Penyusunan Road Map
Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim
ke dalam
Perencanaan Pembangunan Nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional
• Latar Belakang
• Hasil Kajian Scientific Basis
• Program-program Prioritas Nasional • NAMAs dan Program-program Mitigasi • Mekanisme Pendanaan
• Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak Perubahan Iklim, dan sangat berkepentingan terhadap upaya kolektif penanggulangan pemanasan global.
• Penanggulangan Perubahan Iklim merupakan suatu upaya yang integratif dengan program pembangunan dan tidak bisa
dipisahkan dari mainstream pembangunan secara keseluruhan.
Latar Belakang
• Sehingga upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim harus diintegrasikan kedalam Perencanaan Pembangunan baik
nasional maupun daerah.
• Melalui Road Map Pengarusutamaan Perubahan Iklim ke dalam Perencanaan Pembangunan inilah diharapkan program-program pembangunan sektoral maupun yang lintas sektoral telah
Keterkaitan antara Road Map dan Dokumen Perencanaan RENSTRA K/L RENJA K/L RPJMN
2010-2014 RKP APBN
RPJPN 2005-2025 ROAD MAP Climate Change GLOBAL WARMING
03/26/09 Seite
Period
Sea Level Rise Projection since 2000
Level of confident Tide Gauge Altimeter ADT Model
2030 24.0cm±16.0cm 16.5cm±1.5cm 22.5±1.5cm Moderate Proyeksi kenaikan rata-rata TML
di Perairan Indonesia
2030 24.0cm±16.0cm 16.5cm±1.5cm 22.5±1.5cm Moderate
2050 40.0cm±20.0cm 27.5cm±2.5cm 37.5±2.5cm Moderate
2080 64.0cm±32.0cm 44.0cm±4.0cm 60.0±4.0cm High
• La Niña dan El Niño (ENSO) mengakibatkan gelombang pasang (2.1m - 5m), kecuali Samudera Hindia
• ENSO akan mempertinggi intensitas erosi dan abrasi yang mengakibatkan perubahan pada garis pantai.
• Sampai tahun 2030 terjadi kenaikan frekuensi ENSO menjadi setiap 2 sampai 3 tahun sekali dibanding tahun-tahun sebelumnya setiap 3 sampai 7 tahun sekali.
• Proyeksi kenaikan suhu permukaan laut (SPL) pada
tahun 2030: 0.65°C, 2050: 1.10°C, 2080: 1.70°C, 21 00: 2.15°C.
• Kenaikan SPL mengakibatkan berpindahnya daerah tangkapan ikan dari daerah tropis termasuk Samudera
Suhu Permukaan Laut
tangkapan ikan dari daerah tropis termasuk Samudera Indonesia dan Laut Banda serta Flores ke daerah sub-tropis dengan suhu yang lebih rendah.
• Hasil analisis data observasi + 100 tahun terakhir
menunjukkan bahwa perubahan iklim pada taraf
tertentu ditengarai telah terjadi di Indonesia.
• Data yang diamati di beberapa lokasi
memperlihatkan bahwa secara rata-rata terdapat
Proyeksi Temperatur dan Curah Hujan
Berdasarkan Data Observasi (1)
memperlihatkan bahwa secara rata-rata terdapat
kenaikan temperatur sampai dengan sekitar 0,5 º C
selama abad ke-20.
• Di Stasiun Jakarta, kenaikan curah hujan cukup signifikan pada bulan Januari periode tahun 1970-an dibandingkan tahun 1900-an, dengan selisih nilai rerata 30-tahunan
mencapai 100 mm. Curah hujan Januari cenderung menurun kembali menuju tahun 2000-an tetapi sebaliknya curah hujan Februari cenderung naik.
Proyeksi
Temperatur dan Curah Hujan
Berdasarkan Data Observasi (2)
Februari cenderung naik.
• Tiga puluh tahun terakhir wilayah Sumatera bagian Tengah dan Utara umumnya mengalami kenaikan curah hujan rata-rata antara 10-50 mm dibandingkan periode 1961-1990.
• Di wilayah Jawa-Bali dan Nusatenggara terdapat
• Kenaikan temperatur antara 0,8º - 1º C akan terjadi di Indonesia pada periode 2020-2050, relatif terhadap periode 1961-1990.
