• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PENUGASAN DENGAN TEKNIK

KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

IPA SISWA KELAS V

Ni L. Sridarsini

1

, I Dw. Kade Tastra

2

, I Gst. Ngr. Japa

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: luhsridarsini@yahoo.com

1

, kadetastra@undiksha.ac.id

2

,

ngjapa_pgsd@yahoo.co.id

3

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester I SD N 3 Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapkan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V semester 1 SD N 3 Tinga-Tinga sebanyak 34 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan tes. Data yang didapatkan dari metode observasi adalah data tentang aktivitas belajar dan data yang didapatkan dari metode tes adalah data tentang hasil belajar IPA selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Data hasil penelitian menunjukkan pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai 74,7% dan hasil belajar siswa mencapai 61,05%. Pada siklus II aktivitas belajar siswa mencapai 81,4% dan hasil belajar siswa mencapai 83,1%. Dengan demikian aktivitas belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga dengan diterapkannya metode penugasan dengan teknik kerja kelompok mengalami peningkatan.

Kata kunci : Metode Penugasan, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar

Abstract

The problem in this study is the low activity and student learning outcomes IPA. Based on these problems, this research aims to improve science learning activities and outcomes in the first semester of fifth grade students of SD N 3 Tinga-Tinga Gerokgak Buleleng regency school year 2013/2014 through the assignment method to apply the techniques of group work. Type of research is a classroom action research subjects were students of class V Semester 1 SD N 3 Tinga-Tinga many as 34 people. This study was conducted in two cycles , each cycle consisting of four meetings. Data collection in this study was conducted using observation and tests. Data obtained from observation method is data on learning activities and the data obtained from the test method is science learning outcome data were then analyzed by quantitative descriptive techniques. The data results showed in the first cycle of student learning activities reached 74.7% and the learning outcomes of students reached 61.05%. In the second cycle activity reached 81.4% of student learning and student learning outcomes reached 83.1%. Thus the learning activities and learning outcomes in class V IPA SD N 3 with Tinga-Tinga assignment method with the application of techniques of group work has increased.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan nasional,

pendidikan diartikan sebagai upaya

meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin

pelaksanaan dan kelangsungan

pembangunan. Peningkatan kualitas

pendidikan harus dipenuhi melalui

peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Pendidikan merupakan upaya untuk

membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Sumber daya manusia merupakan

salah satu faktor penting dalam

keberhasilan pembangunan disegala

bidang. Pendidikan merupakan wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran.

Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan

pada pencapaian tujuan dan target

kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif,

efektif dan menyenangkan dalam

pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru

dalam menggerakkan, menjelaskan

gambaran ide dari suatu materi. Salah satu pelajaran yang menggunakan alat peraga adalah pelajaran IPA. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dengan lebih menyadari

kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam

menimbulkan serta mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif dan

inovatif. Agar tujuan tersebut dapat

tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa

secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,

sistematis, berobjek, bermetode dan

berlaku secara universal”. Liang Gie (dalam Sutrisno, 2007:87) menyatakan “bahwa

ilmu pengetahuan adalah kumpulan

sistematis dari pengetahuan”. Ilmu

pengetahuan yang dipandang sebagai proses, merujuk pada aktivitas ilmiah. Setiap aktivitas ilmiah memiliki ciri yang rasional, bersifat kognitif dan memiliki tujuan. Dalam melakukan aktivitas ilmiah yang bersifat kognitif, anda harus memiliki tujuan yaitu mencari kebenaran dan mencari penjelasan yang terbaik saat itu. Beliau juga berpendapat bahwa IPA

merupakan usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:35) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat, (4) mengembangkan

ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

(3)

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek menurut

Depdiknas (2006:110) dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ruang Lingkup Bahan Kajian IPA

No. Bidang kajian Aspek-aspek Kajian

1 Makhluk hidup dan proses

kehidupan

Manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya terhadap lingkungan serta kesehatan

2 Benda/ Materi, sifat-sifat dan kegunaannya

Cair, padat dan Gas

3 Energi dan perubahannya Gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan

pesawat sederhana

4 Bumi dan alam semesta Tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit

lainnya. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Di tingkat SD/MI diharapkan ada

penekanan pembelajaran Salingtemas

(Sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diharapkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana. Pembelajaran IPA

sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri

ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek

penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan

pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas,2006).

