BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pertama kali pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan
dilaksanakan secara lengkap melalui Sensus Konstruksi 1977. Kemudian secara lengkap pula
terintegrasi pada Sensus Ekonomi 1986, Sensus Ekonomi 1996, dan Sensus Ekonomi 2006.
Seiring dengan makin diperlukannya informasi mengenai kegiatan usaha konstruksi
rumahtangga/perorangan, maka secara tersendiri pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik
melaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan untuk pertama kali, yang
disebutSurvei Usaha Konstruksi Tidak Berbadan Hukum (VTBH12 Konstruksi). Pada tahun
2013ini dengan sampel yang sama seperti VTBH12 Konstruksi, Badan Pusat Statistik
kembali akan melaksanakan pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan
yang kedua melaluiSurvei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 pada beberapa kabupaten/kota
di seluruh Indonesia.Perubahan nama dan identitas ini mengacu pada tingkatan kualifikasi
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang tertuang dalam Undang Undang
No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Tingkatan kualifikasi ini terdiri dari grade 6 dan
grade 7 disebut dengan kualifikasi Besar, grade 5 disebut dengan kualifikasi Menengah,
grade 2; 3; dan 4 disebut dengan kualifiakasi Kecil sedangkan grade 1 disebut dengan
kualifiaksi Perorangan.Sementara VTBH diganti menjadi SKP yang merupakan akronim dari
Survei Usaha Konstruksi Perorangan.
Survei Usaha Konstruksi Perorangan Tahun 2013 yang selanjutnya disebut SKP13
diselenggarakan untuk mengetahui profil, keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan
karakteristik kegiatan usaha konstruksi perorangan yang menyebar pada beberapa
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sedang untuk pencacahan sampel SKP13 dilakukan
melalui pendekatan usaha.
Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS
Kabupaten/Kota, pedoman pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan
bagi pengawas agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama berkaitan dengan
1.2. Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan SKP13:
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Statistik.
c. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPS.
d. Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.
1.3. Tujuan
Secara umum Survei Usaha Konstruksi Perorangan(SKP13) bertujuan untuk
mengetahui profil usaha konstruksi perorangan di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. SKP13 akan mengumpulkan dan
menyajikan data tentang kegiatan usaha konstruksi perorangan pada tingkat nasional.
Secara khusus tujuan SKP13 adalah mendapatkan informasi dasar tentang berbagai
informasi mengenai kegiatan, seperti:
a. Banyaknya usaha
b. Banyaknya tenaga kerja
c. Pengeluaran untuk tenaga kerja
d. Struktur input dan output
e. Permodalan
f. Kendala dan prospek usaha
g. Keterangan lain yang berkaitan dengan usaha konstruksi perorangan
1.4. Ruang Lingkup
Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13) dilaksanakan di beberapa
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Banyaknya kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei
adalah 160 kabupaten/kota yang tersebar di 33 Provinsi.
Sampel SKP13sebanyak 12.000 usaha konstruksi perorangan yang berusaha di sektor
konstruksi dengan sistem borongan baik borongan bahan dan tenaga kerja maupun borongan
1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan
Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam SKP13:
a. Daftar SKP13-P terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu:
Blok I : Keterangan Tempat
Blok II : Ringkasan
Blok III : Keterangan Petugas dan Pengesahan
Blok IV : Catatan
Blok V : Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi
Blok VI : Keterangan Penarikan Sampel
b. Daftar SKP13-S terdiri dari 11 (sebelas) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat
Blok II : Keterangan Usaha
Blok III : Keterangan Umum dan Bimbingan/Pelatihan
Blok IV : Pekerja, Hari Kerja, Balas Jasa, dan Upah
Blok V : Biaya/Pengeluaran Selama Setahun yang Lalu
Blok VI : Pendapatan Selama Setahun yang Lalu
Blok VII : Ringkasan
Blok VIII : Permodalan
Blok IX : Kendala dan Prospek Usaha
Blok X : Keterangan Responden dan Petugas
Blok XI : Catatan
1.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan SKP13
Adapun jadwal kegiatan dan pelaksanaan SKP13yang dilaksanakan pada tahun 2013 seperti tabel di bawah ini:
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
(1) (2) (4)
1. Penyusunan Metodologi, Kuesioner dan Buku Pedoman Januari 2013
2. Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Pebruari 2013
3. Pengiriman Dokumen ke BPS Provinsi/Kabupaten/Kota Maret 2013
4. Listing dan Pengambilan Sampel Mei 2013
5. Pencacahan Sampel (Daftar S) Juni 2013
6. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota Juni – Juli 2013
7. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS Provinsi Juli 2013
9. Pengiriman dokumen hasil pencacahana ke BPS Agustus 2013 10. Pengolahan (Data Entri & Pasca Konputer) di BPS RI Agust –Sept 2013 11. Finalisasi Tabulasi Hasil di BPS RI 1 – 15 Oktober 2013 12. Penulisan Naskah Publikasi di BPS RI 16 – 30 Oktober 2013
13. Pencetakan Publikasi di BPS RI 1 – 14 Nopember 2013
14. Penyebaran/Diseminasi Publikasi 15 – 31Nopember 2013
1.7. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan
1) Peta SP2010-WA
Satuan pengamatan SKP13 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, salinan peta
desa/kelurahan (SP2010-WA) sangat dibutuhkan oleh pencacah sebagai panduan dalam
mengenali wilayah tugasnya agar tidak terjadi lewat cacah maupun cacah ganda. Hal ini
sekaligus untuk memberikan keyakinan bahwa pencacahan yang dilakukan tidak akan
melewati batas wilayah kerjanya.
