• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis sad al dhari‘ah terhadap praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis sad al dhari‘ah terhadap praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SAD AL DHARI>‘AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KNALPOT BRONG DI DESA MERGOSARI KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh Uswatun Hasanah

NIM. C72213174

Universitan Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Ekonomi Islam Prodi Muamalah Surabaya

(2)
(3)

PERSETUruAI{ PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Uswatun Hasanab Nfrvlc722l3l74 ini sudah diperiksa dan diset ujui trntuk dimuraqasahkan.

Surabay4 14

Jwi20l7

Dosen Pembimbing

Dr. H. Moharnmad Adf, L.C.,M.A.

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul Analisis Sad al dhari>‘ah terhadap praktikjual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo? (2) Bagaimana analisis Sad al dhari>‘ah terhadap praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo?

Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (penelitan lapangan).Dengan pendekatan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara beseta dokumentasi secara langsung yakni dengan cara mengumpulkan data dan melakukan pengamatan beserta pencatatan yang secara sistematis terhadap subyek penelitian. Kemudian dianalisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu dengan menjelaskan terlebih dahulu berbagai hal mengenai teori Sad al dhari>‘ahdan konsep jual beli.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam proses jual beli knalpot brong pembeli bisa langsung ke toko atau bengkelnya langsung. Mayoritas pembeli adalah para remaja yang menyukai herex atau sekedar gaya-gayaan saja atau iseng.Penjual knalpot brong meningkat pada bulan tertentu seperti musim panen atau pergantian tahun baru.Dalam hal orang yang berakad, jual beli knalpot brong telah sesuai dengan rukun dann syarat jual beli.Namun dalam hal obyek jual beli (ma’qu>d alaih) perlu dianalisis dengan Sad al dhari>‘ah. Praktik jual beli knnalpot brong yang diperjualbelikan lebih banyak membawa kemud}aratan dari pada kemaslahatannya. Manfaat knalpot bronng hanya sebagai sarana menyalurkann hobby dan sebagai penghasilan tambahan bagi penjualnya.Sedangkan mudharatnya sangat banyak, diantarannya yaitu menganggu masyarakat, mempercepat kerusakan mesin motor, bahan bakar lebih boros, menjadi incaran polisi, dan sebagai ajang taruhan ketika balapan.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TRANSLITRASI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 10

C.Rumusan Masalah ... 11

D.Kajian Pustaka ... 11

E.Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G.Definisi Operasional ... 14

H.Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II JUAL BELI DAN SAD AL DHARI>‘AH ... 23

1. Jual Beli ... 23

A. Pengertian jual beli ... 23

B. Dasar Hukum jual beli ... 26

C. Rukun jual beli ... 28

(8)

E. Jual beli yang dilarang dalam Islam ... 34

2. Sad Al Dhari>‘Ah ... 40

A. Pengertian ... 40

B. Dasar Hukum Sad Al Dhari>‘Ah ... 43

C. Obyek Sad Al Dhari>‘Ah ... 44

D. Macam-Macam Sad Al Dhari>‘Ah ... 45

E. Kedudukan Sad Al Dhari>‘Ah ... 48

BAB III PRAKTIK JUAL BELI KNALPOT BRONG DI DESA MERGOSARI KABUPATEN SIDOARJO DAN DAMPAK PENGGUNAAN KNALPOT BRONG ... 51

A. Sejarah Praktik Jual Beli Knalpot Brong Di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo 51 B. Praktik beserta dampak jual beli Knalpot Brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo ... 54

... 1. Praktik Jual Beli Knalpot Brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo ... 54

2. Dampak Penggunaan Knalpot Brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo . 62 BAB IV ANALISIS DATA ... 74

A. Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Knalpot Brong Di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo ... 74

B. Analisis Jual Beli Knalpot Brong Di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo Dalam Konteks Sad Al Dhari>‘Ah ... 78

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama adalah pedoman hidup yang diberikan oleh Allah kepada umat

manusia, agar kehidupan mereka di dunia menjadi sejahtera dan mereka

selamat kelak dalam kehidupan akhirat. Pedoman tersebut diturunkan dalam

bentuk wahyu, yang karena berasal dari Allah yang diyakini sebagai dzat yang

Maha Besar, maka para pemeluk agama memperlihatkan ketaatan yang tinggi

terhadap ajaran agama mereka.1

Islam merupakan agama yang universal karena permasalahan yang

dibahas menyeluruh pada sendi kehidupan. Islam adalah agama yang sempurna

(komprehensif) yang mengatur aspek kehidupan manusia, baik akidah, ibadah,

akhlak maupun mu‘a>malah. Salah satu ajaran yang sangat penting adalah

dalam bidang mu‘a>malah/iqtis}a>diyah (ekonomi Islam). Pembahasan dalam

Islam meliputi semua aspek dalam kehidupan manusia. Namun manusia itulah

yang kurang memerhatikan dan kurang mendalami intisari dari al-Qur’an dan

al-Sunah, sehingga beranggapan bahwa Islam hanya terkait dengan masalah

ritual saja.2

(10)

2

Beberapa tahun ini sering kita jumpai klub-klub motor seperti klub

motor R15, klub motor Ninja, klub motor Honda dan lain-lainnya ataupun

single rider. Dan fenomena pada zaman sekarang ini banyak masyarakat

khususnya para remaja yang menggunakan knalpot brong, dimana pemakaian

knalpot brong memang sering terlihat di Kota maupun di Desa-desa. Bunyi

yang dikeluarkan dari knalpot brong membuat beberapa masyarakat merasa

terganggu dengan suara bising dari knalpot brong tersebut yang merupakan

polusi suara yang apabila terlalu sering mendengar suara bising dari knalpot

brong dapat merusak telinga atau pendengaran manusia.

Dengan adanya anak-anak remaja yang menggunakan knalpot brong

tersebut apabila berada dijalanan mereka seenaknya sendiri jika mengendari

motor dikarenakan pemakaian knalpot brong dapat meningkatkan kecepatan

dalam berkendara sehingga banyak masyarakat yang khususnya anak-anak

remaja sekarang ini beralih atau mengganti knalpot standarnya dengan knalpot

brong.3 Perilaku meresahkan yang dapat meresahkan selain dapat mengganggu

telinga atau pendengaran (polusi suara) dari knalpot brong, yang mana cara

mengendarainya juga ugal-ugalan, zig-zag, kebut-kebutan seenaknya sendiri

tanpa memperdulikan pengendara motor lainnya padahal hal tersebut dapat

membahayakan pengendara motor lainnya. Disisi lain penggunaan motor

dengan knalpot brong yang bising yang tidak memenuhi standar penggunaan

(11)

3

peraturan kepolisian khususnya mengenai LLAJ dapat ditilang oleh pihak

kepolisian.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, sehingga di

dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain. Supaya

mereka dapat saling tolong menolong, tukar menukar, kebutuhan dan

keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing baik dengan

jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, bercocok tanam atau dalam hal

yang lain, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan atau

kemanfaatan umum dan kepentingan bersama.4 Setiap kegiatan manusia

tersebut sudah diatur oleh agama Islam yang tertulis dalam kitab suci

al-Qur’an, yang dinamakan dengan fiqh mu‘a>malah.

Fiqh mu‘a>malah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti

dan ditaati oleh manusia dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga

kepentingan manusia.5 Sedangkan definisi lain muamalah adalah aturan-aturan

(hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan

urusan duniawi dalam pergaulan siosial.6 Satu hal yang harus dicatat, meskipun

bidang muamalah langsung menyangkut pergaulan hidup yang bersifat

duniawi, nilai-nilai agama tidak dapat dipisahkan. Ini berarti bahwa pergaulan

hidup duniawi itu akan mempunyai akibat-akibat di akhirat kelak. Nilai-nilai

agama dalam bidang muamalah itu dicerminkan oleh adanya hukum halal dan

4Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Terjemah Kamaludin A.Marzuki) Jilid 11 (Bandung: PT.Alma’arif, 1987), 19.

