• Tidak ada hasil yang ditemukan

M00753

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M00753"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Asam Amino Pada Tepung Gaplek Terfortifikasi Tepung Kedelai

(

Glycine max

(L))

(Analysis of Amino Acids on Dried-Cassava Flour Fortified Soybean

(

Glycine max

(L)) Flour)

Yohanes Martono, Lucia Devi Andriani, Sri Hartini, Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia

Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga. yohanes_mart@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kebutuhan yang besar akan tepung terigu di Indonesia dapat diatasi dengan melakukan diversifikasi bahan pangan lokal seperti gaplek. Peningkatan kadar protein dan pengayaan asam amino dapat dilakukan melalui fortifikasi tepung gaplek dengan tepung kedelai secara fermentasi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi asam amino pada tepung gaplek terfortifikasi. Metode meliputi pembuatan tepung gaplek terfortifikasi dengan perbandingan 25 g tepung kedelai dan 5 g jamur dari 100 g gaplek (substrat) dan difermentasi selama 40 jam, identifikasi asam amino menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asam amino teridentifikasi pada tepung gaplek terfortifikasi adalah aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, isoleusin, leusin, dan lisin.

Kata kunci : gaplek, fortifikasi, fermentasi, asam amino ABSTRACT

The great demand of flour in Indonesia can be overcome with diversification of local food source, such as dried-cassava. Enhancement of proteins and enrichment of amino acids can be created by fortifying with soy-flour through fermentation in dried-cassava. The purposes of this study were to identify amino acids in fortified dried-cassava flour. The methods involved making fortified dried-cassava flour with ratio of 25 g (soy-flour) and 5 g (yeasts) of 100 grams dried-cassava during 40 hours fermentation, identifying amino acids using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The results showed that the the amino acids in fortified dried-cassava flour were aspartate, glumatate, serine, histidine, glicine, arginine, alanine, tyrosine, methionine, valine, isoleusine, leusine, and lysine.

Keywords: dried-cassava, fortification, fermentation, amino-acid.

PENDAHULUAN

(2)

impor terigu Indonesia dari Januari - Agustus 2011 sudah mencapai 433.429 ton (Rosallina, 2011). Padahal, masalah ketahanan pangan ini dapat diatasi dengan diversifikasi pangan berbasis bahan pangan dasar lokal. Hal tersebut juga sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal (Anonim,2010).

Indonesia merupakan negara ke-4 sebagai negara penghasil gaplek dengan jumlah produksi sebesar 20 juta ton dari 220 juta ton produksi dunia (Anonim, 2007). Gaplek merupakan salah satu olahan ubi kayu (tanaman lokal) yang dikeringkan dengan energi yang dihasilkan sebesar 363 kilokalori namun kandungan protein hanya sebesar 1.1 gram per 100 gram tepung gaplek (Hidayat dkk, 2000). Padahal protein merupakan salah satu kriteria untuk menentukan nilai gizi bahan makanan (Arief, 2007). Pengayaan protein dapat dilakukan dengan fortifikasi tepung kedelai melalui proses fermentasi. Melalui fermentasi ini terjadi perombakan senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan memiliki daya cerna amat tinggi (Silvia, 2009).

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Hadinataria, 2011), kondisi optimum dalam pembuatan tepung gaplek terfortifikasi adalah tepung gaplek difermentasi dengan tepung kedelai dan ragi (25 : 5) selama 42,12 jam. Pada kondisi ini, kadar protein terlarut yang dihasilkan adalah sebesar 9,00%. Namun, pada penelitian sebelumnya ini belum dilakukan identifikasi asam amino pada tepung gaplek terfortifikasi. Padahal, mutu protein juga dinilai dari kandungan asam amino pada suatu bahan pangan (Winarno, 1997). Selain itu tepung gaplek terfortifikasi ini juga berpotensi untuk menggantikan tepung terigu.

Selama proses fermentasi, protein kedelai akan terdegradasi menjadi asam amino, sehingga protein terlarut akan meningkat dari 0,5% menjadi 2,5% (Deliani, 2008). Protein terlarut merupakan oligopeptida dan terdapat rantai kurang dari 10 asam amino serta memiliki sifat mudah diserap oleh sistem pencernaan, (Purwoko dan Handajani, 2007). Asam amino yang diperlukan tubuh adalah asam amino esensial karena asam amino esensial lebih cepat diserap dibandingkan asam amino non esensial di dalam tubuh (Linder, 1985). Selain itu, ketersediaan asam amino essensial juga menentukan kualitas gizi protein (De Man, 1997). Protein kedelai mengandung 9 jenis asam amino esensial, yaitu : sistein, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin (Dwianingsih, 2010).

