• Tidak ada hasil yang ditemukan

boks2PeringkatDayaSaingInvestasiDaerahProvinsiJamb.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "boks2PeringkatDayaSaingInvestasiDaerahProvinsiJamb."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Boks 2.

PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal

pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti dengan

menurunnya tingkat output, daya serap tenaga kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.

Salah satu kebijakan strategis yang dapat dilakukan guna mengantisipasi hal tersebut dan

juga dalam upaya mempercepat laju perekonomian makro daerah adalah melalui

peningkatan investasi swasta, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri,

terutama dalam bentuk investasi langsung.

Guna menarik minat investor untuk berinvestasi diperlukan upaya untuk

memperbaiki iklim investasi di mana hal ini merupakan tugas penting yang harus

dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah. Dengan terciptanya iklim investasi yang

kondusif, akan memungkinkan suatu daerah untuk memacu daya tumbuh

perekonomiannya.

Peringkat daya saing investasi daerah Provinsi Jambi ditujukan untuk memberikan

informasi mengenai peringkat daya saing investasi suatu daerah dibandingkan dengan

daerah lainnya beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Survei peringkat daya saing

investasi daerah ini dilakasanakan di semua Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi agar

didapatkan informasi secara menyeluruh mengenai kondisi iklim investasi untuk semua

kabupaten kota

Untuk menilai bagaimana daya saing suatu kabupaten/kota terhadap yang lainnya

didasarkan pada 5 faktor utama yaitu faktor kelembagaan; faktor keamanan, politik dan

sosial budaya (kampolsosbud); faktor ekonomi daerah; faktor tenaga kerja; dan faktor

infrastruktur fisik. Pengolahan data yang dilakukan adalah menggunakan Analytical

Hierarchy Process (AHP) yang merupakan salah satu alat dalam pengambilan keputusan

yang dapat membantu kerangka berpikir.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor Kampolsosbud menjadi pertimbangan utama

bagi investor yang ingin berinvestasi di suatu kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yakni

dengan bobot 30%. Faktor kedua yang mempengaruhi daya saing investasi adalah faktor

Ekonomi Daerah dengan bobot 22% diikuti oleh faktor Infrastruktur Fisik dengan bobot

19%, faktor Kelembagaan 17% dan terakhir adalah faktor Tenaga Kerja dengan bobot

12%. Tingginya pertimbangan investor akan faktor kampolsosbud mengindikasikan masih

adanya kecemasan pihak investor sebagai dampak kejadian kekisruhan masa lalu sebagai

(2)

Nilai daya saing investasi antar daerah di Provinsi Jambi menunjukkan angka yang

relatif unik. Daerah yang memiliki tingkat daya saing investasi tertinggi di Provinsi Jambi

adalah Kabupaten Tanjab Timur dengan nilai rata-rata 6,49 sedangkan daerah yang

menempati urutan terakhir adalah kabupaten Sarolangun dengan nilai 5,78. Kota Jambi,

yang secara geografis relatif diuntungkan karena terletak ditengah-tengah Provinsi Jambi

dan sekaligus sebagai ibu kota Provinsi, ternyata menempati urutan ke 8 dari 10

kabupaten kota di Provinsi Jambi.

Grafik 1. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi

6.18

6.49 6.35 6.31 6.28 6.20 6.19 6.11 5.89

5.82 5.78

5.40 5.60 5.80 6.00 6.20 6.40 6.60

Umum Kab. Tanjab Timur Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Merangin Kab. Tanjab Barat Kab. Ma. Jambi Kab. Batanghari Kota Jambi Kab. Tebo Kab. Sarolangun

Berhasilnya Kabupaten Tanjab Timur meraih peringkat pertama sedangkan Kota

Jambi di peringkat ke delapan disebabkan oleh relatif lebih tingginya nilai faktor

keamanan, politik dan sosial budaya serta infrastruktur dan kelembagaan dibandingkan

nilai untuk Kota Jambi sedangkan nilai ini memiliki bobot yang paling besar.

a. Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

Faktor Keamanan, Politik, dan Sosial Budaya (Kampolsosbud) merupakan

pertimbangan utama dalam berinvestasi di Provinsi Jambi. Tingginya pertimbangan

investor akan faktor ini bukan karena kondisi keamanan yang tidak baik, namun lebih

dikarenakan harapan yang tinggi terhadap faktor kampolsosbud, mengingat struktur

ekonomi Provinsi Jambi yang bergantung pada sektor primer (pertanian, perkebunan dan

pertambangan) serta sektor tersier (perdagangan dan jasa).

Sektor primer membutuhkan kemudahan memperoleh hak atas penguasaan

tanah, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha, keamanan usaha, keamanan

masyarakat, dampak unjuk rasa yang rendah, etos kerja masyarakat lokal yang tinggi,

atau paling tidak keterbukaan masyarakat lokal terhadap tenaga kerja dari luar daerah.

Sedangkan sektor tersier membutuhkan keamanan usaha yang tinggi di tempat usaha, di

(3)

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata nilai untuk faktor keamanan, politik dan

sosial budaya adalah sebesar 7. Daerah yang memiliki nilai tertinggi untuk faktor ini

adalah Kab. Tebo dengan nilai sebesar 7,30 sedangkan Kab. Sarolangun merupakan

daerah dengan nilai terendah yaitu 6.33.

Grafik 2. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

7.00

7.30 7.28 7.22 7.08 7.00 6.98 6.91 6.88 6.40

6.33

5.80 6.00 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20 7.40 Umum

Kab. Tebo Kab. Merangin Kab. Tanjab Barat Kab. Kerinci Kab. Tanjab Timur Kab. Ma. Jambi Kab. Bungo Kab. Batanghari Kota Jambi Kab. Sarolangun

Tingginya nilai faktor kampolsosbud di Kab. Tebo mengindikasikan bahwa daerah

ini lebih memiliki tingkat kestabilan dalam hal keamanan dan politik, serta kultur sosial

budaya yang lebih kondusif terhadap investor, baik yang berasal dari dalam daerah sendiri

maupun dari luar daerah. Hal ini tidak terlepas dari status daerah ini sebagai daerah

pemekaran baru dari Kabupaten Bungo yang secara geografis berada pada jalur lintas

Sumatera yang biasanya memiliki karakteristik tingginya heterogenitas masyarakat dan

lebih terbuka. Heterogenitas masyarakat dapat terlihat pada beragamnya suku bangsa

yang didominasi oleh suku Jawa (49,21%) dan suku Melayu Jambi (42,54%). Besarnya

proporsi penduduk migran merupakan indikasi keterbukaan daerah Tebo terhadap semua

pendatang yang bermaksud baik.

b. Faktor Ekonomi Daerah

Faktor Ekonomi Daerah merupakan faktor dengan bobot tertinggi kedua pada

pemeringkat daya saing investasi di kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Hasil survei

menunjukkan bahwa rata-rata nilai untuk faktor ekonomi daerah adalah sebesar 5,22.

Daerah yang memiliki nilai tertinggi untuk faktor ini adalah Kota Jambi dengan nilai

sebesar 6,20 sedangkan Kab. Batanghari merupakan daerah dengan nilai terendah yaitu

3,92. Jauhnya range nilai yang didapatkan masing-masing Kabupaten/kota untuk faktor

ini mencerminkan masih belum meratanya perekonomian di antara kabupaten/kota di

Provinsi Jambi.

Faktor ekonomi daerah terdiri dari tiga variabel yaitu daya beli masyarakat,

(4)

variabel ini. Tingginya nilai daya beli masyarakat di kota Jambi dikarenakan kota ini

merupakan wilayah terbanyak dan terpadat penduduknya, sedangkan tingkat investasi di

sini juga cukup baik sejalan dengan posisinya sebagai ibukota provinsi. Di sisi ekonomi

daerah, perekonomian kota pusat administrasi ini juga berkembang yang disokong oleh

sektor tersier.