5 Abdul Rahman Ghazaly, Dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 3.

(12)

4

haram yang harus diperhatikan. Misalnya, akad jual beli adalah muamalah yang

halal. Akad utang piutang dengan riba adalah mu‘a>malah yang haram dan

sebagainya.7

Seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini, peran manusia sebagai

makhluk sosial untuk saling membantu sangatlah dibutuhkan, terutama di

dalam masalah ekonomi masyarakat. Kebutuhan adalah senilai dengan

keinginan. Keinginan ditentukan oleh konsep kepuasan. Dalam perpektif

Islam kebutuhan ditentutkan oleh konsep mas{lahah. Pembahasan konsep

kebutuhan dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari kajian perilaku konsumen

dari kerangka maqa>sid al-shari<’ah (tujuan syariah). Tujuan syariah harus dapat

menentukan tujuan perilaku konsumen dalam Islam. Tujuan syari’ah Islam

adalah tercapainya kesejahteraan umat manusia (mas{lahat al-‘ib<ad). Oleh

karena itu, semua barang dan jasa yang memiliki mas{lahah akan dikatakan

menjadi kebutuhan manusia.8

Pada prinsipnya segala bentuk mu‘a>malah dilakukan atas dasar

pertimbangan mendatangkan maslahah, sedangkan yang merusak hidup dan

mendatangkan madarat bagi banyak orang dan dibiarkan begitu saja, maka itu

tidak dibenarkan oleh syariah. Hal ini menimbulkan dalil Al-qur’an yang bisa

menghubungkan dengan kejadian ini, yakni terdapat pada surat An-nisa’ 29:

7 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam) (Yogjakarta: UII Yogjakarta, 2004), 13.

(13)

5 اَ ُيأٓ َيَ ٱ َ يَِذ ِب ُكَنۡيَب ُكَلَٰوۡمَأ ْآ ُ ُكۡ َت ََ ْا ُنَماَء ٱ ِلِطٰ َبۡل َٰجِت َن ُكَت نَأ َِٓإذ َ ََو ۚۡ ُكنِ م لضاَرَت َع ًةَر ذنِإ ۚۡ ُك َسُفنَأ ْآ ُ ُتۡقَت ٱ َ ذّ ام يِحَر ۡ ُكِب َنََ ٢٩

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan

(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela antaramu”.9

Para ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan

orang lain.10 Namun yang menjadi permasalahan ketika jual beli tersebut

sudah sesuai dengan asas suka sama suka, akan tetapi setelah melakukan jual

beli tersebut ternyata mengandung perbuatan yang mengakibatkan pada

hal-hal yang menuju kerusakan. Seperti yang telah dijelaskan dalam kaidah fiqh:

ِحِل اَصَمْلا ِبْلَج ْنِم ئَل ْو َا ِدِس اَفمْلا ُء ْر َد

َدَسْفمْلا ُحْف َد َم َدَق ُةَحَلْصَم َو ُة َدَسْفَم َض اَعَ ت َذ ِاَف

اًبِل اَغ ِة

Artinya: “Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan, dan apabila berlawanan antara mafsadah dan maslahah, makasecara umum didahulukan yang menolak

mafsadah.”11

Secara garis besar tujuan syariah adalah untuk kemaslahatan

(kebaikan) umat manusia di dunia dan di akhirat baik dengan menarik

manfaat maupun mencegah adanya kerusakan. Dengan demikian, Sad Al

Dhari>‘ah berarti menutup jalan yang mencapaikan kepada tujuan. Dalam

9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT.Syamil Cipta Media, 2008), 83.

10Rachmat Syafe’i, Fiqh Mu‘amalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 75.

(14)

6

kajian ushul fiqh, sebagaimana dikemukakan Abdul Karim Zaidan, Dalam

firdaus Sad Al Dhari>‘ah adalah menutup jalan yang membawa kepada

kebinasaan atau kejahatan.12 Dan terdapat di Al-Qur’an yang menjelaskan

tentang larangan mengganggu antara sesama kaum muslim yakni terdapat

pada surat Al-Ahzab ayat 58:

َوٱ َ يَِذ َنوُذۡ ُي ٱ َيِنِمۡ ُۡل َو ٱ ِتٰ َنِمۡ ُۡل اَم ِ َۡۡغِب ٱ ْا ُب َسَتۡك ِدَقَف ٱ ْا ُ َ َتۡح امنيِبُم ام ۡثِ امنٰ َتۡ ُب ٥٨

Artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang yang mengganggu atau menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan dengan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka mereka telah memikul

kebohongan dosa yang nyata.”13

Seperti halnya ketetapan hukum, ketetapan dzariah khususnya Sad Al

Dhari>‘ah. Menurut Imam Asy-Syatibi mendefinisikanSad al dhari>‘ah:

َسْفَم ََِا ُةَحَلْصَم اَِِ ُلىّص َوَ تلا

ة َد

Artinya:“Melakukan suatu pekerjaan yang semula mengandung

kemaslahatan menuju kepada suatu kemafsadatan”.14

Secara umum Sad Al Dhari>‘ah adalah melakukan pekerjaan yang

semula mengandung unsur kemaslahatan untuk menuju suatu kemafsadatan.

Maksudnya adalah seseorang melakukan suatu pekerjaan yang pada dasarnya

diperbolehkan karena mengandung kemaslahatan tetapi tujuan yang akan

dicapai berakhir pada yang mengandung kemafsadatan. Dan salah satu bentuk

muamalat yang disyariatkan oleh Islam adalah jual beli. Jual beli merupakan

12 Firdaus, Ushul Fiqh (Jakarta: Zikrul), 119.

(15)

7

salah satu bentuk ibadah dalam mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan

hidup yang tidak akan terlepas dari hubungan sosial.

Bai’adalah suatu pertukaran antara suatu komoditas dengan uang atau

antara komoditas dan komoditas yang lain.15 Sedangkan definisi lain jual beli

adalah tukar menukar harta dengan jalan suka sama suka. Atau memindahkan

kepemilikan dengan jalan adanya perniagaan, dengan prinsip tidak melanggar

syariah.16 Jual beli yang baik sesuai syariat adalah jual beli yang tidak

mengandung unsur penipuan, kekerasan, kesamaran, merugikan salah satu

pihak dan riba. Definisi lain tentang jual beli adalah tukar menukar harta

dengan tujuan kepemilikan secara suka sama suka, menurut cara yang

diperbolehkan oleh syara’.17 Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami

bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang

yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu

menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian

atau ketentuan yang telah dibenarkan syariah dan disepakati.

Adapun cara-cara jual beli yang dianjurkan dalam Islam agar tidak

merugikan orang lain. Membolehkan sesuatu yang dilarang dan melarang

sesuatu yang dibolehkan dalam jual beli sesuai dengan syariah merupakan hal

yang sangat penting dalam menetapkan hukum bagi Islam, demi menciptakan

berbagai kemaslahatan dan menghindari kemafsadatan dan keburukan seperti

kaidah fiqh:

15 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah:Produk-Produk Dan Aspek-Aspek Hukumnya (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 185.

(16)

8

ْو مٌا ر َنْي م لْسٌملا ْو مْحَم

ةَل ئلَع

ة ح صلا

Artinya: “Segala urusan umat Islam harus membawa kepada hal-hal

yang baik”.18

Maka dari kaidah ini dapat disimpulkan bahwa, kepentingan umat

Islam meskipun tujuannya yang baik, jika dampaknya dapat meresahkan

terhadap kepentingan umum yang lebih besar maka hukumnya tidak boleh.

Pelaksanaan jual beli knalpot brong tersebut dengan menyebutkan bahan, jenis,

model tekukan-tekukan las knalpot yang dibentuk, saringan udara, gas buang

atau suara yang dikeluarkan dari knalpot brong tersebut dan biasanya pembeli

bisa menghubungi produsennya atau datang langsung ke toko atau bengkel

yang ada di sekitar daerah Krian, Mojosari, dan Sepanjang Sidoarjo dengan

harga yang murah dan bisa nego atau ditawar langsung pada penjual.

