• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (Peti) Di Daerah Kendilo, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (Peti) Di Daerah Kendilo, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN KONSERVASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH

PENAMBANGAN TANPA IZIN (PETI) DI DAERAH KENDILO, KABUPATEN PASER,

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Edie Kurnia Djunaedi, Ridwan Arif dan Suharsono Kamal

Perekayasa Madya.KPP Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi

ABSTRAK

Bahan galian merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable

resources) dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga

pengelolaannya harus efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan sumberdaya mineral harus memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya optimalisasi manfaat bahan galian, untuk kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan.

Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim Pelitian Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (PETI) di Daerah Kendilo Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur

Kegiatan penambangan bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser telah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu, hingga kini dikelola oleh penambang emas tanpa izin (PETI).

Endapan emas aluvial ini terdiri dari endapan emas aluvial sungai, endapan aluvial purba dan endapan emas koluvial, ketebalan lapisan dari 0,75 meter sampai dengan 1,2 meter. Daerah potensi emas aluvial di Kabupaten Paser terletak di daerah Longsayo, Ketingting dan Swatu.

Sumber daya hipotetik emas aluvial, yang belum ditambang di daerah Longsayo adalah 86,712 kg emas, daerah Ketingting 34,873 kg dan daerah Swatu 582,164 kg. Bahan galian lain dan mineral ikutan hasil analisa mineral butir dalam endapan aluvial adalah magnetit, ilmenit, hematit, amfibol, piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar dan kalkopirit

(2)

PENDAHULUAN

Bahan galian merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non

renewable resources) dan mempunyai

peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan sumberdaya mineral harus memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya optimalisasi manfaat bahan galian, untuk kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan.

Kegiatan PETI berpotensi menyisakan bahan galian oleh karena itu bahan galian pada wilayah PETI perlu penyelidikan untuk diperhitungkan peluang pemanfaatannya. Bahan galian tersebut berupa bahan galian utama, bahan galian lain dan mineral ikutannya.

Konservasi bahan galian adalah upaya pengelolaan bahan galian untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan rakyat secara luas.

Data dan informasi sumber daya mineral tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kelancaran pembangunan dan kegiatan usaha pertambangan secara nasional dan daerah.

Maksud kegiatan Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (PETI) ini adalah untuk evaluasi potensi bahan galian pada wilayah PETI dengan tujuan untuk mengetahui potensi

bahan galian yang masih dapat dimanfaatkan, agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka peningkatan kegiatan usaha pada sektor pertambangan berdasarkan kaidah konservasi.

Secara administratif daerah kegiatan penyelidikan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Pencapaian daerah kegiatan dapat ditempuh dari Bandung – Jakarta menggunakan kendaraan roda empat, dari Jakarta - Balikpapan menggunakan pesawat terbang, kemudian dari Balikpapan menggunakan speedboat atau ferry menuju Panajam. Selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat menuju Tanah Grogot, ibukota Kabupaten Paser dan dilanjutkan ke daerah penyelidikan. Daerah ini secara geografis terletak antara koordinat 00º 49’ 50” – 02º 24’57” LS dan 115º 37’ 23” – 116º 36’ 8,6” BT (Gambar.1).

Kabupaten Paser di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan.

GEOLOGI

Geologi Regional

(3)

merupakan komplek ultramafik dan sebagai batuan yang paling tua, yaitu terdiri dari serpentinit dan harsburgit (Ju) berumur Jura, di atasnya ditutupi oleh Formasi Pintap (Ksp) merupakan perselingan batupasir, greiwake, batulempung dan konglomerat berumur Kapur Awal, selanjutnya secara bersamaan diendapkan Formasi Haruyan (Kvh) terdiri dari lava, breksi dan tuff, berumur Kapur Awal. Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian bawah menghasilkan pengalihan tempat batuan ultra basa oleh sesar naik. Proses itu diikuti dengan kegiatan magma yang menghasilkan terobosan granit, granodiorit dan diorit pada Kapur Akhir.

