”EKSPEDISI MILITER PANGLIMA AMR BIN AL-ASH KE MESIR DAN
ALEXANDRIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPANSI ISLAM PADA
MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB“
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Penyusun:
ABDUL MUHYI
NIM: A72213114
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Skripsi ini berjudul “Ekspedisi militer panglima Amr bin al-Ash ke Mesir dan Alexandria, serta dampaknya terhadap ekspansi Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab.” Secara garis besar, fokus pembahasan yang ditulis di dalam skripsi ini meliputi: (1) Bagaimana biografi Amr bin al-Ash? (2) Bagaimana kronologi penaklukan Mesir dan Alexandria yang dilakukan Amr bin al-Ash? (3) Bagaimana Dampak kondisi Mesir dan Alexandria pasca penaklukan yang dilakukan oleh Amr bin al-Ash?
Pendekatan yang digunakan untuk penulisan karya ilmiah ini ialah pendekatan historis. Dengan metode sejarah, penulis mengumpulkan berbagai sumber primer dan semi primer sebagai bahan penulisan karya ilmiah ini dari karya-karya sejarawan Islam klasik yang membahas serta memuat data tentang Amr bin al-Ash dan peristiwa pembebasan Mesir dan Alexandria. Kemudian dianalisis menggunakan teori peranan sosial menurut Sartono Kartodirdjo.
This thesis entitled "The Military Expedition of Commander Amr bin al-Ash to Egypt and Alexandria, and its Impact in the Expansion of Islam During the Caliph Umar bin Khattab Era." In general, the focus of the discussion written in this thesis includes: (1) How did the biography of Amr bin al-Ash? (2) How did the chronology of Egypt and Alexandria's conquest by Amr bin al-Ash? (3) How did the impact conditions of Egypt and Alexandria in post-conquest which confronted by Amr bin al-Ash?
The approach which used for the writing of this scientific paper ishistorical approach. With the historical method, the researcher collects primary and semi-primary sources as the material for writing of this scihentificpaper from the works of classical Islamic historians which discussed and contained the data about Amr bin al-Ash and the liberation occurrence of Egypt and Alexandria. And then analyzedwith social role theory according to SartonoKartodirdjo.
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITRASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 9
H. Sistematika Pembahasan ... 15
BABII BIOGRAFI AMR BIN AL-ASH ... 17
A. Silsilah Amr bin al-Ash ... 17
B. Amr bin al-Ash Sebelum Masuk Islam ... 20
C. Amr bin al-Ash Masuk Islam ... 24
D. Karir Militer Amr bin al-Ash ... 27
E. Wafat Amr bin al-Ash ... 43
F. Komentar Ulama tentang kehidupan Amr bin al-Ash ... 46
BAB III PENAKLUKAN MESIR DAN ALEXANDRIA ... 49
A. Rencana Penaklukan Mesir ... 49
B. Ekspedisi Amr bin al-Ash ke Mesir... 55
C. Penaklukan Benteng dan Istana Babilonia ... 62
D. Ekspedisi ke Iskandariyah dan penaklukan Romawi... 75
BAB IV DAMPAK MESIR PASCA PENAKLUKAN ... 83
A. Kondisi Mesir Pasca Penaklukan ... 83
1. Amr Diangkat Menjadi Gubernur Mesir ... 83
2. Perlakuan Umat Islam terhadap Masyarakat Mesir ... 85
B. Dampak Penaklukan Mesir dan Alexandria Bagi Ekspansi Islam ... 91
BAB V PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran Ulama’ begitu besar dalam proses islamisasi Indonesia. Mereka
memiliki pengaruh yang sangat luar biasa terhadap perkembangan Islam di
Nusantara. Perjuangan ulama’ terdahulu dilanjutkan oleh ulama’ generasi sekarang dengan melanjutkan perjuangan mereka dalam syiar islam. Ulama’ juga telah dikenal mengentaskan bangsa ini dari jurang kebodohan dan
perbaikan moral. Perjuangan itu juga dapat dilhat dari sosok K.H. Achmad
Nashihin, pendiri dan pemimpin Dzikir Padhang bulan di Keranjingan-Jember.
Peran beliau dalam mengajak masyarakat sekitar untuk lebih
mendekatkan diri pada Allah amat besar. Selain itu, Ia juga turut andil dalam
menambah pengetahuan tentang agama terhadap jama’ah majelis dzikir yang
beliau pimpin. Majelis dzikir yang beliau pimpin bernama majelis Dzikir
Padhang Bulan. Dzikir sendiri menurut bahasa berasal dari kata dzakaro yang
artinya ingat. Kata dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian
terkenal dengan istilah dzikir.
Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan
etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Amatullah Amstrong menjelaskan
definisi dzikir yaitu: mengingat, menyebut, atau mengagungka Allah, dengan
2
adalah sebuah keadaan spiritual (hal) dimana orang yang mengingat Allah
(dzakir) memusatkan segenap kekuatan fisikal dan spiritualnya kepada Allah
sehingga segenap wujudnya bisa bersatu dan bergabung dengan Yang
Mahamutlak.1
Dzikir memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
memiliki banyak sekali manfaat. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak menyinggung tentang anjuran untuk berdzikir, diantaranya:
-“Ingatlah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati akan menjadi tentram”.2 .-“Oleh karena itu, ingatlah kalian kepadaku, niscaya aku akan mengingat
kalian” 3
-“Berdzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”4
-“Apabila kalian telah selesai sholat, ingatlah Allah di saat berdiri, duduk dan
berbaring”5
Masih ada beberapa ayat al-qur’an yang menganjurkan agar kita senantiasa berdzikir pada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan tentang ayat an-Nisa’
103 sebagai berikut: “Maksudnya adalah pada malam dan siang hari; di daratan
dan di lautan; dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah; ketika kaya dan
dalam keadaan miskin; ketika sakit dan ketika sehat; serta secara tersembunyi
1 Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Terj. M.S. Nasrullah dan Ahmad
Baiquni (Bandung: Mizan, 1996), 62.
3
dan terang-terangan.6 Rasulullah SAW juga bersabda tentang keutamaan orang
yang senantiasa berdzikir, yaitu: “Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai adalah seperti pohon hijau di tengah pohon-pohon yang
kering. Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai
seperti orang yang berjuang di tengah-tengah orang-orang yanglari dari medan
peran”.7
Imam ghazali menjelaskan bahwa seorang yang berdzikir itu hendaknya
tidak hanya sibuk di lisan saja. Dzikir yang benar ialah dzikir yang penuh dengan
konsentrasi. Sebab yang dituju ialah kesenangan dengan Allah dan hal itu
terwujud dengan selalu berdzikir dengan khusyuk. Ketika seseorang telah
diliputi perasaan cinta kepada Allah, maka mudah baginya untuk melakukan hal
tersebut.8
Berangkat dari keutamaan-keutamaan dzikir yang telah dikemukakan di
atas, maka banyak bermunculan majelis-majelis dzikir yang didirikan oleh
ustadz, kyai atau pun para da’i lainnya. Mereka menilai bahwa dengan berdzikir,
terlebih dengan berjamaah maka akan mendatangkan keberkahan hidup mereka.
Selain itu, majelis dzikir tersebut juga kerapkali dijadikan sebagai ladang mereka
untuk menyerukan amar makruf nahi munkar dengan penyampaian mau’idhoh hasanah. Mereka meyakini hal ini akan memeberikan perubahan yang positif
bagi agama, bangsa, dan negara.
6 Imam Al-Ghazali, Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, Terj. Irwan Kurniawan (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1999), 68.
7 Ibid.
8 Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Terj. Abu Fajar Al-Qalami (Surabaya: Gitamedia
4
Hal itulah yang juga terlintas dalam benak K.H. Achmad Nashihin,
pendiri dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember. Di tengah-tengah
maraknya kemaksiatan yang merajalela, beliau berpikir tentang perlunya
membentuk jamaah yang di dalamnya menyerukan amar makruf nahi munkar.
Itulah salah satu alasan beliau mendirikan majelis dzikir padhang bulan agar bisa
menjadi ladang pahala bagi yang menginginkannya. Sebab, sudah menjadi
keharusan bagi kita untuk menyerukan amar makruf dan nahi munkar.