Ada batasan harga yang ditawarkan dari knalpot brong tersebut

tergantung dari bentuk dan gas buangnya yang akan dihasilkan minimal harga

dari knalpot brong tersebut tersebut sekitar Rp.200.000 hingga Rp 800.000.19

Dengan adanya penggunaan knalpot brong yang digunakan pada motor-motor

anak muda zaman sekarang ini sangatlah mengganggu yang pada dasarnya

penggunaan knalpot brong tersebut untuk melampiaskan hobby racingnya atau

sekedar bergaya-gayaan saja, bahkan yang hanya iseng-iseng saja. Masyarakat

yang berumur lanjut usia di Desa Mergosari, mengungkapkan bahwa

keberadaan penggunaan knalpot brong yang digunakan pada motor-motor anak

18 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1 (Pamulang Timur: Logos Publishing House, 1996), 161.

(17)

9

muda zaman sekarang ini sangatlah mengganggu yang pada dasarnya

penggunaan knalpot brong tersebut untuk melampiaskan hobby racingnya atau

sekedar bergaya-gayaan saja.20 Yang artinya dari penggunaan knalpot brong

tersebut ada yang merasa terganggu dengan suara bising, yang banyak

dirasakan oleh masyarakat yang sudah berumur diatas 55-70 (lansia),

sedangakan masyarakat yang masih muda-muda ada yang merasa terganggu

pula dengan adanya knalpot brong tersebut dan sebaliknya ada yang merasa

suka atau tidak terganggu dengan penggunaan knalpot brong dengan suara

bising yang sangat mengganggu telinga. Akan tetapi mayoritas masyarakat di

Desa Mergosari sangatlah tidak nyaman dengan adanya suara bising yang

ditimbulkan dari knalpot brong tersebut.21 Hal seperti ini patutnya diperhatikan

karena bermuamalat, tidak hanya ketentuan-ketentuan Islam harus terpenuhi,

tetapi juga adanya pemenuhan hak-hak keadilan dengan menciptakan

kenyamanan bagi masyarakat perdesaan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulis tertarik

untuk membahas permasalahan yang terjadi dan diangkat menjadi sebuah

topik penelitian ilmiah, yang berjudul “Analisis Sad Al Dhari>‘Ah Terhadap

Praktik Jual Beli Knalpot Brong Di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo”.

(18)

10

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan yang ada pada latar belakang

masalah di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang

muncul dari kegiatan jual beli knalpot brong sebagai berikut:

a. Praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten

Sidoarjo.

b. Analisis Sad al dhari>‘ahterhadap jual beli knalpot brong di Desa

Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

2. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok

permasalahan yang sebenarnya, maka penulis memberi pembatasan

masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

memberikan batasan yaitu:

a. Praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten

Sidoarjo.

b. Analisis Sad al dhari>‘ah terhadap jual beli knalpot brong di

Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa

(19)

11

1. Bagaimana praktik jual beli knalpot brong di Desa Mergosari

Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana analisis Sad al dhari>‘ah terhadap praktik jual beli

knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran

yang memiliki hubungan topik yang akan diteliti dari beberapa penelitian

terdahulu yang sejenis atau memiliki keterkaitan, sehingga tidak ada

pengulangan penelitian atau duplikasi dari kajian penelitian tersebut. Dalam

penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan beberapa penelitian

terkait dengan jual beli knalpot brong. Diantaranya:

Pertama penelitian yang dilakukan oleh saudari Himma tanuriyah,

Hukum Ekonomi Syariah 2016, dengan skripsi yang berjudul Analisis Sadd

Dhari>‘Ah Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan Di

Desa Patoman Rogojampi Banyuwangi skripsi ini membahas masyarakat

yang melakukan transaksi jual beli pada pedagang perorangan dengan sistem

kredit yang tidak ditentukan jangka waktunya dalam sistem pelunasan

pembayarannya sehingga timbul banyak kesalahpahaman dan dapat

merengganggkan silaturrahmi antar sesama masyarakat.22

Kedua penelitian yang dilakukan oleh saudari Ni’matul Jannah,

Hukum Ekonomi Syariah 2016, dengan skripsi yang berjudul Analisis Sadd

(20)

12

Adh-Dhari>‘Ah Terhadap Jual Beli Kerajinan Tangan Sebagai Sarana

Peribadatan Orang Khonghuchu Di Kelurahan Rangkah Kecamatan

Tambaksari Surabaya skripsi ini membahas tentang jual beli kerajinan

tangan yang digunakan sebagai sarana peribadatan orang khonghuchu yang

pembeliannya dapat dilakukan pemesanan terlebih dahulu untuk dengan

mengirim gambar via online kemudian baru membicarakan masalah harga

sesuai apa yang telah dipesan.23

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh saudari Nurul Mufidah,

Hukum Ekonomi Syariah 2016, dengan skripsi yang berjudul Tinjauan Sadd

Adh-Dhari>‘Ah Terhadap Praktik Jual Beli Kondom Secara Bebas Di

Alfamart Cabang Bolodewo, dimana skripsi ini membahas barang yang

diperjual belikan tersebut adalah kondom yang dijual secara bebas yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar alfamart cabang Bolodewo secara bebas

atau tanpa adanya batasan-batasan tertentu untuk membeli barang

tersebut.24

Dalam berbagai uraian judul skripsi dan tulisan-tulisan sebelumnya,

dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini berbeda dari yang pernah ada.

Dalam penelitian ini fokus dan mengkaji tentang jual beli knalpot brong yang

dapat mengganggu masyarakat pada umumnya dan pada khususnya bagi

lansia (lanjut usia) di desa Mergosari kabupaten Sidoarjo dengan

menggunakan Analisis Sad al dhari>‘ah Terhadap Praktik Jual Beli Knalpot

23Ni’matul Jannah, “Analisis Sadd Adh-Dzari’ah Terhadap Jual Beli Kerajinan Tangan Sebagai Sarana Peribadatan Orang Khonghuchu Di Kelurahan Rangkah Kecamatan Tambaksari

Surabaya”, (skripsi--UIN Sunan Ampel, 2016).

(21)

13

Brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo. Dengan menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu menjelaskan atau menguaraikan teori jual beli yang

bersifat umum untuk kemudian dianalisis dengan hasil penelitian. Dengan

demikian, maka sudah jelas bahwa penelitian ini bukan merupakan duplikasi

atau pengulangan dari peneliti terdahulu.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan

penelitian ini penulis memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui praktik jual beli knalpot brong di Desa

Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui analisis sad al dhari>‘ah terhadap praktik jual

beli knalpot brong di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunanaan, baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang

dilakukan penulis ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:

1. Dari Tinjauan Teoritis – Akademis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan ilmu pengetahuan di bidang hukum Islam terutama pada

bidang mu‘a>malah terkait dengan transaksi jual beli dalam

(22)

14

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi

peneliti berikutnya yang memiliki minat pada tema yang sama dan

dapat digunakan sebagai dasar rujukan dan sebagai upaya

menyelesaikan permasalahan dalam bermuamalat seperti jual beli

knalpot brong.

3. Kegunaan untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

yang lebih mendalam kepada masyarakat dalam melakukan berbagai

macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami beberapa istilah yang

ada di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan atau definisi

dari beberapa istilah sebagai berikut:

1. Sad al dhari>‘ah adalah menutup jalan atau menghambat jalan.

Maksudnya yaitu menutup jalan atau menyumbat jalan yang mana jalan

itu pada awalnya diperbolehkan, tetapi untuk kedepannya itu

membawa kepada suatu kerusakan. Sehingga dalam hal ini perlu

ditutup atau dicegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Misalnya jual beli knalpot brong dimana jual beli itu diperbolehkan,

(23)

15

telinga atau pendengaran yang dapat mengganggu manusia atau

linkungan disekitar.

2. Jual beli adalah memberikan sesuatu benda atau barang untuk

dimiliki dengan mendapatkan ganti sebagai imbalan, yang

didasarkan saling rela dengan cara yang dibenarkan oleh agama.

Dalam hal ini yang dimaksud benda dalam obyek jual beli adalah

knalpot brong.

