• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspedisi militer panglima Amr bin al-Ash ke Mesir dan Alexandria dan dampaknya terhadap ekspansi Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekspedisi militer panglima Amr bin al-Ash ke Mesir dan Alexandria dan dampaknya terhadap ekspansi Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

”EKSPEDISI MILITER PANGLIMA AMR BIN AL-ASH KE MESIR DAN

ALEXANDRIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPANSI ISLAM PADA

MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB“

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Penyusun:

ABDUL MUHYI

NIM: A72213114

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Skripsi ini berjudul “Ekspedisi militer panglima Amr bin al-Ash ke Mesir dan Alexandria, serta dampaknya terhadap ekspansi Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab.” Secara garis besar, fokus pembahasan yang ditulis di dalam skripsi ini meliputi: (1) Bagaimana biografi Amr bin al-Ash? (2) Bagaimana kronologi penaklukan Mesir dan Alexandria yang dilakukan Amr bin al-Ash? (3) Bagaimana Dampak kondisi Mesir dan Alexandria pasca penaklukan yang dilakukan oleh Amr bin al-Ash?

Pendekatan yang digunakan untuk penulisan karya ilmiah ini ialah pendekatan historis. Dengan metode sejarah, penulis mengumpulkan berbagai sumber primer dan semi primer sebagai bahan penulisan karya ilmiah ini dari karya-karya sejarawan Islam klasik yang membahas serta memuat data tentang Amr bin al-Ash dan peristiwa pembebasan Mesir dan Alexandria. Kemudian dianalisis menggunakan teori peranan sosial menurut Sartono Kartodirdjo.

(7)

This thesis entitled "The Military Expedition of Commander Amr bin al-Ash to Egypt and Alexandria, and its Impact in the Expansion of Islam During the Caliph Umar bin Khattab Era." In general, the focus of the discussion written in this thesis includes: (1) How did the biography of Amr bin al-Ash? (2) How did the chronology of Egypt and Alexandria's conquest by Amr bin al-Ash? (3) How did the impact conditions of Egypt and Alexandria in post-conquest which confronted by Amr bin al-Ash?

The approach which used for the writing of this scientific paper ishistorical approach. With the historical method, the researcher collects primary and semi-primary sources as the material for writing of this scihentificpaper from the works of classical Islamic historians which discussed and contained the data about Amr bin al-Ash and the liberation occurrence of Egypt and Alexandria. And then analyzedwith social role theory according to SartonoKartodirdjo.

(8)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITRASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 9

(9)

H. Sistematika Pembahasan ... 15

BABII BIOGRAFI AMR BIN AL-ASH ... 17

A. Silsilah Amr bin al-Ash ... 17

B. Amr bin al-Ash Sebelum Masuk Islam ... 20

C. Amr bin al-Ash Masuk Islam ... 24

D. Karir Militer Amr bin al-Ash ... 27

E. Wafat Amr bin al-Ash ... 43

F. Komentar Ulama tentang kehidupan Amr bin al-Ash ... 46

BAB III PENAKLUKAN MESIR DAN ALEXANDRIA ... 49

A. Rencana Penaklukan Mesir ... 49

B. Ekspedisi Amr bin al-Ash ke Mesir... 55

C. Penaklukan Benteng dan Istana Babilonia ... 62

D. Ekspedisi ke Iskandariyah dan penaklukan Romawi... 75

BAB IV DAMPAK MESIR PASCA PENAKLUKAN ... 83

A. Kondisi Mesir Pasca Penaklukan ... 83

1. Amr Diangkat Menjadi Gubernur Mesir ... 83

2. Perlakuan Umat Islam terhadap Masyarakat Mesir ... 85

B. Dampak Penaklukan Mesir dan Alexandria Bagi Ekspansi Islam ... 91

BAB V PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran Ulama’ begitu besar dalam proses islamisasi Indonesia. Mereka

memiliki pengaruh yang sangat luar biasa terhadap perkembangan Islam di

Nusantara. Perjuangan ulama’ terdahulu dilanjutkan oleh ulama’ generasi sekarang dengan melanjutkan perjuangan mereka dalam syiar islam. Ulama’ juga telah dikenal mengentaskan bangsa ini dari jurang kebodohan dan

perbaikan moral. Perjuangan itu juga dapat dilhat dari sosok K.H. Achmad

Nashihin, pendiri dan pemimpin Dzikir Padhang bulan di Keranjingan-Jember.

Peran beliau dalam mengajak masyarakat sekitar untuk lebih

mendekatkan diri pada Allah amat besar. Selain itu, Ia juga turut andil dalam

menambah pengetahuan tentang agama terhadap jama’ah majelis dzikir yang

beliau pimpin. Majelis dzikir yang beliau pimpin bernama majelis Dzikir

Padhang Bulan. Dzikir sendiri menurut bahasa berasal dari kata dzakaro yang

artinya ingat. Kata dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian

terkenal dengan istilah dzikir.

Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan

etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan

mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Amatullah Amstrong menjelaskan

definisi dzikir yaitu: mengingat, menyebut, atau mengagungka Allah, dengan

(12)

2

adalah sebuah keadaan spiritual (hal) dimana orang yang mengingat Allah

(dzakir) memusatkan segenap kekuatan fisikal dan spiritualnya kepada Allah

sehingga segenap wujudnya bisa bersatu dan bergabung dengan Yang

Mahamutlak.1

Dzikir memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan

memiliki banyak sekali manfaat. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak menyinggung tentang anjuran untuk berdzikir, diantaranya:

-“Ingatlah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati akan menjadi tentram”.2 .-“Oleh karena itu, ingatlah kalian kepadaku, niscaya aku akan mengingat

kalian” 3

-“Berdzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”4

-“Apabila kalian telah selesai sholat, ingatlah Allah di saat berdiri, duduk dan

berbaring”5

Masih ada beberapa ayat al-qur’an yang menganjurkan agar kita senantiasa berdzikir pada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan tentang ayat an-Nisa’

103 sebagai berikut: “Maksudnya adalah pada malam dan siang hari; di daratan

dan di lautan; dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah; ketika kaya dan

dalam keadaan miskin; ketika sakit dan ketika sehat; serta secara tersembunyi

1 Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Terj. M.S. Nasrullah dan Ahmad

Baiquni (Bandung: Mizan, 1996), 62.

(13)

3

dan terang-terangan.6 Rasulullah SAW juga bersabda tentang keutamaan orang

yang senantiasa berdzikir, yaitu: “Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai adalah seperti pohon hijau di tengah pohon-pohon yang

kering. Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai

seperti orang yang berjuang di tengah-tengah orang-orang yanglari dari medan

peran”.7

Imam ghazali menjelaskan bahwa seorang yang berdzikir itu hendaknya

tidak hanya sibuk di lisan saja. Dzikir yang benar ialah dzikir yang penuh dengan

konsentrasi. Sebab yang dituju ialah kesenangan dengan Allah dan hal itu

terwujud dengan selalu berdzikir dengan khusyuk. Ketika seseorang telah

diliputi perasaan cinta kepada Allah, maka mudah baginya untuk melakukan hal

tersebut.8

Berangkat dari keutamaan-keutamaan dzikir yang telah dikemukakan di

atas, maka banyak bermunculan majelis-majelis dzikir yang didirikan oleh

ustadz, kyai atau pun para da’i lainnya. Mereka menilai bahwa dengan berdzikir,

terlebih dengan berjamaah maka akan mendatangkan keberkahan hidup mereka.

Selain itu, majelis dzikir tersebut juga kerapkali dijadikan sebagai ladang mereka

untuk menyerukan amar makruf nahi munkar dengan penyampaian mau’idhoh hasanah. Mereka meyakini hal ini akan memeberikan perubahan yang positif

bagi agama, bangsa, dan negara.

6 Imam Al-Ghazali, Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, Terj. Irwan Kurniawan (Bandung:

Pustaka Hidayah, 1999), 68.

7 Ibid.

8 Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Terj. Abu Fajar Al-Qalami (Surabaya: Gitamedia

(14)

4

Hal itulah yang juga terlintas dalam benak K.H. Achmad Nashihin,

pendiri dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember. Di tengah-tengah

maraknya kemaksiatan yang merajalela, beliau berpikir tentang perlunya

membentuk jamaah yang di dalamnya menyerukan amar makruf nahi munkar.

Itulah salah satu alasan beliau mendirikan majelis dzikir padhang bulan agar bisa

menjadi ladang pahala bagi yang menginginkannya. Sebab, sudah menjadi

keharusan bagi kita untuk menyerukan amar makruf dan nahi munkar.