Dokumen SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan
muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode
wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi
informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti
simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta.
Dalam Gambar 1, Sketsa SP2010-WA berisi informasi di Desa Limboro dengan
kode wilayah 7204082005.Desa ini terdiri dari 6 blok sensus dan 8 rukun tetangga, BS
berkode 001B dan 005B berasosiasi masing-masing dengan RT 7 dan RT 8. Kode BS
002B berasosiasi dengan gabungan RT 6 dan RT 5, kode BS 003B berasosiasi dengan
gabungan RT 3 dan RT 4, dan kode BS 004B berasosiasi dengan gabungan RT 1 dan RT
2. Simbol tempat kedudukan kantor camat, kantor desa/kelurahan, masjid, sekolah, dan
lain-lain tergambar di dalam sketsa peta akan memudahkan proses pencarian respon
kegiatan SKP13.
Beberapa hal yang harus disiapkan berkaitan dengan peta SP2010-WA adalah
sebagai berikut:
BPS Kabupaten/Kota menyediakan peta Desa/Kelurahansampel SP2010-WA terpilih.
Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahanharus diselesaikan oleh 2 (dua) orang
pencacah, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua.
Pembagian tugas kerja di lapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan
BS dalam peta SP2010-WA.
Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada pencacah pada saat pelatihan untuk
digunakan dalam pendataan.
Gambar 1. Contoh peta Desa/Kelurahan SP2010-WA
2) Daftar SKP13-P
Daftar SKP13-P digunakan untuk pemutakhiran pengusaha/usaha konstruksi
perorangan. Daftar ini dicetak (print) pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.
Untuk 1 (satu) desa/kelurahanyang menggunakan 2 (dua) orang pencacah, maka
Daftar SKP13-P Konstruksi harus diprint rangkap 2 (dua).
Pada lembar SKP13-P ini disediakan baris kosong untuk diisi berdasarkan hasil
3) Daftar SKP13-RD
Daftar SKP13-RD diisi oleh pengawas dan digunakan untuk merekap jumlah usaha
konstruksi perorangan per desa/kelurahan.
Daftar SKP13-RD sebagai dasar BPS kabupaten/kota mengalokasikan target sampel
usaha konstruksi peroranganper Desa/Kelurahan per bidang pekerjaan utama.
4) Daftar SKP13-DS
Daftar SKP13-DS adalah daftar nama dan alamat sampel usaha konstruksi
perorangan terpilih per desa/kelurahan.
5) Daftar SKP13-S
Daftar SKP13-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha
konstruksi perorangan terpilih.
6) Lembar Pembantu
Lembar Pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi dari narasumber
tentang keberadaan calon responden hasil snowballing. 7) Buku Pedoman
Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Pimpinan BPS Propinsi dan Pimpinan
BPS Kabupaten/Kota, untuk Pencacah dan Pengawas dalam melakukan pencacahan
maupun petunjuk bagi para Pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan.
Alur pendistribusian dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan2013(SKP13)
seperti pada gambar di bawah ini:
BAB
II
METODOLOGI
2.1. Cakupan Wilayah
Survei Usaha Konstruksi Perorangandilaksanakan di 1.200 Desa/Kelurahan pada 160
Kabupaten/Kotayang tersebar di 33 Provinsi Indonesia.
2.2. Pembentukan Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk
pemilihan desa/kelurahan dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha.
Kerangka sampel pemilihan desa/kelurahanadalah daftar nama desa/kelurahankondisi
Juli 2011yang dilengkapi dengan informasi banyaknya usaha konstruksi hasil Sensus
Ekonomi (SE2006).
Kerangka sampel pemilihan usaha konstruksi adalah daftar usaha konstruksi hasil
pencacahan SE2006 dengan Daftar SE2006-L2,yaitu isian pada Daftar SE2006-L2
Rincian 11 yang berkode 9 (usaha) dan Rincian 14.dberkategori NK (Non
kualifikasi).Kerangka sampel ini dimutakhirkan dengan Daftar VTBH12-P pada tahun
lalu dan dilengkapi dengan daftar usaha hasil pemutakhiran berdasarkan Daftar
SKP13-P.
2.3. Metode Pemilihan Sampel
Survei dirancang menggunakan desain sampel 2 (dua) tahap (two-stage sampling design), dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut:
Tahap pertama, pada setiap kabupaten/kota dipilih desa/kelurahansecara probality proportional to size (PPS) dengan size jumlah usaha konstruksi perorangan hasil SE2006.