Grafik 3. Peringkat daya saing investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Ekonomi Daerah

5.22 6.20 6.08 5.82 5.53 5.37 5.30 4.53 4.50 4.25 3.92

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Umum

Kota Jambi Kab. Kerinci Kab. Sarolangun Kab. Bungo Kab. Merangin Kab. Tanjab Barat Kab. Tebo Kab. Tanjab Timur Kab. Ma. Jambi Kab. Batanghari

c. Faktor Infrastruktur Fisik

Faktor Infrastruktur Fisik merupakan faktor yang menjadi pertimbangan yang

cukup penting dalam berinvestasi. Dukungan infrastruktur yang baik mampu

meningkatkan produktivitas faktor-faktor penentu berinvestasi lainnya. Semakin besar

skala usaha maka kebutuhan akan infrastruktur juga akan semakin besar. Implikasinya,

jika pemerintah daerah menginginkan masuknya investor dengan skala usaha besar maka

pemerintah daerah harus mampu mempersiapkan skala infrastruktur yang juga besar

guna menunjang kegiatan usaha investor. Dua variabel utama dalam menunjang

infrastruktur fisik adalah variabel ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik. Kedua

variabel ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan usaha di daerah.

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata nilai untuk faktor infrastruktur adalah

sebesar 5,51. Daerah yang memiliki nilai tertinggi untuk infrastruktur fisik adalah Kota

Jambi dengan nilai 6,43. Hal ini sangatlah wajar mengingat posisi Kota Jambi sebagai

ibukota Provinsi yang sekaligus merupakan pusat aktivitas ekonomi di Provinsi Jambi

sehingga standar minimal dari kebutuhan infrastruktur (ketersediaan jalan, pelabuhan laut

dan udara) relatif terpenuhi. Posisi kedua ditempati oleh Kabupaten Tanjung Jabung

Timur dengan nilai 6,30. Sebagai kabupaten hasil pemekaran pada tahun 1999,

kabupaten ini dulunya hampir tidak bersentuhan dengan jalan beraspal, sebagai daerah

rawa yang lebih akrab dengan jalan berlumpur, jalan tanah dan miskin fasilitas ekonomi.

Namun setelah pemekaran, pemerintah banyak melakukan perubahan-perubahan secara

(5)

pusat-pusat pemasaran dengan membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan kedua

lokasi aktivitas ekonomi ini, membangun sarana dan prasarana perhubungan antar

pusat-pusat pemerintahan dengan ibu kota kabupaten, membangun berbagai fasilitas ekonomi,

mengadakan beberapa acara nasional di daerah ini dan berlangsung cukup sukses.

Hal yang bertolak belakang terjadi untuk daerah Kabupaten Tebo. Daerah ini

memiliki nilai terendah untuk faktor infrastruktur yaitu sebesar 4,34. Hal ini

mengindikasikan bahwa kabupaten Tebo memiliki ketersediaan infrastruktur yang sangat

terbatas. Karakteristik daerah ini sebagai daerah pemekaran tidak terlepas sebagai faktor

penyebab rendahnya nilai atas ketersediaan infrastruktur dalam mendukung aktivitas

investor.