Beliau mendirikan majelis dzikir padhang bulan pada tahun 2007,

tepatnya ketika penulis masih kelas 2 Mts dan nyantri di tempat beliau. Dzikir

padhang bulan ini dibuka untuk umum dan tidak ada persyaratan khusus untuk

bergabung dalam dzikir tersebut. Dzikir ini disebut padhang bulan karena

dilaksanakan setiap bulan pada malam tanggal 15 hijriah. Dalam dzikir padhang

bulan, jamaah bukan hanya diajak berdzikir semata, namun juga diajak agar

melaksanakan sholat tasbih berjamaah di tanah lapang tanpa penerang lampu.

Mereka memanfaatkan terangnya rembulan sebagai satu-satunya penerang. Hal

ini bisa menambah kekhusyukan jamaah selama acara dimulai. Acara ini juga

diisi dengan siraman rohani oleh K.H. Achmad Nashihin agar iman kita semakin

bertambah. Selain itu, sebelum dan setelah acara Padhang bulan dihelat, yaitu

pada tanggal 13, 14, dan 15 hijriah beliau menganjurkan agar para jamaah

berpuasa. Puasa terebut disebut puasa ayyamul bidh atau puasa hari putih.

Menurut penuturan beliau, puasa ayyamul bidh mempunyai manfaat yang sangat

(15)

5

Kegiatan rutin dzikir padhang bulan ini memiliki perubahan yang sangat

positif terhadap perubahan masyarakat sekitar. Perubahan itu bisa terlihat dari

antusiasme masyarakat sekitar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu,

masyarakat juga tampak antusias memberikan sumbangan konsumsi seikhlasnya

untuk acara ini yang dibagikan setelah acara selesai. Konsumsi itu biasanya

berupa jajanan-jajanan tradisonal yang dibuat sendiri oleh masyarakat, dan

terkadang juga ada yang membawa nasi bungkus juga.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka kami susun beberapa rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah biografi K.H Achmad Nasihin?

2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Dzikir Padhang Bulan di

Kranjingan-Jember?

3. Bagaimana Peran K.H Achmad Nashihin Dalam Mengembangkan Majelis

Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui biografi K.H Achmad Nasihin

2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Dzikir Padhang Bulan di

(16)

6

3. Untuk mengetahui Peran K.H Achmad Nashihin Dalam Mengembangkan

Majelis Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini besar harapan kita agar bisa bermanfaat bagi

segenap pembaca, terutama bagi orang-orang yang berkepentingan. Manfaat

yang kita maksud di sini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Manfaat pertama yang diperoleh oleh pembaca terkait penelitian ini

adalah bertambahnya informasi dan khazanah keilmuan sehingga

menambah keluasan berfikir. Manfaat berikutnya yaitu sebagai bahan

tambahan refrensi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan

penelitian untuk melengkapi penelitian yang sudah ada, atau juga bisa

dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yang serupa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi segenap kalangan,

khususnya orang-orang yang rindu terhadap tokoh yang bisa dijadikan suri

tauladan. Penjabaran tentang biografi tokoh pendiri jamaah dzikir padhang

bulan akan menjadi tambahan motivasi bagi kita untuk lebih giat lagi

menyiarkan Islam. Selain itu, dengan penelitian ini penulis berharap Dzikir

Padhang bulan akan lebih dikenal oleh masyarakat luas dan masyarakat bisa

(17)

7

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Pendekatan yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan

historis dan pendekatan sosiologis. Dengan Pendekatan historis penulis

bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di masa lampau.

Sedangkan pendekatan sosiologis bila dipergunakan dalam penelitian, maka di

dalamnya terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Konstruksi

sejarah dengan pendekatan sosiologis itu bahkan dapat pula dikatakan sebagai

sejarah sosial, karena pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan,

jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial,

peranan dan status sosial, dan sebagainya.9

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan

Talcott Parson. Dalam teori tindakan Talcoot parson menjelaskan bahwa

tindakan adalah perilaku yang disertai aspek upaya subjektif dengan dengan

tujuan membawa kondisi-kondisi situasional, atau isi kenyataan, lebih dekat

pada keadaan yang ideal atau yang ditetapkan secara normatif.10 Dalam hal ini

tindakan atau upaya yang telah dilakukan oleh K.H. Achmad Nashihin dengan

tujuan ideal agar keimanan masyarakat sekitar bisa meningkat.

Selain itu, teori yang digunakan dalam kerangka teori penelitian ini

adalah menggunakan teori peranan. Gross, masson dan McEachern

mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan

pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan

9 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 11.

10

(18)

8

tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam

masyarakat, maksudnya; kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang

diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan kita di dalam keluarga dan di

dalam peranan peranan lainnya.11

Posisi K.H. Achmad Nashihin sebagai tokoh masyarakat di

Keranjingan-Jember tentu memegang peranan yang sangat penting untuk membawa

perubahan yang lebih baik (khususnya di bidang spiritual) untuk masyarakat

sekitar. Namun harapan mulia tersebut juga harus mendapat dukungan dari

masyarakat agar harapan si pemegang peran dapat terwujudkan. K.H. Achmad

Nashihin juga tidak mengenal lelah dalam menjalankan perannya sebagai

pemuka agama karena beliau menganggap itu semua sebagai kewajibannya.

F. Penelitian Terdahulu

Kajian tentang peran tokoh dalam dakwah atau syiar Islam telah banyak

ditulis oleh para peneliti. Untuk itu, sebelum penulis membahas tentang “Peran K.H. Achmad Nashihin Dalam Dakwah Islam Melalui Dzikir Padhang Bulan di

Keranjingan-Jember (2007-2016)”, penulis sertakan beberapa penelitian terdahulu yang menulis peneltian serupa, namun memiliki perbedaan dengan

penelitian penulis. Penelitian tersebut antara lain:

11

(19)

9

1. Skripsi berjudul “Peran KH. Khoiron Husain Dalam Mengembangkan Pondok pesantren putri Salafiyah Kauman Bangil (1977-1987)”. Skripsi ini ditulis oleh Mar’atus Sholihah, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. Skripsi

ini membahas tentang bagaimana biografi KH. Khoiron Husain, sejarah,

perkembangan dan usaha-usaha yang dilakukan KH. Khoiron Husain dalam

mengembangkan pondok Pesantren putri salafiyah kauman bangil.

2. Skripsi berjudul “Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik”. Skripsi ini ditulis oleh Fitri Laili Hamidah, Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2017. Skripsi ini membahas tentang strategi yang digunakan K.H.

Zainul Arifin dalam menyiarkan agama Islam.

3. Skripsi ini berjudul “Peranan K.H. Mahfudz Ma’shum Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Dukunanyar Dukun Gresik

(1991-2012)”. Skripsi ini ditulis oleh Mega Dusturiyah Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang biografi K.H. Mahfudz

selaku pemimpin pondok pesantren Ihyaul Ulum. Selain itu, dijelaskan pula

tentang sejarah Pesantren Ihyaul Ulum serta peran beliau dalam

mengembangkan pesantren tersebut.

4. Skripsi berjudul “Peran KH.Syamsul Arifin Abdullah Dalam

(20)

10

Jember Tahun 1989-2007”. Skripsi ini ditulis oleh Ahmad Khoirurrozi Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora,

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang biografi

atau profil K.H. Syamsul Arifin Abdullah yang bisa dijadikan sebagai

panutan. Selanjutnya, dibahas pula tentang sejarah dan perkembangan

Pesantren Bustanul ulum serta peran beliau dalam mengembangkan

pesantren.

5. Skripsi berjudul “Metode Dakwah Tarekat Qodiriyah Al Anfasiyah Desa Kepunten Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo”. Skripsi ini ditulis

oleh Ulfian Dwi Rochani Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang bagaimana metode dakwah

yang digunakan oleh Jamaah Tarekat Qodiriyah AlAnfasiyah di Desa

Kepunten Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dan Faktor apa yang

melatar belakangi Jamaah Tarekat Qodiriyah Al Anfasiyah menggunakan

metode dakwah tersebut.

Judul yang dipilih penulis memiliki sedikit kemiripan dengan

judul-judul di atas, yaitu membahas tentang peran kyai atau tokoh masyarakat.

Perbedaannya terletak pada sosok yang diangkat ialah tidak sama. Selain

itu, penelitian penulis juga membahas tentang media dakwah yang

digunakan oleh sang tokoh berbeda dengan media-media penelitian

(21)

11

memaksimalkan Jamaah Dzikir Padhang Bulan sebagai lahan dakwahnya

dalam amar makruf nahi munkar.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu

sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.