Tahap kedua, dari setiap desa/kelurahan terpilih, dipilih sejumlah usaha konstruksi
perorangan dari hasil pendaftaran usaha konstruksi perorangan didesa/kelurahan
terpilih secara linear systematic sampling.
Pemilihan sampel desa dilakukan di BPS RI, sedangkan pemilihan sampel usaha
Jumlah sampeldesa/kelurahan dan usaha
Banyaknya sampel desa/kelurahanSKP13 adalah 1.200 desa/kelurahan, dan 12.000
usaha konstruksi perorangan. Alokasi jumlah sampel desa/kelurahan per kabupaten/kota
dilakukan secara proporsional berdasarkan banyaknya desa/kelurahan yang terdapat usaha
konstruksi perorangan per kabupaten/kota terhadap total usaha konstruksi perorangan di
kabupaten/kota terpilih.
2.4. Metode Identifikasi Responden
Identifikasi responden dilakukan dengan Daftar SKP13-P. Identifikasi ini dilakukan
untuk memperoleh data populasi usaha konstruksi perorangan di setiap desa terpilih yang
selanjutnya digunakan sebagai kerangka sampel untuk pemilihan sampel usaha. Petugas
harus melakukan identifikasi adanya usaha konstruksi perorangan di setiap desa secara
optimal.
Pengumpulan data pada pelaksanaan SKP13 dilakukan dengan kunjungan dan
wawancara langsung dengan responden. Sedang penentuan responden melalui proses
identifikasi rumahtangga/usaha konstruksi SE2006 (Daftar SKP13-P) dan snowballing.
Metode identifikasi responden SKP13 dilakukan dengan cara snowballing. Pendataan dengan snowballing atau getok tular adalah pendataan usaha konstruksi perorangan berdasarkan informasi dari berbagai narasumber termasuk pengusaha yang dikunjungi oleh
pencacah. Metode ini dilakukan dalam suatu wilayah desa/kelurahan usaha konstruksi
perorangan. Pengidentifikasian dimulai dengan mengkonfirmasi keberadaan pengusaha
konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-P kepada Ketua atau pengurusSatuan
Lingkungan Setempat (SLS), seperti Ketua Rukun Tetangga/Dusun/Lingkungan/Jorong,
maupun tokoh masyarakat setempat. Hasil konfirmasi dari narasumber ini adalah identifikasi
pengusaha konstruksi perorangan, yang selanjutnya harus dikunjungi oleh pencacah. Apapun
hasil kunjungan pada pengusaha tersebut, pencacah harus melakukan proses snowballing, yaitu dengan menanyakan kepada pengusaha konstruksi tersebut apakah ada pengusaha
konstruksi yang lain yang berada dalam desa/kelurahan tersebut.Informasi yang diperoleh
2.5. Alokasi Sampel Usaha
1. Alokasi sampel usaha per bidang pekerjaan utama
Dari populasi usaha menurut bidang pekerjaan utama, seluruh usaha konstruksi sipil
dan khusus dipilih sebagai sampel (take all), sedangkan sampel usaha konstruksi gedungdiperoleh dari pengurangan target sampel usaha dengan sampel usaha sipil dan
khusus. Penghitungan alokasi sampel usaha menurut bidang pekerjaan utama untuk setiap
kabupaten/kota dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
nij : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupateni, bidang pekerjaan
utama j (1 = gedung, 2 = sipil, 3 = khusus),
ni : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i,
Nij : Populasi usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang pekerjaan utamaj.
Contoh:
Dari rekapitulasi usaha konstruksi perorangan menurut bidang pekerjaan utama hasil
pemutakhiran denga Daftar SKP13-P di suatu kabupaten, diperoleh 449 usaha yang bidang
pekerjaan utamanya gedung, 3usaha konstruksi sipil, dan 35 usaha konstruksi khusus.
Diketahui target sampel usaha untuk kabupaten tersebut diketahui sebanyak 80 usaha.
Alokasikan menurut bidang pekerjaan utamadilakukan sebagai berikut:
Bidang pekerjaan utama
2. Alokasi sampel usaha per desa
setiap desa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota setelah pemutakhiran seluruh usaha
konstruksi perorangan selesai dilakukan dalam satu kabupaten. Jumlah sampel usaha
konstruksi perorangan per bidang kegiatan utama pada setiap desa terpilih dihitung dengan
rumus power allocation dengan α = 0,5 , yaitu:
nijk : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan
utama j, desa k,
nij : Target sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan
utama j,
Nijk : Jumlahpopulasi usaha konstruksi perorangan hasil pemutakhiran di kabupaten i,
bidang kegiatan utama j, desa k.