Menurut Pedoman Pelaksanaan

Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar (1994;4) “metode penugasan yaitu suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah disiapkan guru”. Dalam melaksanakan tugas, siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung dan nyata. Tugas dapat diberikan secara berkelompok atau perorangan. Melalui metode penugasan siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan

dan pembiasaan untuk bekerja sendiri serta bersikap jujur.

“Metode penugasan dapat juga diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat

dilaksanakan secara perorangan atau

secara kelompok sesuai dengan

perintahnya” (Dimyati dan Mudjiono,

1992/1993:67). Sedangkan menurut

Mulyani Sumantri dan Johan Permana

(1998/1999:151) “metode penugasan

adalah dapat diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun

di rumah secara perorangan atau

berkelompok dengan tujuan untuk

merangsang anak untuk aktif belajar”. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penugasan

merupakan suatu cara pemberian

kesempatan kepada siswa untuk

melaksanakan tugas, baik secara individu, maupun kelompok berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau materi terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam proses pembelajaran di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan oleh

kurikulum maka metode ini sangat

membantu.

Metode penugasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik

(4)

kerja kelompok. Menurut pendapat Sudjana (2000:160) teknik kerja kelompok adalah

suatu langkah yang digunakan oleh

pendidik untuk membantu peserta didik

supaya mereka mampu melakukan

kerjasama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan

kegiatan pembelajaran tertentu yang

ditugaskan kepada para peserta didik. Adapun kelebihan dari pembelajaran dengan teknik kerja kelompok adalah sebagai berikut. 1) Kelompok memiliki sumber belajar yang lebih banyak daripada individu. Ini berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman yang hanya satu orang, 2) Anggota kelompok sering diberikan masukan dari anggota yang lain, 3) Kelompok akan

menghasilkan keputusan yang lebih

banyak, 4) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi dan 5) Melalui interaksi kelompok,

anggota dapat meningkatkan saling

pengertian diantara anggota kelompok mereka. Sintak dari metode ini ialah setelah menerima materi dari guru, siswa secara

berkelompok maupun dapat juga

perorangan mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru dan selanjutnya

membahas tugas yang telah dikerjakan dalam kegiatan konfirmasi.

Aktivitas belajar adalah bentuk

kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran baik kegiatan fisik, yang mudah diamati maupun kegiatan fisikis

yang sulit diamati. Kegiatan fisik

diantaranya adalah membaca, mendengar, menulis, meragakan. Sedangkan kegiatan

psikis seperti mengingat kembali isi

pelajaran, meyimpulkan hasil eksperimen,

membandingkan suatu konsep dan

sebagainya (Dimyati dan Moedjiono, 1994).

Tastra (dalam Depdikbud,2006)

menyatakan bahwa aktifitas belajar

merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa, baik secara fisik maupun mental, pikiran dan perasaan, sosial serta sesuai

dengan perkembangan anak. Ciri-ciri

aktivitas belajar yaitu, adanya dorongan ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan, memberikan banyak gagasan dan usul

suatu masalah, bebas menyatakan

pendapat, dapat bekerja sendiri, dan

senang mencoba hal-hal yang baru

(Rusyan:1993).

Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar, karena prestasi belajar itu sendiri merupakan hasil belajar yang biasanya dinyatakan dengan nilai. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Moedjiono (1994:4) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”. Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Menurut Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2008:277) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

menggunakan alat pengukuran, yaitu

berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Menurut Dimyati dan Moedjiono (1994:40) membagi ciri-ciri belajar ada tiga yaitu (1) hasil belajar memiliki kapasitas

berupa pengetahuan, kebiasaan,

keterampilan, sikap dan cita-cita, (2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring. Sedangkan Fontana (dalam Winataputra, 2007:55) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman”. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri

siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai (Sudjana, 2005:39). Seperti dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 2005:39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan

siswa dan 30% dipengaruhi oleh

(5)

yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,

seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis (Sudjana, 2005:39-40).

Sofyatiningrum (dalam Bawa, 2008:57)

mengungkapkan ”salah satu faktor

eskternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah: faktor sekolah yang mencangkup metode mengajar agar hasil belajar dapat optimal, guru harus dapat menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat dan mengelolanya dengan baik”.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah mutu pembelajaran IPA

yang perlu ditingkatkan secara

berkelanjutan untuk mengimbangi

perkembangan teknologi. Untuk

meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Hal ini terbukti dari hasil belajar IPA siswa SD N 3 Tinga-Tinga yang cenderung kurang. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena siswa menganggap pelajaran IPA itu sulit. Sehingga siswa kurang berminat untuk belajar IPA, juga dianggap kurang menarik untuk dipelajari dan kurangnya dukungan dari orang tua siswa. Orang tua