Beliau mendirikan majelis dzikir padhang bulan pada tahun 2007,
tepatnya ketika penulis masih kelas 2 Mts dan nyantri di tempat beliau. Dzikir
padhang bulan ini dibuka untuk umum dan tidak ada persyaratan khusus untuk
bergabung dalam dzikir tersebut. Dzikir ini disebut padhang bulan karena
dilaksanakan setiap bulan pada malam tanggal 15 hijriah. Dalam dzikir padhang
bulan, jamaah bukan hanya diajak berdzikir semata, namun juga diajak agar
melaksanakan sholat tasbih berjamaah di tanah lapang tanpa penerang lampu.
Mereka memanfaatkan terangnya rembulan sebagai satu-satunya penerang. Hal
ini bisa menambah kekhusyukan jamaah selama acara dimulai. Acara ini juga
diisi dengan siraman rohani oleh K.H. Achmad Nashihin agar iman kita semakin
bertambah. Selain itu, sebelum dan setelah acara Padhang bulan dihelat, yaitu
pada tanggal 13, 14, dan 15 hijriah beliau menganjurkan agar para jamaah
berpuasa. Puasa terebut disebut puasa ayyamul bidh atau puasa hari putih.
Menurut penuturan beliau, puasa ayyamul bidh mempunyai manfaat yang sangat
5
Kegiatan rutin dzikir padhang bulan ini memiliki perubahan yang sangat
positif terhadap perubahan masyarakat sekitar. Perubahan itu bisa terlihat dari
antusiasme masyarakat sekitar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu,
masyarakat juga tampak antusias memberikan sumbangan konsumsi seikhlasnya
untuk acara ini yang dibagikan setelah acara selesai. Konsumsi itu biasanya
berupa jajanan-jajanan tradisonal yang dibuat sendiri oleh masyarakat, dan
terkadang juga ada yang membawa nasi bungkus juga.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka kami susun beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah biografi K.H Achmad Nasihin?
2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Dzikir Padhang Bulan di
Kranjingan-Jember?
3. Bagaimana Peran K.H Achmad Nashihin Dalam Mengembangkan Majelis
Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui biografi K.H Achmad Nasihin
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Dzikir Padhang Bulan di
6
3. Untuk mengetahui Peran K.H Achmad Nashihin Dalam Mengembangkan
Majelis Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan-Jember
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini besar harapan kita agar bisa bermanfaat bagi
segenap pembaca, terutama bagi orang-orang yang berkepentingan. Manfaat
yang kita maksud di sini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Manfaat pertama yang diperoleh oleh pembaca terkait penelitian ini
adalah bertambahnya informasi dan khazanah keilmuan sehingga
menambah keluasan berfikir. Manfaat berikutnya yaitu sebagai bahan
tambahan refrensi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan
penelitian untuk melengkapi penelitian yang sudah ada, atau juga bisa
dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yang serupa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi segenap kalangan,
khususnya orang-orang yang rindu terhadap tokoh yang bisa dijadikan suri
tauladan. Penjabaran tentang biografi tokoh pendiri jamaah dzikir padhang
bulan akan menjadi tambahan motivasi bagi kita untuk lebih giat lagi
menyiarkan Islam. Selain itu, dengan penelitian ini penulis berharap Dzikir
Padhang bulan akan lebih dikenal oleh masyarakat luas dan masyarakat bisa
7
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan
historis dan pendekatan sosiologis. Dengan Pendekatan historis penulis
bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di masa lampau.
Sedangkan pendekatan sosiologis bila dipergunakan dalam penelitian, maka di
dalamnya terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Konstruksi
sejarah dengan pendekatan sosiologis itu bahkan dapat pula dikatakan sebagai
sejarah sosial, karena pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan,
jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial,
peranan dan status sosial, dan sebagainya.9
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan
Talcott Parson. Dalam teori tindakan Talcoot parson menjelaskan bahwa
tindakan adalah perilaku yang disertai aspek upaya subjektif dengan dengan
tujuan membawa kondisi-kondisi situasional, atau isi kenyataan, lebih dekat
pada keadaan yang ideal atau yang ditetapkan secara normatif.10 Dalam hal ini
tindakan atau upaya yang telah dilakukan oleh K.H. Achmad Nashihin dengan
tujuan ideal agar keimanan masyarakat sekitar bisa meningkat.
Selain itu, teori yang digunakan dalam kerangka teori penelitian ini
adalah menggunakan teori peranan. Gross, masson dan McEachern
mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan
9 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 11.
10
8
tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam
masyarakat, maksudnya; kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan kita di dalam keluarga dan di
dalam peranan peranan lainnya.11
Posisi K.H. Achmad Nashihin sebagai tokoh masyarakat di
Keranjingan-Jember tentu memegang peranan yang sangat penting untuk membawa
perubahan yang lebih baik (khususnya di bidang spiritual) untuk masyarakat
sekitar. Namun harapan mulia tersebut juga harus mendapat dukungan dari
masyarakat agar harapan si pemegang peran dapat terwujudkan. K.H. Achmad
Nashihin juga tidak mengenal lelah dalam menjalankan perannya sebagai
pemuka agama karena beliau menganggap itu semua sebagai kewajibannya.
F. Penelitian Terdahulu
Kajian tentang peran tokoh dalam dakwah atau syiar Islam telah banyak
ditulis oleh para peneliti. Untuk itu, sebelum penulis membahas tentang “Peran K.H. Achmad Nashihin Dalam Dakwah Islam Melalui Dzikir Padhang Bulan di
Keranjingan-Jember (2007-2016)”, penulis sertakan beberapa penelitian terdahulu yang menulis peneltian serupa, namun memiliki perbedaan dengan
penelitian penulis. Penelitian tersebut antara lain:
11
9
1. Skripsi berjudul “Peran KH. Khoiron Husain Dalam Mengembangkan Pondok pesantren putri Salafiyah Kauman Bangil (1977-1987)”. Skripsi ini ditulis oleh Mar’atus Sholihah, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. Skripsi
ini membahas tentang bagaimana biografi KH. Khoiron Husain, sejarah,
perkembangan dan usaha-usaha yang dilakukan KH. Khoiron Husain dalam
mengembangkan pondok Pesantren putri salafiyah kauman bangil.
2. Skripsi berjudul “Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik”. Skripsi ini ditulis oleh Fitri Laili Hamidah, Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2017. Skripsi ini membahas tentang strategi yang digunakan K.H.
Zainul Arifin dalam menyiarkan agama Islam.
3. Skripsi ini berjudul “Peranan K.H. Mahfudz Ma’shum Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Dukunanyar Dukun Gresik
(1991-2012)”. Skripsi ini ditulis oleh Mega Dusturiyah Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang biografi K.H. Mahfudz
selaku pemimpin pondok pesantren Ihyaul Ulum. Selain itu, dijelaskan pula
tentang sejarah Pesantren Ihyaul Ulum serta peran beliau dalam
mengembangkan pesantren tersebut.
4. Skripsi berjudul “Peran KH.Syamsul Arifin Abdullah Dalam
10
Jember Tahun 1989-2007”. Skripsi ini ditulis oleh Ahmad Khoirurrozi Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora,
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang biografi
atau profil K.H. Syamsul Arifin Abdullah yang bisa dijadikan sebagai
panutan. Selanjutnya, dibahas pula tentang sejarah dan perkembangan
Pesantren Bustanul ulum serta peran beliau dalam mengembangkan
pesantren.
5. Skripsi berjudul “Metode Dakwah Tarekat Qodiriyah Al Anfasiyah Desa Kepunten Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo”. Skripsi ini ditulis
oleh Ulfian Dwi Rochani Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016. Skripsi ini membahas tentang bagaimana metode dakwah
yang digunakan oleh Jamaah Tarekat Qodiriyah AlAnfasiyah di Desa
Kepunten Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dan Faktor apa yang
melatar belakangi Jamaah Tarekat Qodiriyah Al Anfasiyah menggunakan
metode dakwah tersebut.
Judul yang dipilih penulis memiliki sedikit kemiripan dengan
judul-judul di atas, yaitu membahas tentang peran kyai atau tokoh masyarakat.
Perbedaannya terletak pada sosok yang diangkat ialah tidak sama. Selain
itu, penelitian penulis juga membahas tentang media dakwah yang
digunakan oleh sang tokoh berbeda dengan media-media penelitian
11
memaksimalkan Jamaah Dzikir Padhang Bulan sebagai lahan dakwahnya
dalam amar makruf nahi munkar.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu
sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.
