratif Tentang Masyarakat Bertato di Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Brooks, P. 1993. Body work. Objects of desire in modern narrative. Cambridge, MA and London: Harvard University Press.

Bruner, Edward. 1986. Experience and Its Expressions dalam Bruner (ed) The Anthropology of Experience. Chicago: University of Illinois.

Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat Kebudayaan : Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta. Jalasutra.

LeMay, Richard. 2008. The Body Modification Black Book : A Guide for Students, [Online]. Tersedia : http://www.ink-trails.com.

Miller, J.C. 1997. The Body Art Book. New York: Berkeley Books.

Sanders, C. R. 1989. Customizing the body: The art and culture of tattooing. Philadelphia: Temple University Press.

Millner, V. S. Eichold, B. H. 2001. Body piercing and tattooing perspectives. Clinical Nursing Research.

Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato.Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara.

Rosa, Adi. 1994. Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat Mentawai. Bandung: Tesis Institut Teknologi Bandung.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Wessely, Michael D. 2013. Inked and In Public: Tattoos and Disclosure. A Thesis. University of Wisconsin–Whitewater. DeMello, M. 1995. Not just for bikers anymore:

Popular representations of American tattooing. Journal of Popular Culture.

Evy. 2009. Awas, Tato dan Tindik Tularkan Hepatitis. 16 April 2009. Jakarta.

Gumilar, Gumgum. 2005. Makna Komunikasi Simbolik di kalangan pengguna tato kota Bandung. Jurnal Mediator Vol. 9 No. 1.

Junaedi, Fajar. 2011. Identitas Sepakbola sebagai City Branding, Proceeding Strategi Communication Branding di era Industri Kreatif. Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang.

Nishioka, A dan Gyorkos T. W. 2001. Tattoos as Risk Factors for Transfusion-Transmitted Diseases. International Journal of Infectious Diseases, Vol. 5 No. 1.

Putra, Y. 2009. Penyebaran HIV/AIDS Sudah Masuk Daerah. Koran Kompas. 5 Desember 2009. Jakarta

Rixco, 2008. Bahaya Tato Dari Segi Medis. rixco.multiply.com/journal/item/183/BA HAYANYA_TATOO_DARI_SEGI_M E

(10)

Wohlrab, Silke. Stahl, Jutta. Kappeler, Peter M. 2007. Modifying the body: Motivations for

getting tattooed and

Referensi

Dokumen terkait

sudah menjalani operasi katarak di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang periode Januari 2017 – April 2018. Sampel pada penelitian ini berjumlah 31 orang. Hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan sangat signifikan manajamen mutu pendidikan ditinjau dari aspek kepemimpinan kepala sekolah,

Pada bab ini, peneliti melakukan review atas pelbagai kajian yang membahas mengenai kehidupan Fazlur Rahman, metodologinya dalam memahami Alquran, dan pengaruh

Hasil: Hasil uji hipotesis I menggunakan Paired Sample t-test diperoleh nilai p<0,05 (p = 0,000) yang berarti pemberian perlakuan sit-up exercise dapat

This research was aimed at knowing a compatibility between course book entitled “Bahasa Inggris” as used in Grade XI of senior high school and vocational school

Pada masyarakat yang mengembangkan nilai solidaritas, penghormatan diberikan kepada individu atau golongan yang mampu menghargai pihak lain sebagai sederajad dan membantu

Seperti pada penelitian ini mengangkat tema potensi gelatin domba yang bertujuan untuk mengetahui kualitas viskositas dan kekuatan gel gelatin kulit domba yang

mengisi data diri, meng-upload basil scan dokumen asli yang dipersyaratkan dan memilih BP3TKI/LP3TKI/P4T KI yang dituju melalui SISKOTKLN dengan alamat website