Adapun yang disebut penelitian menurut Florence M.A. Hilbish (1952), adalah

penyelidikan seksama dan teliti terhadap suatu masalah atau untuk menyokong

atau menolak suatu teori. Oleh karena itu metode sejarah dalam penegrtiannya

yang umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan

jalan pemecahannya dari persepektif historis.12

Louis Gottchalk menjelaskan bahwa Metode Sejarah sebagai proses

menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik

dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah

sejarah yang dapat dipercaya.13 Secara lebih ringkas, penelitian sejarah

mempunyai empat langakah,yaitu: Heuristik, kritik atau verivikasi, Aufassung

atau interpretasi, dan Darstellung atau historiografi. Sedangkan menurut

Kuntowijoyo, sebelum melangkah terhadap empat ha tersebut, ada tambahan

satu poin, yaitu pemilihan topi dan rencana penelitian.14

1. Heuristik

12 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 43. 13 Ibid., 43-44.

(22)

12

Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh.

Heuristik adalah suatu teknik suatu seni, dan bukan ilmu. Heuristik

merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah

yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah bahan-bahan

yang digunakan untuk mengumpulan data atau informasi yang nantinya

digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi

sejarah.15 Sartono Kartodirjo menjelaskan heuristik adalah suatu art atau

seni, dalam arti bahwa dalam kecuali perlu ditaati peraturannya, alat-alat

kerjanya, juga dibutuhkan ketrampilan.16 Jadi secara ringkas, heuristik

adalah teknik yang dilakukan oleh sejarawan untuk memperoleh atau

mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah kesaksian daripada seorang saksi yang

melihat dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang

lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon.17 Dalam rangka

memperoleh sumber primer, penulis akan membawa bukti tertulis, yaitu

karya tokoh dan wawancara dengan beberapa nara sumber yang langsung

melihat dengan mata kepala sendiri aktivitas K.H. Achmad Nashihin,

terutama yang berhubungan dengan pengembangan majelis dzikir

padhang bulan. Berikut ini adalah sumber primer tertulis maupun

wawancara:

15 G.J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997),116

16

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah ( Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), 35.

17

(23)

13

1) Karya K.H. Achmad Nashihin yaitu buku kumpulan dzikir dan

doa-doa.

2) KH. Achmad Nashihin (selaku pendiri Dzikir Padhang Bulan di

Keranjingan-Jember).

3) Muhammad Soyan Zidni Mubarok (putra dari K.H. Achamad

Nashihin).

4) Ust. Doifi Amil Azis (ketua pondok pesantren Darul Hikmah).

5) Santri-santri senior.

6) Beberapa jamaah Dzikir Padhang Bulan

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah kesaksian daripada siapapun yang

bukan saksi pandangan mata, atau seseorang yang tidak melihat

kejadian tersebut.18 Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil

dari buku-buku literatur yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga

artikel-artikel yang bisa diambil dari internet.

2. Kritik Sumber

Tahap kedua yang harus dilakukan setelah heuristik adalah verifikasi

atau kritik sumber. Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu

terkumpul, maka peneliti harus melakukan verifikasi terhadap sumber untuk

memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini peneliti menguji akan

keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang dilakukan melalui

18

(24)

14

kritik ekstern; dan keabsahan tentang keshahihan sumber (kredibilitas) yang

dielusuri melalui kritik intern.19

a. Kritik Intern

Kritik intern dilakukan peneliti untuk menguji kredibilitas

sumber yang telah didapat. Dalam hal ini kesaksian sejarah merupakan

faktor yang paling menentukan shahih atau tidaknya bukti atau fakta

sejarah itu sendiri. Kritik Intern bertujuan untuk mencapai nilai

pembuktian yang sebenarnya dari sumber sejarah. Kritik intern dilakukan

terutama untuk menentukan apakah sumber itu dapat memberikan

informasi yang dapat dipercaya atau tidak.20

Dalam hal ini peneliti akan membandingkan kesaksian dari

orang-orang yang menyaksikan langsung kehidupan K.H. Achmad

Nashihin, memilah-memilih jika terdapat perbedaan dari keterangan

saksi-saksi dan selanjutnya akan diambil pendapat yang paling banyak.

b. Kritik Ekstern

Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber yang

didapat melalui seleksi dari segi fisik sumber. Bila yang diteliti adalah

sumber tertulis, maka peneliti harus meneliti kertasnya, tintanya, gaya

tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya,

hurufnya,dan segi penampilan luarnya yang lain. Otentisitas semua itu

minimal dapat diuji melalui lima pertanyaan antaralain: kapan sumber itu

19 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.

20 Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah (Jakarta:

(25)

15

dibuat, dimana sumber itu dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa

sumber itu dibuat, dan apakah sumber itu dalam bentuk asli.21

Dokumen yang dimiliki oleh peneliti merupakan karya dari sang

tokoh yang berupa kumpulan dzikir dan do’a-doa’. Dokumen itu didapat

ketika penulis masih nyantri di Pesantren K.H. Achmad Nashihin. Jadi

dokumen itu tidak diragukan lagi akan keotentitasannya. Selain itu,

peneliti juga mempunyai dokumen-dokumen lain yang mendukung

keabsahan skripsi ini.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang

sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan

dan yang telah diuji autentiknya terdapat saling hubungan satu dengan yang

lainnya. Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan

analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, berbeda dengan

sintesis yang berarti menyatukan. Namun, keduanya dipandang sebagai

metode-metode utama dalam Interpretasi menurut Kuntowijoyo.22 Dengan

demikian sejarawan memberikan tafsiran terhadap sumber yang telah

didapatkan.23

Pada tahapan ini peneliti akan melakukan penafsiran terhadap

sumber-sumber yang telah didapat. Sumber-sumber primer maupun

sekunder yang telah didapakan oleh oleh peneliti akan dianalisis, ditafsirkan

21 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59-60.

22

Ibid., 64.

23 Lilik Zulaikha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya,

(26)

16

dan selanjutnya akan diproses menjadi rangkaian tulisan yang sistematis

pada tahapan keempat, atau historiografi.

4. Historiografi

Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi di sini

merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil laporan

penelitian sejarah yang telah dilakukan.24. Historiografi adalah menyusun

atau merekontruksi fakta-fakta yang tersusun yang didapatkan penafsiran

sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.25 Dalam

proses historiografi ini sejarawan dilarang untuk mengkhayalkan hal-hal

yang menurut akal tidak mungkin terajadi. Untuk tujuan tertentu, ia boleh

mengkhayalkan hal-hal yang mungkin terjadi. Tetapi ia lebih harus

mengkhayalkan hal-hal yang pasti telah terjadi.26

Setelah peneliti melewati tahap heuristik, kritik sumber, dan

interpretasi maka saatnya peneliti untuk menyusun hasil penelitiannya

tentang Peran K.H. Achmad Nashihin Dalam Mengembagkan Majelis

Dzikir Padhang Bulan. Penyusunan penelitian itu berupa berupa tulisan

yang sistematis tentang judul yang dipilih peneliti untuk dijadikan skripsi.

Secara garis besar tulisan itu berisi biografi K.H. Achmad Nashihin, sejarah

dan perkembangan Dzikir Padhang Bulan, dan Peran K.H. Achmad

Nashihin dalam mengembangkan Majelis Dzikir Padhang Bulan.

24

Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 67.

25 Ibid., 17.

(27)

17

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan merupakan tata urutan dalam penyusunan suatu

tulisan yang akan memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi yang

terkandung dalam suatu penulisan. Adapun secara keseluruhan, karya ilmiah ini

terbagi atas lima Bab.

Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari delapan subbab, yaitu;

latar belakang yang menguraikan inti dari pokok bahasan dari penelitian yang

diambil, lalu rumusan masalah yang merupakan pertanyaan dan inti

permasalahan yang hendak diteliti dari pokok bahasan yang diambil. Selanjutnya

adalah Tujuan Penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan ruang lingkup

dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan dirujukan kepada masalah yang telah

dibatasi. Lalu subbab Kegunanaan Penelitian yang memberi penjelasan

mengenai nilai dan manfaat penelitian, baik dari segi teoritis maupun dari segi

praktis. Dan juga ada subbab mengenai Pendekatan dan Kerangka Teoritik yang

menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian

ini, sedangkan teori berfungsi sebagai alat untuk menganalisis fakta-fakta yang

ditemukan.

