• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran sistem pendidikan Boarding School dalam meningkatkan Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran sistem pendidikan Boarding School dalam meningkatkan Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SMP ISLAM TERPADU DARUL FIKRI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

MIFTACHUL HIKMAH

NIM : D71213114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Miftachul Hikmah, 2017, D71213114, Peran Sistem Pendidikan Boarding School

dalam meningkatkan life skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pembimbing I: Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag Pembimbing II: Drs. H. Achmad Zaini, MA

Kata Kunci : Boarding School, Life skill

Tujuan penelitian ini hendak mengetahui peran sistem pendidikan boarding school dalam meningkatkan life skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari hasil wawancara dengan orang-orang yang berkaitan dalam penelitian ini. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah 1) bagaimana

sistem pendidikan boarding school di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo, 2)

bagaimana life skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo, 3)

bagaimana peran sistem pendidikan boarding school dalam meningkatkan life

skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo.

Bedasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sistem pendidikan boarding school di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo yaitu pembelajaran yang berlangsung selama 24 jam yang terbagi menjadi dua waktu, yaitu di sekolah dan di asrama. Pembelajaran pagi hari dimulai dari pukul 07.20-15.00 yang semua kegiatan belajar mengajarnya di lakukan di sekolah. Dan pembelajaran malam hari dari pukul 15.30 hingga pagi hari yang kegiatannya berkaitan dengan kediniyahan di asrama. Untuk life skill siswa di Darul Fikri sudah dapat dikatakan bagus, dikarenakan mereka sudah dibekali dengan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan life skill mereka baik skill yang bersifat umum maupun spesifik melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun pembiasaan sehari-hari. Adapun peran sistem pendidikan boarding school dalam meningkatkan life skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri adalah mengembangkan lingkungan belajar yang dapat

menunjang life skill mereka, memberikan pembiasaan sehari-hari serta melakukan

(7)

x DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 10

F. Definisi Operasional... 11

G. Sistematika Pembahasan ... 13

(8)

xi

1. Pengertian Sistem Pendidikan Boarding School ...16

2. Latar Belakang Munculnya Boarding School ...21

3. Tujuan Pendidikan Boarding School ...24

4. Kurikulum Sistem Pendidikan Boarding School ...27

5. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Full Day School ...31

6. Jenis-Jenis Boarding School ...34

B. Tinjauan Pustaka tentang Life Skill ...36

1. Pengertian Life Skill ...36

2. Bentuk-bentuk Life Skill ...41

C. Peran Sistem Pendidikan Boarding School dalam Meningkatkan Life Skill Siswa ...45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan Penelitian ...50

B. Kehadiran Peneliti ...53

C. Lokasi Penelitian ...53

D. Sumber Data ...54

E. Teknik Pengumpulan Data ...55

F. Teknik Analisis Data ...60

G. Tahap-tahap Penelitian ...61

(9)

xii

1. Sejarah Berdirinya SMPIT Darul Fikri ...63

2. Profil Sekolah ...64

3. Visi dan Misi SMP Islam Terpadu Darul Fikri ...75

4. Letak Geografis SMP Islam Terpadu Darul Fikri ...77

5. Tata Tertib di SMP Islam Terpadu Darul Fikri ...77

B. Penyajian dan Analisis Data ...82

1. Sistem Pendidikan Boarding School di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo ...82

2. Life Skill Siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo ...86

3. Peran Sistem Pendidikan Boarding School dalam Meningkatkan Life Skill Siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo ...92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ...102

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas

pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan

diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut.1

Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai “usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mengembangkan potensi-potensi manusia yaitu potensi jasmani dan rohani.

Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik peserta didik secara maksimal.

Tugas pendidikan adalah mengarahkan anak kepada potensi

bawaannya yaitu potensi fitrah itu sendiri disamping potensi-potensi lainnya.

1

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet. Ke-2, h.73.

2

(11)

Hal ini mengingat dalam menghadapi dunia global, nilai-nilai pendidikan ini

sangat dibutuhkan sebagai benteng moral yang akan menuntun sekaligus

memfilter arus budaya yang masuk dan mempengaruhi perkembangan siswa.3

Pendidikan bukan sekadar berfungsi untuk mengembangkan

potensi-potensi/fitrah manusia, dalam proses pengembangannya lebih banyak

mengadopsi metodologi pendidikan sekuler yang notabene lebih menekankan

dimensi intelektual (aqliyah) dan jismiyah, sehingga potensi-potensi atau

fitrah lainnya kurang bisa terselamatkan dan terlindungi.

Selamanya pendidikan tetap menjadi alternatif terbaik dalam

mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, terutama untuk

mempersiapkan generasi penerus yang akan datang lebih kompeten, supaya

mampu menjawab tantangan perubahan zaman melalui proses belajar

mengajar.

Proses belajar mengajar dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan,

baik sekolah maupun pesantren. Pesantren merupakan sebuah lembaga

pendidikan Islam tertua di Indonesia sebagaimana menjadi kesepakatan para

peneliti sejarah pendidikan di negeri yang berpenduduk Muslim terbesar di

dunia ini.

3

(12)

Dalam buku yang berjudul Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren

yang dikeluarkan oleh Departemen Agama mendefinisikan pondok pesantren

sebagai:4

“Lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada

umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal dimana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok dalam pesantren tersebut”.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat vital, karena pendidikan

merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak.

Untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas, tidak bisa dilakukan

secara sendiri-sendiri, tetapi harus dijalin suatu kerja sama yang baik antara

pihak sekolah, guru, orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Perkembangan

lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh

yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi

anak.

Pada pertengahan tahun 1990-an masyarakat Indonesia mulai resah

dan gelisah dengan kondisi kualitas generasi bangsa yang cenderung

terdikotomi secara ekstrim, yaitu pesantren yang terlalu keagamaan

(keukhrowiaan) dan sekolah umum yang terlalu keduniawiaan. Dengan

demikian muncullah suatu upaya untuk memadukan antara pendidikan umum

4

(13)

dan pendidikan pesantren dengan melahirkan sebuah term baru yang disebut

dengan Boarding School.

Program sekolah berasrama atau lebih dikenal dengan Boarding

School ini memiliki tujuan untuk pembinaan akhlak dan wadah untuk

membentuk kepribadian muslim yang berbudi luhur, shaleh dan shalehah.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan saja, melainkan juga harus disertai dengan

pembinaan-pembinaan agar siswa dapat mengetahui secara jelas apa yang diperintahkan

dan apa yang di larang oleh agama Islam, serta dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam

konteks pendidikan di Indonesia. Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga

pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School

yang diberi nama “Pondok Pesantren”.