Secara tidak selaras di atasnya diendapkan Formasi Tanjung (Tet), merupakan perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan napal dengan sisipan tipis batubara berumur Eosen Akhir, pada lingkungan paralik-neritik tebalnya antara 1000-1500 meter, secara bersamaan diendapkan juga Formasi Kuaro, terdiri dari batupasir, konglomerat dengan sisipan batubara, napal, batugamping dan serpih lempungan, diendapkan di lingkungan paralik-laut dangkal, tebalnya 700 meter, berumur Eosen Awal. Selanjutnya diendapkan juga secara bersamaan dengan kedua Formasi di atas yaitu Formasi Talakai, terdiri dari batulempung, batupasir lempungan dan serpih, dengan sisipan batugamping dan napal, diendapkan di lingkungan yang lebih dalam dari Formasi Kuaro, tebalnya 1700 meter, berumur Eosen Akhir.

Formasi Berai (Tomb) terdiri dari batugamping, napal dan serpih. Napal dan serpih menempati bagian bawah Formasi dan merupakan jenis batuan sedimen, diendapkan di lingkungan neritik tebalnya 1100 meter berumur Oligosen-Miosen Awal. Pada umur yang bersamaan diendapkan Formasi Pamaluan (Tomp), terdiri dari batulempung dan serpih dengan sisipan napal, batupasir dan batugamping, diendapkan di lingkungan laut dalam, tebal 1500-2500 meter, berumur Ologosen Akhir-Miosen Tengah, juga pada umur yang bersamaan diendapkan Formasi Bebulu (Tmbl), terdiri dari batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal, diendapkan di lingkungan laut dangkal, tebalnya mencapai 1900 meter, berumur Miosen Awal.

Pada kala Miosen Tengah terjadi susut laut yang mengakibatkan terbentuknya endapan darat yang menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang dan Formasi Balikpapan. Formasi Warukin berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara, diendapkan di lingkungan delta tebalnya antara 300-500 meter, diduga berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir.

(4)

Struktur dan Tektonika

Batuan di wilayah ini semuanya telah mengalami perlipatan dan terpatahkan dari mulai Pra Tersier- Tersier Akhir. Akibat proses tersebut terbentuk adanya antiklin, sinklin dan sesar. Perlipatan batuan membentuk kemiringan antara 10o-60o dan pada batuan Pra Tersier sekitar 40o. Bagian dalam dari perlipatan tersebut umumnya berkemiringan lebih terjal apabila di bandingkan dengan bagian luar, arah sumbu lipatan umumnya utara-selatan sampai timur laut-barat daya. Struktur sesar terdiri dari sesar normal, sesar naik dan sesar geser searah jurus, arah sesar hampir sejajar dengan struktur lipatan.

Sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran menghasilkan sedimen darat yang menyusun Formasi Tanjung dan Formasi Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di Kalimantan Tengah, di beberapa tempat terendapkan karbonat yang membentuk Formasi Tanjung, sedangkan pada kala Miosen Tengah terjadi susut laut yang mengakibatkan terbentuknya endapkan darat yang menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang dan Formasi Balikpapan.

Geologi Daerah Penyelidikan

Endapan Aluvial

Endapan aluvial sungai merupakan hasil pengendapan beberapa jenis batuan, yang telah mengalami pelapukan fisika dan kimia kemudian tergerus dan tertransportasi dengan media air selanjutnya diendapkan pada tepi sungai dengan waktu secara periodik. Hasilnya berupa undak sungai dan

endapan di dalam sungai aktif. Di daerah penyelidikan endapan ini menempati pinggiran Sungai Payang di Longsayo hingga bermuara ke Sungai Kendilo. Secara keseluruhan endapan aluvial tersebut, keadaannya bervariasi tergantung batuan dasar yang tersingkap di daerah penyelidikan, ditemukan secara tidak berkesinambungan.

Material yang diendapkan berupa endapan pasir, kerikil, kerakal sebagian ada yang berukuran bongkah, ketebalannya antara 0,25 m hingga 1,20 m. Di bawahnya sebagai batuan dasar berupa batu lempung berwarna abu-abu tua – kuning kecoklatan mengandung limonit, kemiringan landai antara 5° hingga 12°, tersingkap pada pinggiran sungai di beberapa lokasi penyelidikan. Di atasnya ditutupi oleh soil berwarna kuning kecoklatan sebagian mengandung fragmen batuan berukuran kerikil hingga kerakal, ketebalannya 1m hingga 3 m.