Selanjutnya subbab menganai penelitian terdahulu yang menjelaskan

tentang karya tulis yang sama atau mirip. Dan subbab Metode Penelitian yang

memuat penjelasan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian baik

dari pengumpulan data sampai penulisan. Sistematika pembahasan, atau subbab

terakhir dari Bab pertama menjelaskan tentang alur bahasan sehingga dapat

(28)

18

Bab kedua akan menjelaskan biografi atau profil K.H. Achmad Nashihin.

Bab ini akan menjelaskan tentang riwayat kehidupan beliau dari lahir hingga

sekarang secara singkat. Dalam bab ini akan dijelaskan dari mana beliau berasal,

keturunan siapa, dan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat kehidupan

beliau. Penulis juga akan menjelaskan ketika beliau masih menjadi santri atau

pelajar hingga beliau berkeluarga. Perjuangan dalam proses mendirikan

pesantren juga akan sedikit diulas dalam bab I ini.

Bab Ketiga akan membahas tentang sejarah dan perkembangan Dzikir

Padhang Bulan dari awal berdiri hingga tahun 2016. Di sini akan dijelaskan

motivasi atau alasan mendirikan majelis dzikir ini, usaha-usaha yang beliau

lakukan untuk mewujudkan keinginannya serta permasalahan-permasalahan

yang beliau hadapi. Penulis juga akan menjelaskan runtutan acara yang terdapat

dalam Dzikir Padhang Bulan, bacaan-bacaan dzikir yang dibaca oleh jamaah

serta jumlah jamaah yang mengikuti kegiatan ini.

Bab keempat membahas peran K.H. Achmad Nashihin dalam dakwah

Islam melalui Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan Jember. Dalam bab ini akan

dijelaskan sepak terjang yang telah beliau lakukan untuk syiar Islam. Strategi

yang beliau lakukan dalam dakwahnya agar mudah diterima oleh semua

kalangan juga akan diulas pada bab ini. Semua perjuangan beliau dan indikator

keberhasilan beliau dalam menarik massa agar selalu menjadi insan anfauhum

linnas seperti pesan yang selalu beliau tekankan juga masuk dalam pembahasan

(29)

19

Bab kelima atau bab terakhir adalah bab penutup yang akan memaparkan

kesimpulan dan saran-saran dari penulis setelah para pembaca selesai membaca

(30)

BAB II

BIOGRAFI AMR BIN AL-ASH

A. Silsilah Amr bin al-Ash

Para sejarawan tidak tahu pasti dan tidak menemukan kata sepakat tentang

kapan Amr bin al-Ash lahir, namun para sejarawan memperkirakan Amr bin al-Ash

lahir di Makkah sekitar setengah abad sebelum hijrahnya Rasulullah saw,23atau lebih

tepatnya tahun 547 M.24 Nama lengkapnya adalah Amr bin al-Ash bin Wail bin

Hasyim bin Su’aid bin Sahm. Nama julukannya Abu Abdullah. Ibunya bernama

Nabighah binti Khuzaimah tawanan dari Anazah dan saudara seibunya bernama

Amar bin Utsatsah bin Abbad bin Muthallib bin Abd Manaf bin Qushaiy (dan Urwah

bin Abu Utsatsah) dan Arnab binti Afif bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abu

Syamsy. Amr bin al-Ash memiliki dua istri dan dua putra. Putra yang pertama

bernama Abdullah, lahir dari Istrinya Amr bin al-Ash yang bernama Raithah bin

Munabbih bin Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Sa’d bin Sahm bin Amr.Sedangkan

putra yang kedua bernama Muhammad bin Amr dan ibunya berasal dari suku Baliy.25

Amr bin al-Ash lahir dari Bani Sahm yang secara kedudukan terpandang

dikalangan masyarakat Quraisy. Bani Sahm mempunyai otoritas di kalangan suku

23 Sejarawan kontemporer asal Mesir yakni Hasan Ibrahim Hasan melalului analisisnya dengan

menggunakan pendapat rujukan sejarawan klasik serta membandingkannya telah menyatakan bahwa Amr bin al-Ash wafat pada umur 90 tahun di tahun 42 atau 43 atau 45 H. yang artinya Amr lahir sekitar setengah abad sebelum hijriyah. Hasan Ibrahim Hasan,Amr bin Ash Panglima Pembebas Mesir Dari Belenggu Romawi, terj. Fatria Ananda (Solo: Tinta Medina,2017), 12.

(31)

18

Quraiys, otoritas tersebut ialah dalam hal lembaga peradilan hukum. Orang-orang

Quraiys dan bangsa Arab lainnya mengunjungi Makkah meminta keputusan hukum

kepada Bani Sahm.26 Dengan arti lain tokoh-tokoh Bani Sahm merupakan tempat

rujukan hukum apabila terjadi perselisihan atau permasalahan antar bangsa Arab yang

ada di Makkah.

Tentunya orang-orang yang diistimewakan dengan hak otoritas tertentu

ditengah-tengah bangsa Arab jahiliyah pada waktu itu hanyalah orang-orang yang

terkenal bijak, adil, santun, dan memiliki pandangan yang luas. Sifat-sifat seperti ini

dijaga oleh Bani Sahm guna mempertahankan otoritasnya ditengah Bangsa Arab di

Makkah. Dan tentunya sifat maupun sikap seperti ini mereka wariskan dan turunkan

kepada anak cucu mereka, terutama Amr bin al-Ash. Tak menutup kemungkinan

kondisi ini akan menjadikan watak dan keterampilan Amr bin al-Ash yang pandai

dalam berdiplomasi dan tangkas dalam mengambil kebijakan.

Disamping itu, Bani Sahm dalam struktur masyarakat Quraisy merupakan

Bani yang mengepalai serta mengurus harta kekayaan khusus dewa-dewa masyarakat

Quraisy,27 Mirip dengan wakaf umum. Untuk mengontrol hak otoritas penanggung

jawab harta tersebut, maka sebagai kepalanya, Bani Sahm bebas menentukan

sumbangan-sumbangan yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat waktu itu. Hal

tersebut akan mendorong timbulnya sikap pengawasan dan pemanfaatan yang baik

26Hasan,Amr bin Ash,3.

(32)

19

dalam mengelola harta. Ini jugalah yang tampaknya memberikan pengaruh yang

banyak terhadap kehidupan Amr nantinya.

Sedangkan ayahnya yakni Al-Ash bin Wail memiliki bebrapa anak yang

diantaranya adalah Amr dan Hisyam. Hisyam lebih muda usianya dari Amr. Ibu

Hisyam adalah Ummu Harmalah binti Hisyam bin al-Muhirah. Sedangkan ibu Amr

adalah Salma binti Harmalah yang digelari an-Nabighah dari Bani ‘Udzrah. Ibunya

dahulu ditangkap oleh salah seorang perampok Arab, lalu dibeli oleh Fakih bin

al-Mughirah, kemudian dibeli oleh Abdullah bin Jud’an, hingga akhirnya menjadi milik

al-Ash bin Wail kemudian dinikhinya.28

Al-Ash bin Wail terkenal popularitasnya, wibawanya dan kepemimpinannya.

Ia adalah salah satu pemimpin bangsa Arab, tokoh sekaligus pemuka mereka di

zaman jahiliah. Ia dalah pembesar sekaligus pemimpin Bani Sahm pada hari

meletusnya Perang Fijar kedua. Ia termasuk jajaran dari tokoh yang sering mencela

Rasulullah saw. Ia sangat suka mencaci beliau, menyakiti sahabat beliau dan

menentang dakwah Islam. Namun, Dikisahkan bahwa al-Ash bin Wail pernah

menyelamatkan Umar bin Khattab dari penyerangan dan pengeroyokan yang

dilakukan oleh sekelompok orang kafir Quraisy ketika Umar bin Khattab menyatakan

diri masuk Islam dihadapan kaum kafir Quraisy.29

Al-Ash salah seorang pedagang kaya di Makkah, binis dagangannya meluas

dari Yaman, Syam hingga ke Habasyah. Ia memperdagangkan barang-barang antara

28Hasan,Amr bin Ash,10.

(33)

20

lain kulit dari Yaman, kismis dan buah tin dari Syam, minyak wangi dari Habasyah

dan lain sebagainya. Selain sebagai seorang pebisnis, al-Ash bin Wail dan

keluarganya juga terkenal sebagi seorang penyair, ia suka bersenandung,

mendengarkan gubahan syair dan menggemari sastra.30

Dengan latar belakang secara genealogi tersebut, Amr bin al-Ash lahir dan

tumbuh menjadi seorang pemuda yang mempunyai karakter kepemimpinan, cerdas

serta mampu bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah. Tidak ada yang

menyangkal bahwa lingkungan tempat dilahirkan serta tumbuhnya seorang anak

sangat berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak tersebut.