Contoh:
Dari hasil pemutakhiran usaha konstruksi pada desa terpilih di suatu kabupaten diperoleh
populasi usaha konstruksi perorangan dengan bidang pekerjaan utama konstruksi gedung
seperti pada tabel berikut pada Kolom (2). Bila target sampel usaha bidang pekerjaan utama
konstruksi gedung sebesar 42, maka alokasi jumlah sampel untuk setiap desa dapat dihitung
sebagai berikut:
Tabel. Rekap populasi usaha konstruksi bidang pekerjaan utama gedung per desa
Provinsi: …
2.6.Penarikan Sampel Usaha
Penarikan atau pengambilan sampel usaha dilakukan setelah pemutakhiran usaha
dalam satu desa/kelurahan selesai dilakukan dan target sampel per BPU sudah diperoleh dari
BPS Kabupaten/Kota.Tugas penarikan atau pengambilan sampel usaha konstruksi
perorangan dalam satu desa/kelurahan dilakukan oleh pengawas. Keterangan pengambilan
sampel usaha terdapat pada Daftar SKP13-P Blok VI.Tahapan pengambilan sampel usaha
dijelaskan sebagai berikut:
- Periksa apakah pemberian tanda cek () pada Kolom (11) s.d.Kolom (13) sudah benar
yaitu terisi hanya jika isian Kolom (8) berkode 1. Cek pula apakah benar setiap baris
yang sesuai hanya ada satu tanda cek.
- Periksa apakah pemberian nomor urut disamping kanan tanda cek pada Kolom (11)
s.d.Kolom (13) sudah benar, yaitu berurutan mulai nomor 1 pada Kolom (11) halaman
pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, kemudian dilanjutkan ke Kolom
(12) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, dan nomor halaman
pertama pada Kolom (13) sampai halaman terakhir yang terisi. Jika ditemui ada
kesalahan, perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel.
- Contoh : Untuk Kolom (11) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian
nomor dimulai dari : 1, 2, 3, 4, ....27. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada
Kolom (12) halaman pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2,
3, .... 11. Selanjutnya pemberian nomor untuk Kolom (13) halaman pertama hingga
halaman terakhir dengan nomor 1, 2, 3, ....7. Contoh pemberian nomor urut Daftar
SKP13-P Blok V Kolom (11) s.d. Kolom (13) halaman 1 s.d. terakhir:
Halaman 1 dari 5 halaman
1 2 3
(11) (12) (13)
1
1
2
Halaman 2 dari 5 halaman
1 2 3
(11) (12) (13)
3
2
2
. . . .
Halaman 5 dari 5 halaman
1 2 3
(11) (12) (13)
27
11
7
usaha dengan cara:
Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma.
- Gunakan angka random (AR) yang tertera pada Daftar SKP13-P Blok I Rincian 6, untuk
mendapatkan nomor urut sampel rumahtangga/usaha pertama (R1) BPU gedungdengan
rumus berikut:
yang dibangkitkandengan program sedemikian sehingga mengikuti distribusi Uniform
dengan nilai antara 0 sampai dengan 1.
- Catatan: apabila R1<1, maka R1nya adalah 1
- Selanjutnya gunakan interval sampel per desa/kelurahan BPU gedung (Ij) untuk
menentukan angka random pemilihan sampel rumahtangga/usaha berikutnya, yaitu R2, R3, ..., Rnj sebagai berikut:
- Nomor urut rumahtangga/usaha terpilih adalah yang memiliki nomor urut tanda cek yang
sesuai dengan R1, …, Rnjdengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka
dibelakang koma.
- Lingkari nomor urut pada salah satu tanda cek () Kolom (11) s.d. Kolom(13) yang
sesuai dengan R1, …, Rnj.
- Lingkari pula nomor urut rumahtangga/usaha Kolom (1) dan nomor urut usaha Kolom
(9) yang berada sebaris dengan nomor urut pada salah satu Kolom (11) s.d. Kolom (13)
yang dilingkari.
2.7.Pengisian Daftar SKP13-DS
Pengisian Daftar SKP13-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan
sampel usaha. Tahapan pemindahan informasi usaha dari Daftar P ke Daftar
SKP13-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Salin nomor urut usaha yang diberi lingkaran pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom(9)
ke Daftar SKP13-DSBlok V Kolom (2) mulai dari nomor urut terkecil.
b. Salin nama usaha atau pengusaha/pemilik pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (2)
kedalam Daftar SKP13-DSBlok V Kolom(3), yang nomor urut usaha tanda cek () nya diberi lingkaran.
c. Salin alamat lengkap dan BPU pada SKP13-P Blok V Kolom(3) dan Kolom(11)
s.d.Kolom(13) yang nomor urut tanda cek () nya diberi lingkaran, ke Daftar
SKP13-DSBlok V Kolom(4) dan Kolom (5).
2.8. Contoh Penarikan Sampel
a. Hasil pemuktahiran Daftar SKP13-P Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:
Jumlahusaha konstruksi perorangan sebanyak 22 usaha [penjumlahan nomor
urut terakhir pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (11) s.d.Kolom (13) = 22].
Jumlah usaha konstruksi perorangankode BPU gedung (usaha konstruksi
dengan bidang pekerjaan utama gedung) sebanyak 12.
b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut:
Target sampel usaha konstruksi perorangan pada kelurahan ini adalah 14.
Target sampel usaha konstruksi perorangan BPU gedungadalah 4.