3. Knalpot brong adalah salah satu onderdil motor yang digunakan pada

motor-motor racing. Dimana saluran pembuangan pada kendaraan

bermesin yang berfungsi menyalurkan gas buang, namun dirancang

atau didesain khusus untuk mengedepankan performa mesin mulai

dari panjang leher, diameter, dan tekukan-tekukan serta

komponen-komponennya.

H. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian terhadap

pelaksanaan jual beli knalpot brong. Adapun dalam metode penelitian yang

digunakan yaitu:

1. Data yang dikumpulkan

Data adalah bahan keterangan tentang seuatu objek uraian-uraian,

bahkan dapat berupa cerita pendek.25 Berdasarkan rumusan seperti yang

(24)

16

telah dikemukakan di atas, maka data yang akan dikumpulkan adalah

sebagai berikut:

1) Data tentang jual beli knalpot brong.

2) Data tentang dampak negatif pada penggunaan knalpot brong

tersebut.

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subyek atau obyek pada saat sekarang berdasarkan fakta

yang nampak sehingga dapat diterima oleh akal sehat manusia.26

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber data yang akan digali oleh penulis baik

secara primer maupun sekunder. Pada dasarnya penelitian ini merupakan

penelitian yang bersumber lapangan yang mana langsung meneliti

ditempat kejadian melalui proses yaitu wawancara. Adapun sumber data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk

memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan objek

penelitian, data primer disini diambil dari beberapa informan kunci,

(25)

17

sedangkan yang dimaksud informan kunci adalah partisipan yang

karena kedudukannya dalam komunitas memiliki pengetahuan khusus

mengenai orang lain, poses, maupun peristiwa secara lebih luas dan

terinci dibandingkan orang lain.27 Ada dua pihak yang terlibat dalam

penelitian ini antara lain:

1) Pedagang knalpot brong.

2) Pembeli knalpot brong.

3) Para masyarakat yang telah lanjut usia selaku sasaran penelitian

ini.

4) Pihak kepolisian.

5) Kelurahan Mergosari selaku pihak yang berwenang atas wilayah

yang akan dijadikan tempat penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah

penelitian. Subjek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki kredibilitas

untuk menjawab dan memberikan informasi dan data kepada peneliti yang

sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun

subjek penelitian ini adalah para masyarakat yang telah lanjut usia yang

ada di Desa Mergosari Kabupaten Sidoarjo.

(26)

18

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan atau informasi ataupun bukti-bukti yang diperlukan untuk

penelitian dalam rangka pengumpulan data, dalam penelitian ini maka

penulis menggunakan:

a. Observasi

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

melakukan pengamatan dan pencatatan yang secara sistematis terhadap

subyek penelitian. Dalam hal ini berupa pengamatan yang secara

langsung di lapangan praktik jual beli knalpot brong.

b. Wawancara

Wawancara adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, buku, bukti, surat kabar, dan lain sebagainya.28

Salah satu metode pengumpul data dilakukan melalui wawancara

secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan

kepada responden.29Wawancara akan dilakukan dengan narasumber

para pedagang knalpot brong dengan pihak-pihak yang berkaitan dan

para masyarakat yang telah lanjut usia yang ada di Desa Mergosari

Kabupaten Sidoarjo.

Ada para pihak yang terlibat dalam penelitian ini antara lain:

1) Pedagang knalpot brong.

28 Masruhan, Metodelogi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 213.

(27)

19

2) Pembeli knalpot brong.

3) Para masyarakat yang telah lanjut usia selaku sasaran penelitian

ini.

4) Pihak kepolisian.

5) Kelurahan Mergosari selaku pihak yang berwenang atas wilayah

yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses melihat kembali data-data dari

dokumentasi berupa segala macam bentuk informasi yang berhubungan

dengan penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman

suara. Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan

peneliti untuk menelusuri data historis yang berisi sejumlah fakta yang

berbetuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data

sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi. Dalam teknik

ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi seperti

foto, video, rekaman hasil wawancara dan dokumen-dokumen yang ada

sebagai kelengkapan penelitian ini.

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap

sumber-sumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali lengkap atau tidaknya data-data yang

(28)

20

meragukan.30 Teknik ini untuk mengetahui data-data yang diperoleh

selama penelitian yang dilakukan oleh penulis.

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi

sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai

dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh.

Dengan teknik ini penulis dapat memperoleh praktik jual beli knalpot

brong dan dampak negatif yang timbul dari penggunaan knalpot brong.

c. Analyzing, yaitu upaya mencari dan menyusun secara sistemasis hasil

wawancara juga dokumentasi yang disusun secara sistematis dan

dianalisis secara kualitatif untuk memberikan kejelasan pada masalah

yang dibahas dalam skripsi ini terhadap jual beli knalpot brong yang

menganggu dapat mengganggu masyarakat pada umumnya dan pada

khususnya bagi lansia (lanjut usia) menurut Sad al dhari>‘ah.

6. Teknik Analisis Data

Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian

dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.

Analisis Deskriptif, yaitu dengan cara menuturkan dan

menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul, metode ini

digunakan untuk mendeskripsikan Sad al dhari>‘ah terhadap jual beli

knalpot brong yang keberadaan penggunaannya tersebut mengganggu

(29)

21

masyarakat yang telah lanjut usia yang ada di Desa Mergosari Kabupaten

Sidoarjo.

Pola pikir yang digunakan adalah deduktif yaitu metode yang

mengungkapkan teori-teori diawal dan selanjutnya mengungkapkan

kenyataan yang bersifat khusus dari hasil pengamatan serta penelitian.

Penulis akan menjelaskan terlebih dahulu berbagai hal mengenai konsep

fiqh jual beli danSad al dhari>‘ah. Setelah menjelaskan konsep-konsep akan

dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan

kemudian dianalisis menggunakan hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi lima bab, yang terdiri dari sub bab-sub bab masing-masing

mempunyai hubungan dengan yang lain dan merupakan rangkaian yang

berkaitan. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan, yang memuat tentang latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, defenisi

operasional, serta metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh

data yang diperlukan dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, yang berisikan tentang jual beli dan

Sad al dhari>‘ah. Pembahasan jual beli meliputi pengertian, dasar hukum,

(30)

22

teori Sad al dhari>‘ah meliputi pengertian, landasan hukum, obyek,

macam-macam, dan kedudukan dari Sad al dhari>‘ah.

Bab ketiga gambaran umum mengenai praktik jual beli knalpot brong

beserta dampak dari penggunaan knalpot brong, yang ada di Desa Mergosari

Kabupaten Sidoarjo dan praktik jual beli knalpot brong yang sasaran

utamanya pada masyarakat yang telah lanjut usia (lansia) .

Bab keempat mengenai analisis, penulis akan membahas mengenai

Analisis Sad al dhari>‘ah terhadap jual beli knalpot brong terhadap

penggunaannya.

Bab kelima ini merupakan penutup dari keseluruhn isi pembahasan

skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran yang terhadap penelitian yang

(31)

BAB II

JUAL BELI DAN

SAD AL DHARI >‘AH

A.

JUAL BELI

1.

Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,

mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-ba’ dalam

bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata

ash-shira’ (beli).1 Dengan demikian, kata al-Bai’ berarti jual tetapi sekaligus juga beli.2

Kata tukar menukar atau “peralihan kepemilikan dengan penggantian”

mengandung maksud yang sama bahwa kegiatan mengalihkan hak dan

kepemilikan itu berlangsung secara timbal balik atas dasar kehendak dan keinginan

bersama. Kata “secara suka sama suka” atau “menurut bentuk yang dibolekan”

mengandung arti bahwa transaksi timbal balik ini berlangsung menurut cara yang

telah ditentukan, yaitu secara suka sama suka.3

شلا ُةَلَ ب َقُم

ي

شا ِاب ِء

ي

ِء

Artinya: “Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).”4

1

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (PT Mahmud Yunus Wadzuryah: Jakarta, 1989), 46. 2 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 111.