Endapan Aluvial Purba

(5)

Dari Sungai Kendilo ke lokasi endapan ini berjarak sekitar 700 m, dan sebarannya kearah kaki Gunung Hijau sekitar 250 m, di atasnya ditutupi oleh soil dengan ketebalan antara 1m hingga 1,5 m. Ketebalan dari endapan ini bervariasi antara 3 m hingga 5 m terbentuk secara berlanjut dengan singkapan di beberapa tempat pada bekas tambang rakyat dan areal penambangan yang masih aktif. Lapisan endapan aluvial purba pada umumnya sebagian telah mengeras, ditemukan berupa konglomerat polimik dan membentuk perlapisan

Endapan Koluvial

Punggungan perbukitan meratus yang menghasilkan koluvial pada kaki bukitnya di wilayah penyelidikan, adalah kaki Gunung Hijau dan Kaki Gunung Sentiung, terdiri dari batuan ultrabasa jenis serpentinit dan peridotit kemungkinan juga terdapat batuan gang berupa andesit, basal dan granodiorit. Pelapukan dari intrusi-intrusi tersebut kemudian mengalami pelongsoran, erosi dan tertransportasi dekat, sehingga membentuk endapan koluvial.

Endapan koluvial terdiri dari fragmen batuan ultrabasa, andesitik, basaltik dan granodiorit, berukuran kerikil, kerakal hingga bongkah-bongkah dengan diameter hingga mencapai 3 m, bercampur dengan pasir. Bentuk fragmen batuan tersebut barsudut hingga bersudut tanggung, sebagian kecil membulat tanggung memperlihatkan transportasinya tidak begitu jauh dari sumbernya.

Penyebaran endapan ini tidak begitu jauh sekitar 70 m dari kaki pegunungan tersebut

di atas, akan tetapi daerah hulu Sungai Uko ini merupakan daerah yang paling banyak kegiatan penambangan

PERTAMBANGAN

Pertambangan emas aluvial PETI terdapat di Desa Longsayo, di sebelah baratnya terletak di Desa Muarapayang, kearah selatan terletak Desa Prayon, Muarakomam, Sungai Uko, Sungai Srang dan Batu Buntok, daerah-daerah tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Muara Komam. Selanjutnya ke Desa Busui, Seraki, Songka, Kasungkai ke arah timur Batukajang, Legai yang termasuk dalam Kecamatan Batu Sopang (Gambar 3).

Kegiatan penambangan di daerah ini telah lama dilakukan oleh beberapa keluarga secara turun temurun. Sebelumnya masyarakat hanya menambang dengan cara mendulang, namun kini dengan masuknya pendatang bekerja sama dengan penduduk setempat dan seiring kemajuan teknologi, kegiatan penambangan telah menggunakan mesin ‘Dompeng’.

Kegiatan penambangan dilakukan terutama pada daerah-daerah sekitar Sungai Payang, Sungai Kuaro, Sungai Kendilo, Sungai Uko dan Sungai Srang. Keterangan dari penambang PETI hasil penambangan emas aluvial antara 2 gram-20 gram/hari. Kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kabupaten Paser, yaitu dengan cara ;

(6)

2. Cara menghisap pasir dan batuan yaitu dengan meletakan mesin pompa di atas papan yang

beralaskan drum-drum mengambang, selang diletakkan

pada dasar sungai menghisap material yang diperkirakan material dan fragmen batuan yang mengandung emas dan dialirkan ke

sluice box yang beralaskan karpet.

Cara menyemprot dengan air bertekanan tinggi pada dinding dan dasar material untuk melepaskan butiran emas. Selanjutnya aliran lumpur hasil penyemprotan disedot dengan mesin dan dialirkan ke sluice box. Lumpur konsentrat yang mengandung emas dialirkan ke sluice box yang beralaskan karpet, karena butiran emas mempunyai berat jenis tinggi akan mengendap dan terperangkap pada karpet. Setelah beberapa waktu karpet tersebut dicuci dalam tempat tertutup (drum), sehingga butiran-butiran emas terlepas dari karpet dan terkumpul dalam konsentrat. Konsentrat yang mengandung mineral berat kemudian didulang, sehingga terpisah butiran emasnya. Untuk mencegah butiran emas berbutir halus terbuang, konsentrat yang mengandung emas dicampur dengan air raksa, sehingga dengan cara amalgamasi tersebut dapat menangkap butiran emas. Air raksa yang mengandung emas disaring dengan kain payung, sampai mendapatkan emas bulion. Bulion dibakar sehingga butiran emas terpisah dengan air raksa. Proses pembakaran dan pemurnian ini biasanya tidak dilakukan di daerah penambangan tetapi di tempat lain.