• Sampai periode 2020-2050 secara umum wilayah Jawa-Bali,
Sumatera, dan Kalimantan diproyeksikan tidak mengalami trend perubahan yang mencolok.
• Kenaikan temperatur yang lebih tinggi hingga mencapai 3º C
Proyeksi
Temperatur dan Curah Hujan
(Downscaling Global Model)
13
• Kenaikan temperatur yang lebih tinggi hingga mencapai 3º C atau lebih berpeluang terjadi pada periode 2070-2100.
• Faktor variabilitas iklim jangka panjang (fenomena alam dengan periode osilasi lebih dari 30 tahun) perlu dicermati dalam
identifikasi perubahan iklim.
• Hasil-hasil ini masih perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang lebih detil untuk mendapatkan proyeksi iklim yang lebih
Program Prioritas Nasional
No Program
Prioritas Rasional
Sektor Kelautan dan Perikanan
1
Peningkatan kapasitas hukum dan kebijakan mengenai adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Belum spesifiknya cakupan adaptasi perubahan iklim
dalam regulasi dan kebijakan yang ada
Program Prioritas Nasional
Bidang Adaptasi Perubahan Iklim (1)
mitigasi perubahan iklim
di wilayah pesisir dan laut yang ada Sektor Pertanian
2
Penelitian
Pengembangan
Antisipasi, Adaptasi, dan Mitigasi Perubahan Iklim
Gagal tanam/gagal panen; kerusakan infrastruktur
No Program
Prioritas Rasional
Sektor Kesehatan
3
Penguatan sistem kesehatan sebagai respon terhadap
perubahan iklim
• Meningkatnya risiko
penularan penyakit akibat dari perkembangbiakan, pengembangan, serta penyebaran vektor
Program Prioritas Nasional
Bidang Adaptasi Perubahan Iklim (2)
penyebaran vektor
Sektor Sumber Daya Air
4
Kajian Kerentanan
Perubahan Iklim pada Wilayah Sungai dan
Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air dalam
Peningkatan Kapasitas
Tampungan Sumber Daya Air
• Menurunnya debit
bendungan (Pekalongan, Jateng, dll) serta adanya kekeringan dan banjir di wilayah Jawa-Bali,
No Program
Prioritas Rasional
Sektor Kehutanan
1
Pengurangan emisi dari pencegahan kebakaran hutan dan degradasi lahan hutan gambut
Besarnya potensi kawasan hutan seluas 137,09 jt ha dan lahan
gambut seluas 17 jt ha (sekitar 10% dari luas negara)
Program Prioritas Nasional
Bidang Mitigasi Perubahan Iklim (1)
Sektor Transportasi
2
Peningkatan Integrasi moda yang lebih rendah karbon atau angkutan umum untuk penumpang dan barang
Pengurangan GHGs yang paling efektif dan memiliki co-benefit
yang sangat tinggi adalah
No Program
Prioritas Rasional
Sektor Industri
3 Capacity Building Bidang Konservasi Energi
Konservasi energi pada industri akan memberi dampak
penghematan energi hingga
Program Prioritas Nasional
Bidang Mitigasi Perubahan Iklim (2)
57% Sektor Energi 4 Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Target Tahun 2025 : Minyak Bumi 20 %, Batu bara 33 %, Gas 30 %, geothermal 5%, Renewable
Program Prioritas Nasional
Bidang Mitigasi Perubahan Iklim (3)
No Program
Prioritas Rasional
Sektor Pengelolaan Limbah
5 Program peningkatan kualitas landfill
Hampir seluruh Tempat
Nationally Appropriate Mitigation
Nationally Appropriate Mitigation
BAP of paragraph 1(b)(ii), namely Nationally Appropriate Mitigation Actions by Developing Country Parties, the agreed allocation as deviation from BAU is undertaken by developing country Parties in
the form of Nationally Appropriate Mitigation Actions supported and enabled by technology, financing and capacity building, in a measurable, reportable and verifiable manner. This agreed
emission reduction can not be used as an offset by developed country Parties to fulfill their commitment for their emission reductions. The additional emission reduction of developing country
Parties can be used as an offset by Developed countries to fulfill their emission reductions commitment through carbon market or non market instruments.