Adapun yang disebut penelitian menurut Florence M.A. Hilbish (1952), adalah
penyelidikan seksama dan teliti terhadap suatu masalah atau untuk menyokong
atau menolak suatu teori. Oleh karena itu metode sejarah dalam penegrtiannya
yang umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan
jalan pemecahannya dari persepektif historis.12
Louis Gottchalk menjelaskan bahwa Metode Sejarah sebagai proses
menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik
dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah
sejarah yang dapat dipercaya.13 Secara lebih ringkas, penelitian sejarah
mempunyai empat langakah,yaitu: Heuristik, kritik atau verivikasi, Aufassung
atau interpretasi, dan Darstellung atau historiografi. Sedangkan menurut
Kuntowijoyo, sebelum melangkah terhadap empat ha tersebut, ada tambahan
satu poin, yaitu pemilihan topi dan rencana penelitian.14
1. Heuristik
12 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 43. 13 Ibid., 43-44.
12
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, artinya memperoleh.
Heuristik adalah suatu teknik suatu seni, dan bukan ilmu. Heuristik
merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah
yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah bahan-bahan
yang digunakan untuk mengumpulan data atau informasi yang nantinya
digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi
sejarah.15 Sartono Kartodirjo menjelaskan heuristik adalah suatu art atau
seni, dalam arti bahwa dalam kecuali perlu ditaati peraturannya, alat-alat
kerjanya, juga dibutuhkan ketrampilan.16 Jadi secara ringkas, heuristik
adalah teknik yang dilakukan oleh sejarawan untuk memperoleh atau
mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder.
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah kesaksian daripada seorang saksi yang
melihat dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang
lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon.17 Dalam rangka
memperoleh sumber primer, penulis akan membawa bukti tertulis, yaitu
karya tokoh dan wawancara dengan beberapa nara sumber yang langsung
melihat dengan mata kepala sendiri aktivitas K.H. Achmad Nashihin,
terutama yang berhubungan dengan pengembangan majelis dzikir
padhang bulan. Berikut ini adalah sumber primer tertulis maupun
wawancara:
15 G.J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997),116
16
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah ( Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), 35.
17
13
1) Karya K.H. Achmad Nashihin yaitu buku kumpulan dzikir dan
doa-doa.
2) KH. Achmad Nashihin (selaku pendiri Dzikir Padhang Bulan di
Keranjingan-Jember).
3) Muhammad Soyan Zidni Mubarok (putra dari K.H. Achamad
Nashihin).
4) Ust. Doifi Amil Azis (ketua pondok pesantren Darul Hikmah).
5) Santri-santri senior.
6) Beberapa jamaah Dzikir Padhang Bulan
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah kesaksian daripada siapapun yang
bukan saksi pandangan mata, atau seseorang yang tidak melihat
kejadian tersebut.18 Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil
dari buku-buku literatur yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga
artikel-artikel yang bisa diambil dari internet.
2. Kritik Sumber
Tahap kedua yang harus dilakukan setelah heuristik adalah verifikasi
atau kritik sumber. Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu
terkumpul, maka peneliti harus melakukan verifikasi terhadap sumber untuk
memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini peneliti menguji akan
keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang dilakukan melalui
18
14
kritik ekstern; dan keabsahan tentang keshahihan sumber (kredibilitas) yang
dielusuri melalui kritik intern.19
a. Kritik Intern
Kritik intern dilakukan peneliti untuk menguji kredibilitas
sumber yang telah didapat. Dalam hal ini kesaksian sejarah merupakan
faktor yang paling menentukan shahih atau tidaknya bukti atau fakta
sejarah itu sendiri. Kritik Intern bertujuan untuk mencapai nilai
pembuktian yang sebenarnya dari sumber sejarah. Kritik intern dilakukan
terutama untuk menentukan apakah sumber itu dapat memberikan
informasi yang dapat dipercaya atau tidak.20
Dalam hal ini peneliti akan membandingkan kesaksian dari
orang-orang yang menyaksikan langsung kehidupan K.H. Achmad
Nashihin, memilah-memilih jika terdapat perbedaan dari keterangan
saksi-saksi dan selanjutnya akan diambil pendapat yang paling banyak.
b. Kritik Ekstern
Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber yang
didapat melalui seleksi dari segi fisik sumber. Bila yang diteliti adalah
sumber tertulis, maka peneliti harus meneliti kertasnya, tintanya, gaya
tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya,
hurufnya,dan segi penampilan luarnya yang lain. Otentisitas semua itu
minimal dapat diuji melalui lima pertanyaan antaralain: kapan sumber itu
19 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.
20 Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah (Jakarta:
15
dibuat, dimana sumber itu dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa
sumber itu dibuat, dan apakah sumber itu dalam bentuk asli.21
Dokumen yang dimiliki oleh peneliti merupakan karya dari sang
tokoh yang berupa kumpulan dzikir dan do’a-doa’. Dokumen itu didapat
ketika penulis masih nyantri di Pesantren K.H. Achmad Nashihin. Jadi
dokumen itu tidak diragukan lagi akan keotentitasannya. Selain itu,
peneliti juga mempunyai dokumen-dokumen lain yang mendukung
keabsahan skripsi ini.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang
sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan
dan yang telah diuji autentiknya terdapat saling hubungan satu dengan yang
lainnya. Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan
analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, berbeda dengan
sintesis yang berarti menyatukan. Namun, keduanya dipandang sebagai
metode-metode utama dalam Interpretasi menurut Kuntowijoyo.22 Dengan
demikian sejarawan memberikan tafsiran terhadap sumber yang telah
didapatkan.23
Pada tahapan ini peneliti akan melakukan penafsiran terhadap
sumber-sumber yang telah didapat. Sumber-sumber primer maupun
sekunder yang telah didapakan oleh oleh peneliti akan dianalisis, ditafsirkan
21 Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59-60.
22
Ibid., 64.
23 Lilik Zulaikha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya,
16
dan selanjutnya akan diproses menjadi rangkaian tulisan yang sistematis
pada tahapan keempat, atau historiografi.
4. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi di sini
merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil laporan
penelitian sejarah yang telah dilakukan.24. Historiografi adalah menyusun
atau merekontruksi fakta-fakta yang tersusun yang didapatkan penafsiran
sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.25 Dalam
proses historiografi ini sejarawan dilarang untuk mengkhayalkan hal-hal
yang menurut akal tidak mungkin terajadi. Untuk tujuan tertentu, ia boleh
mengkhayalkan hal-hal yang mungkin terjadi. Tetapi ia lebih harus
mengkhayalkan hal-hal yang pasti telah terjadi.26
Setelah peneliti melewati tahap heuristik, kritik sumber, dan
interpretasi maka saatnya peneliti untuk menyusun hasil penelitiannya
tentang Peran K.H. Achmad Nashihin Dalam Mengembagkan Majelis
Dzikir Padhang Bulan. Penyusunan penelitian itu berupa berupa tulisan
yang sistematis tentang judul yang dipilih peneliti untuk dijadikan skripsi.
Secara garis besar tulisan itu berisi biografi K.H. Achmad Nashihin, sejarah
dan perkembangan Dzikir Padhang Bulan, dan Peran K.H. Achmad
Nashihin dalam mengembangkan Majelis Dzikir Padhang Bulan.
24
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 67.
25 Ibid., 17.
17
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan merupakan tata urutan dalam penyusunan suatu
tulisan yang akan memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi yang
terkandung dalam suatu penulisan. Adapun secara keseluruhan, karya ilmiah ini
terbagi atas lima Bab.
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari delapan subbab, yaitu;
latar belakang yang menguraikan inti dari pokok bahasan dari penelitian yang
diambil, lalu rumusan masalah yang merupakan pertanyaan dan inti
permasalahan yang hendak diteliti dari pokok bahasan yang diambil. Selanjutnya
adalah Tujuan Penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan ruang lingkup
dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan dirujukan kepada masalah yang telah
dibatasi. Lalu subbab Kegunanaan Penelitian yang memberi penjelasan
mengenai nilai dan manfaat penelitian, baik dari segi teoritis maupun dari segi
praktis. Dan juga ada subbab mengenai Pendekatan dan Kerangka Teoritik yang
menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian
ini, sedangkan teori berfungsi sebagai alat untuk menganalisis fakta-fakta yang
ditemukan.