Kegiatan penambangan PETI di Desa Longsayo dan Desa Muarapayang secara umum menggunakan cara mendulang. Masyarakat di desa ini terutama di dekat pemukiman dan sungai berupaya mencegah kegiatan yang dapat mencemari lingkungan.

Di Sungai Kendilo desa Legai, Mariga, Songka, Mandaro, Busui dan sekitarnya, Kecamatan Batu Sopang aktifitas penambangan PETI menggunakan mesin penyedot dasar sungai. Hasil pendulangan secara megaskopis terdapat 6 sampai dengan 11 butir emas.

Kegiatan penambangan PETI di daerah Sungai Uko, Batubutok, Ketingting, Swatu dan sekitarnya, terletak pada kaki Gunung Sentiung, dilakukan secara penyemprotan menggunakan mesin dompeng. Bukaan tambang dilokasi ini berukuran 30 X 40 meter, kedalaman 8 meter, dikerjakan oleh 7-10 orang/kelompok. Sluice box yang digunakan umumnya berukuran panjang 6 meter, lebar 0,60 meter dan kemiringan 10 °.

(7)

Pengolahan

Pengolahan emas dilakukan terhadap butiran emas yang masih bercampur dengan logam lainnya, diantaranya dengan perak terutama dari hasil pengambilan emas aluvial purba dan koluvial. Hal ini dilakukan mengingat kadar emas terlalu rendah kemungkinannya antara 40% hingga 55%, sisanya berupa perak dan mineral lainnya.

Endapan emas tersebut dimasukkan ke dalam dulang kemudian dicampur dengan air raksa yang akan menghasilkan bulion, kemudian dibakar untuk memisahkan emas dan perak. Pengolahan dilakukan ditempat lain jauh dari pemukiman, karena menimbulkan polusi dan dapat mengganggu kesehatan terutama pernapasan.

PENGAMBILAN CONTO

Hasil pengambilan conto beberapa titik lokasi dengan cara mendulang di Sungai Payang Desa Longsayo secara megaskopis terdapat 2 sampai dengan 20 butir emas aluvial. Pengambilan conto di daerah Prayon ditemukan daerah bekas tambang, lubang tambang ditinggalkan informasi dari masyarakat sekitarnya hasil tambang tersebut tidak menguntungkan. Hasil pengambilan conto di wilayah penyelidikan, diperoleh conto dulang sebanyak 41 conto, lihat tabel dibawah ini ;

PEMBAHASAN

Penambangan tanpa izin (PETI) yang ditemukan di daerah penyelidikan

konservasi bahan galian adalah emas aluvial. Endapan emas aluvial ini terdiri dari endapan emas aluvial sungai, endapan aluvial purba dan endapan emas koluvial. Hasil penyelidikan lapangan terdapat di beberapa daerah yang ditafsirkan berpotensi untuk dilakukan kegiatan penambangan emas secara sederhana. Diantaranya yaitu endapan emas aluvial di daerah Longsayo, endapan emas aluvial purba di daerah Ketingting dan endapan koluvial di daerah Swatu.

Penambangan emas aluvial di daerah Longsayo pada umumnya dilakukan masyarakat dengan cara pendulangan, seperti yang dilakukan oleh para penambang tradisional, terutama di dekat pemukiman dan aliran sungai Payang. Kegiatan ini hanya sebagai tambahan dan dikerjakan setelah selesai kegiatan rutin seperti berladang, mengambil getah karet dan berkebun.