Azyumardi Azra berpendapat bahwa sekolah berasrama, atau yang

sering disebut Boarding School merupakan wujud lembaga pendidikan Islami

yang baru. Kemunculan Boarding School terilhami oleh lembaga pendidikan

pesantren. Dalam hal ini, Boarding School (sekolah berasrama) dinilai

mengadopsi salah satu ciri dasar kelembagaan pesantren, yaitu mengadopsi

salah satu kelengkapan sarana fisik pesantren, yakni pondokan.5

5

(14)

Kehidupan pondok atau asrama memberikan berbagai manfaat antara

lain: interaksi antara murid dengan guru bisa berjalan secara intensif,

memudahkan kontrol terhadap kegiatan murid, pergesekan sesama murid

yang memiliki kepentingan sama dalam mencari ilmu, menimbulkan

stimulasi/rangsangan belajar, dan memberi kesempatan yang baik bagi

pembiasaan sesuatu.6

Kehidupan dalam asrama (boarding) dimaksudkan untuk

mengefektifkan proses internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam sikap dan

prilaku santri atau siswa yang sekarang program tersebut banyak diadopsi

oleh madrasah atau sekolah. Ini mengingat materi bahan ajar yang

disampaikan di kelas formal lebih menitikberatkan pada unsur kognitif,

transfer of knowledge. Padahal untuk merubah sikap dan prilaku siswa juga

diperlukan unsur lainnya yaitu afektif dan psikomotorik. Untuk itu diperlukan

proses pembelajaran yang terus menerus dan itu hanya dapat dilakukan

dengan program sekolah asrama (Boarding School).7

Siswa yang belajar dengan basis Boarding School akan terkontrol

aktifitasnya dan terlatih jiwa kebersamaannya, sosial dan karakternya, karena

didampingi seorang guru asrama/ustadz. Ustadz ini yang akan membantu dan

mengembangkan karakter positif siswa sesuai dengan tujuan pendidikan

6

Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, tt), h.83.

7

(15)

nasional. Sistem pendidikan berbasis Boarding School ini diharapkan akan

meningkatkan prestasi dan jiwa kompetensi siswa.8

Untuk menumbuhkan potensi anak secara optimal berdasarkan

karakteristik perkembangan usia psikologisnya, pendidikan Life Skills

berperan besar dalam menegaskan fungsi kemanusiaan seorang siswa secara

fitrah sebagai pribadi utama, yaitu menjadikan siswa yang beriman, bertakwa

dan berakhlak mulia serta terampil mengelola potensi-potensi dirinya dalam

kehidupan.

Pendidikan Life Skills merupakan pendidikan yang orientasi dasarnya

membekali keterampilan siswa yang menyangkut aspek pengetahuan, sikap

yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang

berkaitan dengan pengambangan akhlak siswa sehingga mampu menghadapi

tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.9

Dengan adanya sistem 24 jam atau sistem pendidikan sepanjang hari

(full-day education system) yang dijalani, sekolah asrama akan menjadi

incaran para orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk

memberikan perhatian dan kontrol terhadap pendidikan anak-anaknya karena

kesibukannya. Dari sudut pertimbangan ini sistem pesantren lebih dipercaya

orang tua daripada sistem pendidikan formal terutama bagi orang tua yang

berkarir namun memiliki komitmen tinggi untuk menanamkan akhlak pada

8

Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 9, No. 1, Januari 2014: h. 77-84. 9

(16)

anak-anaknya. Sistem sekolah asrama ini dinilai mampu membentengi para

siswa dari pengaruh-pengaruh negatif arus globalisasi yang menghadirkan

kebudayaan Barat di tengah-tengah kebudayaan kita.

Salah satu sekolah yang menerapkan sistem pendidikan Boarding

School ini adalah SMP Islam Terpadu Darul Fikri, yang mana sekolah ini

menyediakan asrama bagi siswanya. Mereka yang menempuh pendidikan di

SMP Islam Terpadu Darul Fikri diwajibkan untuk tinggal di asrama yang

telah disediakan, sehingga proses pembelajarannya berlangsung selama 24

jam. Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan modern,yang memadukan

kekuatan prestasi akademik, karakter (akhlak dan life skill) dan hafalan

al-Qur’an (tahfidz).

Sistem pendidikan Boarding school di sekolah ini menekankan siswa

untuk mengasah serta menggali potensi-potensi (Skills) yang mereka miliki

sehingga mampu berprestasi dan bersaing, baik secara akademik maupun non

akademik.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana peran sistem pendidikan Boarding School dalam meningkatkan

Life Skill siswa. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian

dengan judul “PERAN SISTEM PENDIDIKAN BOARDING SCHOOL

DALAM MENINGKATKAN LIFE SKILL SISWA DI SMP ISLAM

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem pendidikan Boarding School di SMP Islam Terpadu

Darul fikri Sidoarjo?

2. Bagaimana kondisi Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri

Sidoarjo?

3. Bagaimana peran sistem pendidikan Boarding School dalam meningkatkan

Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sistem pendidikan Boarding School di SMP Islam

Terpadu Darul Fikri Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui kondisi Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul

Fikri Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui peran sistem pendidikan Boarding School dalam

meningkatkan Life Skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini baik secara teoritis maupun

secara praktis, antara lain adalah :

a. Kegunaan secara teoritis :

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi dunia

(18)

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian pustaka atau studi

lanjut dalam penelitian untuk menambah khazanah pengetahuan

umum maupun agama serta sikap keagamaan bagi peneliti

selanjutnya, sehingga lebih teliti dalam menangkap fenomena

kehidupan.

b. Kegunaan secara praktis :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan menambah pengalaman peneliti dalam

bidang pendidikan serta sebagai saran dalam membentuk wawasan

yang kaitannya dengan pendidikan dalam meningkatkan Life Skill

siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dan menghadapi

tantangan dunia luar yang semakin berkembang.