Interval untuk usaha konstruksi perorangan BPU gedung adalah 12/4 = 3,00.
c. Menghitung R1, …, Rnuntuk BPU gedung sebagai berikut:
Angka random satu (AR) yang tercantum pada Daftar SKP13-P Blok I Rincian
6 adalah 0,35, maka R1= AR1 x I = 0,35 x 3,00 = 1,05 ≈ 1. Karena 1 < Interval
(3,00), maka R1= 1
Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2s.d. R4 dengan cara:
R2 = R1 + I = 1,05 + 3,00= 4,05≈ 4 R3 = R2 + I = 4,05 + 3,00 = 7,05 ≈ 7 R4 = R3 + I = 7,05 + 3,00=10,05≈ 10
d. Pemilihan Sampel Usaha
Berikan lingkaran di kolom BPU gedung, yaitu Kolom (11) pada nomor-nomor
tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula
pada nomor urut rumahtangga/usaha Kolom (1), dan nomor urut usaha Kolom
(9).
BAB
III
ORGANISASI LAPANGAN
3.1.
Organisasi Lapangan
Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan SKP13, struktur organisasi
lapangan telah ditetapkan sebagai berikut:
3.2. Penanggung Jawab Pelaksanaan SKP13 di Daerah
Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab
pelaksanaan SKP13 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi
dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan
terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei.
Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas
(PML), dan pencacah (PCL) adalah sebagai berikut:
a. BPS Provinsi
1. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan
BPS Provinsi
BPS Kabupaten/Kota
PML Staf BPS
PCL KSK/Staf BPS Bidang Statistik
Produksi
sampel per kabupaten/kota.
2. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang
telah ditentukan.
3. Mengatur pengiriman dokumen ke dan dari setiap BPS Kabupaten/Kota sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
4. Mengatur pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPSRI sesuai jadwal yang
ditentukan setelah terlebih dahulu diperiksa.
5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik
yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi.
6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan SKP13, mengenai bidang
teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri).
7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat pelaksana
wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan
dan pemecahan permasalahan yang timbul.
8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau pelaksanaan kegiatan SKP13, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah
didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen.
b. BPS Kabupaten/Kota
1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala
BPS Kabupaten/Kota.
2. Menyediakan surat tugas para petugas lapang (pencacah/pengawas) untuk
pelaksanaan dilapangan.
3. Merekrut calon petugas PML/PCL SKP13 yang berasal dari staf BPS
Kabupaten/Kota dan KSK.
4. Menyediakan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) terpilih untuk diserahkan ke PCL
sesuai dengan wilayah kerja yang dimiliki.
5. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan
pencacahan usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan usaha tersebut.
6. Penghitungan alokasi sampel per desa/kelurahandilakukan di setiap BPS
berwenang.
7. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan.
8. Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus
sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
9. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh
setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi.
10.Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
c. Tugas Pengawas
1. Menyiapkan peta desa/kelurahan (Peta SP2010-WA), Daftar SKP13-P , SKP13-S
Konstruksi untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya,
serta Daftar SKP13-DS Desa, SKP13-DS, SKP13-RD.
2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan
dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan
mengenali batas-batas desa/kelurahan yang menjadi tanggungjawab setiap
pencacah, dengan berpedoman Peta SP2010-WA.
3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga
pencacah mampu melaksanakan pencacahan dengan benar.
4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah
dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika pencacah
menghadapi kesulitan di lapangan.
5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggungjawabnya secara
periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di
lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.
6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian
Daftar SKP13-P , dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang
meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau
perlu bersama-sama dengan pencacah.
7. Apabila setiap pencacah telah selesai melakukan pendataan rumahtangga/usaha,
untuk usaha konstruksi peroranganpadasalah satu Kolom (11) s.d.Kolom (13)
sesuai jenis pekerjaan utama pada Kolom (10).
8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar SKP13-P Blok V banyaknya usaha ke
dalam baris jumlah dari halaman 1 s.d. halaman terakhir.
9. Mengisi rekapitulasi jumlah usaha konstruksi peroranganper desa/kelurahan
(SKP13-RD) dari SKP13-P Blok II Rincian 1 populasi usaha konstruksi
perorangandan mengisi Blok II Rincian 2 jumlah sampel per bidang pekerjaan
utama setelah mendapat target sampel dari BPS Kabupaten/Kota.
10.Berdasarkan target sampel usaha dari BPS Kabupaten/Kota, selanjutnya pengawas
bertugas untuk melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan Daftar
SKP13-P Blok VI Keterangan SKP13-Penarikan Sampel menurut bidang pekerjaan utama.
11.Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil pemutakhiran ke dalam
Daftar SKP13-DS di setiap desa/kelurahan terpilih.
12.Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian
Daftar SKP13-S.
d. Tugas Pencacah
1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan Peta
SP2010-WA terpilih. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda
cacah.
2. Memberitahukan dan minta pengesahan aparat desa/lurah atau yang setara sebelum
dan sesudah melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.