Hasil penyelidikan di Desa Longsayo diketahui bahwa potensi endapan emas aluvial di wilayah ini, dicirikan dengan banyaknya emas dari hasil pendulangan, yang dilakukan pada beberapa tempat pada lapisan kerikil dan kerakal. Setiap pendulangan diperoleh butiran emas aluvial dengan ukuran halus hingga kasar, berbentuk pipih, hasil setiap pendulangan diperoleh butiran emas sebanyak 8 hingga 15 color

(8)

pemboran. Sedangkan ke arah utara sudah dibatasi oleh perbukitan rendah yang ditempati oleh batulempung dan soil padat.

Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap endapan aluvial di wilayah ini luas sebaran aluvial yang mengandung emas di Longsayo ± 89 hektar atau 890.000m² dengan ketebalan rata-rata 0,75 meter (Gambar 4.). Volume aluvial yang berpotensi mengandung emas yaitu 890.000m² x 0,75 m = 667.500 m³. Perhitungan sumber daya berdasarkan ketebalan aluvial mengandung emas diperkirakan daerah yang telah ditambang pada daerah Longsayo yaitu seluas ± 0,5 hektar atau 5000 x 0,75 = 3.750 m³ sehingga volume sisa daerah prospek Longsayo 667.500 m³- 3.750 m³ = 663.750 m³.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium mineralogi butir dari konsentrat dulang, menghasilkan kadar emas dalam aluvial berkisar antara 0.0078 gr/m³ hingga 0.3037 gr/m³. Hasil dari analisis butir tersebut, maka diperoleh kandungan emas aluvial rata-rata 130,64 mg/ m³ atau 0.13064 gr/ m³. Dari data itu diperkirakan jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial, yang belum ditambang di daerah Longsayo adalah 663.750 m³.x 0,13064 gram/ m³= 86712gram atau 86,712 kg emas.

Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan pengembangan bahan galian emas aluvial di daerah Longsayo perlu dikaji lebih lanjut, karena daerah potensi tersebut terletak pada perumahan penduduk Desa Longsayo.

Penambangan emas aluvial purba di Daerah Ketingting merupakan lokasi penambangan emas yang dilakukan oleh penduduk dengan cara penyemprotan lapisan aluvial purba, kemudian hasilnya diaduk secara manual setelah itu disedot dan dialirkan ke sluice box yang dilapisi karpet. Hasil kegiatan penambangan di daerah ini dalam satu hari diperoleh emas antara 2 gr hingga 4 gr, menurut perhitungan secara ekonomi dapat dianggap kurang ekonomis. Tetapi lokasi pengambilan emas tersebut tidak jauh dari kampung dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua sehingga biaya transport dan logistik dianggap murah.

Luas potensi endapan aluvial purba di daerah Ketingting, adalah ± 73,89 hektar atau 738.900 m², dengan ketebalan rata-rata 1,2 meter (Gambar 5.). Diperkirakan daerah yang telah ditambang 36,945 hektar atau 369.450 m² ( 50%), sisa daerah yang belum ditambang 36,945 hektar atau 369.450 m² (50%). Sehingga volume daerah prospek aluvial purba mengandung emas Sungai Uko yang belum ditambang 369.450 m² x 1,2 m = 443.340 m³.

Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial purba yang belum ditambang di daerah Ketingting adalah 443.340 m³ x 0,07866 gram/ m³= 34873,12 gram = 34,873 kg..

(9)

diperoleh di sungai-sungai. Hasil pengambilan conto pendulangan di daerah Swatu secara megaskopis, diperoleh butiran emas sebanyak 3 sampai dengan 9

color, dari pendulangan conto tailing

terdapat 15 color. Informasi dari penambang di daerah ini, hasil yang mereka dapat sekitar 10-20 gram/hari.

Daerah potensi endapan koluvial Swatu, yaitu seluas ± 40,03 hektar atau 400300 m², dengan ketebalan rata-rata 0,80 meter (Gambar 5.). Maka volume aluvial yang berpotensi mengandung emas 400300 m² x 0,8 m = 320240 m³. Perhitungan sumber daya berdasarkan ketebalan aluvial yang mengandung emas, diperkirakan dengan menghitung luas daerah yang telah ditambang ± 30% atau 12.01 hektar dan sisa daerah yang belum ditambang 28,02 hektar (70%). Sehingga volume daerah potensi Swatu, yang belum ditambang, yaitu 280200m³ x 0,8 m = 224168 m³.