2. Bagi Lembaga

Hasil dari penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai

informasi, dalam meningkatkan out put sebuah lembaga pendidikan

yang memiliki keterampilan mengelola potensi dalam dirinya dan

juga berakhlak mulia, serta dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi

bagi lembaga pendidikan dalam rangka mengembangkan dan

meningkatkan Life Skill siswa agar ke depan lebih baik dan

(19)

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi dan bahan

pertimbangan bagi para orang tua maupun masyarakat yang akan

menyekolahkan anak-anaknya, sebab kurangnya waktu untuk

memperhatikan pendidikan anaknya, agar tidak salah dalam memilih

program pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah studi hasil kajian penelitian yang relevan

dan berhubungan dengan permasalahan yang diangkat. Banyak

penelitian-penelitian terdahulu yang telah membahas tentang Boarding School, akan

tetapi penulis belum menjumpai yang ada kaitannya sistem pendidikan

Boarding School dalam peningkatan Life Skill siswa. Namun, beberapa

penelitian di bawah ini dianggap berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

penulis, diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Roichatul Jannah, mahasiswa fakultas

tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2013 yang berjudul “Pengelolaan Pendidikan dengan Sistem Boarding School di Sekolah

Menengah Pertama Al-Kahfi Tarik Sidoarjo”. Penelitian ini mempunyai

tujuan untuk mengetahui pengelolaan pendidikan dengan sistem Boarding

School di sekolah menengah pertama al-Kahfi Sidoarjo serta mengetahui

kelebihan dan kekurangan pengelolaan pendidikan dengan sistem Boarding

(20)

yang diperoleh penulis bahwasannya sekolah menengah pertama al-kahfi ini

mampu menawarkan solusi terbaik dari problematika yang dihadapi

masyarakat masa kini. Dengan menggunakan sistem pengelolaan Boarding

School mampu membidik konsumen (wali murid) yang super sibuk, tidak

mempunyai waktu banyak dalam memantau anaknya. Selain itu, pihak

pimpinan lembaga sekolah ini sangat cerdas dan bijaksana dalam

memanfaatkan kelebihan yang dimiliki sebagai acuan dan menjadikan

kekurangan sebagai bahan evaluasi dan tantangan di masa mendatang.

Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Fachrurrosi, mahasiswa

fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2013 dengan judul “Pendidikan Pesantren dalam Meningkatkan Life Skill Santri

(Studi Kasus di Pondok Pesantren At-Taroqqi Sampang Madura)”. Yang

menyimpulkan bahwa pola pendidikan yang dianut Pondok Pesantren

At-Taroqqi adalah sistem non-klasikal dengan metode sorogan telah

menanamkan nilai-nilai pengembangan kecakapan hidup yang terinternalisasi

dalam nilai-nilai pesantren, yaitu santri seolah-olah selalu dalam siklus

pembiasaan diri (habitual action).

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah hasil operasionalisasi, menurut Black dan

Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi

(21)

variabel tersebut.10 Agar tidak terjadi salah penafsiran dan mempermudah

pemahaman, maka peneliti akan menegaskan istilah-istilah dalam judul

diatas, yaitu :

1. Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian

yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan

berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti

mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau

bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.

Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut

sebagai sistem pendidikan.11

2. Boarding School

Secara etimologi kata boarding school berasal dari bahasa Inggris yang berarti “sekolah berasrama”.12

Sedangkan secara terminologi atau

istilah, “boarding school” adalah sekolah yang menyediakan fasilitas

tempat tinggal bagi siswa-siswinya, dan sifatnya wajib, atau lebih

terkenal dengan sistem asrama. Para siswa mengikuti pendidikan reguler

dari pagi hingga sore hari di sekolah kemudian dilanjutkan dengan

pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari.

10

James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E. Koeswara, dkk, (penerj.), (Bandung : Refika Aditama, 1999), h. 161.

11

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Ed. Revisi, h. 123.

12

(22)

Selama 24 jam siswa berada di bawah pemantauan dan pengawasan para

guru pembimbing baik ketika siswa berada di sekolah maupun ketika

berada di asrama.13

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan boarding

school adalah sekolah yang memiliki asrama, dimana para siswa hidup

dan belajar secara total di lingkungan sekolah selama 24 jam setiap

harinya.

3. Life Skill (Kecakapan Hidup)

Brolin (1989), mendefinisikan life skill atau kecakapan hidup

sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh

seseorang untuk berfungsi secara independen dalam kehidupan.14

Kecakapan hidup merupakan kecakapan (keterampilan) sehari-hari yang

diperlukan oleh seseorang agar sukses dalam menjalankan kehidupan

dalam bermasyarakat.

Dengan demikian dapat di garis bawahi bahwasannya kecakapan

hidup (life skill) merupakan kemampuan, keterampilan yang dimiliki oleh

seseorang sebagai bekal untuk menghadapi dan menjalani kehidupannya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pengkajian dan pemahaman serta memperoleh

gambaran yang menyeluruh mengenai isi dalam skripsi ini maka penulis

13

Sutris,

https://sutris02.wordpress.com/2009/03/23/boarding-school-solusi-pendidikan-untuk-melahirkan-pemimpin-masa-depan/, diakses pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 15.37.

14

(23)

menyusun skripsi dengan menggunakan uraian yang sistrematis. Adapun

sistematikapembahasan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

Bab satu merupakan pendahuluan. Dalam bab ini meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian

terdahulu, definisi operasional, dan sistematika pembahasan skripsi.

Bab dua merupakan kajian teori. Pada bab ini, membahas uraian

tentang boarding school yang meliputi pengertian sistem pendidikan

boarding school, latar belakang munculnya boarding school, tujuan

pendidikan boarding school, kurikulum pendidikan boarding school,

kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan boarding school. Selanjutnya

akan dijelaskan mengenai life skill, yang meliputi pengertian life skill,

bentuk-bentuk life skill, serta tujuan pendidikan life skill, dan yang terakhir adalah

peran sistem pendidikan boarding school dalam meningkatkan life skill siswa.

Bab tiga merupakan metode penelitian. Berisi jenis penelitian yang

digunakan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, serta penyajian dan analisis data.

Bab empat merupakan paparan dan temuan penelitian. Pada bab ini

membahas tentang gambaran umum obyek penelitian yaitu sejarah berdirinya

SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo yang menggunakan sistem boarding

school, profil sekolah, sistem pendidikan boarding school di SMP Islam

Terpadu Darul Fikri Sidoarjo, life skill yang dimiliki siswa di SMP Islam

(24)

dalam meningkatkan life skill siswa di SMP Islam Terpadu Darul Fikri

Sidoarjo.