Program Prioritas Sektoral Mitigasi
Perubahan Iklim (Proposed for
Sektor Kehutanan
Rasional:
1. Adaptasi
– Terjadinya kebakaran hutan, illegal logging, dan
praktek-praktek pengelolaan hutan yang tidak
memenuhi azas kelestarian.
– Menurunnya produktivitas lahan hutan
– Menurunnya produktivitas lahan hutan
– Terjadinya banjir dan tanah longsor dan
sedimentasi berat pada DAS
– Kualitas air pada areal hutan menurun
2. Mitigasi:
• Besarnya potensi kawasan hutan seluas 137,09 jt ha dan
lahan gambut seluas 17 jt ha (sekitar 10% dari luas
negara)
• Asumsi tanaman hutan (akar, batang, cabang, ranting,
daun, bunga dan buah) dapat memproduksi biomasa
Sektor Kehutanan (2)
daun, bunga dan buah) dapat memproduksi biomasa
sebesar 16 ton/ha/tahun sehingga tanaman tersebut
dapat menyerap karbon sebesar 8 ton/ha/tahun dan
setara dengan 29,3 ton CO2 e/ha/tahun,
• IPCC (2007) mencatat kontribusi dari deforestasi sebesar
17 % terhadap total emisi GHGs global (~ 8 Gton CO2e
per tahun), dan 75 % diantaranya berasal dari
Program:
1. Adaptasi:
• Peningkatan kelestarian sumberdaya hutan untuk meningkatkan resiliensi dan adaptabilitas
• Peningkatan resiliensi dan adaptabilitas kehidupan masyarakat sekitar hutan
• Peningkatan kelestarian usaha kehutanan untuk
Sektor Kehutanan (3)
• Peningkatan kelestarian usaha kehutanan untuk meningkatkan resiliensi dan adaptabilitas
• Penelitian dan pengembangan kehutanan
2. Mitigasi:
• Pengurangan/pencegahan emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD)
Rasional:
1. Adaptasi:
• Terendamnya prasarana transportasi.
• Kerusakan pondasi jalan dermaga, fasilitas dan jembatan.
• Perubahan pola navigasi pada transportasi laut
Sektor Transportasi
2. Mitigasi:
• Sektor transportasi mengkonsumsi 48% bahan bakar (tahun 2005), perkiraan emisi CO2 68 juta ton/tahun. • Pertumbuhan kendaraan pribadi yang diatas
11%/tahun.
Program:
Adaptasi:
• Perbaikan dan adaptasi manajemen lalu lintas (speed, coordination, scheduling, signalling) dan prasarana (eco-port/airport)
• Desain dan implementasi adaptasi dengan penambahan bangunan pelindung, atau re-desain prasarana
transportasi yang rentan terhadap perubahan iklim
• Pengembangan standar desain yang memperhitungkan
Sektor Transportasi (2)
• Pengembangan standar desain yang memperhitungkan perubahan iklim
Mitigasi:
• Peningkatan kinerja kendaraan umum (frekuensi,
infrastruktur, armada, kualitas pelayanan, pentarifan, integrasi antar moda, sistem informasi, sistem
kepemilikan dan manajemen)
Sektor Industri
Rasional:
Konservasi energi pada industri akan memberi
dampak penghematan energi
Industri manufaktur dapat melakukan
konservasi energi sebesar 39%
Produksi industri otomotif melakukan
Produksi industri otomotif melakukan
pengurangan konsumsi solar antara 2% hingga
5%.
Produksi Industri logam dan baja melakukan
penghematan sekitar 10%-57%
Program:
• Capacity Building bidang Konservasi Energi serta
monitoring penurunan emisi sampai ditingkat wilayah: pusat (Jawa dan Bali), Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku-Papua
• Penerbitan Pedoman Teknis Penurunan Emisi CO2 pada industri Semen, baja/logam, pulp/kertas,
tekstil,makanan dan minuman dan lainnya..
Sektor Industri (2)
• Pilot project Green Industry di Kawasan Industri
(mengingat populasi industri didalam kawasan industri hampir separuh dari total populasi nasional.
• Restrukturisasi permesinan industri tekstil yang telah dimulai sejak tahun 2007 dan telah mencapai 150 an industri dari populasi sekitar 1200 industri tekstil.