tidak pernah memperhatikan

perkembangan anaknya setelah pulang sekolah, karena sibuk bekerja. Peneliti

melihatnya dari pengamatan secara

langsung situasi di masyarakat, yang dapat dilihat dari hasil ulangan siswa dan keseharian siswa dikelas tidak mencapai KKM yaitu 61. Hanya beberapa siswa saja yang mampu mencapai KKM. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA. Salah

satunya adalah dengan menerapkan

metode penugasan dengan teknik kerja kelompok. metode penugasan merupakan suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas, baik

secara individu, maupun kelompok

berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Metode penugasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik kerja kelompok. Menurut pendapat Sudjana (2000:160) teknik kerja kelompok adalah

suatu langkah yang digunakan oleh

pendidik untuk membantu peserta didik

supaya mereka mampu melakukan

kerjasama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan

kegiatan pembelajaran tertentu yang

ditugaskan kepada para peserta didik.

Adapun kelebihan dari pembelajaran

dengan teknik kerja kelompok adalah sebagai berikut. (1) Kelompok memiliki sumber belajar yang lebih banyak daripada individu. Ini berarti bahwa pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman yang hanya satu orang, (2) Anggota kelompok sering diberikan masukan dari anggota yang lain, (3) Kelompok akan

menghasilkan keputusan yang lebih

banyak, (4) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi dan (5) Melalui interaksi kelompok,

anggota dapat meningkatkan saling

pengertian diantara anggota kelompok mereka.

Berdasarkan uraian yang telah

dijabarkan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Tinga-Tinga setelah diterapkannya metode penugasan dengan teknik kerja kelompok.

METODE

Penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yaitu “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara proporsional” (Suyanto,1997:56). Adapun tahapan pada siklus penelitian

yaitu tahap perencanaan meliputi

menyamakan persepsi dengan guru dan mempersiapkan semua instrumen yang diperlukan dalam penelitian; tahap tindakan berupa penerapan metode penugasan dengan teknik kelompok kerja; tahap

evaluasi/observasi, observasi yang

dilakukan adalah untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam belajar kelompok dan evaluasi dilakukan pada setiap pertemuan; dan tahap refleksi, dilakukan setiap akhir siklus untuk mencari kelemahan-kelemahan

(6)

dan melakukan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Bila digambarkan, ke empat tahapan kegiatan dalam penelitian ini tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Setiap Siklus (Agung, 2010)

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode observasi dan metode tes. Dalam penelitian ini, metode observasi

digunakan untuk mengumpulkan data

tentang aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Metode tes adalah cara

memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau seorang atau kelompok orang yang

dites. Tes yang dilakukan dapat

menghasilkan skor yang selanjutnya

dibandingkan dengan kriteria tertentu

(Agung, 2010).

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 34 orang yang terdiri dari 17 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar IPA. Kegiatan penelitian ini disesuaikan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di SD N 3

Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak

Kabupaten Buleleng pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 bulan.

Setelah data terkumpul, data

dianalisis dengan menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif. Dalam pengantar metodologi penelitian, Agung

(2010) menyatakan bahwa,” metode

analisis deskriptif kuantitaif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti

sehingga diperoleh suatu kesimpulan

umum”.

Dalam analisis data dipergunakan pengolahan data melalui menyusun tabel frekuensi, Mean (M) dan model Pedoman Acuan Penilaian (PAP) skala lima. Adapun pedoman konversi PAP skala lima tentang kriteria aktivitas dan hasil belajar dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Kriteria Aktivitas dan Hasil Belajar

Persentase Kriteria Aktivitas Belajar Kriteria Hasil Belajar

90 - 100 80 - 89 65 - 79 55 - 64 0 - 54 Sangat aktif aktif cukup aktif kurang aktif Sangat kurang aktif

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Dalam penelitian ini, kriteria yang

digunakan untuk menunjukkan keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah (1) terjadi peningkatan hasil belajar dari data

observasi awal, (2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesuai atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 61.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang

menggunakan lembar observasi dan hasil tes, didapatkan hasil aktivitas dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran.