Selanjutnya subbab menganai penelitian terdahulu yang menjelaskan
tentang karya tulis yang sama atau mirip. Dan subbab Metode Penelitian yang
memuat penjelasan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian baik
dari pengumpulan data sampai penulisan. Sistematika pembahasan, atau subbab
terakhir dari Bab pertama menjelaskan tentang alur bahasan sehingga dapat
18
Bab kedua akan menjelaskan biografi atau profil K.H. Achmad Nashihin.
Bab ini akan menjelaskan tentang riwayat kehidupan beliau dari lahir hingga
sekarang secara singkat. Dalam bab ini akan dijelaskan dari mana beliau berasal,
keturunan siapa, dan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat kehidupan
beliau. Penulis juga akan menjelaskan ketika beliau masih menjadi santri atau
pelajar hingga beliau berkeluarga. Perjuangan dalam proses mendirikan
pesantren juga akan sedikit diulas dalam bab I ini.
Bab Ketiga akan membahas tentang sejarah dan perkembangan Dzikir
Padhang Bulan dari awal berdiri hingga tahun 2016. Di sini akan dijelaskan
motivasi atau alasan mendirikan majelis dzikir ini, usaha-usaha yang beliau
lakukan untuk mewujudkan keinginannya serta permasalahan-permasalahan
yang beliau hadapi. Penulis juga akan menjelaskan runtutan acara yang terdapat
dalam Dzikir Padhang Bulan, bacaan-bacaan dzikir yang dibaca oleh jamaah
serta jumlah jamaah yang mengikuti kegiatan ini.
Bab keempat membahas peran K.H. Achmad Nashihin dalam dakwah
Islam melalui Dzikir Padhang Bulan di Keranjingan Jember. Dalam bab ini akan
dijelaskan sepak terjang yang telah beliau lakukan untuk syiar Islam. Strategi
yang beliau lakukan dalam dakwahnya agar mudah diterima oleh semua
kalangan juga akan diulas pada bab ini. Semua perjuangan beliau dan indikator
keberhasilan beliau dalam menarik massa agar selalu menjadi insan anfauhum
linnas seperti pesan yang selalu beliau tekankan juga masuk dalam pembahasan
19
Bab kelima atau bab terakhir adalah bab penutup yang akan memaparkan
kesimpulan dan saran-saran dari penulis setelah para pembaca selesai membaca
BAB II
BIOGRAFI AMR BIN AL-ASH
A. Silsilah Amr bin al-Ash
Para sejarawan tidak tahu pasti dan tidak menemukan kata sepakat tentang
kapan Amr bin al-Ash lahir, namun para sejarawan memperkirakan Amr bin al-Ash
lahir di Makkah sekitar setengah abad sebelum hijrahnya Rasulullah saw,23atau lebih
tepatnya tahun 547 M.24 Nama lengkapnya adalah Amr bin al-Ash bin Wail bin
Hasyim bin Su’aid bin Sahm. Nama julukannya Abu Abdullah. Ibunya bernama
Nabighah binti Khuzaimah tawanan dari Anazah dan saudara seibunya bernama
Amar bin Utsatsah bin Abbad bin Muthallib bin Abd Manaf bin Qushaiy (dan Urwah
bin Abu Utsatsah) dan Arnab binti Afif bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abu
Syamsy. Amr bin al-Ash memiliki dua istri dan dua putra. Putra yang pertama
bernama Abdullah, lahir dari Istrinya Amr bin al-Ash yang bernama Raithah bin
Munabbih bin Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Sa’d bin Sahm bin Amr.Sedangkan
putra yang kedua bernama Muhammad bin Amr dan ibunya berasal dari suku Baliy.25
Amr bin al-Ash lahir dari Bani Sahm yang secara kedudukan terpandang
dikalangan masyarakat Quraisy. Bani Sahm mempunyai otoritas di kalangan suku
23 Sejarawan kontemporer asal Mesir yakni Hasan Ibrahim Hasan melalului analisisnya dengan
menggunakan pendapat rujukan sejarawan klasik serta membandingkannya telah menyatakan bahwa Amr bin al-Ash wafat pada umur 90 tahun di tahun 42 atau 43 atau 45 H. yang artinya Amr lahir sekitar setengah abad sebelum hijriyah. Hasan Ibrahim Hasan,Amr bin Ash Panglima Pembebas Mesir Dari Belenggu Romawi, terj. Fatria Ananda (Solo: Tinta Medina,2017), 12.
18
Quraiys, otoritas tersebut ialah dalam hal lembaga peradilan hukum. Orang-orang
Quraiys dan bangsa Arab lainnya mengunjungi Makkah meminta keputusan hukum
kepada Bani Sahm.26 Dengan arti lain tokoh-tokoh Bani Sahm merupakan tempat
rujukan hukum apabila terjadi perselisihan atau permasalahan antar bangsa Arab yang
ada di Makkah.
Tentunya orang-orang yang diistimewakan dengan hak otoritas tertentu
ditengah-tengah bangsa Arab jahiliyah pada waktu itu hanyalah orang-orang yang
terkenal bijak, adil, santun, dan memiliki pandangan yang luas. Sifat-sifat seperti ini
dijaga oleh Bani Sahm guna mempertahankan otoritasnya ditengah Bangsa Arab di
Makkah. Dan tentunya sifat maupun sikap seperti ini mereka wariskan dan turunkan
kepada anak cucu mereka, terutama Amr bin al-Ash. Tak menutup kemungkinan
kondisi ini akan menjadikan watak dan keterampilan Amr bin al-Ash yang pandai
dalam berdiplomasi dan tangkas dalam mengambil kebijakan.
Disamping itu, Bani Sahm dalam struktur masyarakat Quraisy merupakan
Bani yang mengepalai serta mengurus harta kekayaan khusus dewa-dewa masyarakat
Quraisy,27 Mirip dengan wakaf umum. Untuk mengontrol hak otoritas penanggung
jawab harta tersebut, maka sebagai kepalanya, Bani Sahm bebas menentukan
sumbangan-sumbangan yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat waktu itu. Hal
tersebut akan mendorong timbulnya sikap pengawasan dan pemanfaatan yang baik
26Hasan,Amr bin Ash,3.
19
dalam mengelola harta. Ini jugalah yang tampaknya memberikan pengaruh yang
banyak terhadap kehidupan Amr nantinya.
Sedangkan ayahnya yakni Al-Ash bin Wail memiliki bebrapa anak yang
diantaranya adalah Amr dan Hisyam. Hisyam lebih muda usianya dari Amr. Ibu
Hisyam adalah Ummu Harmalah binti Hisyam bin al-Muhirah. Sedangkan ibu Amr
adalah Salma binti Harmalah yang digelari an-Nabighah dari Bani ‘Udzrah. Ibunya
dahulu ditangkap oleh salah seorang perampok Arab, lalu dibeli oleh Fakih bin
al-Mughirah, kemudian dibeli oleh Abdullah bin Jud’an, hingga akhirnya menjadi milik
al-Ash bin Wail kemudian dinikhinya.28
Al-Ash bin Wail terkenal popularitasnya, wibawanya dan kepemimpinannya.
Ia adalah salah satu pemimpin bangsa Arab, tokoh sekaligus pemuka mereka di
zaman jahiliah. Ia dalah pembesar sekaligus pemimpin Bani Sahm pada hari
meletusnya Perang Fijar kedua. Ia termasuk jajaran dari tokoh yang sering mencela
Rasulullah saw. Ia sangat suka mencaci beliau, menyakiti sahabat beliau dan
menentang dakwah Islam. Namun, Dikisahkan bahwa al-Ash bin Wail pernah
menyelamatkan Umar bin Khattab dari penyerangan dan pengeroyokan yang
dilakukan oleh sekelompok orang kafir Quraisy ketika Umar bin Khattab menyatakan
diri masuk Islam dihadapan kaum kafir Quraisy.29
Al-Ash salah seorang pedagang kaya di Makkah, binis dagangannya meluas
dari Yaman, Syam hingga ke Habasyah. Ia memperdagangkan barang-barang antara
28Hasan,Amr bin Ash,10.