Grafik 4. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Infrastruktur

5.51 6.43 6.30 5.97 5.84 5.64 5.28 5.03 4.69 4.43 4.34

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Umum

Kota Jambi Kab. Tanjab Timur Kab. Ma. Jambi Kab. Bungo Kab. Batanghari Kab. Tanjab Barat Kab. Merangin Kab. Sarolangun Kab. Kerinci Kab. Tebo

d. Faktor Kelembagaan

Faktor Kelembagaan terdiri dari variabel Kepastian Hukum, Kebijakan dan

Peraturan Daerah, Aparatur dan Pelayanan, serta Kepemimpinan Lokal. Seharusnya faktor

Kelembagaan layak menjadi faktor utama dalam pertimbangan investasi, karena faktor

inilah yang menentukan baik atau tidaknya faktor-faktor lainnya seperti faktor Keamanan,

Politik, dan Sosial Budaya serta Faktor Infrastruktur Fisik. Akan tetapi dipertimbangkannya

faktor Kelembagaan di urutan keempat bukan berarti faktor ini tidak mendapat prioritas

tuntutan investor untuk diperbaiki, malah lebih mungkin karena tuntutan perbaikan

terhadap Faktor Kelembagaan telah membuat investor ”skeptis” dan menganggap

sebagai faktor yang harus diterima apa adanya.

Rata-rata nilai daya saing investasi untuk faktor ini di Provinsi Jambi adalah sebesar

5,92. Nilai ini mengindikasikan bahwa faktor kelembagaan dapat dikatakan kurang

mendukung. Adapun daerah yang memiliki nilai tertinggi untuk faktor kelembagaan ini

adalah Kabupaten Sarolangun sedangkan daerah yang memiliki nilai terendah adalah

(6)

Tingginya nilai untuk Kabupaten Sarolangun disebabkan dampak kebijakan yang

diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan kegiatan investasi swasta, seperti

penegakan supremasi hukum dan penataan peraturan daerah, peningkatan kualitas

aparatur dan pelayanan kepada masyarakat melalui penggabungan instansi/lembaga

pemberi izin usaha (pelayanan satu atap), adanya komitmen Pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan kepada investor mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat

desa.

Rendahnya nilai faktor kelembagaan untuk Kota Jambi (5,00) mengindikasikan

bahwa pemerintahan daerah kurang menata diri dalam melakukan perbaikan mengenai

masalah kepastian hukum, dan pelayanan aparatur, bahkan biaya pengurusan izin dan

dokumen lainya juga sangat membebani.

Grafik 5. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Kelembagaan

5.92 6.24 6.20 6.20 6.19 6.06 5.97 5.59 5.57 5.29 5.00

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Umum

Kab. Sarolangun Kab. Kerinci Kab. Bungo Kab. Tanjab Timur Kab. Merangin Kab. Tanjab Barat Kab. Ma. Jambi Kab. Batanghari Kab. Tebo Kota Jambi

e. Faktor Tenaga Kerja

Faktor Tenaga Kerja terdiri dari variabel Ketersediaan Tenaga Kerja, Kualitas

Tenaga Kerja, dan Biaya Tenaga Kerja. Pertambahan penduduk membuat ketersediaan

dan biaya tenaga kerja tidak menjadi masalah. Masalah justru datang dari kualitas tenaga

kerja.

Kota Jambi, Kabupaten Tanjab Timur dan Tanjab Barat merupakan daerah yang

memiliki nilai terendah untuk faktor tenaga kerja. Hal ini lebih dikarenakan adanya

perbedaan struktur ekonomi dan ketersediaan jumlah tenaga kerja pada daerah yang

bersangkutan. Kota Jambi yang struktur ekonominya lebih berbasis pada sektor

perdagangan dan jasa lebih menuntut kualifikasi tenaga kerja. Demikian juga dengan

Kabupaten Tanjab Timur yang beberapa periode terakhir ini lebih menuntut kualifikasi

(7)

Grafik 6. Peringkat daya saing investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Tenaga Kerja

6.69 7.79 7.65 7.48 7.46 7.28 6.45 6.35 6.20 5.90 5.30

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 Umum

Kab. Batanghari Kab. Tebo Kab. Merangin Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Sarolangun Kab. Ma. Jambi Kota Jambi Kab. Tanjab Barat Kab. Tanjab Timur

REKOMENDASI

1. Faktor Kelembagaan

Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam kaitannya dengan penegakan kepastian

hukum pada setiap kabupaten kota.