Jumlah sumber daya hipotetik emas koluvial yang belum ditambang di daerah Swatu adalah 224168 m³.x 2,597gram/ m³= 582164 gram = 582,164 kg.

Potensi bahan galian lain dan mineral ikutan di lokasi penambangan emas aluvial tersebut adalah, magnetit, ilmenit, hematit, amfibol, piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar dan kalkopirit yang keterdapatannya bersama-sama dalam endapan aluvial (Lampiran hasil analisa mineralogi butir).

Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan pengembangan bahan galian emas aluvial

purba di daerah Ketingting dan koluvial di daerah Swatu, perlu dikaji lebih lanjut karena terletak di daerah kaki Gunung Hijau dan di lereng Gunung Sentiung.

Hasil analisa conto laboratorium pada daerah Sungai Payang di titik pengambilan conto KDL.8, KDL.9, KDL.10 dan di daerah Sungai Kendilo pada KDL.15, KDL 16, KDL.17, KDL 19, KDL. 20, KDL.21, menunjukan nilai dari 0.026 mg sampai dengan 14 mg. Conto tersebut diatas didapatkan dari wilayah PETI yang menggunakan cara menghisap pasir dan batuan dari dasar sungai aktif (Foto 6.). Pada daerah ini tidak dihitung nilai potensinya karena aktifitas tambang PETI terletak pada sungai aktif yang ditafsirkan pengendapan emas aluvial bergerak mengikuti kecepatan aliran sungai.

Penanganan kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), untuk mendukung pemanfaatan, nilai tambah dan keekonomian sumber daya geologi, perlu dilakukan kebijakan-kebijakan yang di koordinir pemerintah setempat. Dengan upaya arah kebijaksanaan pengelolaan sumber daya mineral yang berwawasan lingkungan, penambangan berdasarkan eksplorasi yang baik, benar dan optimal.

(10)

Selain itu perlu dilakukan bimbingan teknis penambangan yang sistematis kepada penambang, sehingga tidak terjadi penyia-nyian potensi endapan aluvial. Berdasarkan hasil kajian Percobaan Menjalankan Percontohan Pengolahan Emas Letakan (Aluvial) yang dilakukan PPTM (1985) adalah sebagai berikut.

Air penyemprot endapan aluvial tingkat kandungan lumpur/ kekeruhan tidak terlalu pekat dan tidak tercemar oli mesin penggerak, agar lumpur yang disedot kemudian diendapkan pada sluice box,

sehingga pengendapan konsentrat dalam

sluice box berproses dengan baik

Ukuran sluice box yang baik adalah panjang 32 meter, lebar 40 cm, kemiringan 3º dengan dilengkapi riffle dengan umpan berupa ukuran butir , 2 mm, persen padatan 15.5% dan laju aliran air ± 1m³/ menit.

Proses penyaringan secara amalgamasi memakai dengan 2 lapis kain, penyaringan dilakukan berulang, sehingga amalgam yang mengandung emas tidak lolos dan terbuang. Penggunaan air raksa secukupnya, agar tidak merugi dan mencemari lingkungan. Proses pembakaran bullion perlu dilakukan dengan alat incinerator dan alat sublimasi,agar uap air raksa tidak mencemari udara dan bisa diperoleh kembali.

Taman hutan raya Lati Petangis adalah bekas tambang Petangis, yang menjadi kawasan parawisata dan memiliki fasilitas dan berwawasan lingkungan Fasilitas

Parawisata dilengkapi Shillter, bangku taman, areal bermain, bumi perkemahan, lapangan sampah, bangunan MCK, danau, dermaga sepeda air, rumah makan, tempat pemancingan dan bangunan bekas tambang, menjadikan taman hutan ini sebagai tempat parawisata yang nyaman. Bekas tambang yang telah direklamasi dengan tanaman cepat tumbuh menjadi taman hutan yang dilengkapi tempat penangkaran sapi, kambing dan manjangan. Taman hutan raya Lati Petangis ini dapat dijadikan salah satu contoh reklamasi daerah bekas tambang di Indonesia.

.

KESIMPULAN.

Potensi bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser, belum terinventarisasi di Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi, Kabupaten Paser.