(32)

24

Jual beli merupakan transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dan

pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi obyek transaksi jual beli.5

Dalam syariat Islam, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta

tertentu dengan harta lain berdasarkan ke ridhaan keduanya.6 Dalam al-Qur’an

telah menjelasakan tentang jual beli, diantaranya dalam surat al-Baqarah ayat

275 yang berbunyi:

܅لَحَأَو ٱ ه ܅ّ ٱ َ݅بيَۡب َع܅َܱحَو ٱ اٰݠَبقكܱ

Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”7

Menurut istilah ahli fikih jual beli ialah pemberian harta karna menerima

harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ij>ab-qabu>l) dengan cara

yang diizinkan. Dan menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli

adalah sebagai berikut:8

1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan

melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.

2.

يِع

رَش

نن

ذ

اِب

نةَض

َو

اَعُِِ

نة يِل

اَم

ن يَع

ُك يِل ََ

Artinya: “Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang

sesuai dengan aturan shari<’ah.”9

3.

ا

ِه جَو لا

ىَلَع

نل وُ بَ ق

َو

نب

اَ ْ

ِاِب

ِفُرَص تلِل

ِ يَلِب

اَقُةَل

اَب

اَقُم

َ

م ا

وُذ

ِن

ِف

5 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 135.

6

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4 (Jakarta: Darul Fath, 2004), 120-121.

(33)

25

Artinya: “Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola

(tasharuf) dengan ij>ab dan q>abul, dengan cara yang sesuai dengan

shari<’ah.”10

Sedangkan menurut Hasbi Ash Shiddieqy, jual (menjualkan sesuatu) ialah

memilikkan kepada seseorang sesuatu barang dengan padanya harta (harga) atas

dasar keridaan kedua belah pihak (pihak penjual dan pembeli).11 Dengan demikian,

perkataan jual beli menunjukkan adanya perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu

pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal ini terjadilah peristiwa

hukum jual beli. Adapun dalil Al-Qur’an yang menerangkan perdagangan atau jual

beli terdapat surat Fathir ayat 29:

܅نقإ ٱ َݚيقَ܅ َܜٰ َتقك َنݠهݖبتَي ٱ

ق ܅ّ اݠه ܛَقَأَو ٱ َةٰݠَݖ ܅ص َرݠهܞَ ݚ܅ل مةَٰܱ َ قت َنݠهجبَܱي مܟَيقن َََعَو امك قس بݗهݟٰ َنبقَزَر ܛ܅ݙق اݠهݐَفنَأَو ٢٩

Artinya: “Mereka mengharapkan tija<rah (perdagangan) yang tidak akan rugi” :12

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli

adalah memberikan sesuatu benda untuk dimiliki dengan mendapatkan ganti

sebagai imbalan, yang didasarkan saling rela dengan cara yang dibenarkan oleh

agama.

10 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 68.

(34)

26

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan jembatan bagi manusia untuk melakukan sebuah

transaksi serta untuk mendapatkan harta yang dibutuhkan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Jual beli sangat menolong bagi sesama umat manusia.

Adapun hukum disyariatkannya jual beli dapat dijumpai dalam al-Qur’an, Hadist,

dan Ijma’ diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Terdapat sejumlah ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang jual beli,

diantaranya dalam surat al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:

ٱ َݚيقَ܅ َنݠهݖهكبأَي ٱ اٰݠَبقكܱ هعݠهݐَي ܛَݙَك َقإ َنݠه ݠهݐَي ܅ ََ ٱ يقَ܅ هݝ هط܅ܞَܮَتَي ٱ هݚٰ َطبي ܅ش َݚقم ٱ قكسَݙب ܛَݙ܅نقإ آݠهܛَق بݗهݟ܅نَأقب َݑقَٰ ٱ ه݅بيَۡب هلبثقم ٱ اٰݠَبقكܱ ܅لَحَأَو ٱ ه ܅ّ ٱ َ݅بيَۡب َع܅َܱحَو ٱ اٰݠَبقكܱ ههَءٓܛَج ݚَݙَف ۥ قݝقكب܅ر ݚقكم ٞܟَ݄قعبݠَ ۦ َفٱ ٰ َهَتن هݝَݖَف ۥ هههܱب َأَو َفَݖَس ܛَم ٓۥ َ َقإ ٱ هق܅ّ هܜٰ َ بصَأ َݑقئَٓل وهأَف َل ََ بݚَمَو ٱ قرܛ܅ن َنوه قِٰ َخ ܛَݟيقف بݗهه ٢٧٥

Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.13

Dari ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Allah telah menghalalkan jual

beli kepada hambanya dengan baik dan dilarang mengadakan jual beli yang

mengandung unsur riba atau merugikan orang lain.

Dan surat An-Nisa’ ayat 29:

ܛَݟ܆يأٓ َيَ َݚيقَٱ܅ قب ݗهكَݜبيَب ݗهكَلَٰوبمَأ آݠهݖهكبأَت ََ اݠهݜَماَء قلقطٰ َببلٱ بݗهكݜقكم لضاََܱت ݚَع ًةَٰܱ َ قت َنݠهكَت نَأ َٓقإ܅ ܅نقإ بݗهك َسهفنَأ آݠهݖهتبݐَ ََوَ َ ܅ّٱ ܛمݙيقحَر بݗهكقب َنََ ٢٩

(35)

27

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S An-Nisa’ ayat 29).14

Dapat diketahui dengan jelas bahwa diharamkannya kepada kita harta

sesame dengan jalan bathil, baik itu dengan cara mencuri, menipu, merampok,

merampas maupun dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah, kecuali dengan

cara atau jalan perniagaan atau jual beli yang didasarkan atas suka sama suka dan

saling menguntungkan.

b. Hadist

Dasar hukum jual beli dalam sunnah yakni H.R Ahmad yang bersumber

dari Rafi’ ibn Khadi>j :

ِهَللا َل وُس َر اَي َل يِق

ِلُج رل ا ُلَمَع َل اَق ُبَي ط َأ ِب سَك ل ا ُي َأ

َ ب ي

ِد

ِه

َو

ُك

ُل

َ ب ي

نح

َم ب

ُر

نر و

Artinya: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang pekerjaan (profesi) yang

paling baik. Rasul SAW menjawab: “usaha tangan (karya) manusia sendiri dan

setiap jual beli yang baik”.15

H.R. Ibn Majah, Al-bayhaqi, dan Ibn Hibban:

ُهَللا ا ىَلَص ِهَللا ا ُل وُس َر َل َاق

نض ا َرَ ت نَع ُح يَ ب لا اَ َ ِإ َمَلَس َو ِه يَلَع

Artinya: Rasul SAW bersabda : “sesungguhnya jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka”.16

14Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya…, 390-391. 15Ah}mad Ibn H}ambal, Mausu>’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwatiyah Juz 2 (Kwait: Kementrian Wakaf

dan Urusan Agama Kwait, 1983), 146.

(36)

28

Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa usaha yang paling baik adalah

usaha sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain dan setiap jual beli yang

dilakukan dengan kejujuran tanpa ada kecurangan.

c. Ijma’

Ulama Islam sepakat bahwa jual beli dan penerapannya sudah berlaku sejak

zaman Rasulullah SAW hingga saat ini. Dan umat Islam sendiri pun sepakat

apabila jual beli itu hukumnya boleh dan terdapat hikmah di dalamnya. Pasalnya,

manusia bergantung pada barang yang berada pada orang lain dan tentu orang

tersebut tidak akan memberinya tanpa adanya timbal balik. Oleh karena itu,

dengan diperbolehkannya jual beli maka dapat membantu terpenuhinya kebutuhan

setiap orang dan membayar atas kebutuhan itu. Manusia sendiri adalah makhluk

sosial, sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya kerjasama dengan yang lain.

3. Rukun Jual Beli

Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama memiliki perbedaan

pendapat. Menurut Mahzab Hanafi rukun jual beli hanya ij>ab dan q>abul saja.

Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan antara

kedua belah pihak untuk berjual beli.

Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat:17

(37)

29

a. Bai’ (penjual)18

Ia haruslah memiliki barang yang akan dijualnya atau mendapatkan izin

untuk menjualnya, dan sehat akalnya. Pihak yang memiliki obyek barang yang

akan diperjual belikan.

b. Mushtari> (pembeli)19

Ia diisyaratkan diperbolehkan bertindak, dalam arti ia bukan orang yang

kurang waras atau bukan anak kecil yang tidak mempunyai izin untuk membeli.

Pihak yang ingin memperoleh barang yang diharapkan.

c. Tsaman (Harga)20

Setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas harga jual yang

disepakati antara penjual dan pembeli.

d. Sighat (ij>ab dan q>abul)

Kesepakatan penyerahan barang dan penerimaan barang yang

diperjualbelikan. Ijab qabul harus disampaikan secara jelas atau dituliskan untuk

ditandatangani oleh penjual dan pembeli.21

e. Ma’qu>d ‘alaih (benda-benda yang diperjual belikan)

Barang yang akan digunakan sebagai obyek transaksi jual beli, dimana

obyek ini harus ada fisiknya (bentuk).

f. Kerelaan kedua belah pihak, penjual dan pembeli. Jadi jual beli tidak sah dengan

ketidakrelaan salah satu dari dua pihak tersebut.

18 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 102.

19

Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Sidoarjo: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 21.

20

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 137.

21

(38)

30

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsure utama dari jual beli

adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari

ijab dan qabul yang dilangsungkan. Apabila ijab dan qabul telah diucapkannya

dalam akad jual beli, maka pemilikan barang atau uang telah berpindah tangan dari

pemilik semula. Barang yang dibeli berpindah tangan menjadi milik pembeli, dan

nilai tukar atau uang telah berpindah tangan menjadi milik penjual.22

4. Syarat-syarat Jual Beli

Adapun syarat-syarat terjadinya akad jual beli, syarat yang telah

ditetapkan syara’. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, maka jual beli tersebut

tidak sah. Dan syaratnya yakni sebagai berikut:

a. Syarat terjadinya transaksi jual beli

1. Syarat orang yang berakad

a) Berakal dan baligh, adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, menurut

Ulama Hanfiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa

keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, sedekah, maka

akadnya sah. Sebaliknya apabila akad itu membawa kerugian bagi

dirinya, maka tindakan hukumnya ini tidak boleh dilaksanakan.

Apabila transaksi yang dilakukan anak kecil yang telah mumayyiz

mengandung manfaat dan kemudharatan sekaligus, seperti jual beli,

maka transaksi ini hukumnya sah, jika walinya mengizinkan.23

22

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah…, 115.

23

(39)

31

b) Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya

seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaa sebagai

penjual sekaligus pembeli.

c) Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam

benda-benda tertentu. Misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang

beragama Islam kepada pembeli yang tidak beragama Islam sebab

besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang

beragama Islam.

2. Syarat akad (ij>ab dan q>abul)

a) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal

b)Pernyataan q>abul harus sesuai dengan ij>ab

c) Ij>ab dan q>abul dilakukan dalam satu majlis24

d)Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual

menyatakan ij>ab dan sebaliknya

e) Jangan diselingi kata-kata lain antara ij>ab dan q>abul

3. Syarat barang yang dijual belikan

a) Barang harus ada, tidak boleh akad atas barang-barang yang tidak ada atau

dikhawatirkan tidak ada

b) Harta harus kuat, tetap, dan bernilai, yakni benda yang mungkin

dimanfaatkan dan disimpan

24Abdul Djamali, Hukum Islam Asas-Asas Hukum Islam 1 Dan Hukum Islam 2 (Bandung:

(40)

32

c) Benda tersebut milik sendiri, atau benda milik orang lain akan tetapi

dengan pengecualian jika benda tersebut sudah mendapatkan izin atau rida

dari pemilik aslinya maka benda atau barang tesebut diperbolehkan

d) Dapat diserahterimakan

e) Bermanfaat25

f) Jangan dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti jika

ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu

g) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan

selama satu tahun

h) Barang dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau

ukuran-ukuran yang lainnya.26

b. Syarat sah transaksi jual beli

Syarat sah jual beli terbagi menjadi dua macam, yaitu syarat umum dan

syarat khusus:

1. Syarat-syarat umum, adalah syarat-syarat yang harus ada di setiap jenis jual beli

agar transaksi itu dianggap sah secara syar’i. Adapun syarat-syarat secara

umum adalah transaksi harus terhindar dari enam cacat, yaitu ketidakjelasan,

pemaksaan, pembatasan waktu, beresiko atau spekulasi, kerugian, dan

syarat-syarat yang dapat membatalkan transaksi.

2. Syarat-syarat khusus, adalah syarat-syarat yang menyangkut sebagian jenis jual

beli saja, seperti menyangkut jual beli barang yang dapat berpindah, mengatahui

25Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4…, 123.

(41)

33

harga awal jika jual beli itu berupa sistem bagi hasil atau pemberian wewenang,

menyangkut jual beli mata uang, menyangkut jual beli salam, menyangkut

jualbeli barang-barang riba, menyangkut jual beli barang yang berbentuk

piutang.

Persyaratan sifat dalam jual beli itu diperbolehkan. Oleh karena itu,

jika sifat yang disyaratkan itu memang ada maka jual beli sah, dan jika tidak

ada maka tidaklah sah. Seperti misalnya, pembeli buku mensyaratkan

hendaknya buku itu kertasnya kuning. Dan untuk sahnya sebuah transaksi harus

terpenuhi dua syarat, yaitu:27

1. Hak pemilikan dan hak wewenang. Hak milik adalah hak memiliki barang

dimana hanya orang yang memilikinya yang mampu berkuasa penuh atas

barang itu selama tidak ada halangan syar’i. Sedangkan hak wewenang

adalah kekuasaan resmi yang diberikan oleh agama agar bisa melegalkan

ataupun melakukan sebuah transaksi.28

2. Hendaknya pada barang yang dijual tidak ada hak milik selain penjual. Jika

saja pada barang yang dijual itu ada hak orang lain, maka jual beli

tertangguhkan belum terlaksana.

5. Jual Beli yang Dilarang Islam

Jual beli yang dilarang dalam Islam jumlahnya banyak. Menurut jumhur

ulama, tidak ada perbedaan antara jual beli dan fasid dan bathil. Sedangkan ulama

27Wahbah Az Zuhaili, Fikih Islam Jilid 5…, 48.

(42)

34

Hanafiyah membedakan keduanya. Adapun empat penyebab kerusakan dalam jual

beli, yaitu:29

a. Jual beli yang dilarang karena ahliyah pelaku akad,

Adapun orang-orang yang tidak sah jual belinya adalah sebagai berikut:

1) Orang gila, jual beli orang gila tidak sah berdasarkan kesepakatan ulama

karena tidak memiliki kemampuan. Disamakan dengan orang yang pingsan,

mabuk dan dibius.

2) Anak kecil, tidak sah jual beli orang yang belum mumayyiz menurut

kesepakatan ulama, kecuali dalam hal yang kecil. Adapun jual beli anak yang

belum mumayyiz maka tidak sah menurut ulama syafi’iyah dan Hanabilah,

karena tidak memiliki sifat ahliyah. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan

Malikiyah, jual belinya sah jika ada izin walinya atau persetujuannya.

3) Orang buta (tuna netra), jual beli orang buta sah menurut jumhur ulama

jika diterangkan kepadanya sifat barang yang mau dibeli, karena hal itu

menyebabkan adanya rasa rela.30

4) Orang yang dipaksa. Menurut ulama Hanafiyah, jual beli orang yang

dipaksa sifatnya menggantung dan tidak berlaku. Sedangkan menurut ulama

Malikiyah, jual beli orang yang dipaksa adalah tidak mengikat. Sedangkan

menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, jual belinya tidak sah karena tidak

terpenuhinya sifat kerelaan ketika penetapan akad.

29

Wahbah Az Zuhaili, Fikih Islam Jilid 5 …, .

30

(43)

35

5) Fudhuli, menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli fudhuli sah dan

pemberlakuannya tergantung pada persetujuan pemilik barang yang sebenarnya.