Meningkatkan peranan koordinasi oleh pemerintah Provinsi Jambi terkait dengan

rancangan peraturan daerah oleh masing-masing kabupaten kota, yang mengakomodir

dunia usaha dengan memperhatikan aspek efisiensi.

Meningkatkan peranan BKPMD dalam upaya peningkatan kualitas aparatur dan pelayanan

pada dunia usaha dengan berkoordinasi dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah.

Memfasilitasi dan mengkoordinasi antara kabupaten kota dalam penyediaan informasi

potensi investasi pada masing-masing daerah.

2. Faktor Kelembagaan

Memfasilitasi dalam upaya mengeliminir masalah-masalah krusial yang berdampak

terhadap masalah keamanan terutama yang terkait dengan masalah pertanahan.

Melakukan upaya preventif terhadap timbulnya masalah sosial politik, terutama yang

terkait dengan hubungan antara eksekutif dan legislatif.

3. Faktor Ekonomi Daerah

Pemerintah harus mampu mencitrakan Provinsi Jambi sebagai daerah yang memiliki

prospek dan daya tumbuh ekonomi yang baik. Hal ini dapat tercapai melalui kebijakan

ekonomi makro yang dapat berdampak terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan

pertumbuhan konomi sektoral, terutama sektor ekonomi potensial.

Kebijakan diatas harus disertai dengan memperhatikan pembangunan kawasan unggulan

(8)

4. Faktor Ketenaga Kerjaan

Sudah saatnya Pemerintah Provinsi Jambi serius mengaplikasikan prinsip link and match

dalam pengembangan institusi pendidikan yang lulusannya dipersiapkan memasuki pasar

tenaga kerja. Untuk itu, institusi pendidikan yang harus segera dikembangkan adalah

institusi pendidikan setingkat diploma atau politeknik.

Pemerintah harus segera melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam

pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan guna menyiapkan tenaga kerja yang

siap pakai.

5. Faktor Infrastruktur

Pemerintah Provinsi Jambi harus menempatkan program pembangunan infrastruktur

sebagai program prioritas. Dalam pembangunan infrastruktur, terutama diarahkan pada

kawasan sentra produksi yang potensial untuk dimasuki investor.

Perlu dukungan Pemerintah Provinsi Jambi kepada kabupaten kota yang akan

membangun infrastruktur dalam pengembangan daerahnya, terutama yang mengarah

Gambar

Grafik 1. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi
Grafik 2. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Keamanan, Politik
Grafik 3. Peringkat daya saing investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Ekonomi Daerah
Grafik 5. Peringkat Daya Saing Investasi Daerah Provinsi Jambi Faktor Kelembagaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika di Kinerja Penelitian belum tercantum maka silakan ditambahkan sendiri dengan klik “Tambah” yang berada disamping area Riwayat Buku.. Riwayat Buku menjadi nilai tambah

2016.. Sang penolongku Yesus Kristus, karna hanya berkat pertolongan-Nya dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ayah tercinta Andreas Bani dan

Pengabdian pada masyarakat dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat kepada guru-guru Sekolah Dasar mengenai penyusunan bahan ajar dengan tema “menumbuhkan

Selanjutnya model atom Thomson diperbaiki lagi oleh Rutherford dengan model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan

Penambahan minyak ikan yang kaya asam lemak n-3 sampai 2 % dalam ransum yang berbasis pakan jagung tidak meningkatkan titer antibodi yang dihasilkan ayam broiler yang

Yield biogas kumulatif per satuan TS tanpa pendahuluan Kandungan TS 5% dengan perlakuan pendahuluan menghasilkan biogas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa di MAN 2 Model Palu sebelum dan setelah mengikuti pelatihan self- concept building,

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan biaya relevan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atas menerima atau