(3)

METODE PENELITIAN Bahan Dan Piranti

Bahan

Singkong yang digunakan adalah singkong varietas Gatot Kaca yang didapatkan dari daerah Salatiga. Kedelai yang digunakan adalah kedelai (Glycine max (L)) varietas Galunggung dan ragi yang digunakan adalah Ragi Ra-prima yang diperoleh dari Pasar Raya Salatiga. Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah NaOH, CuSO4.5H2O , NaK-Tartat, akuades, HCl, butanol, asam asetat glasial, ninhydrin, etanol, HCN, tetrahidrofuran(THF), ortophaldehid, leusin, fenilalanin, metionin, sistein, lysin-monochloryde, dan treonin ( Merck-Germany).

Piranti

Piranti yang digunakan antara lain : drying cabinet, grinder, ayakan aperture 250µm -mesh no. 60, centrifuge (EBA 21 Hettich Zentrifugen), kertas saring, Spektrofotometer (Optizen UV 2120), kuvet, alat reflux, Plat KLT (Silica Gel 60 F 254 (Merck-Germany)),

chamber, waterbath, Neraca Acis AD-600H, kertas saring Whatman 0,2 c, kromatografi cair kinerja tinggi (Shimadzu LC 10), dan piranti gelas.

Metode

Pembuatan Gaplek (Hadinataria, 20011)

Singkong dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil, selanjutnya potongan singkong direndam dengan air garam selama 1 malam. Potongan singkong kemudian dikeringkan dalam drying cabinet pada suhu 50oC selama 1 malam dan setelah kering, gaplek siap untuk perlakuan berikutnya.

Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi (Hadinataria, 2011)

(4)

Identifikasi Asam Amino dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Preparasi Sampel

Enam puluh miligram sampel ditambah 4 ml HCl 6 M, kemudian dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 1100 C. Selanjutnya hasil hidrolisis dinetralkan dengan NaOH 6 M hingga 10 ml dan disaring dengan kertas saring Whatman 0,2 c.

Dua puluh lima mikroliter sampel ditambah larutan OPA ( Ortophalaldehid ) sebanyak 300 µ L dan diaduk selama 5 menit. Selanjutnya, 20 µ L sampel dimasukkan ke dalam injektor KCKT.

Analisis Sampel

Sampel dianalisis dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (Shimadzu LC 10) pada fase diam kolom Licrospher ® 100 RP 18 (125 x 4 mm,5 µm ). Sebagai fase gerak adalah Eluent A : metanol : 50 mM natrium asetat : Teterahidrofuran (THF) dan Eluent

B :65 % metanol. Analisa ini dilakukan pada suhu 27 0C dengan kecepatan alir 1 ml/menit serta dideteksi dengan detektor fluorosen pada panjang gelombang 360 dan 460 nm. Standar asam amino yang digunakan sebagai pembanding adalah asam aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, isoleusin, leusin, lisin, dan fenilalanin. Analisis Data

Data kromatogram asam amino hasil analisis KCKT dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

Kromatogram standar asam amino dengan konsentrasi 50 ppm (f) dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan masing-masing kromatogram sampel gaplek, kontrol tepung gaplek yang difermentasi 40 jam (G40), tepung gaplek terfortifikasi pada fermentasi 0 jam (GF0), tepung gaplek terfortifikasi pada fermentasi 20 jam (GF20), dan tepung gaplek terfortifikasi pada fermentasi 40 jam (GF40) dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4, 5, dan 6.

Gambar1. Kromatogram Standar Asam Amino 50 ppm

Keterangan : Standar dianalisa pada fase diam kolom Licrospher ® 100 RP 18 (125 x 4 mm,5 µ m ) dan fase gerak adalah Eluent A : metanol : 50 mM natrium asetat : Teterahidrofuran (THF) dan Eluent B :65 % metanol.

Suhu analisa adalah 27 0C dengan kecepatan alir 1 ml/menit serta dideteksi dengan detektor fluorosen pada panjang gelombang 360 dan 460 nm.

Gambar 2. Kromatogram Sampel Gaplek

(6)

Gambar 3. Kromatogram Sampel G40

Keterangan : Kondisi analisa sampel gaplek sama dengan kondisi yang digunakan pada Gambar 1.