Bab lima merupakan penutup. Dalam bab ini berisikan tentang

kesimpulan dari isi atau hasil penelitian yang telah dilakukan, dan juga

(25)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka Tentang Boarding School

1. Pengertian Sistem Pendidikan Boarding School

Sistem pendidikan adalah suatu gabungan dari dua kata yaitu

sistem dan pendidikan. Sistem yang merupakan kata serapan dari bahasa

Yunani, yaitu systema, systematos. Berdasarkan penelusuran secara

etimologis oleh Tatang Amirin (2003) dapat disimpulkan bahwa kata

systema memiliki dua pengertian, yakni : (1) suatu hubungan yang

tersusun atas sekian banyak bagian, dan (2) hubungan yang berlangsung di

antara satuan atau komponen secara teratur. Jadi, systema mengandung arti

sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur

dan merupakan suatu keseluruhan.15

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling

berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, sistem

mempunyai 3 ciri yaitu memiliki tujuan tertentu, memiliki fungsi tertentu,

ditunjang oleh berbagai komponen. Untuk mencapai tujuan dari sistem,

setiap sistem pasti memiliki fungsi tertentu. Agar proses pendidikan

berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi

perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan

15

(26)

lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga

tercapainya tujuan.16

Suatu sistem merupakan keterkaitan antara input (masukan),

proses, dan output (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat

berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah

aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri

siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran.17

Sedangkan kata pendidikan menurut Abdurrahman al-Nahlawi

yang dikutip oleh Ahmad Tafsir yaitu pendidikan berasal dari kata

al-tarbiyah. Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata al-tarbiyah berasal

dari tiga kata, yaitu: pertama, kata raba-yarbu yang berarti bertambah,

bertumbuh; kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari

kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,

menuntun, menjaga, memelihara.18

Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

16

Andi el-faraby, http://andinurdiansah.blogspot.co.id/2011/11/konsep-dasar-sistem-pembelajaran.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2017 pukul 13.55

17

Suwardi, Manajement Pembelajaran, (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2007), h. 31-32. 18

(27)

pelatihan.19 Demikian pula dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan

proses, cara, dan perbuatan mendidik.

Pada dasarnya pengertian pendidikan ialah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Secara sederhana dan

umum pendidikan dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan

dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani dan rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Adapun pengertian dari sistem pendidikan yaitu suatu sistem yang

terdiri dari komponen-komponen yang ada dalam proses pendidikan,

dimana antara satu komponen dengan komponen lainnya saling

berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Secara teoretis, suatu sistem pendidikan terdiri dari

komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan,

yakni terdiri dari tujuan, peserta didik, pendidik, alat pendidikan dan

lingkungan. Komponen-komponen sistem pendidikan itu berkaitan erat

satu dan lainnya, dan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.20

Boarding school merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris

yang terdiri dari dua kata, yaitu boarding dan school. Boarding berarti

19

Damsar, Pengantar Sosiologi..., h. 8. 20

(28)

asrama dan school berarti sekolah.21 Menurut Oxford Dictionary “Boarding School is school where pupils live during the term.”22

Artinya

adalah : sekolah berasrama adalah lembaga pendidikan yang mana

siswanya belajar dan tinggal bersama selama kegiatan pembelajaran.

Asrama adalah rumah pemondokan untuk tempat tinggal para

peserta didik, pegawai dan sebagainya, sedangkan berasrama yaitu tinggal

bersama-sama di dalam suatu bangunan atau komplek.

Kemudian Maksudin berpendapat “Boarding school adalah

lembaga pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka

bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding

school mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah

yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta

pembelajaran beberapa mata pelajaran”.23

Sekolah berasrama seperti halnya madrasah, sekolah Islam, atau

madrasah pesantren, sama-sama mengacu pada lembaga sekolah, untuk

tujuan mendapatkan akses lebih luas ke dunia kerja dan tuntutan

dasar-dasar Sisdiknas. Sekolah berasrama juga ikut mengambil aspek-aspek

pendidikan Nasional, khususnya kurikulum nasional.

21

John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 72.

22

Victoria Bull (ed), Oxford : Learner’s Pocket Dictionary, Fourth Edition, (New York: Oxford University Press, 2001), h. 43.

23Maksudin, “

(29)

Pendidikan berpola asrama ini sesungguhnya merupakan perpaduan

antara sistem pendidikan sekolah umum dengan sistem pendidikan

pesantren dimana siswa mendapatkan pendidikan selama 24 jam. Model

pendidikan ini menawarkan keunggulan yang diukur dari sisi kesiapan

peserta didiknya menjadi insan yang beriman dan bertakwa, serta mampu

hidup mandiri dalam masyarakat.24

Boarding School memadukan tempat tinggal para siswa di institusi

sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan

agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran di tempat yang sama.

Pendidikan dengan sistem boarding school memberikan pengaruh positif

terhadap nilai atau moral siswa karena di dalam asrama siswa tidak hanya

mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga mendapatkan ilmu keagamaan.

Sistem pendidikan boarding school dimana para siswanya tinggal

dalam suatu asrama dan menetap disana selama waktu yang telah

ditentukan. Sistem pendidikan seperti ini dapat memberikan pengawasan

terhadap siswa dalam melakukan kegiatannya, dengan adanya pengawasan

prestasi siswa dengan ilmu pengetahuan.

(30)

yang diselenggarakan oleh lembaga selama 24 jam setiap hari ini, dapat di

pahami bahwa pendidikan dengan sistem boarding school dilakukan

dengan manajemen waktu secara sistematis dan memadai.

Jadi, dapat disimpulkan bahwasannya sistem pendidikan boarding

school adalah sebuah sistem pendidikan dalam suatu lembaga sekolah

yang mana proses pembelajaran berlangsung selama 24 jam setiap harinya

yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi

secara langsung serta para siswanya tinggal di asrama yang telah di

sediakan oleh sekolah tersebut.

2. Latar Belakang Munculnya Boarding School

Sistem pendidikan yang ada di Indonesia selama ini merupakan

produk bangsa Belanda yang telah menjajah selama 350 tahun, dimana

sistem pembelajarannya hanya bersifat duniawi (sekuler) yang mana

tujuan dari sistem itu adalah untuk menjauhkan rakyat Indonesia yang nota

bene beragama Islam dari agamanya. Sehingga kaum penjajah bisa dengan

mudah menanamkan nilai-nilai agama dan kepentingan politik mereka bisa

tercapai dengan mudah.