B. Amr bin al-Ash Sebelum Masuk Islam

Ketika muda, Amr adalah seorang pedagang yang sukses, ia sering melakukan

perjalanan dagang sepanjang rute perdagangan komersial melalui Asia dan Timur

Tengah, termasuk Mesir. Karena itu ia cukup banyak mengetahui seluk-beluk

wilayah yang pernah dilaluinya itu.31 Adapun aneka macam barang yang ia

perdagangkan dan beberapa varian ke Syam, Yaman, Habasyah dan Mesir ialah

barang dagangan yang khususnya dalam hal kulit dan wewangian.32

Kesibukan Amr dalam dunia perdagangan paling besar memberikan manfaat

untuknya, baik dari segi materi maupun moral. Dari bisnis dan perjalan dagangnya ini

Amr banyak sekali memperoleh banyak hal melalui interaksi sosial yang ia lakukan

30Hasan,Amr bin Ash, 10.

31Aizid,Para Panglima Perang Islam, 84.

(34)

21

terhadap beraneka jenis suku di pelosok-pelosok kota besar. Pengalaman tersebut

akhirnya mempengaruhi pola pandangannya dan menimbulkan keahlian dalam

bersisat di medan perang. Selain itu, dari perjalanan dagangnya tersebut membuatnya

mampu menambah kebijaksanaan pola pikirnya, mengambil keteladanan serta

tindakan darinya.

Sebelum pikiran dan pintu hati Amr bin al-Ash terketuk oleh hidayah, Amr

bin al-Ash merupakan salah satu orang yang sangat anti dengan risalah dan ajaran

nabi Muhammad saw. ia merupakan salah satu pemuka kafir Quraisy yang juga

memusuhi Rasulullah saw. dan menghalang-halangi ajaran Islam.33 Hal itu ia

buktikan ketika ia diutus oleh para pemuka kaum kafir Quraisy untuk membawa

kembali umat Islam yang hijrah ke Habasyah.

Ketika itu Rasulullah menyuruh kaumnya untuk berhijrah ke Habasyah karena

pedihnya kecaman dan siksaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap

kaumnya. Mengetahui umat Islam berhijrah ke Habasyah, para pemuka kafir Quraisy

pun marah karena dengan hijrahnyan kaum Islam di Habsyah mereka akan aman

disana. kemudian para pemuka kafir Quraisy bermusyawarah untuk menjemput

kembali umat Islam Makkah yang hijrah. Akhirnya ditunjuklah Amr bin al-Ash

sebagai delegasi untuk menjemput kaum Islam. Amr dipilih bukan tanpa alasan,

dimata masyarakat Quraisy ia terkenal sebagai seorang yang cerdik dan negosiator

ulung.

(35)

22

Amr bin al-Ash berangkat ke Habasyah bersama Abdullah bin Abi Rabi’ah

dengan membawa hadiah untuk menemui raja Habasyah yakni Negus. Sesampainya

ditempat tujuan, keduanya mengahdap raja seraya memberikan hadiah. Amr

kemudian berkata, “Wahai paduka Raja! bahwa negri tuan telah didatangi

sekelompok orang kurang waras dari daerah kami untuk meminta perlindungan.

Mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan agama kaumnya dan tidak

menjadi pemeluk agama tuan.

Negus adalah seorang raja yang bijaksana dan berpandangan jauh ke depan. Ia

tidak langsung mempercayai perkataan Amr. Kemudian dia meminta para pengungsi

yakni kaum Muhajirin agar datang menghadapnya untuk dimintai penjelasan tentang

hakikat agama mereka. Ditunjuklah Ja’far bin Abu Thalib untuk mewakili kaum

Muslim Muhajirin menghadap raja Negus serta menjelaskan keadaan bangsa Arab

sebelum dan sesudah datangnya Islam. Lalu ia menjelaskan bahwa objek dari dakwah

Rasulullah saw. adalah agar manusia menyembah Allah swt., tidak menyembah

berhala, meinggalkan perbuatan munkar dan supaya berakhlak mulia.

Lalu Negusbertanya kepada Ja’far,“Apakah engkau membawa serta apa yang

disampaikan dari Tuhanmu (Allah swt.) ?” Ja’far menjawab,“Ya !”Negus kemudian

meminta Ja’far membacanya, Ja’far membacakan beberapa ayat permulaan dari surat

Maryam yang memuat kisah tentang kelahiran Isa. Mendengar bacaan tersebut Negus

menangis sampai jenggotnya basah terkena air mata. Begitu juga saat Ja’far

membacakan firman Allah tersebut para pendeta yang mendampingi Negus juga ikut

(36)

23

Selanjutnya Negus berkata, “Sesungguhnya ini dan apa yang dibawa oleh Isa

benar-benar berasal dari sumber yang sama. Pergilah kamu berdua (Amr bin al-Ash dan

Abdullah bin Abi Rabi’ah) ! Demi Allah, sekali-kali aku tidak akan menyerahkan

mereka kepada kamu berdua.”

Namun Amr tidak menyerah begitu saja, ketika keluar, Amr bin al-Ash

berkata, “Demi Allah! sungguh besok aku akan mendatangi Negus lagi.” Keesokan

harinya Amr memohon untuk menghadap Negus lagi, setelah mendapat izin, Amr

menjelaskan kepada Negus bahwasanya mereka (kaum Muhajirin) adalah

orang-orang yang telah menuduh Isa bin Maryam dengan tuduhan yang keji yakni Isa

merupakan seorang budak (hamba). Mendengar penjelasan Amr, Negus kemudian

memanggil Ja’far guna mengkalrifikasi penjelasan dari Amr, kemudian Ja’far

menghadap Negus dan menjelaskan bahwa apa yang disampaikan Amr kepada Negus

sesuai apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yaitu bahwa dia adalah seorang

hamba Allah dan rasulNya yang diciptakan dengan perantara ruh dan kalimatNya

yang ditiupkan kepada Maryam seorang gadis suci dan seorang yang tekun beribadah.

Mendengar penjelasan dari Ja’far, Negus berkata, “Demi Allah ! apa yang engkau

nyatakan tidak menyalahi apa yang dinyatakan oleh Isa bin Maryam itu sendiri.

Kembalilah, sesungguhnya kalian (Ja’far dan kaum Muhajirin) aman di negriku dari

tindakan kotor kedua orang tersebut.” Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah

akhirnya kembali pulang ke Makkah tanpa membawa hasil.34

(37)

24

Usaha Amr untuk menghalang-halangi dakwah Islam tak berhenti di situ, Amr

bin al-Ash selalu berada dibarisan terdepan pasukan kaum kafir Quraiys dalam

melawan kaum muslimin. Ibn Sa’ad menceritakan bahwa Amr selalu turut serta

terjun ke medan peperanagan dan hampir tak melewatkan peperangan bersama kaum

kafir Quraiys. “Aku merupakan orang yang jauh dan menentang terhadap Islam, aku

telah mengikuti perang Badar dengan kaum musyrik. Kemudian perang Uhud, begitu

juga mengikuti perang Khandaqdan aku mampu melewati itu semua.”35

C. Amr bin al-Ash Masuk Islam

Seiring berjalannya waktu, Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

kepada masyarakat Arab telah menyebar luas terutama di daerah Yatsrib hingga

Rasulullah berhasil menyatukan golongan di daerah tersebut dan mendirikan Negara

Madinah. Selain itu, kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh umat Islam atas

kaum kafir Quraisy maupun musuh-musuh Allah berhasil memantapkan dominasinya

di daerah Arab.

Ibn Hisyam meriwayatkan awal mula Islamnya, Amr bin al-Ash menceritakan

bahwa sesudah ia pulang bersama pasukan sekutu dari perang Ahzab (khandak), aku

kumpulkan beberapa orang Quraiys yang bias mendengarkan dan memikirkan

pendapatku. Aku katakankepada mereka, “Demi Allah! Ketahuilah, aku berpendapat

bahwa persoalan Muhammad telah meninggi dan sulit ditandingi. Aku mempunyai

satu pendapat, sebaiknya kita pergi ke Negus (al-Najasyi) dan menetap di negrinya

(38)

25

(Habasyah). Jika Muhammad mampu mengalahkan kaum kita (kafir Quraisy), maka

kita menetap di negri Negus, karena kita lebih senang dikuasai oleh Negus ketimbang

dikuasai Muhammad. Namun jika kaum kita berhasil mengalahkan Muhammad, kita

orang yang telah dikenal. Jadi, hanya kebaikan kita yang mereka sebut.” Mereka

berkata, “Itu pendapat yang tepat.” aku berkata, “Kalau begitu, kumpulkan hadiah

untuk Negus.”