20
lain kulit dari Yaman, kismis dan buah tin dari Syam, minyak wangi dari Habasyah
dan lain sebagainya. Selain sebagai seorang pebisnis, al-Ash bin Wail dan
keluarganya juga terkenal sebagi seorang penyair, ia suka bersenandung,
mendengarkan gubahan syair dan menggemari sastra.30
Dengan latar belakang secara genealogi tersebut, Amr bin al-Ash lahir dan
tumbuh menjadi seorang pemuda yang mempunyai karakter kepemimpinan, cerdas
serta mampu bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah. Tidak ada yang
menyangkal bahwa lingkungan tempat dilahirkan serta tumbuhnya seorang anak
sangat berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak tersebut.
B. Amr bin al-Ash Sebelum Masuk Islam
Ketika muda, Amr adalah seorang pedagang yang sukses, ia sering melakukan
perjalanan dagang sepanjang rute perdagangan komersial melalui Asia dan Timur
Tengah, termasuk Mesir. Karena itu ia cukup banyak mengetahui seluk-beluk
wilayah yang pernah dilaluinya itu.31 Adapun aneka macam barang yang ia
perdagangkan dan beberapa varian ke Syam, Yaman, Habasyah dan Mesir ialah
barang dagangan yang khususnya dalam hal kulit dan wewangian.32
Kesibukan Amr dalam dunia perdagangan paling besar memberikan manfaat
untuknya, baik dari segi materi maupun moral. Dari bisnis dan perjalan dagangnya ini
Amr banyak sekali memperoleh banyak hal melalui interaksi sosial yang ia lakukan
30Hasan,Amr bin Ash, 10.
31Aizid,Para Panglima Perang Islam, 84.
21
terhadap beraneka jenis suku di pelosok-pelosok kota besar. Pengalaman tersebut
akhirnya mempengaruhi pola pandangannya dan menimbulkan keahlian dalam
bersisat di medan perang. Selain itu, dari perjalanan dagangnya tersebut membuatnya
mampu menambah kebijaksanaan pola pikirnya, mengambil keteladanan serta
tindakan darinya.
Sebelum pikiran dan pintu hati Amr bin al-Ash terketuk oleh hidayah, Amr
bin al-Ash merupakan salah satu orang yang sangat anti dengan risalah dan ajaran
nabi Muhammad saw. ia merupakan salah satu pemuka kafir Quraisy yang juga
memusuhi Rasulullah saw. dan menghalang-halangi ajaran Islam.33 Hal itu ia
buktikan ketika ia diutus oleh para pemuka kaum kafir Quraisy untuk membawa
kembali umat Islam yang hijrah ke Habasyah.
Ketika itu Rasulullah menyuruh kaumnya untuk berhijrah ke Habasyah karena
pedihnya kecaman dan siksaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap
kaumnya. Mengetahui umat Islam berhijrah ke Habasyah, para pemuka kafir Quraisy
pun marah karena dengan hijrahnyan kaum Islam di Habsyah mereka akan aman
disana. kemudian para pemuka kafir Quraisy bermusyawarah untuk menjemput
kembali umat Islam Makkah yang hijrah. Akhirnya ditunjuklah Amr bin al-Ash
sebagai delegasi untuk menjemput kaum Islam. Amr dipilih bukan tanpa alasan,
dimata masyarakat Quraisy ia terkenal sebagai seorang yang cerdik dan negosiator
ulung.
22
Amr bin al-Ash berangkat ke Habasyah bersama Abdullah bin Abi Rabi’ah
dengan membawa hadiah untuk menemui raja Habasyah yakni Negus. Sesampainya
ditempat tujuan, keduanya mengahdap raja seraya memberikan hadiah. Amr
kemudian berkata, “Wahai paduka Raja! bahwa negri tuan telah didatangi
sekelompok orang kurang waras dari daerah kami untuk meminta perlindungan.
Mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan agama kaumnya dan tidak
menjadi pemeluk agama tuan.
Negus adalah seorang raja yang bijaksana dan berpandangan jauh ke depan. Ia
tidak langsung mempercayai perkataan Amr. Kemudian dia meminta para pengungsi
yakni kaum Muhajirin agar datang menghadapnya untuk dimintai penjelasan tentang
hakikat agama mereka. Ditunjuklah Ja’far bin Abu Thalib untuk mewakili kaum
Muslim Muhajirin menghadap raja Negus serta menjelaskan keadaan bangsa Arab
sebelum dan sesudah datangnya Islam. Lalu ia menjelaskan bahwa objek dari dakwah
Rasulullah saw. adalah agar manusia menyembah Allah swt., tidak menyembah
berhala, meinggalkan perbuatan munkar dan supaya berakhlak mulia.
Lalu Negusbertanya kepada Ja’far,“Apakah engkau membawa serta apa yang
disampaikan dari Tuhanmu (Allah swt.) ?” Ja’far menjawab,“Ya !”Negus kemudian
meminta Ja’far membacanya, Ja’far membacakan beberapa ayat permulaan dari surat
Maryam yang memuat kisah tentang kelahiran Isa. Mendengar bacaan tersebut Negus
menangis sampai jenggotnya basah terkena air mata. Begitu juga saat Ja’far
membacakan firman Allah tersebut para pendeta yang mendampingi Negus juga ikut
23
Selanjutnya Negus berkata, “Sesungguhnya ini dan apa yang dibawa oleh Isa
benar-benar berasal dari sumber yang sama. Pergilah kamu berdua (Amr bin al-Ash dan
Abdullah bin Abi Rabi’ah) ! Demi Allah, sekali-kali aku tidak akan menyerahkan
mereka kepada kamu berdua.”
Namun Amr tidak menyerah begitu saja, ketika keluar, Amr bin al-Ash
berkata, “Demi Allah! sungguh besok aku akan mendatangi Negus lagi.” Keesokan
harinya Amr memohon untuk menghadap Negus lagi, setelah mendapat izin, Amr
menjelaskan kepada Negus bahwasanya mereka (kaum Muhajirin) adalah
orang-orang yang telah menuduh Isa bin Maryam dengan tuduhan yang keji yakni Isa
merupakan seorang budak (hamba). Mendengar penjelasan Amr, Negus kemudian
memanggil Ja’far guna mengkalrifikasi penjelasan dari Amr, kemudian Ja’far
menghadap Negus dan menjelaskan bahwa apa yang disampaikan Amr kepada Negus
sesuai apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yaitu bahwa dia adalah seorang
hamba Allah dan rasulNya yang diciptakan dengan perantara ruh dan kalimatNya
yang ditiupkan kepada Maryam seorang gadis suci dan seorang yang tekun beribadah.
Mendengar penjelasan dari Ja’far, Negus berkata, “Demi Allah ! apa yang engkau
nyatakan tidak menyalahi apa yang dinyatakan oleh Isa bin Maryam itu sendiri.
Kembalilah, sesungguhnya kalian (Ja’far dan kaum Muhajirin) aman di negriku dari
tindakan kotor kedua orang tersebut.” Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah
akhirnya kembali pulang ke Makkah tanpa membawa hasil.34
24
Usaha Amr untuk menghalang-halangi dakwah Islam tak berhenti di situ, Amr
bin al-Ash selalu berada dibarisan terdepan pasukan kaum kafir Quraiys dalam
melawan kaum muslimin. Ibn Sa’ad menceritakan bahwa Amr selalu turut serta
terjun ke medan peperanagan dan hampir tak melewatkan peperangan bersama kaum
kafir Quraiys. “Aku merupakan orang yang jauh dan menentang terhadap Islam, aku
telah mengikuti perang Badar dengan kaum musyrik. Kemudian perang Uhud, begitu
juga mengikuti perang Khandaqdan aku mampu melewati itu semua.”35
C. Amr bin al-Ash Masuk Islam
Seiring berjalannya waktu, Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
kepada masyarakat Arab telah menyebar luas terutama di daerah Yatsrib hingga
Rasulullah berhasil menyatukan golongan di daerah tersebut dan mendirikan Negara
Madinah. Selain itu, kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh umat Islam atas
kaum kafir Quraisy maupun musuh-musuh Allah berhasil memantapkan dominasinya
di daerah Arab.