3. Melakukan pemuktahiran dan pendataan dengan Daftar SKP13-P
4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar SKP13-S yang berpedoman
pada Daftar SKP13-DS (Daftar Sampel).
5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah
yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya.
6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai
pengawas.
7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas.
BAB
IV
TATA CARA PENYUSUNAN &
PENGIRIMAN DOKUMEN
Untuk memudahkan pelaksanaan pelatihan petugas dan pelaksanaan pencacahan di
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari
BPS RI ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota. Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota
ke BPS Provinsikemudian dari BPS Provinsi ke BPS RI. Adapun mekanismenya adalah
sebagai berikut:
4.1. Pengiriman Dokumen dari BPSRI ke BPS Provinsi
a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13) akan dikirim
melalui ekspedisi.
b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap
pengiriman.
d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan
banyaknya box/koli, contoh:Bila pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing
box/koli adalah:
Box pertama : [1] [3]
Box kedua : [2] [3]
Boxketiga : [3] [3]
4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi
a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPS
Kabupaten/Kota terpilih melalui ekspedisi.
b. Seluruh dokumen hasil Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPSRI
melalui ekspedisi.
c. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. d. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap
pengiriman.
(tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke BPSRI, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah:
Box pertama : [1] [3]
Box kedua : [2] [3]
Boxketiga : [3] [3]
f. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS RI ditujukan ke alamat berikut:
dan diinformasikan melalui alamat email: konstruksi@bps.go.id
4.3. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi
Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi,
sebagai berikut:
a. Pengemasan dokumen SKP13tidak boleh dicampur dengan dokumen lain.
b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai. Pengiriman
minimal satu desa/kelurahanselesai.
c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu
desa/kelurahandan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing
desa/kelurahan di setiap kecamatan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi
harus diurutkan berdasarkan kecamatan.
d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim rinci.
Subdirektorat Statistik Konstruksi
Direktorat Statistik Industri
Badan Pusat Statistik (BPS)
BAB
V
TATA CARA
PELAKSANAANPENDATAAN
5.1. Umum
Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan petugas dalam memahami berbagai konsep,
definisi, tata tertib penulisan daftar, dan mekanisme pendataan survei usaha konstruksi
perorangan2013 (SKP13).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa SKP13 menggunakan 6 (enam) jenis
daftar yaitu Daftar SKP13-DSDesa, Daftar SKP13-P, Lembar Pembantu, SKP13-RD,
SKP13-DS, dan SKP13-S.
Mengingat banyaknya daftar yang digunakan dalam SKP13, maka setiap petugas
harus memahami jenis dan kegunaan masing-masing daftar, dan berbagai informasi serta tata
cara pengisian.
5.2. Tata Tertib Pengisian Daftar
Berikut tata tertib pengisian daftar:
a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam.
b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata harus
menggunakan huruf kapital (balok) dan tidak boleh disingkat, kecuali kata-kata yang
terlalu panjang.Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi).
Contoh:Daftar SKP13-Phasil snowballing
Rincian Penulisan salah Penulisan benar
Blok V Kolom (2):
Calon Responden
(NamaUsaha/Pengusaha/Pemilik)
1.Rudi
2.Inggar
1.RUDI
2. INGGAR
c. Cara pengisian daftar dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Mengisikan keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia dan tuliskan pada kotak
Contoh: Daftar SKP13-S Blok III Rincian 3 :
Umur: 41 tahun 4 1
2. Melingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode
jawabannya ke dalam kotak yang tersedia.
Contoh: Daftar SKP13-S
Rincian Penulisan salah Penulisan benar
Blok III Rincian 2 :
Jenis kelamin Laki-laki - 1
Perempuan - 2
Laki-laki - Perempuan - 2
3. Memindahkan isian ke kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan (right justified)
Contoh: Daftar SKP13-S
Rincian Penulisan salah Penulisan benar
Blok III Rincian 5 :
b. Penyelenggara bimbingan/ pelatihan/ penyuluhan di bidang konstruksi adalah:
Instansi Pemerintah
4. Bila keterangan/jawaban responden tidak terdapat pada pilihan jawaban yang tersedia,
tuliskan jawaban di lainnya.
Contoh: Daftar SKP13-S
Rincian Penulisan salah Penulisan benar
Blok III Rincian 5 :
5. Referensi waktu survei:
b. Selama setahun yang lalu (12 bulan terakhir) yaitu: Mei 2012- April 2013.
5.3. Konsep dan Definisi
Konstruksi adalahsuatukegiatanyang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang
menyatu dengan lahan tempat kedudukannya. Kegiatan konstruksi mencakup
pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi
bangunan atau struktur di lokasi proyek, konstruksi yang bersifat sementara , dan juga
pembongkaran bangunan. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan, jembatan, rel dan
jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi,
bandara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dan lain-lain.
Usahaadalah suatu badan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan
barang/jasa, terletak di suatu bangunan fisik pada lokasi tertentu, dan mempunyai
catatan administrasi tersendiri.
Usahakonstruksi perorangan adalah usaha rumahtangga dibidang konstruksi yang
modal usahanyatidak dipersyaratkan dan batas nilai satu pekerjaan hingga Rp. 50 juta.