Amr bin al-Ash berkata, “Sesuatu yang paling kami sukai untuk kami

hadiahkan kepada Negus adalah kulit. Oleh arena itu kami kumpulkan kulit

sebanyak-banyaknya, kemudian pergi ke tempat Negus hingga tiba di tempatnya.

Demi Allah! Ketika kami berada ditempat Negus, pada saat itu Negus sedang ditemui

oleh Amr bin Umayyah al-Dhamiri. Rasulullah saw. mengutusnya untuk menanyakan

kabar tentang Ja’far dan sahabat-sahabatnya yang ada di Habasyah. Tidak berselang

lama, Amr bin Umayyah keluar dari tempat Negus. Aku berkata kepada

sahabat-sahabatku, “Inilah Amr bin Umayyah al-Dhamiri, jika aku dapat menemui Negus,

aku pasti memintanya memberikan Amr bin Umayyah kepadaku kemudian aku

penggal kepalanya. Jika itu telah aku lakukan, orang-orang Quraisy tahu bahwa aku

telah mewakili membunuh utusan Muhammad. Kemudian aku masuk ketempat

Negus dan sujud kepadanya seperti biasa aku lakukan. Negus berkata, “Selamat

datang sahabatku, apa hadiah dari negrimu untukku?”. Aku menjawab, “Ya paduka

raja, aku hadiahkan untukmu kulit yang sangat banyak.” Aku dekatkan kulit tersebut

kepadanya, dan ia pun takjub dan tertarik kepadanya. Aku berkata, “Wahai paduka

(39)

26

Serahkan dia kepadaku untuk kami bunuh, karena ia telah membunuh tokoh-tokoh

dan orang-orang pilihan kami.

Amr bin al-Ash berkata, “Ketika itu, Negus langsung marah. Ia mengangkat

tangannya dan memukulkannya ke hidungku hingga aku menyangka pukulan itu

memecahkan hidungku. Jika bumi terbelah untukku, aku pasti masuk kedalamnya

karena takut kepadanya.” Aku berkata, “Wahai paduka raja, demi Allah, kalau aku

tahu engkau tidak menyukai permintaanku, aku pasti tidak akan mengajukannya

kepadamu.” Negus berkata,”Pantaskah engkau memintaku memberimu utusan orang

yang didatangi Malaikat Jibril yang pernah datang kepada Nabi Musa kemudian

engkau membunuhnya?” aku berkata, “Wahai paduka raja, betulkah itu?” Negus

berkata, “Celakalah engkau Amr, taatlah kepadaku dan ikuti Muhammad. Demi

Allah, ia berada diatas kebenaran dan Allah pasti akan memenangkannya atas siapa

saja yang menentangnya sebagaimana Allah memenangkan Musa dan Fir’aun dan

tentara-tentaranya.” Aku berkata, “Maukah engkau membaiatku masuk Islam

mewakilinya?” Negus berkata, “Ya.” Negus membentangkan tangannya, kemudian

aku berbaiat kepadanya untuk masuk Islam. Setelah itu aku keluar menemui

teman-temanku dengan pendapat yang berbeda dari sebelumnya. Aku rahasiakan

keislamanku dari mereka.

Amr bin al-Ash kemudian berkata, “Kemudian aku pergi ke tempat

Rasulullah saw. untuk masuk Islam dan bertemu Khalid bin Walid di perjalanan. Itu

terjadi menjelang penaklukan Makkah dan ketika itu Khalid datang dari Makkah.

(40)

27

“Demi Allah, sungguh segala sesuatu menjadi jelas bahwa Muhammad benar-benar

seorang Nabi. Aku akan pergi menghadapnya untuk masuk Islam. Engkau sendiri

sampai kapan akan memusuhinya?” aku berkata, “Demi Allah, aku juga akan pergi

kepadanya untuk masuk Islam.” kami berdua tiba di tempat Madinah ditempat

Rasulullah saw.36

Amr bin al-Ash yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, ia berkata,

“Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi, dan aku

berkata, “Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.” Maka Nabi

membentangkan tangan kanannya. Dia (Amr bin al-Ash) berkata, “Maka aku tahan

tanganku (tidak menjabat tangan Nabi).” Kemudian Nabi bertanya, “Ada apa wahai

Amr?” Dia berkata, “Aku ingin meminta syarat!” Maka, Nabi bertanya, “Apakah

syaratmu?” Maka aku berkata, “Agar aku diampuni.” Maka Nabi berkata, “Apakah

engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang

dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu

menghapus dosa-dosa sebelumnya?”37

D. Karier Militer dan Politik Amr bin al-Ash

Amr bin al-Ash dikalangan kaum Quraisy dikenal sebagai seorang pria yang

cerdik, negosiator ulung dan ahli dalam berperang serta strategi berperang,

kemampuan yang dimilikinya ini menjadi berkah bagi umat Islam. semenjak Amr bin

(41)

28

al-Ash masuk Islam, ia turut serta dalam kegiatan-kegiatan politik serta peperangan

yang dilakukan umat Islam menghadapi para kaum kafir.

1. Pada masa Rasulullah Saw.

Amr bin al-Ash bergabung bersama Rasulullah saw. dan pasukan Muslim

lainnya dalam peristiwa Fathu Makkah untuk membebaskan Kakbah dan kota

Makkah dari cengkraman kaum kafir Quraisy pada tahun 8 H.38

Semenjak Amr bin al-Ash masuk Islam, Rasulullah saw. tidak pernah

meluputkan Amr sedikitpun dari perang. Amr menceritakan, “Rasulullah saw.

tidak pernah menyertakan seorang sahabat pun denganku maupun dengan Khalid

bin Walid dalam perang manapun semenjak aku masuk Islam.” Nabi tidak

pernah ingin membedakan seseorang yang masuk Islam dalam keadaan bimbang

dengan orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam. Yang beliau ketahui bahwa

orang yang memiliki kejujuran niat dan tekad serta komitmen dari sebagian

mereka akan berusaha beliau dekatkan.39

Begitu juga Amr bin al-Ash, Rasulullah saw. mengetahui dan yakin akan

keimanannya yang tulus dan komitmennya Amr bin al-Ash, tatkala Rasulullah

saw. ingin mengutus Amr sebagai pemimpin perang dengan iming-iming harta

ghanimah. Rasulullah saw. mengutus kepadanya seorang utusan yang membawa

pesan, “Bawalah pakaian dan senjatamu, lalu temuilah aku.”

(42)

29

Amr mengatakan, “Lalu aku menemui beliau yang saat itu sedang

berwudhu. Beliau menatapku lalu menganguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu

beliau bersabda, Sesungguhnya aku hendak mengutusmu berperang bersama

pasukan. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah, dan aku

berharap engkau mendapat harta yangbanyak.”

Amr menanggapi, “Wahai Rasulullah, aku masuk Islam bukan untuk

mencari harta, akan tetapi aku berislam karena aku mencintai agama ini. Dan

menjadi salah seorang yang bersamamu (sahabat).” Kemudian Rasulullah saw.

bersabda, “Wahai Amr, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang

saleh.”40 Dari sini Rasulullah melihat bahwa Amr bin al-Ash adalah orang yang

beriman bukan seorang laki-laki yang munafik.

Karena beliau telah yakin dengan kejujuran, tekad dan ketulusan Amr

terhadap kaum Muslimin maupun Islam, beliau juga mengetahui kecerdasan dan

kepiawaian Amr sebagaimana yang diketahui orang lainnya, pada bulan Jumadil

Akhir tahun 8 Hijriyah, Rasulullah saw. menjadikannya pemimpin pasukan

perang Dzatus Salasil. Padahal dalam pasukan yang dipimpin oleh Amr ini

diikuti oleh pembesar sekaligus tokoh utama dalam sejarah Islam, yaitu Abu

Bakar, Umar bin Khattab dan Abu ‘Ubaidah dimana mereka lebih senior

daripada Amr yang baru masuk Islam beberapa bulan.41

40 Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, vol. XXVIII, 17763 (Beirut:

Muassisah al-Risalah,1999) 298-299.