Gambar 4. Kromatogram Sampel GF0

Keterangan : Kondisi analisa sampel gaplek sama dengan kondisi yang digunakan pada Gambar 1.

Gambar 5. Kromatogram Sampel GF20

(7)

Gambar 6. Kromatogram Sampel GF40

Keterangan : Kondisi analisa sampel gaplek sama dengan kondisi yang digunakan pada Gambar 1.

Pengayaan jumlah asam amino juga terjadi pada tepung gaplek kontrol menjadi tepung gaplek terfortifikasi selama proses fermentasi. Asam amino yang muncul setelah proses fermentasi adalah leusin dan sistein.Hasil ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aro dan Aletor (2012) yang menunjukkan selama proses fermentasi terjadi pengayaan asam amino pada kulit ubi kayu.

(8)

Tabel 1. Konsentrasi Asam Amino Pada Gaplek dan GF40

Ket : * menandakan bahwa asam amino tidak terkuantifikasi Asp = asam asapartat, Glu = Glutamat, Ser = serin, His = Histidin, Glis = Glisin, Arg = Arginin, Ala = Alanin, Tyr = Tirosin, Met = Metionin, Val = Valin, Ile = Isoleusin, Leu = Leusin, Lys = Lisin, Phe = Fenilalanin

Gaplek merupakan suatu bahan pangan lokal yang memiliki kadar protein yang sangat rendah yaitu sebesar 1,8 %. Walaupun kadar protein yang sangat rendah, gaplek memiliki jenis asam amino yang bervariasi, antara lain (dapat dilihat pada Tabel 1) : asam aspartat, glutamat, serin, glisin, arginin, alanin, tirosin, valin, isoleusin, dan leusin, namun kadar asam amino yang terkandung dalam gaplek juga sangatlah kecil bahkan beberapa asam amino seperti asam aspartat, valin, dan isoleusin tidak terkuantifikasi. Suatu bahan makanan dapat diperkaya atau ditingkatkan gizinya melalui fermentasi (Winarno, 1997). Fortifikasi dengan tepung kedelai yang dilakukan pada gaplek serta adanya proses fermentasi dapat meningkatkan kadar serta memperkaya jenis asam amino seperti histidin, metionin, dan lisin yang muncul pada sampel GF40. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan asam amino ini diakibatkan oleh mikroorganisme pada ragi yang memiliki aktivitas proteolitik yang mampu menguraikan protein menjadi bentuk lebih sederhana yaitu asam amino sehingga kadarnya pun meningkat (Deliani, 2008).

(9)

Proses fermentasi ini juga dapat berlangsung karena adanya mikororganisme (Rhizopus oligosporus). Menurut Hesseltine (1965) dalam Deliani (2008) jamur Rhizopus oligosporus

bersifat proteolitik dan ini penting dalam pemutusan protein. Jamur ini akan mendegradasi protein selama fermentasi menjadi dipeptida dan seterusnya menjadi senyawa NH3 atau N2 (Winarno, 1997). Sehingga, semakin lama proses fermentasi berarti semakin lama kesempatan jamur mendegradasi protein, sehingga kesempatan untuk terjadinya perubahan jenis asam aminopun semakin besar selagi jamur tersebut masih memiliki kemampuan tersebut (Deliani, 2008). Selain itu berdasarkan penelitian Mursyid (2005) menyatakan bahwa terjadi peningkatan kadar yang tajam pada 14 jenis asam amino selama 72 jam waktu fermentasi pada onggok yang digunakan sebagai bahan pakan ayam yaitu sebesar 246%. KESIMPULAN

Kesimpulan

Asam amino yang teridentifikasi dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, isoleusin, leusin, dan lisin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Potensi Ekspor Gaplek Indonesia Ke China Mencapai Us$150 Juta. http://www.antaranews.com/view/?i=1194593012&c=ekb&s= [28 Februari 2012] Anonim, 2010. Rapat Konsolidasi Percepatan Penganekarakaman Pangan.

http://kantorketahananpanganblora.blogspot.com/2010/02/rapat-konsolidasi-percepatan.html [30 Maret 2012]

Arief, Ratna Wylis. 2007. Penentuan Kualitas Protein Jagung dengan Metode Protein Efficiency Ratio.

http://www.puslittan.bogor.net//index.php?bawaan= publikasi/isi_informasi&kod= P G2 06/02&kd= 1&id_menu= 5&id_submenu= 21&id= 157 [12 Desember 2011]

Aro S.O dan V.A. Aletor. 2012. Proximate composition and amino acid profile of differently fermented cassava tuber wastes collected from a cassava starch producing factory in Nigeria. Livestock Research for Rural Development. ISSN 0121-3784. 24 March 2012. Deliani, 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi

Asam Lemak dan Asam Fitat Pada Pembuatan Tempe. Tesis. Medan. Sekolah PascaSarjana Univeristas Sumatera Utara.