Sektor Energi
Rasional
• Pada tahun 2006, Emisi CO2 total dari sektor
energi adalah 362 juta ton CO2 (TNA, 2009)
• Pengurangan penggunaan minyak bumi
menjadi 20 %, batu bara menjadi 33 % pada
tahun 2025
tahun 2025
• Peningkatan penggunaan sumber energi dari
gas menjadi 30 %, geothermal menjadi 5%,
Renewable
Energi menjadi 5%,
Coal to Liquids
Sektor Energi (2)
Program
• Inventarisasi dan Penggunaan Teknologi
Rendah Emisi (
clean technology
)
• Pengembangan dan Pemanfaatan Energi
• Pengembangan dan Pemanfaatan Energi
Terbarukan
• Implementasi Efisiensi Energi
Program/Kegiatan Sektor ESDM terkait
Program/Kegiatan Sektor ESDM terkait
Perubahan Iklim
Perubahan Iklim
•• PProgram percepatan pembangkit listrik 10000 MW tahap II yang rogram percepatan pembangkit listrik 10000 MW tahap II yang sebagian besar berasal dari energi baru terbarukan (panas bumi sebagian besar berasal dari energi baru terbarukan (panas bumi dan tenaga air).
dan tenaga air).
•• Penggantian bahan bakar minyak dengan bahan bakar nabati Penggantian bahan bakar minyak dengan bahan bakar nabati (untuk sektor transportasi).
(untuk sektor transportasi).
•• Penggantian Bahan Bakar Minyak menjadi Penggantian Bahan Bakar Minyak menjadi CNG (untuk sektor CNG (untuk sektor transportasi)
transportasi) transportasi) transportasi)
•• Pengembangan Gas KotaPengembangan Gas Kota
•• Pengembangan transportasi massal ( seperti penggunaan gas pada Pengembangan transportasi massal ( seperti penggunaan gas pada bus
bus--way) way)
•• Promosi lampu hemat energiPromosi lampu hemat energi
•• Program konversi minyak tanah ke LPGProgram konversi minyak tanah ke LPG
•• Pengembangan Desa Mandiri Energi dengan menggunakan energi Pengembangan Desa Mandiri Energi dengan menggunakan energi
baru terbarukan yang potensial ( angin, cahaya matahari, air dll). baru terbarukan yang potensial ( angin, cahaya matahari, air dll). •• Pengurangan pembakaran gas di flare stackPengurangan pembakaran gas di flare stack
Rasional:
• Hampir seluruh Tempat Pengolahan Akhir (TPA)
merupakan open dumping yang menyebabkan GHG.
• Limbah padat (sampah) domestik/rumah tangga
mencapai sekitar 48.8 Mt/tahun dengan tingkat produksi sampah 0.61 kg/kapita/hari. Diprediksikan bahwa pada
Sektor
Pengelolaan Limbah
sampah 0.61 kg/kapita/hari. Diprediksikan bahwa pada tahun 2020, timbunan limbah padat akan naik dua kali lipat dibandingkan dengan timbulan saat ini.
• Rendahnya tingkat pelayanan Limbah cair di Indonesia dimana tingkat pelayanan di pusat hanya mencapai 2,33% dari total limbah yang harus diolah dengan porsi tangki septik mencapai 46,6%. Untuk limbah cair
domestik, terhitung emisi methan tahun 2010 adalah 540 Gg/tahun dan akan terus meningkat menjadi 568 Gg
Program:
• Program kampanye dan penerapan pengurangan limbah padat domestik melalui prinsip 3R
• Program peningkatan kualitas landfill:
– Controlled Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah.
– Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota
Sektor
Pengelolaan Limbah (2)
– Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota metropolitan.
– Penghentian Open Dumping
– Pemanfaatan gas methan dari landfill
• Program peningkatan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan.
• Program peningkatan ketersediaan fasilitas pengolahan limbah cair untuk wilayah perkotaan dan pedesaan
• UNFCCC mechanism:
– Global Environmental Facility (GEF) – Special Climate Change Fund (SCCF) – Adaptation Fund (AF)
• CDM investment through Bilateral, Multilateral and Unilateral sources
Mekanisme Pendanaan untuk Perubahan Iklim
• Non-UNFCCC mechanism:
– Grant from Bilateral Countries or Multilateral Institutions (ODA and ODA+)
– Foreign Loan (ODA and ODA+):
• Program Loan: only for budget/fiscal support
• Sectoral Loan: related to mitigation, except forest sector