(43)

30

Perang Dzatus Salasil sendiri terjadi karena pada waktu itu Rasulullah

saw. mendengar bahwa sekelompok orang Baliy dan Bani Qudha’ah bersekutu

ingin mengambil wilayah di dekat wilayah kaum muslim.42 Untuk melawan

mereka, Rasulullah mengutus Amr bin al-Ash memimpin pasukan Muslim yang

berjumlah tiga ratus orang yang beranggotakan para petinggi dari kalangan

Muhajirin dan Anshar dan dengan tiga puluh pasukan berkuda. Rasulullah saw.

mengutus Amr bin al-Ash selain karena kemampuan dan kepiawaiannya juga

karena ibu dan paman-paman al-Ash bin Wail ayah dari Amr berasal dari suku

Baliy. Rasulullah ingin menyatukan mereka semua melalui Amr.43

Ibn Sa’ad menceritakan bahwa Dzatus Salasil berada di belakang Wadi

al-Qura. Jarak yang ditempuh Amr dan pasukannya antara Madinah ke Dzatus

Salasil adalah sepuluh hari.44 Amr bin al-Ash dan pasukannya mulai berangkat,

ia bersembunyi pada siang hari dan berjalan pada malam hari. Saat tiba di

wiliyah yang tak jauh dari musuh, Amr mendengar bahwa musuh memiliki

pasukan dalam jumlah yang sangat besar. Saat itu sedang musim dingin, beberpa

orang dari pasukan Amr mengumpulkan kayu dan menyalakan api guna

menghangatkan tubuh mereka. mengetahui hal tersebut, Amr pun marah dan

menyuruh mereka mematikan semua api. Kondisi tersebut menyulitkan para

pasukannnya, sampai-sampai beberapa orang Muhajirin menentangnya dengan

42 Bahkankan Hasan Ibrahim Hasan menceritakan pasukan Qudha’ah sudah berada di dekat

sudut-sudut kota Madinah. Hasan,Amr bin Ash, 48.

43al-Waqidi,al-Maghazi, 790.

(44)

31

kasar. Amr berkata, “Kalian diperintahkan untuk mendengar dan mematuhi

perintahku, maka lakukanlah !”

Amr kemudian mengutus Rafi’ bin Makits untuk menghadap ke

Rasulullah saw. guna meminta bantuan tambahan pasukan. Rasulullah saw. lalu

mengirimkan dua ratus pasukan yang di dalamnya terdapat juga Abu Bakar dan

Umar. Pasukan tersebut berada di bawah komando Abu ‘Ubaidah. Sebelum

berangkat dan bergabung dengan pasukan Amr, Rasulullah menasehati Abu

Ubaidah dan pasukannya agar bekerja sebagai satu kesatuan dan tidak terpecah

belah.

Abu ‘Ubaidah berangkat bersama dua ratus pasukan dan bergabung

dengan pasukan Amr untuk membantunya. Apa yang dikhawatirkan Rasulullah

saw.akan terpecah belahnya pasukan Islam hampir terjadi. Abu ‘Ubaidah berniat

memimpin pasukan dan menggantikan Amr. Amr berkata kepadanya, “Sungguh

kau datang kesini untuk membantuku, bukan untuk memimpinku. Akulah

komandan disini, dan sesungguhnya Nabi mengirimmu untuk membantuku.”

Akan tetapi kaum Muhajirin membantah Amr, “Tidak! kau adalah komandan

pasukanmu dan dia (Abu ‘Ubiadah) adalah komandan bagi pasukannya.” Amr

bersikeras, “Tidak! Kalian adalah bantuan bagi kami.” Saat Abu ‘Ubaidah

menyadari perselisihan ini, dan karena ia adalah seorang berciri panglima yang

bijaksana, ia berkata, “Tenanglah wahai Amr. Tahukah engkau hal terakhir yang

(45)

32

terjadi perdebatan dan perselisihan. Demi Allah! Sesungguhnya jika engkau

menentangku, aku akan mematuhimu.” Abu Ubaidah pun mengalah.45

Pasukan kaum Muslimin pun berjalan menghadapi musuh dan

menimpakan serangan bertubi-tubi terhadap mereka. Kaum Muslimin berhasil

membunuh pasukan musuh banyak sekali, hingga akhirnya musuh tercerai berai.

Amr dan pasukannya menaklukan segala yang ada di sana, dan tinggal beberapa

hari di sana hingga pasukan musuh benar-benar pergi tanpa melakaukan serangan

balasan.46

Sekembalinya dari perang Dzatus Salasil, banyak dari pasukan Amr yang

mengeluh kepada Nabi tentang sikap Amr yng melarang para pasukan Muslimin

untuk menyalakan api unggun, padahal waktu itu cuacanya dingin sekali,

sehingga hal tersebut menyulitkan mereka. Rasulullah saw. kemudian memanggil

Amr bin al-Ash guna mengkalrifikasi tindakannya tersebut. Amr pun menjawab

dengan jawaban yang menunjukkan kepiawaiannya dalam strategi berperang dan

dalamnya pertimbangan yang dilakukan guna memprediksi berbagai aspek yang

terjadi dari setiap tindakan. Amr berkata kepada Nabi, “Aku tidak melarang

mereka menyalakan api, karena musuh nanti akan melihat sedikitnya jumlah

pasukan Muslimin dan aku khawatir musuh menguntit kita dengan tambahan

pasukan yang lebih banyak lagi.” Mendengar penjelasan Amr, Rasulullah saw.

amat takjub terhadap Amr dan memuji tindakannya.

(46)

33

2. Pada masa Khalifah Abu Bakar

Setelah Rasulullah saw. wafat, tampuk kekhalifahan dipegang oleh Abu

Bakar, permasalahan yang dihadapi oleh Khalifah Abu Bakar ialah banyak orang

Islam yang tidak mau membayar zakat, banyaknya gerakan Riddah (murtad)

serta munculnya nabi-nabi palsu yang membahayakan akidah umat Islam

sepeninggal Rasulullah saw. Kemudian pada tahun ke 11 H, Abu Bakar

membentuk sebelas batalyon pasukan dengan komandan ditiap batalyon untuk

menumpas para pembangkang tersebut. Amr bin al-Ash ditunjuk dan dilantik

sebagai salah satu komandan pasukan bentukan Khalifah Abu Bakar. Amr bin

Ash mendapatkan misi militer dari Khalifah untuk melakukan ekspedisi ke

daerah Juma’ barat laut Jazirah Arab, ia ditugaskan untuk menyerang Bani

Qudha’ah, Wadi’ah dan al-Harist yang membelot dari kepemimpinan Islam dan

Amr berhasil menyelesaikan misi tersebut.47

Pada awal tahun 13 H. Khalifah Abu Bakar mempunyai rencana besar

untuk menaklukan negri-negri barat meliputi Syam, Mesir dan Afrika yang

menjadi wilayah kekukasan kekaisaran Romawi dan kisra Persia. Oleh karena itu

Khalifah mengumpulkan panglima dan pasukan terbaiknya guna merealisasikan

rencananya tersebut. Khalifah Abu Bakar kemudian membentuk empat batalyon

pasukan dengan empat panglima ditiap batalyonnya, yakni Yazid bin Abi

(47)

34

Sufyan, Abu ‘Ubaidah al-Jarrah, Syurahbil bin Hasanah, serta tak ketinggalan

Amr bin al-Ash yang sebelumnya ditugaskan untuk mengurus zakat dan

mengondisikan daerah Bani Qudha’ah.

Khalifah mengirim surat kepada kepada keempat pangliam tersebut, tak

terkecuali Amr bin al-Ash. Khalifah Abu Bakar mengirim surat kepadanya,“Aku

mengembalikanmu pada suatu tugas yang pernah diserahkan oleh Rasulullah

Saw. dan menyebutnya dengan nama yang lain. Aku lebih menyukai Abu

Abdillah untuk menggantikan tugasmu karena ia lebih baik darimu dalam

kehidupan di dunua ini dan di akhrat kelak, kecuali kamu dapat menunjunkkan

sesuatu yang membuatku menyukaimu.” Maka Amr bin al-Ash membalas surat

Khalifah Abu Bakar, “Sesungguhnya aku adalah anak panah Islam, dan engkau

adalah hamba Allah yang melemparkannya. Jika keduanya disatukan,

perhatikanlah kedahsyatan apa yang akan terjadi. Lemparkan lah aku ke arah

yang kau kehendaki.”48

Kemudian Khalifah Abu Bakar melantik keempat panglima tersebut serta

menyerahkan panji-panji perang kepada masing-masing panglima. Amr bin

al-Ash dan pasukannya ditugaskan untuk menaklukan wilayah Palestina.