DeMan, J.M. 1997. Kimia Makanan, Hal. : 105. Penerbit ITB, Bandung.

Dwianingsih, E.A. 2010. Karakteristik Kimia Dan Sensori Tempe Dengan Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras Dan Penambahan Angkak Serta Variasi Lama Fermentasi.

(10)

Hadinataria, Nerissa. 2011. Pemanfaatan Tepung Kedelai (Glycine Max (L)) Dalam Optimalisasi Pembuatan Tepung Gaplek Berprotein Sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu. Skripsi. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana, FSM-Kimia.

Hesseltine, C.W. 1965. Research at Nothern Regional Laboratory on Fermented Food. Proc. Conf. Soybean Products for Protein in Human Foods, USDA.

Hidayat, S. Prihatin and L. Budiono. 2000. Kontribusi Gaplek Sebagai Substitusi Makanan Pokok terhadap Kecukupan Energi dan Status Gizi Balita Keluarga Petani Tadah Hujan Semarang. Penelitian Hibah Bersaing.

Linder, M.C. 1985. Nutrional Biochemistry and Metabolism. Elsiver Science Publishing Company, Inc., California

Musryid W. M, Ali. 2005. Solid State-Fermentation on Cassava Pomace with Aspergillus oryzae: The Evaluation of Proteins and Amino Acids Content, Digestibility, and Bioavailability Energy For Broiler Roasters. Buletin Peternakan Vol. 29(2), 2005. ISSN 01246-4400.

Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2012. Metabolisme Asam Amino. Bahan Kuliah Biokimia D III Kebidananan, Dinkes, Ponorogo.

Purwoko dan Handajani. 2007. Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus. Jurnal Ilmiah Biodiversitas Vol. 8, No:2, 223-227. ISSN : 1412-033X, April 2007.

Rosallina, 2011.Konsumsi Tepung Terigu Nasional Melambat. http://www.tempo.co/read/news/2011/10/27/090363609/Konsumsi-Tepung-Terigu-Nasional-Melambat [7 Desember 2011]

Rusli, Kurniawan Ridho. 2011. Giving Grounds Remaining Mixture Bran And Tofu Fermentation With Monascus Purpureus Performance And Eggs Quality Of Layer.

Tesis. Padang. Universitas Andalas.

Silvia, Ayu. 2009. Pengaruh Penambahan Varietas Berat Inokulum terhadap Kualitas Tempe Biji Durian (Durio zibethinus). Skripsi. Medan. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1. Sedangkan masing-masing kromatogram sampel gaplek,  kontrol tepung gaplek
Gambar 3. Kromatogram Sampel G40 Keterangan : Kondisi analisa sampel gaplek sama dengan kondisi yang digunakan pada Gambar 1
Gambar 6. Kromatogram Sampel GF40 Keterangan : Kondisi analisa sampel gaplek sama dengan kondisi yang digunakan pada Gambar 1
Tabel 1. Konsentrasi Asam Amino Pada Gaplek dan GF40

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus II peneliti telah memperoleh data bahwa persentase tiap aspek keaktifan belajar siswa dan hasil belajar

Yang dimaksud dengan "kerjasama dengan pemegang hutan hak" adalah pemegang izin industri dapat menampung bahan baku kayu dari kebun atau tanah milik masyarakat,

Dalam Laporan Proyek Sistem Informasi ini, penulis mencoba membuat sistem transaksi penjualan barang menjadi lebih mudah dan cepat bagi user yang terlibat dalam

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Terhadap Hasil Belajar

Pelaporan dengan basis akrual dapat memberikan manfaat yaitu menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan

Karakter berikutnya yang diuji adalah ikatan senyawa dengan protein plasma, hal ini dilakukan untuk sediaan yang akan diberikan secara intra-vena untuk mengetahui

Oleh karena defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase dapat menyebabkan kurangnya pembentukan NADPH, maka defisiensi enzim tersebut juga berakibat tidak terbentuknya

Telah dilakukan penelitian tentang penyerapan logam zinkum (Zn) dalam air limbah pabrik benang karet menggunakan batu bara aktif yang diaktifasi dan analisisnya