Data ini dipakai untuk mengetahui

persentase aktivitas pembelajaran siswa pada masing-masing siklus. Data yang diperoleh tersebut, kemudian dianalisis

menggunakan metode analisis data

deskriptif kuantitatif dengan cara

menghitung rata-rata aktivitas dan hasil

belajar (M), menghitung rata-rata

persentase aktivitas dan hasil belajar (M%),

dan menbandingkan rata-rata persen

aktivitas dan hasil belajar (M%) tersebut dengan PAP skala lima sehingga diperoleh

simpulan: sangat aktif/aktif/cukup

aktif/kurang aktif/sangat kurang aktif untuk aktivitas belajar dan sangat tinggi/tinggi/

sedang/rendah/sangat rendah. Setelah

dilakukan analisis deskriptif kuantitatif, maka diperoleh persentase aktivitas dan hasil belajar siswa pada masing-masing siklus. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa adalah 74,7% berada pada kategori cukup aktif, sedangkan persentase hasil belajar siswa adalah 61,05% berada pada kategori rendah dengan rata-rata 12,21. Ini berarti hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Berdasarkan data tersebut,

maka kriteria keberhasilan yang ingin dicapai belum terpenuhi. Hal ini terjadi karena (1) proses pembelajaran belum berjalan secara optimal, (2) siswa masih

terbawa perilaku diam mendengarkan

ceramah guru, (3) siswa masih pasif dalam proses pembelajaran, (4) siswa masih mengandalkan salah satu temannya untuk

menampilkan hasil diskusi, dan (5)

kurangnya partisipasi siswa dalam

menyimpulkan materi.

Pada siklus II persentase aktivitas belajar siswa adalah 81,4% berada pada kategori aktif. Dari 34 orang siswa, jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas sangat aktif sebanyak 18 orang. Jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas baik sebanyak 8 orang, dan jumlah siswa yang memperoleh tingkat aktivitas cukup aktif sebanyak 7 orang. Persentase tingkat aktivitas secara klasikal sebesar 81,4%. Sedangkan persentase hasil belajar siswa adalah 83,1% berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 16,62. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 12,21 menjadi 16,05. Peningkatan persentase hasil belajar secara klasikal sebesar 22,05%.

Untuk lebih jelasnya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa

No Jenis Data Siklus I Siklus II Peningkatan

1 Aktivitas Belajar 74,7% 81,4% 7,2%

2 Hasil Belajar 61,05% 83,1% 22,05%

Berdasarkan tabel 3. di atas, dapat digambarkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II seperti gambar 2.

Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa

(8)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas belajar dan hasil belajar siswa masuk dalam kategori rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan siswa banyak yang kurang mampu bekerja sama dengan baik dikelompoknya. Mereka

masih mengandalkan temannya yang

dianggap mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan ada siswa yang merasa mampu sehingga dia

mengerjakan tugas sendiri tanpa

memperhatikan pendapat atau masukan

dari temannya. Tidak hanya itu,

berdasarkan masukan dari guru observer, rendahnya aktivitas siswa disebabkan karena guru lebih banyak memberikan ceramah dan kurang membimbing siswa

dalam bekerja kelompok. Untuk itu,

bersama guru observer langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II yaitu sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II siswa diberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa mengetahui dan memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan metode penugasan, menekankan pada siswa bahwa langkah dalam kegiatan pembelajaran selalu ada penilaian baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang diajarkan untuk merangsang siswa lebih aktif berbicara dan menjawab pertanyaan serta menekankan kepada siswa bahwa semua siswa mempunyai hak untuk

berpartisipasi memperagakan hasil

diskusinya bukan hanya satu orang saja dalam kelompok tersebut. Guru juga akan

mengajak siswa untuk mencoba

menyimpulkan materi yang dibahas dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dibahas dan menyarankan siswa untuk memperbaiki atau menambah simpulan dari temannya

serta melakukan pendekatan secara

individu terutama kepada siswa yang hasil belajarnya kurang. Dari hasil refleksi tersebut, maka dipandang perlu untuk melanjutkan tindakan penelitian ke siklus II karena dari hasil yang diperoleh belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian.

Berdasarkan hasil obeservasi pada siklus II, siswa sudah aktif dalam proses

pembelajaran, hal ini terbukti dengan siswa

benar-benar memperhatikan materi

pelajaran yang dijelaskan oleh peneliti, aktif dalam kerja kelompok dan berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dari

hasil hasil obervasi yang dibantu oleh observer, diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I ke siklus II meningkat. Begitu juga dari hasil tes individu yang diberikan kepada siswa, diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II meningkat. Dengan demikian kategori keberhasilan penelitian meningkat menjadi kategori tinggi. Dilihat dari data tersebut maka hasil belajar siswa kelas V SD N 3Tinga-Tinga pada siklus II telah mecapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti yaitu hasil belajar meningkat dari data observasi awal dan peningkatan hasil belajar memenuhi tuntutan KKM.

Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus II peneliti telah memperoleh data bahwa persentase tiap aspek keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan berupa penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPA kelas V SD N 3

Tinga-Tinga Tahun Pelajaran 2013/2014.

Ketuntasan belajar siswa kelas V telah mencapai KKM secara klasikal.

Melihat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu dengan menerapkan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok, sangat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar yang optimal serta sangat baik digunakan dalam

peningkatan kualitas pembelajaran di

sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2006:86) sebagai

mana dikutip dalam

www.dedenbinlaode.we.id yang diakses tanggal 18 Januari 2013 mengemukakan

bahwa Metode penugasan diartikan

sebagai suatu cara interaksi belajar

mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok, sehingga

siswa menjadi aktif dalam belajar.

(9)

dikarenakan adanya pemberian motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dan merasa terdorong untuk lebih giat dalam belajar. Hal ini sesuai

dengan pendapat Uno (2006) yang

menyatakan bahwa pemberian motivasi ekstrinsik berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik yang dapat menimbulkan

rangsangan tertentu menyebabkan

seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Siswa sudah berani menyampaikan pendapat maupun bertanya karena motivasi

yang diberikan. Suwatra (2007:16),

menyatakan bahwa “Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar

dalam diri siswa akan membangun

keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran”. Berdasarkan pendapat

tersebut, siswa yang malu bertanya

diberikan motivasi dengan memberikan penguatan positif agar berani dan merasa percaya diri dalam memberikan tanggapan atau bertanya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan: (1) penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga tahun pelajaran 2013/2014, (2) penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 3 Tinga-Tinga tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran: (1) siswa disarankan agar dapat lebih termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, (2) disarankan kepada guru agar selalu berupaya untuk menigkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya pada pembelajaran IPA, (3) disarankan kepada kepala sekolah agar

terus berupaya memperbaiki proses

pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas sekolah, (4) disarankan kepada

peneliti lainnya untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan yang terjadi pada

penerapan metode penugasan dengan teknik kerja kelompok, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan lancar.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja

Bawa, S. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung:Tinta Emas.

Depdikbud. 1997. Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:Depdiknas.

Depdiknas. 1994. Pedoman Pelaksanaan

Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Debdikbud.

---. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Depdiknas.

Dimyati dkk. 1993. Belajar dan

pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 1994. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta:Proyek Pembinaan dan

Peningkatan Pendidikan.

Djamarah, 2006. “Metode Penugasan”.

Tersedia pada

www.dedenbinlaode.we.id (diakses tanggal 18 Januari 2013).

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada. Rusyan, Tabrani. 1993. Pendidikan dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung:Bina Budaya.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Sinar Baru Algensindo.

(10)

---. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung:Sinar Baru

Algensindo.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative

Learning Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sutrisno Leo, dkk. 2007. Pengembangan

Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suwatra, dkk. 2007. Modul Belajar dan

Pembelajaran. Singaraja: UNDIKSHA

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suyoso, dkk. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakart: IKIP

Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Kriteria Aktivitas dan Hasil Belajar
Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam meneliti kepuasan konsumen, nilai yang dirasa terhadap loyalitas konsumen dan word of mouth (WOM) pada pengguna mobil Toyota dengan menggunakan metode

Pengumpulan data dari penelitian ini adalah: (1) data hasil belajar dari siklus I dan siklus II yang dilakukan siswa dan diambil dari penilaian tes hasil belajar oleh

SEGMEN BERITA REPORTER B Banyusumurup, Desa Kerajinan Aksesoris Keris. miniatur

Prosedur pengembangan modul pembelajaran matematika berbasis e-learning ini melalui tahap-tahap yaitu:(1) tahap penelitian dan pengumpulan data informasi awal, (2) tahap

Novel duet Clara dan Icha ini terdiri dari tiga cerita dengan tiga tokoh utama yang berbeda juga, yaitu Jurnal (bukan diary) Rizal Zaigham Harahap, Catatan

Rukun dan syarat pada praktek pembiayaan mudharabah dengan sistem musiman di KSPS BMT Logam Mulia Gubug Grobogan sudah terpenuhinya rukun pada pembiyaan

Perilaku spesies Anopheles yang diamati adalah perilaku menggigit (biting behavior) dan istirahat (resting behavior). Perilaku menggigit spesies Anopheles disebut

Peran nyata Indonesia pada masa Orde Baru dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara yang sesuai dengan tujuan didirikannya