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah jual belinya tidak sah karena ada

larangan jual beli sesuatu yang tidak dimiliki seseorang.

6) Orang yang dilarang membelanjakan harta karena kebodohan, bangkrut,

atau sakit. Orang yang bodoh atau idiot, jual belinya menjadi tergantung

menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Sedangkan menurut ulama

Syafi’iyah, jual belinya tidak sah karena tidak adanya sifat ahliyah dank arena

ucapannya tidak dianggap.

7) Mulja, yaitu orang-orang yang terpaksa menjual barangnya guna

menyelamatkan hartanya dari orang yang lalim. Jual beli ini fasid menurut ulama

Hanafiyah dan batil menurut ulama Hanabilah.

b. Jual Beli yang dilarang karena shi>ghat

Jual beli tidak sah dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:31

1) Jual beli dengan tulisan (surat menyurat) atau dengan perantara utusan.

Jual beli ini sah berdasarkan kesepakatan ulama. Yang menjadi tempat

transaksi adalah tempat tersampainya surat dari pelaku akad pertama

kepada pelaku akad kedua. Jika qabulnya terjadi di luar tempat tersebut,

maka akadnya tidak sah.

2) Jual beli orang bisu dengan isyarat yang bisa dipahami atau dengan tulisan

adalah sah karena darurat. Hal itu sama juga seperti ucapan dari orang yang

(44)

36

menunjukkan apa yang ada di dalam hatinya. Jika isyaratnya tidak bisa

dipahami dan tidak pandai menulis, maka akadnya tidak sah.

3) Jual beli dengan tidak adanya kesesuaian antara ijab dan qabul adalah tidak

sah menurut kesepakatan ulama. Kecuali jika perbedaanya menunjukkan

pada hal yang baik, seperti pembeli menambah harga yang telah disepakati,

maka akad ini sah menurut ulama Hanafiyah dan tidak sah menurut ulama

Syafi’iyah.

4) Jual beli dengan orang yang tidak hadir di tempat akad adalah tidak sah

menurut kesepakatan ulama, kerena kesatuan tempat merupakan syarat sah

jual beli.

5) Jual beli tidak sempurna, yaitu jual beli yang dikaitkan pada syarat atau

disandarkan pada waktu yang akan datang. Jual beli ini fasid menurut

jumhur ulama Hanafiyah dan bathil menurut jumhur ulama.

c. Jual beli yang dilarang karena ma’uqud alaih (obyek transaksi)

1) Jual beli barang yang tidak ada atau beresiko hilang. Seperti jual beli sperma

dari pejantan, sel telur dari betina, dan anak dari anaknya. Jual beli sperti ini

tidak sah menurut kesepakatan para imam mahzab, karena ada larangan

dalam hadis-hadis shahih.32

2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan. Seperti burung yang terbang

di udara, dan ikan yang ada di dalam air. Jual beli seperti ini tidak sah

menurut kesepakatan mahzab-mahzab, karena ada larangan dalam sunnah.

(45)

37

3) Jual beli utang dengan tidak tunai, yaitu jual beli utang dengan utang. Jual

beli ini bathil menurut kesepakatan para ulama karena dilarang syari’at.

Menjual utang pada orang yang berhutang secara kontan boleh menurut

kesepakatan para ulama, sedangkan menjual utang pada selain orang yang

berhutang secara kontan itu bathil menurut ulama Hanfiyah, Hanabilah, dan

Zhahiriyah serts boleh dalam mahzab-mahzab lainnya.

4) Jual beli yang mengandung unsur penipuan (gharar) yang besar, yaitu

keberadaanya yang tidak pasti. Jual beli ini tidak sah menurut kesepakatan

ulama karena terdapat larangan mengenai hal itu.33

5) Jual beli sesuatu yang najis dan yang terkena najis tidak sah menurut

kesepakatan ulama. Ulama Malikiyah membolehkan memakai lampu dan

membuat sabun dengan minyak yang najis. Sedangkan ulama Hanafiyah

membolehkan jual beli sesuatu yang terkena najis selain makanan.

6) Jual beli sesuatu yang tidak diketahui, mengandung unsur ketidakpastian

baik dalam barang dagangan, harga, waktu, jenis, yang digadaikan adalah

fasid menurut Hanafiyah dan bathil menurut jumhur ulama.

7) Jual beli sesuatu yang tidak ada dalam tempat transaksi atau tidak terlihat.

Menurut ulama Hanafiyah, jual beli sah tanpa melihat dan tanpa

menebutkan sifat, tetapi pembeli diberi hak khiyar ketika melihatnya.

Menurut ulama Malikiyah jual beli ini sah dengan menyebutkan sifat, dan

(46)

38

terdapat hak khiyar ketika melihatnya. Menurut ulama Syafi’iyah dan

Hanabilah jual beli ini tidak sah secara mutlak.34

8) Jual beli sesuatu sebelum ada serah terima. Menurut ulama Hanafiyah, tidak

boleh menjual harta bergerak sebelum ada serah terima. Menurut ulama

Suafi’iyah hal itu boleh secara mutlak, karena keumunan larangan yang

terdapat dalam hadis. Sedangkan ulama Malikiyah mengkhususkan larangan

ini dalam makanan,

9) Jual beli buah-buahan atau tanaman adalah tidak sah menurut kesepakatan

ulama jika terjadi sebelum tercipta, karena ia berarti tidak ada. Jual beli ini

sah menurut ulama Hanafiyah jika tidak bersyarat, dan tidak sah menurut

mayoritas ulama (jumhur ulama).

10) Jual beli yang tidak ada kejelasan waktu. Seperti, “Saya jual kepadamu

sampai Zaid datang atau samapai Amir meninggal ”, tapi boleh berkata

“Sampai waktu panen, atau sampai waktu bulan tertentu, dan ditafsirkan

pada pertengahannya”.35

d. Jual beli yang dilarang karena sifat, syarat, atau larangan syara’

1) Jual beli barang yang zatnya haram, najis atau tidak boleh diperjualbelikan.

Barang yang najis atau haram dimakan haram juga untuk diperjualbelikan.

Seperti babi, berhala, bangkai, dan khamar (minuman yang memabukkan).36

Jual beli seperti ini fasid menurut ulama Hanafiyah tapi dapat sah dengan

memberikan nilainya, dan bathil menurut jumhur ulama.

34Ibid., 129.

35Ibid., 166.

36

(47)

39

2) Jual beli ketika adzan sholat Jum’at. Waktunya yaitu sejak imam naik mimbar

sampai selesai sholat. Menurut ulama Hanafiyah, waktunya dari adzan yang

pertama. Jual beli ini makruh tahrim menurut ulama Hanafiyah, sah tetapi

haram menurut ulama Syafi’iyah, dibatalkan (fasakh) menurut ulama

Malikiyah dalam pendapat yang mah}syu>r dan tidak sah sama sekali menurut

ulama Hanabilah.37

3) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar. Maksudnya

adalah menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya

dengan harga murah, sehingga ia kemudian menjual di pasar dengan harga yang

juga lebih murah. Tindakan seperti ini dapat merugikan para pedagang lain,

terutama yang belum mengetahui harga pasar. Jual beli ini dilarang dalam

karena dapat mengganggu kegiatan pasar, meskipun akadnya sah.38

4) Menjual anggur kepada pembuat khamar. Jual beli ini sah secara zhahir serta

makruh tahrim menurut ulama Hanafiyah dan haram menurut ulama

Syafi’iyah. Hal itu karena akadnya telah memenuhi syarat dan rukun jual beli

yang telah ditetapkan syara’ dan dosa disebabkan oleh niat yang salah atau

karena factor lain yang tidak dibenarkan oleh syara’. Segala sesuatu yang dapat

menimbulkan kemudharatan, kemaksiatan, bahkan kemusyrikan dilarang

untuk diperjualbelikan. Seperti menjual buku-buku bacaan porno, jual beli

patung salib, dan menjual pedang kepada orang yang akan membunuh orang

lain dengan pedang tersebut secara zalim.39 Memperjualbelikan barang-barang

37Wahbah Az Zuhaili, Fikih Islam Jilid 5…, 173.