Setelah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama

mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah-sekolah negeri

maupun swasta. Usaha itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap

lembaga-lembaga tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan

(31)

1945 yang menyebutkan bahwa madrasah dan pesantren yang pada

hakekatnya adalah salah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan

rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia

umumnya hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa

tuntunan dan bantuan materiil dari pemerintah.25

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang bersifat

non-formal dan menjadi pusat pendidikan agama Islam. Pesantren

disebut-sebut sebagai suatu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mempelajari lebih dalam tentang agama Islam sebagai

pedoman hidup untuk diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan madrasah dalam istilah bahasa Arab berarti tempat

belajar. Padanannya dalam bahasa Indonesia adalah sekolah. Namun

istilah madrasah ini selalu mempunyai konotasi khusus yakni

sekolah-sekolah agama Islam.26

Sistem pendidikan dan pengajaran yang digunakan di madrasah

adalah perpaduan antara sistem pondok pesantren dan sistem sekolah

modern. Perpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur mulai

dari mengikuti sistem klasikal, sistem pengajian kitab, diganti dengan

bidang-bidang pelajaran tertentu, sampai pada adanya kenaikan tingkat

berdasarkan atas kemampuan siswa menguasai sejumlah bidang studi

25

Munawir, Sejarah Pendidikan Islam, (Surabaya: Indo Pramaha, 2012), h. 133. 26

(32)

tertentu. Akhirnya karena pengaruh ide-ide pembaruan yang berkembang

di dunia Islam dan kebangkitan nasional, sedikit demi sedikit pelajaran

umum masuk ke dalam kurikulum madrasah.27

Sebagai konsekuensi dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan

Islam yang dilaksanakan dalam rangka mengejar ketertinggalan dari dunia

barat, maka dunia Islam termasuk Indonesia terdapat adanya dualism

dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan modern pada umumnya

dilaksanakan oleh pemerintah, dengan menggunakan kurikulum dan

mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sistem

pendidikan tradisional merupakan sisa-sisa dan pengembangan sistem

Zawiyah, pada umumnya tetap mempertahankan agama sebagai mata

pelajaran pokok.

Dualisme sistem pendidikan ini kenyataannya sangat merugikan

Islam, sebab madrasah tradisional akan mengeluarkan lulusan yang tidak

banyak tahu tentang ilmu-ilmu modern yang dapat dimanfaatkan untuk

memperoleh bagiannya di dunia. Sementara lulusan pendidikan sekolah

umum akan mengeluarkan lulusan yang tidak mengenal agama Islam atau

bahkan anti agama, sehingga seluruh perbuatannya dalam masyarakat

tanpa kontrol.28

27

Ibid., h. 142. 28

(33)

Kemudian untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah berusaha

memasukkan pendidikan agama ke sekolah umum dan memajukan

pendidikan madrasah dengan memasukkan pelajaran umum ke dalamnya.

Respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan

perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat

Indonesia sejak awal abad ke-20 ini mencakup empat hal: pertama,

pembaruan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan

subyek-subyek umum dan vocational; kedua, pembaruan metodologi,

seperti sistem klasikal, perjenjangan; ketiga, pembaruan kelembagaan,

seperti kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan; dan

keempat, pembaruan fungsi, dari fungsi pendidikan mengembang meliputi

fungsi sosial ekonomi.

Perpaduan sistem pendidikan pondok pesantren dan sistem sekolah

modern berimplikasi terhadap adanya sistem klasikal yang terorganisasi.

Integrasi kedua sistem tersebut melahirkan bentuk pendidikan sinergis dan

independen. Dengan model pendidikan terpadu (integrated) antara

pesantren dan sekolah modern seperti ini dapat dikatakan sebagai

Boarding School.

3. Tujuan Pendidikan Boarding School

Tujuan adalah sesuatu (keinginan atau cita-cita) yang hendak

(34)

faktor-faktor lain yang terkait: pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan

lingkungan pendidikan.29

Dalam konstelasi pemikiran sistem pendidikan, tujuan merupakan

hal penting yang harus dipikirkan, sehingga suatu konsep pendidikan yang

dibangun sesuai dengan platform institusi dan out put yang ingin dicapai.

Maka tujuan merupakan visi yang dikonstruksi dalam sebuah bentuk ideal:

a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu tinggi.

b. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta

meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan.

c. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan.

d. Memberdayakan lembaga pendidikan.

e. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional

berdasarkan prinsip desentralisasi otonomi keilmuan dan manajemen.

f. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.

g. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan

reaktif.

29

(35)

Tujuan tersebut nampak secara sederhana namun komperehensif

dan tampak sifat visionernya dijelaskan dalam UU No. 2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 4 dinyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bartaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.30

Sebagaimana boarding school juga mengacu pada tujuan

pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN dan UUSPN

yaitu menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, kepribadian, mandiri, tangguh,

cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani, memiliki

semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawanan sosial, kesadaran

akan sejarah bangsa dan sikap menghargai pahlawan serta berorientasi

masa depan.

Boarding school yang sering kita jumpai di negara Indonesia ini

teradopsi dari sistem pondok pesantren, begitu pula dengan tujuan

pembelajarannya. Sebagai acuan pokok pelaksanaan pendidikan pesantren

30

(36)

mengacu pada tujuan terbentuknya pesantren baik tujuan umum maupun

tujuan khusus.

Tujuan umum pesantren adalah membimbing peserta didik untuk

menjadi manusia yang berkepribadian Islam dengan ilmu agamanya ia

sanggup menjadi penyampai ajaran agama Islam dalam masyarakat sekitar

melalui ilmu dan amalnya. Sedangkan tujuan khusus pesantren adalah

mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam agama yang

diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam

masyarakat.31

4. Kurikulum Sistem Pendidikan Boarding School

Kurikulum dalam pendidikan secara sederhana dapat dipahami

sebagai serangkaian materi pelajaran yang diajarkan di sebuah institusi

pendidikan. Kurikulum memberikan cerminan bentuk manusia seperti apa

yang diinginkan setelah mengikuti pendidikan di lembaga tertentu.

Samsul Nizar mengatakan, bahwa agar fitrah dalam diri siswa

berkembang optimal, maka penekanan seluruh materi pendidikan yang

ditawarkan hendaknya berjalan integral. Hal ini yang mutlak yang

diperlukan agar proses belajar mengajar berjalan efektif adalah tersedianya

bentuk kurikulum yang credible, fleksible, dan accepteble. Dalam hal ini,

Islam dengan ajarannya yang memotivasi umatnya untuk menciptakan

31 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah Unggulan dalam Sistem Pesantren,

(37)

bentuk-bentuk yang disenanginya. Hanya saja, dalam sistematisnya, perlu

memperhitungkan aspek manfaatnya, baik bagi individu siswa maupun

masyarakat.32

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada sistem boarding school

kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terpadu (terintegrasi).

Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang memadukan antara kurikulum

dari KEMENDIKBUD (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) dengan

kurikulum KEMENAG (Kementrian Agama), ataupun kurikulum dari

lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Integrasi berasal dari kata “Integer” yang berarti unit. Integrasi

yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan

keseluruhan.33 Bentuk kurikulum terpadu ini merupakan bentuk kurikulum

yang paling bertahan dan terkoordinasi antara bagian-bagian materi

pelajarannya.

Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan bahwa “dalam integrated

kurikulum seluruh materi pelajaran dan pengetahuan yang akan diberikan

kepada anak didik harus bertalian dengan poros tertentu, dengan subyek

atau perkara yang dicenderungi dan menjadi perhatian siswa.34

32

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke-1, h. 168.

33

Nasution, Azas-azas Kurikulum, (Bandung: Jemmars, 1980), h. 196. 34

(38)

Pada umumnya usaha pendidikan untuk memadukan antara kedua

sistem tersebut telah diadakan, dengan jalan memasukkan kurikulum ilmu

pengetahuan modern ke dalam sistem pendidikan tradisional, dan

memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-sekolah

modern. Dengan demikian diharapkan sistem pendidikan tradisional akan

berkembang secara berangsur-angsur mengarah ke sistem pendidikan

modern. Sampai sekarang proses pemaduan antara kedua sistem dan pola

pendidikan Islam ini, tampak masih berlangsung di seluruh negara dan

masyarakat Islam.35

Kurikulum terpadu merupakan kumpulan bahan dan materi dari

berbagai disiplin ilmu sebagai solusi masalah tertentu sebagai pusat

pembelajaran yang diciptakan dalam sebuah integrasi keilmuan.

Hendyat Soetopo mengatakan bahwa integrative curriculum

mengutamakan segi-segi psikologi yang berpengaruh terhadap integrasi

pribadi individu dan lingkungannya. Kurikulum yang integrative

dibedakan lagi menjadi 3 bentuk, yaitu :

a. The Child-center Curriculum

Bentuk kurikulum ini menggunakan kegiatan-kegiatan normal anak

sebagai dasar untuk mengorganisir pengalaman belajar anak,

35

(39)

misalnya: observasi, bermain, dan kegiatan-kegiatan yang biasa

dilakukan oleh peserta didik.

b. The Social Fungtion Curriculum

Kurikulum ini mencoba mengeliminasi mata pelajaran sekolah dari

keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama kehidupan social sebagai

dasar pengorganisasian pengalaman belajar. Bentuk kurikulum ini

mencoba mengorganisir semua materi pelajaran dalam hubungan

dengan lingkungan sekitar.

c. The Experience Curriculum

Bentuk kurikulum ini lebih menekankan pada kebutuhan anak sebagai

dasar perencanaan pendidikan, dengan lebih memperhatikan bakat dan

minat peserta didik. Tipe ini menyerupai pendekatan the

child-centered curriculum dengan mengutamakan anak sebagai dasar

pengorganisasian pekerjaan sekolah.36

Integrasi sekolah ke dalam sistem pendidikan pesantren merupakan

upaya perubahan atau pembaharuan yang dilakukan pengelola pesantren

yang agar tetap eksis dalam menghadapi dunia modern dan khususnya

dalam menampung dinamika umat Islam.37

36

Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 80-81.

37

(40)

Menurut Zaenal Arifin dalam Pengembangan Manajemen pada

prinsipnya, sekolah Islam terpadu merupakan perubahan atas kegagalan

yang dilakukan sekolah umum dan lembaga pendidikan Islam, untuk

memadukan ilmu umum dan agama. Sehingga, dalam praktiknya, sekolah

Islam terpadu melakukan pengembangan kurikulum dengan cara

memadukan kurikulum pendidikan umum yang ada di Kementrian

Pendidikan Nasional (Kemendiknas), seperti pelajaran matematika, bahasa

Indonesia, bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta kurikulum

pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag),

ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu

(JSIT).

5. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Boarding School

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikannnya dengan

menggunakan sistem boarding school sebagai sebuah konsep yang inovatif

yang lahir dari keprihatinan terhadap persekolahan konvensional, pada

umumnya memiliki kelebihan-kelebihan di samping memiliki kelemahan.

a. Kelebihan sistem pendidikan Boarding School

Diantara kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh sistem Boarding

Schoool, yaitu: pertama, ukuran kelas biasanya lebih kecil daripada

kelas-kelas yang ada di sekolah-sekolah non boarding (tidak

berasrama). Kedua, mutu pendidikan akademik dan keahlian khusus

(41)

pada sekolah sistem boarding, seperti perpustakaan, fasilitas teater,

sarana olah raga, dan pilihan lokal bermutu, lebih memadai. Keempat,

sekolah dengan sistem boarding memiliki standar akademik yang lebih

tinggi dan hal itu merupakan tantangan bagi siswa. Kelima, pilihan mata

pelajaran atau keterampilan di sekolah dengan sistem boarding lebih

banyak dan bervariasi serta memiliki cakupan yang cukup luas.

Keenam, penasihat sekolah sistem boarding biasanya merupakan tenaga

ahli yang relevan.38

Sekolah dengan sistem boarding school memiliki beberapa

keunggulan jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu:39

1) Program pendidikan paripurna

Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada

kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak

tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam

pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya,

sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang

komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan,

academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai

dengan membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak

38

Maksudin, Sistem Boarding School SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta : Transformasi dan Humanisme Religius, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1, h. 44.

39

(42)

hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik

dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

2) Fasilitas lengkap

Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap, mulai dari

fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik, laboratorium, klinik,

sarana olah raga semua cabang olah raga, perpustakaan, kebun dan

taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar dengan

segala isi sesuai kebutuhan peserta didik. Dan juga tersedia fasilitas

dapur beserta perlengkapannya.

3) Guru yang berkualitas

Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan

kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah

konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spritual, dan

kemampuan pedagogis-metodologis serta adanya ruh mudaris pada

setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan

berbahasa asing: inggris, arab, mandarin, dan lain-lain. Sampai saat

ini dalam penilaian terhadap sekolah-sekolah berasrama (boarding

school) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru

(43)

b. Kelemahan sistem pendidikan Boarding School

Sistem pendidikan Boarding School yang memiliki arti

pendidikan sepanjang hari (fullday) tidak terlepas dari kelemahan dan

kekurangan, diantaranya:40

1) Sistem seperti ini acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa.