Ibn Hisyam meriwayatkan awal mula Islamnya, Amr bin al-Ash menceritakan
bahwa sesudah ia pulang bersama pasukan sekutu dari perang Ahzab (khandak), aku
kumpulkan beberapa orang Quraiys yang bias mendengarkan dan memikirkan
pendapatku. Aku katakankepada mereka, “Demi Allah! Ketahuilah, aku berpendapat
bahwa persoalan Muhammad telah meninggi dan sulit ditandingi. Aku mempunyai
satu pendapat, sebaiknya kita pergi ke Negus (al-Najasyi) dan menetap di negrinya
25
(Habasyah). Jika Muhammad mampu mengalahkan kaum kita (kafir Quraisy), maka
kita menetap di negri Negus, karena kita lebih senang dikuasai oleh Negus ketimbang
dikuasai Muhammad. Namun jika kaum kita berhasil mengalahkan Muhammad, kita
orang yang telah dikenal. Jadi, hanya kebaikan kita yang mereka sebut.” Mereka
berkata, “Itu pendapat yang tepat.” aku berkata, “Kalau begitu, kumpulkan hadiah
untuk Negus.”
Amr bin al-Ash berkata, “Sesuatu yang paling kami sukai untuk kami
hadiahkan kepada Negus adalah kulit. Oleh arena itu kami kumpulkan kulit
sebanyak-banyaknya, kemudian pergi ke tempat Negus hingga tiba di tempatnya.
Demi Allah! Ketika kami berada ditempat Negus, pada saat itu Negus sedang ditemui
oleh Amr bin Umayyah al-Dhamiri. Rasulullah saw. mengutusnya untuk menanyakan
kabar tentang Ja’far dan sahabat-sahabatnya yang ada di Habasyah. Tidak berselang
lama, Amr bin Umayyah keluar dari tempat Negus. Aku berkata kepada
sahabat-sahabatku, “Inilah Amr bin Umayyah al-Dhamiri, jika aku dapat menemui Negus,
aku pasti memintanya memberikan Amr bin Umayyah kepadaku kemudian aku
penggal kepalanya. Jika itu telah aku lakukan, orang-orang Quraisy tahu bahwa aku
telah mewakili membunuh utusan Muhammad. Kemudian aku masuk ketempat
Negus dan sujud kepadanya seperti biasa aku lakukan. Negus berkata, “Selamat
datang sahabatku, apa hadiah dari negrimu untukku?”. Aku menjawab, “Ya paduka
raja, aku hadiahkan untukmu kulit yang sangat banyak.” Aku dekatkan kulit tersebut
kepadanya, dan ia pun takjub dan tertarik kepadanya. Aku berkata, “Wahai paduka
26
Serahkan dia kepadaku untuk kami bunuh, karena ia telah membunuh tokoh-tokoh
dan orang-orang pilihan kami.
Amr bin al-Ash berkata, “Ketika itu, Negus langsung marah. Ia mengangkat
tangannya dan memukulkannya ke hidungku hingga aku menyangka pukulan itu
memecahkan hidungku. Jika bumi terbelah untukku, aku pasti masuk kedalamnya
karena takut kepadanya.” Aku berkata, “Wahai paduka raja, demi Allah, kalau aku
tahu engkau tidak menyukai permintaanku, aku pasti tidak akan mengajukannya
kepadamu.” Negus berkata,”Pantaskah engkau memintaku memberimu utusan orang
yang didatangi Malaikat Jibril yang pernah datang kepada Nabi Musa kemudian
engkau membunuhnya?” aku berkata, “Wahai paduka raja, betulkah itu?” Negus
berkata, “Celakalah engkau Amr, taatlah kepadaku dan ikuti Muhammad. Demi
Allah, ia berada diatas kebenaran dan Allah pasti akan memenangkannya atas siapa
saja yang menentangnya sebagaimana Allah memenangkan Musa dan Fir’aun dan
tentara-tentaranya.” Aku berkata, “Maukah engkau membaiatku masuk Islam
mewakilinya?” Negus berkata, “Ya.” Negus membentangkan tangannya, kemudian
aku berbaiat kepadanya untuk masuk Islam. Setelah itu aku keluar menemui
teman-temanku dengan pendapat yang berbeda dari sebelumnya. Aku rahasiakan
keislamanku dari mereka.
Amr bin al-Ash kemudian berkata, “Kemudian aku pergi ke tempat
Rasulullah saw. untuk masuk Islam dan bertemu Khalid bin Walid di perjalanan. Itu
terjadi menjelang penaklukan Makkah dan ketika itu Khalid datang dari Makkah.
27
“Demi Allah, sungguh segala sesuatu menjadi jelas bahwa Muhammad benar-benar
seorang Nabi. Aku akan pergi menghadapnya untuk masuk Islam. Engkau sendiri
sampai kapan akan memusuhinya?” aku berkata, “Demi Allah, aku juga akan pergi
kepadanya untuk masuk Islam.” kami berdua tiba di tempat Madinah ditempat
Rasulullah saw.36
Amr bin al-Ash yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, ia berkata,
“Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi, dan aku
berkata, “Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.” Maka Nabi
membentangkan tangan kanannya. Dia (Amr bin al-Ash) berkata, “Maka aku tahan
tanganku (tidak menjabat tangan Nabi).” Kemudian Nabi bertanya, “Ada apa wahai
Amr?” Dia berkata, “Aku ingin meminta syarat!” Maka, Nabi bertanya, “Apakah
syaratmu?” Maka aku berkata, “Agar aku diampuni.” Maka Nabi berkata, “Apakah
engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang
dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu
menghapus dosa-dosa sebelumnya?”37
D. Karier Militer dan Politik Amr bin al-Ash
Amr bin al-Ash dikalangan kaum Quraisy dikenal sebagai seorang pria yang
cerdik, negosiator ulung dan ahli dalam berperang serta strategi berperang,
kemampuan yang dimilikinya ini menjadi berkah bagi umat Islam. semenjak Amr bin
28
al-Ash masuk Islam, ia turut serta dalam kegiatan-kegiatan politik serta peperangan
yang dilakukan umat Islam menghadapi para kaum kafir.
1. Pada masa Rasulullah Saw.
Amr bin al-Ash bergabung bersama Rasulullah saw. dan pasukan Muslim
lainnya dalam peristiwa Fathu Makkah untuk membebaskan Kakbah dan kota
Makkah dari cengkraman kaum kafir Quraisy pada tahun 8 H.38
Semenjak Amr bin al-Ash masuk Islam, Rasulullah saw. tidak pernah
meluputkan Amr sedikitpun dari perang. Amr menceritakan, “Rasulullah saw.
tidak pernah menyertakan seorang sahabat pun denganku maupun dengan Khalid
bin Walid dalam perang manapun semenjak aku masuk Islam.” Nabi tidak
pernah ingin membedakan seseorang yang masuk Islam dalam keadaan bimbang
dengan orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam. Yang beliau ketahui bahwa
orang yang memiliki kejujuran niat dan tekad serta komitmen dari sebagian
mereka akan berusaha beliau dekatkan.39
Begitu juga Amr bin al-Ash, Rasulullah saw. mengetahui dan yakin akan
keimanannya yang tulus dan komitmennya Amr bin al-Ash, tatkala Rasulullah
saw. ingin mengutus Amr sebagai pemimpin perang dengan iming-iming harta
ghanimah. Rasulullah saw. mengutus kepadanya seorang utusan yang membawa
pesan, “Bawalah pakaian dan senjatamu, lalu temuilah aku.”
29
Amr mengatakan, “Lalu aku menemui beliau yang saat itu sedang
berwudhu. Beliau menatapku lalu menganguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu
beliau bersabda, Sesungguhnya aku hendak mengutusmu berperang bersama
pasukan. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah, dan aku
berharap engkau mendapat harta yangbanyak.”
Amr menanggapi, “Wahai Rasulullah, aku masuk Islam bukan untuk
mencari harta, akan tetapi aku berislam karena aku mencintai agama ini. Dan
menjadi salah seorang yang bersamamu (sahabat).” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Wahai Amr, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang
saleh.”40 Dari sini Rasulullah melihat bahwa Amr bin al-Ash adalah orang yang
beriman bukan seorang laki-laki yang munafik.