Pasukan Amr bin al-Ash tercatat sebagai pasukan yang pertama kali

meraih kemenangan yakni menaklukan Gaza. Hal ini dikarenakan pada masa pra

Islam, Amr adalah saudagar dagang Arab yang sering bepergian ke Gaza dan

(48)

35

kota-kota lainnya di sekitar Palestina, sehingga ia mengetahuai betul kondisi

wilayah yang ditaklukannya.49

Kota Bandar Ayla (Elat) di teluk Aqabah berhasil ditaklukan tanpa

mendapat perlawanan berarti. Amr bergerak kearah barat daya menuju pesisir

laut Gaza. Di Dathin. Pasukan Amr berhasil mengalahkan pasukan militer

Byzantium setempat. Setelah itu dilanjutkan dengan pembebasan Septia, Nablus

dan daerah sekitarnya dengan kesepakatan perdamaian.50

3. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab

Setelah berhasil menaklukan daerah Gaza dan sekitarnya, Amr bin al-Ash

diperintahkan untuk mengarahkan serangannya ke Damaskus guna membantu

pasukan Islam yang lain. Saat tentara Islam tiba di Damaskus, Khalid mengambil

posisi tepat di pintu timur, sementara itu Abu Ubadah mengambil posisi di pintu

Jabiyah, Amr bin al-Ash dan Syurahbil bin Hasanah turun dan menempatkan

pasukannya diseluruh sisa-sisa pintu lainnya.

Sedangkan pasukan Romawi telah menyiapkan alat pelontar batu dan

bola api (al-Manjaniq) dan dabbabat (semacam kendaraan perang untuk

menangkis hujan panah dan tombak). Kaum muslimin telah memblokir suplay

bantuan untuk mereka sehingga mereka kehabisan bekal. Dan akhirnya

Damaskus dapat ditaklukan setelah pasukan muslim melakukan pengepungan

49 Mustafa Murad, Kisah Hidup Umar ibn Khattab, terj. Ahmad Ginanjar Sya’ban dan Lulu M.

Sunman. (Jakarta: Zaman, 2014), 86.

(49)

36

selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan,

bahkan ada yang mengatakan selama 6 bulan.51

Pada tahun ke 15 H,52 atas titah Khalifah Umar di Madinah, Amr bin

al-Ash bersama pasukannya bergerak menuju Palestina, misi ini merupakan salah

satu rencana besar Khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar yang kemudian

dilanjutkan lagi oleh Khalifah Umar bin Khattab. sebelumnya pasukan Islam

berhasil menaklukan daerah perbatasan Palestina yakni Gaza dan sekitarnya

dengan perjanjian damai. Namun penduduk setempat tersebut mengkhianati

perjanjian damai. Oleh karena itu Khalifah memerintahkan Amr untuk

menaklukan Palestina kembali secara keseluruhan termasuk Bait al-Maqdis.

Umar bin Khattab menulis surat kepada Amr bin al-Ash untuk berangkat

menuju Iliya dan memerangi penguasanya. Amr bin al-Ash dan pasukannya

bergerak melalui Golan (Jaulan), daerah pegunungan yang subur, hijau, rimbun

dan sejuk diperbatasan Suriah dan Palestina. Disitulah Pasukan Islam berhenti

untuk beristirahat sejenak. Dari Golan, Amr dan pasukannya memasuki Galileia,

sebuah kawasan hijau subur dibagian utara Palestina. Daerah ini mempunyai nilai

sejarah penting dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Amr dan pasukannya tak

mendapat banyak perlawan yang berarti ketika menaklukan kota-kota

disepanjang Galileia. Mereka hanya mendapat perlawan kecil dari pihak

Byzantium yang tersisa. Setelah menaklukan, Amr dan pasukan memberi

(50)

37

jaminan keamanan dan kepemilikan kepada seluruh rakyat Galileia lalu bergerak

ke Yerusalem.53

Ditengah jalan Amr bin al-Ash bertemu dengan pasukan Romawi yang

dipimpin langsung oleh Arthabun (Artavon), Arthabun merupakan panglima

Romawi di Palestina. Ia terkenal akan kepintaran dan kelicikannya dalam

bertempur. Di menyiapkan pasukannya di Ramalah dalam jumlah yang sangat

besar. Amr segera mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab. Ketika

surat Amr sampai, Umar lalu menjawab ”Kita akan pertemukan Arthabun

Romawi dengan Arthabun Arab (maksudnya ialah Amr bin al-Ash), maka

lihatlah siapa yang lebih lihai.”54

Selanjutnya Khalifah Umar menginstuksikan para panglimanya untuk

bergerak menuju Qaisiriyah, Ramalah dan Iliya agar perhatian pihak Romawi

terhadaap Amr menjadi terpecah. Amr lalu bergerak di belakang Syurahbil bin

Hasanah, ia berupaya memperlemah kekukatan pasukan Arthabun, kemudian

pasukan Muslimin terlibat perang Ajnadin, perang yang sangat dahsyat dengan

tentara Romawi yang tidak kalah sengit dengan peristiwa perang Yarmuk.

Dan Akhirnya Arthabun dan pasukannya yang berjumlah delapan puluh

ribu menderita kekalahan, sehingga ia dan pasukannya yang tinggal sedikit

mundur ke Iliya (Bait al-Maqdis). Dampak dari kemenangan yang diraih Amr

atas Arthabun adalah pengakuan terhadap kekuasaan bangsa Arab dari Yafa,

53Murad,Kisah Hidup Umar ibn Khattab, 103.

54Ath-Thabari,Tarikh al-Thabari, vol. III, 605; Ibn Atsir,Kamil fi Tarikh, vol. II (Beirut: Dar

(51)

38

Nablus, ‘Asqalan, Gaza, Ramalah dan ‘Ukka, kemudian Beirut, Ludd dan

Jibillah. Dengan demikian kaum muslimain tidak harus melakukan serangan ke

Bait al-Maqdis terlebih dahulu.

Setelah peprangan tersebut Amr menyampaikan pesan perdamaian

kepada Arthabun untuk menyerahkan kota Bait al-Maqdis, akan tetapi Arthabun

menolaknya justru ia dan pasukannya menyerang pasukan muslimin dengan

manjaniq. Amr bin al-Ash dan pasukannya lalu mengepung Bait al-Maqdis

selama empat bulan berturut-turut tanpa henti.55

Penduduk Bait al-Maqdis mencoba mempertahankan kota tersebut

dengan semampu mereka, namun mereka menyerah juga karena pengepungan

yang dilakukan kaum muslimin sangat ketat sehingga memblokade bantuan dan

suplai yang akan datang. Para penduduk bersedia menyerahkan Bait al-Maqdis

jika Amirulmukminin Khalifah Umar bin Khattab datang langsung ke Bait

al-Maqdis dan meberi perjanajian damai dan perlindungan. Khalifah Umar

menyanggupi permintaan penduduk Bait al-Maqdis hingga akhirnya kota Iliya

atau Bait al-Maqdis jatuh ke tangan umat Islam berkat panglima Amr bin al-Ash.

Pada tahun 19 H, Amr bin al-Ash mempunyai misi besar untuk

membebaskan negri Mesir dari cengkraman Romawi. Amr bin al-Ash bersama

pasukannya yang berjumlah tiga ribu lima ratus personil berangkat ke Mesir.56

Amr bin al-Ash berhasil menaklukan Mesir dengan memblokade banteng

55Hasan,Amr bin Ash, 40-41.

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan terdiri atas stok, produksi dan impor. Namun, unsur Neraca Gula DGI belum baku, yaitu ditemui unsur yang berbeda pada beberapa terbitan. Pada awalnya, neraca gula

keaneragaman hayati sebagai aset bangsa. Pasokan bahan jamu sangat terkait dengan kelancaran produksi & kualitas jamu, di samping itu aktivitas ini berdampak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi menggunakan karbon aktif yang dimodifikasi dapat menurunkan kadar CO 2 sebesar 67,5% sedangkan karbon aktif tanpa

Perjalanan dilanjutkan menuju Jericho untuk mengunjungi Mesjid dan Maqom Nabi Musa, Mt of Temptaion, setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Allenby Bridge untuk

Sesuai dengan hasil analisis statistik dengan uji independen t-test pada taraf signifikan 5% (α = 0,05) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan status gizi balita

Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk merencanakan operasi test produksi dan sampling sumur migas. ELEMEN KOMPETENSI

[r]

Adalah fluida kerjanya mendapat panas dari luar(extral heating) sehingga fluida kerja ini tidak bersinggungan langsung dengan gas panas hasil pembakaran.Karena