38Ibid., 170.

39

(48)

40

ini dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan maksiat. Sebaliknya, dengan

dilarangnya jual beli ini, maka hikmahnya minimal dapat mencegah dan

menjauhkan manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Sebagimana firman

Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yaitu:

َ َل اݠهنَوܛَعَ َََو ٱ

قݗبثقۡب َو ٱ قنٰ َوبܯهعبل

….dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran.40

B.SAD AL DHARI>‘AH

1. PengertianSad Al Dhari>‘Ah

Secara etimologi Sad Al Dhari>‘Ah ( ةَعْي ر ْلَا دَس) merupakandua

kata, yaitu Sad ) دَس ( dan Al Dhari>‘ah ( ةَعْي ر ْلَا ). Kata Sad merupakan bentuk

masdar dari kata yang berarti دَس د سَي دَس menutup sesuatu yang cacat atau rusak

dan menimbun lobang.41 Sedangkan Al Dhari>‘ah ( ةَعْي ر ْلَا) merupakankata

benda atau isim bentuk tunggal yang berarti perantara (wasilah) atau jalan

jalan ke suatu tujuan.42 Dhari>‘ah menurut istilah ahli hukum Islam ialah,

sesuatu yang menjadi perantara ke arah perbuatan yang diharamkan atau

dihalalkan. Dalam hal ini, ketentuan hukum yang dikenakan pada Dhari>‘ah

selalu mengikuti ketentuan hukum yang terdapat pada perbuatan yang menjadi

sasarannya. Artinya, perbuatan yang membawa pada mubah ialah mubah,

40Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya

…, 142.

41Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia…, 200. 42

(49)

41

perbuatan yang membawa pada haram ialah haram, dan perbuatan yang

membawa pada wajib ialah wajib.43

Misalnya suatu perbuatan yang secara sadar dilakukan oleh

seseorang pasti mempunyai tujuan tertentu yang jelas, tanpa mempersoalkan

apakah perbuatan yang dituju itu baik atau buruk, mendatangkan manfaat

atau menimbulkan mu}dh>arat. Sebelum sampai pada pelaksanaan perbuatan

yang dituju itu ada serentetan perbuatan yang mendahuluinya yang harus di

lalui. Sedanglan secara terminologi Sad Al Dhari>‘Ah yaitu sesuatu yang

membawa kepada yang dilarang dan menimbulkan kemudharatan.44 Dan ada

beberapa pendapat ulama tentang Sad Al-Dhari>‘ah antara lain:

Menurut Imam Asy-Syatibi mendefinisikanSad al dhari>‘ah:

َو تلا

ىّص

ُةَحَل صَم اَِِ ُل

َلِا

نة َدَس فَم

Artinya:“Melakukan suatu pekerjaan yang semula mengandung kemaslahatan menuju kepada suatu kemafsadatan”.45

Maksudnya, seseorang melakukan suatu pekerjaan yang pada

dasarnya dibolehkan karena mengandung kemaslahatan, tetapi tujuan yang

akan dicapai berakhir pada suatu kemafsadatan. Contohnya, pada dasarnya

jual beli itu adalah halal, karena jual beli merupakan salah satu sarana tolong

menolong untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti seseorang

43

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2010), 438-439.

(50)

42

membeli sebuah kendaraan seharga Rp. 30.000.000’- secara kredit adalah sah

karena pihak penjual memberi keringanan kepada pembeli untuk tidak segera

melunasinya. Akan tetapi, apabila kendaraan itu yang dibeli secara kredit

sebesar Rp. 30.000.000’- dijual kembali kepada penjual (pemberi kredit)

dengan harga tunai sebesar Rp. 15.000.000’- , maka tujuan ini akan membawa

kepada suatu kemafsadatan, karena seakan-akan barang yang diperjualbelikan

tidak ada dan pedagang kendaraan itu tinggal menunggu keuntungan saja.46

Menurut Hasbi Ash Shieddieqy Sad Al-Dhari>‘ahyaitu:

َد

ِحِل اَصَم لا ِب لَج نِم ئَل و َا ِدِس اَفم لا ُء ر

Artinya: “Menolak kerusakan didahulukan atas mendatangkan (menarik)

kemaslahatan”.47

Dalam Rachmat Syafe’i Sad Al Dhari>‘Ah adalah sesuatu yang

menjadi perantara ke arah perbuatan yang diharamkan atau dihalalkan.48 Dari

beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa Sad Al-Dhari>‘ah adalah

perbuatan yang dilakukan seseorang yang sebelumnya mengandung

kemaslahatan, tetapi berakhir dengan suatu kerusakan.49

Tujuan penetapan hukum secara Sad Al Dhari>‘ah ini ialah untuk

memudahkan tercapainya kemaslahatan atau jauhnya kemungkinan terjadi

46Ibid, 161-162.

47M Hasbi As-Siddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, 324.

(51)

43

kerusakan atau terhindarnya diri dari kemungkinan perbuatan maksiat, mencapai

kemaslahatan dan menjauhi kerusakan. Untuk mencapai ini syariat menetapkan

perintah-perintah dan larangan-larangan dalam memenuhi perintah dan

menghentikan larangan.50

Menurut Imam Al-Syatibi dalam buku karangan Rachmat Syafe’i, ada

kriteria yang menjadikan suatu perbuatan itu dilarang, yaitu:

1. Perbuatan yang tadinya boleh dilakukan itu mengandung kerusakan.

2. Kemafsadatan lebih kuat dari kemaslahatan.

3. Perbuatan yang dibolehkan syara’ mengandung banyak unsur

kemafsadatannya.51

2. Landasan Hukum Sad Al Dhari>‘Ah

Pada dasarnya, tidak ada dalil yang jelas tentang boleh atau tidaknya

menggunakan Sad al dhari>‘ah. Namun beberapa na}s yang mengarah kepadanya

baik Al-Qur’an, As-Sunnah, maupun kaidah fiqh, antara lain:

a. Dalil Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 104:

ܛَݟ܆يَأٓ َي ٱ َݚيقَ܅ اݠه ݠهقَو ܛَݜقعَٰ اݠهݠهݐَ ََ اݠهݜَماَء ٱ

ܛَنبܱ ه݄ن َو ٱ اݠهعَݙبس ٞݗ قَِأ ٌباََܰع َݚيقܱقفَٰكبݖق َو ١و٤

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

katakan(kepada Muhammad): “Raa’ina

Gambar

Gambar 3.1 Ragam Knalpot Brong yang dijual
 Tabel 3.2
Gambar di atas menunjukkan salah satu proses pembuatan knalpot

Referensi

Dokumen terkait

Sudah seharusnya bagi setiap pelaku usaha baik itu penjual ataupun pembeli untuk selalu mengedepankan sifat jujur agar hasil yang didapatkan dari jual beli tersebut tidak menjadi

Tetapi pada kenyataannya adalah akad sewa-menyewa ( Ijarah ). Dimana pihak penjual menyewakan sebidang tanah sawahnya kepada pembeli dalam batas atau waktu tertentu. dapat

beras 12 kg” kemudian saya mengambilkan barangnya, pihak pembeli mengatakan “uangnya minggu depan ya mbak akan saya lunasi kalau saya ngambil barang sembako yang lainnya”

Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli yang melakukan praktik jual beli Ikan didalam lebung dengan

1. Praktik jual beli damen di Desa Tlogoharjo Kecamatan Giritontro Kabupaten Wonogiri dilakukan oleh petani desa Tlogoharjo sebagai penjual, dengan pembeli

Hasil wawancara dengan pihak tengkulak beras yang membeli beras ditempat penggilingan, tengkulak beras miskin, pembeli beras ditempat penggilingan, penjual beras di

Dan jika pembeli menerima dengan kenaikan harga tersebut maka tidak ada yang merasa dirugikan, beda halnya ketika pembeli membayar kredit sembako tetapi penjual

Jika pembeli membeli dengan ukuran besar atau kiloan misalnya 1 kg maka pihak penjual akan memberikan secara langsung barang dagangan yang ia beli dari pasar yang