Karena beliau telah yakin dengan kejujuran, tekad dan ketulusan Amr
terhadap kaum Muslimin maupun Islam, beliau juga mengetahui kecerdasan dan
kepiawaian Amr sebagaimana yang diketahui orang lainnya, pada bulan Jumadil
Akhir tahun 8 Hijriyah, Rasulullah saw. menjadikannya pemimpin pasukan
perang Dzatus Salasil. Padahal dalam pasukan yang dipimpin oleh Amr ini
diikuti oleh pembesar sekaligus tokoh utama dalam sejarah Islam, yaitu Abu
Bakar, Umar bin Khattab dan Abu ‘Ubaidah dimana mereka lebih senior
daripada Amr yang baru masuk Islam beberapa bulan.41
40 Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, vol. XXVIII, 17763 (Beirut:
Muassisah al-Risalah,1999) 298-299.
30
Perang Dzatus Salasil sendiri terjadi karena pada waktu itu Rasulullah
saw. mendengar bahwa sekelompok orang Baliy dan Bani Qudha’ah bersekutu
ingin mengambil wilayah di dekat wilayah kaum muslim.42 Untuk melawan
mereka, Rasulullah mengutus Amr bin al-Ash memimpin pasukan Muslim yang
berjumlah tiga ratus orang yang beranggotakan para petinggi dari kalangan
Muhajirin dan Anshar dan dengan tiga puluh pasukan berkuda. Rasulullah saw.
mengutus Amr bin al-Ash selain karena kemampuan dan kepiawaiannya juga
karena ibu dan paman-paman al-Ash bin Wail ayah dari Amr berasal dari suku
Baliy. Rasulullah ingin menyatukan mereka semua melalui Amr.43
Ibn Sa’ad menceritakan bahwa Dzatus Salasil berada di belakang Wadi
al-Qura. Jarak yang ditempuh Amr dan pasukannya antara Madinah ke Dzatus
Salasil adalah sepuluh hari.44 Amr bin al-Ash dan pasukannya mulai berangkat,
ia bersembunyi pada siang hari dan berjalan pada malam hari. Saat tiba di
wiliyah yang tak jauh dari musuh, Amr mendengar bahwa musuh memiliki
pasukan dalam jumlah yang sangat besar. Saat itu sedang musim dingin, beberpa
orang dari pasukan Amr mengumpulkan kayu dan menyalakan api guna
menghangatkan tubuh mereka. mengetahui hal tersebut, Amr pun marah dan
menyuruh mereka mematikan semua api. Kondisi tersebut menyulitkan para
pasukannnya, sampai-sampai beberapa orang Muhajirin menentangnya dengan
42 Bahkankan Hasan Ibrahim Hasan menceritakan pasukan Qudha’ah sudah berada di dekat
sudut-sudut kota Madinah. Hasan,Amr bin Ash, 48.
43al-Waqidi,al-Maghazi, 790.
31
kasar. Amr berkata, “Kalian diperintahkan untuk mendengar dan mematuhi
perintahku, maka lakukanlah !”
Amr kemudian mengutus Rafi’ bin Makits untuk menghadap ke
Rasulullah saw. guna meminta bantuan tambahan pasukan. Rasulullah saw. lalu
mengirimkan dua ratus pasukan yang di dalamnya terdapat juga Abu Bakar dan
Umar. Pasukan tersebut berada di bawah komando Abu ‘Ubaidah. Sebelum
berangkat dan bergabung dengan pasukan Amr, Rasulullah menasehati Abu
Ubaidah dan pasukannya agar bekerja sebagai satu kesatuan dan tidak terpecah
belah.
Abu ‘Ubaidah berangkat bersama dua ratus pasukan dan bergabung
dengan pasukan Amr untuk membantunya. Apa yang dikhawatirkan Rasulullah
saw.akan terpecah belahnya pasukan Islam hampir terjadi. Abu ‘Ubaidah berniat
memimpin pasukan dan menggantikan Amr. Amr berkata kepadanya, “Sungguh
kau datang kesini untuk membantuku, bukan untuk memimpinku. Akulah
komandan disini, dan sesungguhnya Nabi mengirimmu untuk membantuku.”
Akan tetapi kaum Muhajirin membantah Amr, “Tidak! kau adalah komandan
pasukanmu dan dia (Abu ‘Ubiadah) adalah komandan bagi pasukannya.” Amr
bersikeras, “Tidak! Kalian adalah bantuan bagi kami.” Saat Abu ‘Ubaidah
menyadari perselisihan ini, dan karena ia adalah seorang berciri panglima yang
bijaksana, ia berkata, “Tenanglah wahai Amr. Tahukah engkau hal terakhir yang
32
terjadi perdebatan dan perselisihan. Demi Allah! Sesungguhnya jika engkau
menentangku, aku akan mematuhimu.” Abu Ubaidah pun mengalah.45
Pasukan kaum Muslimin pun berjalan menghadapi musuh dan
menimpakan serangan bertubi-tubi terhadap mereka. Kaum Muslimin berhasil
membunuh pasukan musuh banyak sekali, hingga akhirnya musuh tercerai berai.
Amr dan pasukannya menaklukan segala yang ada di sana, dan tinggal beberapa
hari di sana hingga pasukan musuh benar-benar pergi tanpa melakaukan serangan
balasan.46
Sekembalinya dari perang Dzatus Salasil, banyak dari pasukan Amr yang
mengeluh kepada Nabi tentang sikap Amr yng melarang para pasukan Muslimin
untuk menyalakan api unggun, padahal waktu itu cuacanya dingin sekali,
sehingga hal tersebut menyulitkan mereka. Rasulullah saw. kemudian memanggil
Amr bin al-Ash guna mengkalrifikasi tindakannya tersebut. Amr pun menjawab
dengan jawaban yang menunjukkan kepiawaiannya dalam strategi berperang dan
dalamnya pertimbangan yang dilakukan guna memprediksi berbagai aspek yang
terjadi dari setiap tindakan. Amr berkata kepada Nabi, “Aku tidak melarang
mereka menyalakan api, karena musuh nanti akan melihat sedikitnya jumlah
pasukan Muslimin dan aku khawatir musuh menguntit kita dengan tambahan
pasukan yang lebih banyak lagi.” Mendengar penjelasan Amr, Rasulullah saw.
amat takjub terhadap Amr dan memuji tindakannya.
33
2. Pada masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Rasulullah saw. wafat, tampuk kekhalifahan dipegang oleh Abu
Bakar, permasalahan yang dihadapi oleh Khalifah Abu Bakar ialah banyak orang
Islam yang tidak mau membayar zakat, banyaknya gerakan Riddah (murtad)
serta munculnya nabi-nabi palsu yang membahayakan akidah umat Islam
sepeninggal Rasulullah saw. Kemudian pada tahun ke 11 H, Abu Bakar
membentuk sebelas batalyon pasukan dengan komandan ditiap batalyon untuk
menumpas para pembangkang tersebut. Amr bin al-Ash ditunjuk dan dilantik
sebagai salah satu komandan pasukan bentukan Khalifah Abu Bakar. Amr bin
Ash mendapatkan misi militer dari Khalifah untuk melakukan ekspedisi ke
daerah Juma’ barat laut Jazirah Arab, ia ditugaskan untuk menyerang Bani
Qudha’ah, Wadi’ah dan al-Harist yang membelot dari kepemimpinan Islam dan
Amr berhasil menyelesaikan misi tersebut.47
Pada awal tahun 13 H. Khalifah Abu Bakar mempunyai rencana besar
untuk menaklukan negri-negri barat meliputi Syam, Mesir dan Afrika yang
menjadi wilayah kekukasan kekaisaran Romawi dan kisra Persia. Oleh karena itu
Khalifah mengumpulkan panglima dan pasukan terbaiknya guna merealisasikan
rencananya tersebut. Khalifah Abu Bakar kemudian membentuk empat batalyon
pasukan dengan empat panglima ditiap batalyonnya, yakni Yazid bin Abi
34
Sufyan, Abu ‘Ubaidah al-Jarrah, Syurahbil bin Hasanah, serta tak ketinggalan
Amr bin al-Ash yang sebelumnya ditugaskan untuk mengurus zakat dan
mengondisikan daerah Bani Qudha’ah.