Daerah potensi emas aluvial di Kabupaten Paser terletak di daerah Longsayo, Ketingting dan Swatu. Ketebalan endapan aluvial yang berpotensi mengandung emas di wilayah ini bervariasi, mulai dari 0,75 meter sampai dengan 0,8 meter dan 1,20 meter.

Kegiatan penambangan bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser telah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu, hingga kini dilakukan oleh penambang emas tanpa izin (PETI). Penambangan emas aluvial pada umumnya menggunakan satu atau dua unit Dompeng dan sluice box

(11)

tailing dibeberapa lokasi penambangan masih terdapat butiran-butiran emas

Bahan galian aluvial yang belum ditambang di daerah Longsayo volumenya = 663.750 m³. Volume aluvial purba yang belum ditambang di daerah Ketingting 443.340 m³ dan volume koluvial di daerah Swatu 224168 m³.

Jumlah Sumber daya hipotetik bahan galian emas aluvial yang masih tersisa di daerah Longsayo 86,712 kg emas. Ketingting 34,873 kg emas dan Swatu 582,164 kg emas.

Potensi bahan galian lain dan mineral ikutan dari hasil analisa butir adalah magnetit, ilmenit, hematit, amfibol,piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung,feldspar dan kalkopirit.

Hutan Raya Petangis adalah daerah bekas tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia (PT.BHP KCI), dapat dijadikan contoh pengelolaan Pasca tambang di Indonesia.

SARAN-SARAN

Perlu Kebijakan-kebijakan yang pemerintah setempat untuk penanganan kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), agar pengelolaan sumber daya mineral dapat optimal.

Bukaan hutan akibat kegiatan PETI di daerah kaki dan lereng Gunung Sentiung dan Gunung Hijau, sebaiknya menjadi perhatian pemerintah daerah, agar tidak

terjadi kerusakan lingkungan dan kemungkinan terjadi bencana alam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat dan Umar,1994, Peta Geologi Lembar Balikpapan, Kalimantan Skala 1 : 250.000 PPPG. Bandung

2. Lahar H, 2001 dkk, Kegiatan Pendataan Bahan Galian yang Tertinggal di Tambang Batubara Daerah Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Laporan Tahunan DIK-S Tahun Anggaran 2001, DIM

(12)

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan, Kab. Paser, Prov. Kalimantan Timur Kab. BARITO UTARA

Kab. KUTAI BARAT

Kab. PASER

Kab. KOTA BARU

Kab. KUTAI

Kontur topografi Keterangan :

PETA LOKASI PENYELIDIKAN KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

(13)

Sumber : Peta Geologi Lembar Balikpapan, 1994

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dan Sekitarnya

0 20 Kab. BARITO UTARA

Kab. KUTAI BARAT

Kab. PASER

Kab. KOTA BARU

Kab. KUTAI

Formasi Olistolit Kintap

Formasi Pintap

(14)
(15)
(16)

Foto 3. Endapan koluvial di kaki Gunung Sentiung di daerah Swatu

(17)
(18)
(19)

Gambar 3 . Peta lokasi pengambilan conto di Kabupaten Paser, Prov. KalTim

Titik Pengambilan Contoh

20

kilometer

PETA LOKASI PENGAMBILAN CONTO KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

9760000

Kab. BARITO UTARA

Kab. KUTAI BARAT

Kab. PASER

Kab. KOTA BARU

(20)
(21)
(22)

Tabel 1. Pengambilan conto pada wilayah PETI di daerah Kendilo dan sekitarnya, Kabupaten Paser, KalimantanTimur

No No.Contoh Lokasi Koordinat Keterangan

Lintang Selatan Bujur Timur

1 KDL.1 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 31’55,2” 115฀ 52’ 01,1” Aluvial

2 KDL.2 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 31’49,2” 115฀ 52’ 01,2” Aluvial

3 KDL.3 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 31’46,6” 115฀ 52’ 03,3” Aluvial

4 KDL.4 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 31’43,1” 115฀ 52’ 07,5” Aluvial

5 KDL.5 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 30’29,0” 115฀ 52’ 17,0” Aluvial

6 KDL.6 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 32’03,3” 115฀ 51’ 50,7” Aluvial

7 KDL.7 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 32’04,2” 115฀ 51’ 41,1” Aluvial

8 KDL.8 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 32’04,2” 115฀ 51’ 41,1” Aluvial

9 KDL.9 Sungai

Payang, Longsayo

01฀ 31’55,2” 115฀ 51’ 36,0” Aluvial

10 KDL.10 Sungai Payang, Longsayo

01฀ 31’55,2” 115฀ 51’ 36,0” Aluvial

11 KDL.11 Sungai Payang, Longsayo

(23)