Sistem pembelajaran dengan pola ini membutuhkan kesiapan baik

fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus.

2) Sistem pendidikan ini memerlukan perhatian dan kesungguhan

manajemen bagi pengelola. Agar proses pembelajaran pada lembaga

pendidikan yang berpola boarding berlangsung secara optimal,

sangat dibutuhkan perhatian dan curahan pemikiran terlebih dari

pengelolanya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis, material,

dan lainnya.

6. Jenis-Jenis Boarding School

a. Menurut sistem bermukim siswa :41

1) All Boarding School : Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau

sekolah

2) Boarding day School : Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan

sebagian lagi di lingkungan sekitar kampus atau sekolah

(44)

3) Day Boarding : Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada

sebagian yang tetap tinggal di kampus atau sekolah

b. Menurut jenis siswa :

1) Junior Boarding School : Sekolah yang menerima murid dari tingkat

SD s/d SMP, namun biasanya hanya SMP saja

2) Co-educational School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan

perempuan

3) Boys School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja

4) Girl School : Sekolah yang menerima siswa perempuan saja

5) Pre-professional arts School : Sekolah khusus untuk seniman

6) Religius School : Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama

tertentu

7) Special needs Boarding School : Sekolah untuk anak-anak yang

bermasalah dengan sekolah biasa.

c. Menurut sistem sekolah42

1) Military school, yaitu sekolah yang mengikuti aturan militer dan

biasanya menggunakan seragam khusus.

2) 5 day boarding school, yaitu sekolah dimana siswa dapat memilih

untuk tinggal diasrama atau pulang di akhir pekan.

(45)

B.Tinjauan Pustaka Tentang Life Skill

1. Pengertian Life Skill

Suatu kompetensi adalah suatu pernyataan tentang apa yang

sepantasnya dipelajari dan dilakukan siswa secara terus menerus.

Kompetensi menuntut seseorang untuk memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai serta karakteristik pribadi yang mendukung

pekerjaan dengan kriteria unggul. Kriteria unggul tersebut sangatlah

penting untuk dicapai oleh seseorang untuk menjadi manusia unggul.

Manusia unggul adalah manusia yang memiliki kompetensi standar dan

kecakapan hidup yang dibutuhkan untuk bisa bersaing dalam percaturan

global. Kompetensi tersebut antara lain: berpikir kreatif-produktif,

pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar bagaimana belajar,

kolaborasi, pengelolaan/pengendalian diri.

Brolin, mendefinisikan Life skills atau kecakapan hidup sebagai

kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang

untuk berfungsi secara independen dalam kehidupan.43

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa

43

Brolin, D.E. (1989). Life Centered Career Education: A Competency Based Approach. Reston, VA: The Council foe Exceptional Children. “Life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoild

(46)

merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta

menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Dimensi-dimensi kecakapan hidup terdiri dari: integritas, inisiatif,

fleksibilitas, ketekunan, berorganisasi, humor, upaya berpikir sehat,

pemecahan masalah, tanggung jawab, kesabaran, persahabatan, sikap ingin

tahu, kerja sama, kepedulian dan ketelitian, keberanian dan keteguhan hati,

kebanggaan.44

a. Life Skills: Sebuah Konsep Pendidikan

Pendidikan life skills merupakan pendidikan yang orientasi

dasarnya membekali keterampilan peserta didik yang menyangkut

aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental,

serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak

peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan

hidup dalam kehidupan.

Dalam pendidikan formal, pendidikan kecakapan hidup (Life

Skills) dapat dilakukan melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik,

emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang

materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada.

44

(47)

Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk

meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata,

baik preservatif maupun progresif.45

Hasil yang diharapkan dari pendidikan kecakapan hidup pada

pendidikan sekolah adalah sebagai berikut.

1) Peserta didik memiliki asset kualitas batiniyah, sikap, dan

perbuatan lahiriyah yang siap untuk menghadapi kehidupan masa

depan sehingga yang bersangkutan mampu dan sanggup menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya.

2) Peserta didik memiliki wawasan luas tentang pengembangan karir

dalam dunia kerja yang sarat perubahan yaitu yang mampu meilih,

memasuki, bersaing, dan maju dalam karir.

3) Peserta didik memiliki kemampuan berlatih untuk hidup dengan

cara yang benar, yang memungkinkan peserta didik berlatih tanpa

bimbingan lagi.

4) Peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan,

kerjasama, dan akuntabilitas yang diperlukan untuk menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya.

5) Peserta didik memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk

mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.

45

(48)

b. Tujuan Pendidikan Life Skill

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta

mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal

untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat

membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa

yang dicita-citakan, dan yang terpenting adalah dapat memberi

penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.46

Dikutip dari sebuah buku Filsafat Pendidikan Islam al-Shaibany

mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah perubahan yang

diinginkan melalui usaha dalam proses pendidikan, baik pada tingkah

laku individu sebagai pribadi atau masyarakat atau pada proses

pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai

proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat, maka tujuan

pendidikan diklasifikasikan pada tiga bidang;

1) Tujuan individual yang berkaitan dengan individu, pelajaran dan

dengan pribadi mereka, tingkah laku, aktivitas dan pencapaiannya

dan pada pertumbuhan dan pada persiapan yang dimestikan kepada

mereka pada kehidupan dunia dan akhirat.

2) Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai

keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya dan

46

(49)

berkaiatan dengan perubahan kehidupan yang diinginkan dan

pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang

diinginkan.

3) Tujuan-tujuan yang profesional yang berkaitan dengan pendidikan

dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai suatu

aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.47

Tim Broad-Based Education Depdiknas, mengemukakan bahwa

tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah untuk:48

1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan problema yang dihadapi,

2) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan

berbasis luas, dan

3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah,

dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di

masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan

peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil

menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang.

47Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah Unggulan..., 27-28 48

(50)

2. Bentuk-bentuk Life Skill

Secara garis besar, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis

utama, yaitu: (1) kecakapan hidup generik (generic life skill), (2) dan

kecakapan hidup spesifik (specific life skill). Masing-masing jenis

kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan.49

Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat umum,

adalah kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar keilmuan.

Kecakapan hidup generik berfungsi sebagai landasan untuk belajar lebih

lanjut dan bersifat transferable, sehingga memungkinkan untuk

mempelajari kecakapan hidup lainnya.

Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal

skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup

kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan

berpikir (thinking skill). Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup

kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja

sama (collaboration skill).50

Yang perlu diperhatikan, adalah bahwa kecakapan hidup generik

merupakan fondasi dari kecakapan hidup lainnya. Oleh sebab itu,

sesungguhnya semua kecakapan hidup bisa dilaksanakan pada semua

jenjang pendidikan asal diterapkan secara proporsional (sesuai kebutuhan).

49

Imam Mawardi, Pendidikan Life Skill..., 50

(51)

Sedangkan kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk

menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan hidup spesifik

terkait dengan bidang pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan

(vocational) tertentu. Jadi kecakapan hidup spesifik diperlukan seseorang

untuk menghadapi masalah bidang tertentu.

Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill)

atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill).

Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih

memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Sedangkan kecakapan

vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan

keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan dasar

(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational

skill).51

Tabel 1: Ruang Lingkup Life Skills (Depdiknas, 2007)

Kecakapan Personal:

a. Kesadaran Diri

1) Kesadaran diri sebagai hamba Allah, makhluk

sosial, dan makhluk lingkungan

2) Terfokus pada kemampuan untuk melihat

(52)

b. Berpikir

Rasional

1) Kecakapan mengenali informasi

2) Kecakapan menggali, mengolah informasi,

dan mengambil keputusan secara cerdas

3) Kecakapan memecahkan masalah secara arif

dan kreatif

Kecakapan Sosial 1) Kecakapan berkomunikasi secara lisan dan

tulisan

2) Kecakapan mengelola konflik dan

mengendalikan emosi

1) Kecakapan dalam bidang pekerjaan tertentu

2) Kecakapan menciptakan atau membuat

produk

3) Memecahkan berwirausaha

Pada dasarnya kecakapan hidup meliputi kecakapan dasar,

(53)

social skill, environmental skill, occupational skill. Dalam pelaksanaan life

skill di lembaga pendidikan dengan cara menginternalisasikan

komponen-komponen kecakapan hidup tersebut digunakan strategi-strategi sebagai

berikut :

a. Melalui reorientasi pembelajaran setiap guru yang akan

menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan

komponen-komponen yang akan di internalisasikan dalam proses pembelajaran,

sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran hendaknya di ikuti dengan “penyemaian” komponen-komponen dari

kecakapan hidup.

b. Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

dan metode yang variatif, sehingga memungkinkan :

1) Peserta didik lebih aktif

2) Kondisi atau suasana belajar menyenangkan

3) Pengembangan budaya baca, tulis, observasi

4) Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang

fasilitator

5) Pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lain

6) Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan

siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah

kehidupan

(54)

8) Menggeser “teaching” menjadi “learning

9) Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup yang

bisa di internalisasikan dalam PBM (proses belajar mengajar)

10) Selain itu kecakapan-kecakapan hidup dapat dikembangkan

melalui kegiatan ekstrakurikuler

C. PERAN SISTEM PENDIDIKAN BOARDING SCHOOL DALAM

MENINGKATKAN LIFE SKILL SISWA

Pola pendidikan dengan sistem boarding school ini merupakan

jawaban atas kegelisahan masyarakat akan pendidikan bagi anak yang orang

tuanya tidak memiliki banyak waktu untuk mengawasi dan memperhatikan

pendidikan yang diperoleh anaknya karena sibuk bekerja dan berkarir.

Dengan adanya boarding school orang tua tidak lagi mencemaskan

anak-anaknya akan terpengaruh oleh dunia luar yang bebas dan tidak memiliki

manfaat.

Boarding School merupakan perkembangan dari pondok pesantren

yang mengikuti kemajuan teknologi modern. Sekolah ini hadir dengan

memberikan perpaduan antara ilmu agama dan pengetahuan umum secara

seimbang dan terpadu, dimana ilmu agama sebagai landasan bersikap dan

skill profesionalitas yang di gali dari pengetahuan umum sebagai daya tawar

perubahan dan kemajuan zaman, artinya keimanan dan ketaqwaan (imtaq)

harus seimbang dengan wawasan skill ilmu pengetahuan dan teknologi

(55)

Pendidikan memiliki tujuan yang ideal yaitu memanusiakan manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran seyogyanya diarahkan untuk

mengembangkan potensi, kompetensi, dan kecakapan hidup seseorang,

sehingga dia siap memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan di

dunia nyata.

Boarding school memiliki peranan penting dan strategis dalam

pembentukan akhlak yang paripurna, hal ini bisa dicermati dari latar belakang

berdirinya boarding school yang memadukan kurikulum pesantren dengan

sekolah umum. Adapun peran boarding school, sebagai berikut :

1. Mengembangkan lingkungan belajar yang Islami

2. Menyelenggarakan program pembelajaran dengan sistem mutu terpadu

dan terintegrasi yang memberikan bekal kecerdasan intelektual,

spritual dan emosional, serta kecakapan hidup (life skill).

3. Mengelola lembaga pendidikan dengan sistem manajemen yang

afektif, kondusif, kuat, bersih, modern dan memiliki daya saing.

4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah.

Pendidikan dengan sistem boarding school (sekolah berasrama) pada

umumnya di kenal oleh masyarakat sebagai pendidikan yang menekankan

prinsip-prinsip kemandirian. Diantaranya, prinsip kemandirian itu digunakan

untuk memberikan keleluasaan kepada siswa dalam usaha memadukan

Gambar

Tabel 1: Ruang Lingkup Life Skills (Depdiknas, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

b) Memeriksa apakah terhadap akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Apabila sudah ada

2 The draft financial statements of Choctaw, a limited liability company, for the year ended 31 December 2004 showed a profit of $86,400. The trial balance did not balance, and

Survey). Dan wawancara penumpang tarnbangan dapat diketahui tingkat demand calon penumpang terhadap bis air nantinya. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap aplikasi yang diimplementasikan menggunakan Fuzzy C-Means Clustering ini, serta menggunakan data uji

Kabupaten Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan kabupaten yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional

Penelitian tindakan ini untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan scientific approach dapat meningkatkan hasil belajar dan

mensyaratkan adanya akibat dieksploitasi atau tereksploitasi yang timbul. 39 Tahun 1999 tentang HAM perdagangan orang salah satu perbuatan yang tidak diperbolehkan,

Hasil analisis data dalam penelitian ini 1 Ada hubungan yang positif signifikan dari kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan nilai hubungan F2 0,235