Khalifah mengirim surat kepada kepada keempat pangliam tersebut, tak
terkecuali Amr bin al-Ash. Khalifah Abu Bakar mengirim surat kepadanya,“Aku
mengembalikanmu pada suatu tugas yang pernah diserahkan oleh Rasulullah
Saw. dan menyebutnya dengan nama yang lain. Aku lebih menyukai Abu
Abdillah untuk menggantikan tugasmu karena ia lebih baik darimu dalam
kehidupan di dunua ini dan di akhrat kelak, kecuali kamu dapat menunjunkkan
sesuatu yang membuatku menyukaimu.” Maka Amr bin al-Ash membalas surat
Khalifah Abu Bakar, “Sesungguhnya aku adalah anak panah Islam, dan engkau
adalah hamba Allah yang melemparkannya. Jika keduanya disatukan,
perhatikanlah kedahsyatan apa yang akan terjadi. Lemparkan lah aku ke arah
yang kau kehendaki.”48
Kemudian Khalifah Abu Bakar melantik keempat panglima tersebut serta
menyerahkan panji-panji perang kepada masing-masing panglima. Amr bin
al-Ash dan pasukannya ditugaskan untuk menaklukan wilayah Palestina.
Pasukan Amr bin al-Ash tercatat sebagai pasukan yang pertama kali
meraih kemenangan yakni menaklukan Gaza. Hal ini dikarenakan pada masa pra
Islam, Amr adalah saudagar dagang Arab yang sering bepergian ke Gaza dan
35
kota-kota lainnya di sekitar Palestina, sehingga ia mengetahuai betul kondisi
wilayah yang ditaklukannya.49
Kota Bandar Ayla (Elat) di teluk Aqabah berhasil ditaklukan tanpa
mendapat perlawanan berarti. Amr bergerak kearah barat daya menuju pesisir
laut Gaza. Di Dathin. Pasukan Amr berhasil mengalahkan pasukan militer
Byzantium setempat. Setelah itu dilanjutkan dengan pembebasan Septia, Nablus
dan daerah sekitarnya dengan kesepakatan perdamaian.50
3. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab
Setelah berhasil menaklukan daerah Gaza dan sekitarnya, Amr bin al-Ash
diperintahkan untuk mengarahkan serangannya ke Damaskus guna membantu
pasukan Islam yang lain. Saat tentara Islam tiba di Damaskus, Khalid mengambil
posisi tepat di pintu timur, sementara itu Abu Ubadah mengambil posisi di pintu
Jabiyah, Amr bin al-Ash dan Syurahbil bin Hasanah turun dan menempatkan
pasukannya diseluruh sisa-sisa pintu lainnya.
Sedangkan pasukan Romawi telah menyiapkan alat pelontar batu dan
bola api (al-Manjaniq) dan dabbabat (semacam kendaraan perang untuk
menangkis hujan panah dan tombak). Kaum muslimin telah memblokir suplay
bantuan untuk mereka sehingga mereka kehabisan bekal. Dan akhirnya
Damaskus dapat ditaklukan setelah pasukan muslim melakukan pengepungan
49 Mustafa Murad, Kisah Hidup Umar ibn Khattab, terj. Ahmad Ginanjar Sya’ban dan Lulu M.
Sunman. (Jakarta: Zaman, 2014), 86.
36
selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan,
bahkan ada yang mengatakan selama 6 bulan.51
Pada tahun ke 15 H,52 atas titah Khalifah Umar di Madinah, Amr bin
al-Ash bersama pasukannya bergerak menuju Palestina, misi ini merupakan salah
satu rencana besar Khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar yang kemudian
dilanjutkan lagi oleh Khalifah Umar bin Khattab. sebelumnya pasukan Islam
berhasil menaklukan daerah perbatasan Palestina yakni Gaza dan sekitarnya
dengan perjanjian damai. Namun penduduk setempat tersebut mengkhianati
perjanjian damai. Oleh karena itu Khalifah memerintahkan Amr untuk
menaklukan Palestina kembali secara keseluruhan termasuk Bait al-Maqdis.
Umar bin Khattab menulis surat kepada Amr bin al-Ash untuk berangkat
menuju Iliya dan memerangi penguasanya. Amr bin al-Ash dan pasukannya
bergerak melalui Golan (Jaulan), daerah pegunungan yang subur, hijau, rimbun
dan sejuk diperbatasan Suriah dan Palestina. Disitulah Pasukan Islam berhenti
untuk beristirahat sejenak. Dari Golan, Amr dan pasukannya memasuki Galileia,
sebuah kawasan hijau subur dibagian utara Palestina. Daerah ini mempunyai nilai
sejarah penting dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Amr dan pasukannya tak
mendapat banyak perlawan yang berarti ketika menaklukan kota-kota
disepanjang Galileia. Mereka hanya mendapat perlawan kecil dari pihak
Byzantium yang tersisa. Setelah menaklukan, Amr dan pasukan memberi
37
jaminan keamanan dan kepemilikan kepada seluruh rakyat Galileia lalu bergerak
ke Yerusalem.53
Ditengah jalan Amr bin al-Ash bertemu dengan pasukan Romawi yang
dipimpin langsung oleh Arthabun (Artavon), Arthabun merupakan panglima
Romawi di Palestina. Ia terkenal akan kepintaran dan kelicikannya dalam
bertempur. Di menyiapkan pasukannya di Ramalah dalam jumlah yang sangat
besar. Amr segera mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab. Ketika
surat Amr sampai, Umar lalu menjawab ”Kita akan pertemukan Arthabun
Romawi dengan Arthabun Arab (maksudnya ialah Amr bin al-Ash), maka
lihatlah siapa yang lebih lihai.”54
Selanjutnya Khalifah Umar menginstuksikan para panglimanya untuk
bergerak menuju Qaisiriyah, Ramalah dan Iliya agar perhatian pihak Romawi
terhadaap Amr menjadi terpecah. Amr lalu bergerak di belakang Syurahbil bin
Hasanah, ia berupaya memperlemah kekukatan pasukan Arthabun, kemudian
pasukan Muslimin terlibat perang Ajnadin, perang yang sangat dahsyat dengan
tentara Romawi yang tidak kalah sengit dengan peristiwa perang Yarmuk.
Dan Akhirnya Arthabun dan pasukannya yang berjumlah delapan puluh
ribu menderita kekalahan, sehingga ia dan pasukannya yang tinggal sedikit
mundur ke Iliya (Bait al-Maqdis). Dampak dari kemenangan yang diraih Amr
atas Arthabun adalah pengakuan terhadap kekuasaan bangsa Arab dari Yafa,
53Murad,Kisah Hidup Umar ibn Khattab, 103.
54Ath-Thabari,Tarikh al-Thabari, vol. III, 605; Ibn Atsir,Kamil fi Tarikh, vol. II (Beirut: Dar
38
Nablus, ‘Asqalan, Gaza, Ramalah dan ‘Ukka, kemudian Beirut, Ludd dan
Jibillah. Dengan demikian kaum muslimain tidak harus melakukan serangan ke
Bait al-Maqdis terlebih dahulu.
Setelah peprangan tersebut Amr menyampaikan pesan perdamaian
kepada Arthabun untuk menyerahkan kota Bait al-Maqdis, akan tetapi Arthabun
menolaknya justru ia dan pasukannya menyerang pasukan muslimin dengan
manjaniq. Amr bin al-Ash dan pasukannya lalu mengepung Bait al-Maqdis
selama empat bulan berturut-turut tanpa henti.55
Penduduk Bait al-Maqdis mencoba mempertahankan kota tersebut
dengan semampu mereka, namun mereka menyerah juga karena pengepungan
yang dilakukan kaum muslimin sangat ketat sehingga memblokade bantuan dan
suplai yang akan datang. Para penduduk bersedia menyerahkan Bait al-Maqdis
jika Amirulmukminin Khalifah Umar bin Khattab datang langsung ke Bait
al-Maqdis dan meberi perjanajian damai dan perlindungan. Khalifah Umar
menyanggupi permintaan penduduk Bait al-Maqdis hingga akhirnya kota Iliya
atau Bait al-Maqdis jatuh ke tangan umat Islam berkat panglima Amr bin al-Ash.
Pada tahun 19 H, Amr bin al-Ash mempunyai misi besar untuk
membebaskan negri Mesir dari cengkraman Romawi. Amr bin al-Ash bersama
pasukannya yang berjumlah tiga ribu lima ratus personil berangkat ke Mesir.56
Amr bin al-Ash berhasil menaklukan Mesir dengan memblokade banteng
55Hasan,Amr bin Ash, 40-41.