Bidang Pekerjaan adalah pengelompokan kegiatan konstruksi berdasarkan golongan
pokok2 digit KBLI 2009, yaitu: Konstruksi Gedung (41), Konstruksi Sipil (42), dan
Konstruksi Khusus (43).
Bouwheer adalah pemilik/investor pemberi perintah untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
Pemborong Umumadalah usaha yang bergerak di bidang pembangunan,
perubahan/perombakan, perbaikandan pembongkaran yang pekerjaannya berdasarkan
atas dasar borongan langsung dengan pemilik(bouwheer/investor). Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: gedung, jalan, jembatan, rel KA dan jembatan kereta api,
terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara.
Pemborong Khususadalah perusahaan yang khusus mengerjakan sebagian dari satu
pekerjaan proyek pembangunan. Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: pemasangan alat
pendingin (AC); alat pemanas ruangan (heater); pemasangan batu hias, ubin, batu marmer, pintu, jendela, atap; pengerjaan lantai; dekorasi instalasi listrik; fasilitas
sanitasi; pondasi; pembongkaran; perbaikan dan pemeliharaan rumah/gedung dsb.
pembangunan.
Sub-boronganadalah perjanjian antara pemborong dengan pemborong lain atau
pemilik yang biasanya mengerjakan sebagian dari suatu proyek pembangunan.
Nilai Boronganadalahnilai nominal pekerjaan yang disepakati antara pemborong
dengan pemilik atau pemborong lain.
Nilai Pekerjaanadalah nilai fisik proyekyang telah diselesaikan oleh pihak pemborong
menurut realisasi proyek yang telah diselesaikan dalam jangka waktu tertentu,
ber-dasarkan nilai borongan antara pemilik dengan pemborong.
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku
statistik mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI hanya
mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit
produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.KBLI 2009
menggunakan kode angka 5 digit yang menunjukkan struktur klasifikasi. KBLI untuk
sektor konstruksi ada pada bagian Lampiran.
5.4. Penyiapan Dokumen Pendataan
Satuan pengamatan dalam SKP13 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, peta
desa/kelurahan dijadikan pemandu kerja petugas untuk mencapai tempat kerja, agar tidak
terjadi lewat cacah dan ganda cacah. Hal ini sekaligus akan memberikan keyakinan bahwa
pencacahan tidak akan melewati batas wilayah kerja.
Sebelum melakukan pendataan, beberapa dokumen tertentu yang perlu disiapkan
adalah:
a. Salinan Sketsa Peta Desa SP2010-WA di BPS Kabupaten/Kota
1) BPS Kabupaten/Kota menyiapkanSketsa Peta Desa/kelurahan SP2010-WA.
2) Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahan harus diselesaikan oleh 2 (dua) PCL,
maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua. Pembagian tugas kerja dilapangan harus jelas dengan memperhatikan
batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA.
3) Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada PCL pada saat pelatihan untuk
digunakan dalam pendataan.
muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi
kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara
lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan
arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Informasi batas wilayah
terdiri dari batas wilayah desa dan satuan lingkungan setempat (SLS) tingkat 1 ditulis
dengan warna merah, sedangkan batas blok sensus (BS) ditulis dengan warna hijau.
SLS ini dapat berupa Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Jorong, Korong,
Lingkungan, Dusun, atau nama lain yang berlaku di wilayah setempat.
b. Daftar SKP13-P
1) Daftar SKP13-P di print pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.Untuk keperluan penyalinan hasil snowballingdari Lembar Pembantu ke daftar SKP13-PBlok V,tambahkan (print) satu lembar kosongBlok V bolak-balik.
2) Untuk 1 (satu) desa/kelurahan yang menggunakan 2 (dua) PCL, maka Daftar
SKP13-P harus di print rangkap 2 (dua).
c. Lembar Pembantu
1) Lembar Pembantu di cetak di BPS Kabupaten/Kota.
2) Setiap informasi narasumber tentang keberadaan calon responden hasil
snowballingsebelum disalin ke daftar SKP13-Pwajib ditulis di Lembar Pembantu.
d. Daftar SKP13-S
1) Daftar SKP13-S di cetak di BPS RI.
2) Daftar SKP13-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha
konstruksi perorangan terpilih.
5.5. Mekanisme Pendataan
Adapun tahapan/proses pendataan SKP13 oleh PCL sebagai berikut:
1) Setiap petugas dibekali dengan instrumen yang diperlukan, yaitu peta desa
(SP2010-WA), Daftar SKP13-P (pre-printed), Lembar Pembantu, Daftar SKP13-DS, dan SKP13-S.
2) Kunjungi Kepala Desa/Lurah untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah ini dengan
Gambar 2. Contoh peta kunjungan SP2010-WA
3) Identifikasi keberadaan pengusaha konstruksi dimulaidari SLS pertama yang
tercantum pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (3) yang merupakan bagian dari
Alamat Lengkap.