12 KDL.12 Muara Sungai .Payang

01฀ 31’46,2” 115฀ 50’ 21,7” Aluvial

13 KDL.13 Sungai Kendilo Muara Payang

01฀ 33’52,0” 115฀ 49’ 25,8” Aluvial

14 KDL.14 S. Kendilo, Ds Prayon

01฀ 36’39,2” 115฀ 50’ 09,9” Aluvial

15 KDL.15 S. Kendilo, Ds Legai

01฀ 52’38,5” 115฀ 56’ 18,2” Aluvial

16 KDL.16 S. Kendilo, Ds Batu Sopang

01฀ 51’58,2” 115฀ 55’ 46,8” Aluvial

17 KDL.17 S. Kendilo, Ds Batu Sopang

01฀ 51’58,2” 115฀ 55’ 46,8” Aluvial

18 KDL.18 S. Kendilo, Ds Mariga

01฀ 48’58,1” 115฀ 54’ 52,2” Aluvial

19 KDL.19 S. Kendilo, Ds Songka

01฀ 49’34,1” 115฀ 52’ 01,8” Aluvial

20 KDL.20 S. Kendilo, Ds Busui

01฀ 47’19,0” 115฀ 50’ 14,6” Aluvial

21 KDL.21 S.Kendilo,Kes ungkai

01฀ 47’19,0” 115฀ 50’ 14,6” Aluvial

22 KDL.22 S.Kendilo, Sungai Terik

01฀ 47’14,0” 115฀ 50’ 17,0” Aluvial

23 KDL.23 S. Kendilo, Ds Busui

01฀ 47’23,5” 115฀ 50’ 14,9” Aluvial

24 KDL.24 S. Kendilo, Ds Busui

01฀ 47’23,5” 115฀ 50’ 14,9” Aluvial

25 KDL.25 S. Kendilo, Ds Mandaro

01฀ 43’46,2” 115฀ 49’ 37,7” Aluvial

26 KDL.26 S. Kendilo, Ds Mandaro

01฀ 43’46,2” 115฀ 49’ 37,7” Aluvial

27 KDL.27 S. Kendilo, Ds Buntok Lama

(24)

28 KDL.28 S. Kendilo, Ds Buntok Lama

01฀ 41’30,7” 115฀ 50’ 22,4” Aluvial

29 KDL.29 S. Kendilo, Ds Buntok Lama

01฀ 41’30,7” 115฀ 50’ 22,4” Tailing

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan, Kab. Paser, Prov. Kalimantan Timur
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dan Sekitarnya
Gambar 3  . Peta lokasi pengambilan conto di Kabupaten Paser, Prov. KalTim
Gambar 4.  Potensi Emas Aluvial di Daerah Longsayo
+3

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dihasilkan oleh angket adalah sejumlah angka yang menjelaskan tingkat jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan kuisoner. Angka yang kemudian

Hal ini terlihat dari kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya, persepsi masyarakat tentang penanganan sampah masih tertumpu pada pemerintah, padahal

Metode yang digunakan untuk memprediksi yaitu metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS).. Pada penelitian ini metode ANFIS diimplementasikan dengan struktur

sakit rekam medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan.. efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas, morbiditas dan

Demikian agar menjadi maklum dan atas perhatian saudara-saudara kami mengucapkan terima kasih.. Bandung , 15

Pokja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang Kegiatan APBD Kabupaten akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Keputusan Kepala Satuan II Pelopor Nomor: Kep/81/XII/2016 tanggal 22 Desember 2016 perihal penunjukan tugas sebagai Pejabat Pengadaan 1(satu) paket Senjata Api di Satuan

Sesuai Perpres No.54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang terakhir diubah dengan Perpres No.4 tahun 2015 beserta petunjuk teknisnya tentang pengadaan