4) Lakukan identifikasi keberadaan pengusaha konstruksi dan identifikasi pengusaha
konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-P untuk setiap SLS dengan
menanyakan kepada narasumber (prioritas utama adalah ketua/pengurus SLS
setempat).
5) Apabila diperoleh informasi keberadaan pengusaha konstruksi, selanjutnya pencacah
melakukan kunjungan ke alamat pengusaha tersebut dan melakukan pendataan
dengan Daftar SKP13-P. Jika pengusaha yang dikunjungi termasuk usaha konstruksi
perorangan, maka katakan pada respondendilain waktu kemungkinan pendataan akan
dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih rinci.
6) Setelah selesai melakukan pendataan pada responden tersebut, tanyakan tentang
keberadaan usaha konstruksi perorangan lainnya yang berada di SLS tersebut atau
narasumber dan semua informasi keberadaan calon responden lainnya menggunakan
Lembar Pembantu.
7) Cek informasi yang telah di catat di Lembar Pembantu dengan daftar nama
pengusaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-PBlok V. Jika tidak ada,
tuliskan nama pengusaha konstruksi tersebut pada Daftar SKP13-PBlok Vdi baris
kosong setelah baris terakhir yang tercetakatau di baris lembar kosong Blok V setelah
baris terakhir yang terisi.
8) Selanjutnya kunjungi pengusaha konstruksi yang baru diperoleh informasinya
tersebut, dan lengkapi pula dengan informasi lainnya yang diperlukan pada Daftar
SKP13-PBlok V.
9) Lakukan lagi proses identifikasi seperti pada butir 5) hingga 8) sampai pendataan
selesai dalam satu desa/kelurahan yang menjadi wilayah tugasnya.
Ilustrasi metode snowballing dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
BAB
VI
TATA CARA
PENGISIAN DAFTAR
6.1. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-P
Daftar SKP13-P digunakan untuk memutakhirkan dan mendata semua usaha
konstruksi perorangan yang berada di desa/kelurahan terpilih.
1). Struktur Daftar SKP13-P
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi
(Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi
Desa/Kelurahan)sertaAngka Random (AR).
BLOK II. RINGKASAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah pengusaha dan jumlah
sampel.
BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN, berisi identitas
petugas, waktu pelaksanaan dan pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara.
BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam
pelaksanaan lapangan.
BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI, berisi atas 12
kolom dengan uraian masing-masing kolom adalah sebagai berikut:
Kolom (1) : No Urut
Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut rumahtangga
dalam desa/kelurahan.
Kolom (2): Calon Responden
Nama-nama yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah nama
pengusaha yang pada saat pencacahan lengkap SE06 teridentifikasi
sebagai pengusaha di sektor konstruksi.
Kolom (3): Alamat Lengkap
Alamat yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat
tinggal pengusaha pada saat pencacahanlengkap SE06.
Kolom (4): Identifikasi keberadaan calon responden, Ada bila berkode „1‟, Tidak ada
bila berkode „0‟.
Ada, adalah kondisi dimana nama pengusaha konstruksi dan alamat pada
saat pencacahan SE06. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama
pengusaha konstruksi berbeda yang diakibatkan karena nama yang
tercantum adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam
penulisan dalam pencacahan SE06, dan perbedaan alamat akibat
kesalahan penulisan pada saat pencacahan SE06. Termasuk pengusaha
konstruksi yang pindah tetapi masih dalam satu desa/kelurahan, dan
pengusaha/usaha konstruksi yang baru (yaitu pada saat pencacahan SE06
bukan sebagai pengusaha/usaha konstruksi, tapi pada saat pendataan
SKP13merupakan usaha konstruksi).
Tidak ada, adalah kondisi dimana pengusaha/usaha konstruksi pada saat
pendataan tidak dapat ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan
tetangga disekitarnya memang tidak ada yang mengenalnya. Termasuk
pengusaha/usaha konstruksi yang pindah keluardesa/kelurahan, dan
tidak usaha lagi.
Kolom (5): Ditanyakan kepada calon responden apabila menurut narasumber usaha
ini keberadaannya Adaatau Kolom (4) berkode „1‟. Apakahberusaha di
sektor konstruksi selama setahun yang lalu, Ya bila isian berkode „1‟, dan
kode „0‟ bila Tidak.
Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2012 s.d. April 2013) usaha
ini masih merupakan usaha konstruksi meskipun saat ini tidak
aktif/berubah sektor usahanya.
Tidak, apabila selama setahun yang lalu usaha ini telah Tutup atau
berubah sektor usahanya.
Kolom (6): Ditanyakan kepada calon responden apabila usaha ini di sektor
konstruksiatau Kolom (5) berkode „1‟. Apakah alamat kantor usaha ada di desa ini, Ya bila berkode „1‟, Tidak bila berkode „0‟.
Ya, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha sama persis di alamat
lengkap rumahtangga/usaha, atau apabila alamat kantor usaha masih
dalam satu desa/kelurahan meskipun berbeda SLS nya dengan alamat
lengkap rumahtangga/usaha.
Tidak, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha tidak berada di
desa/kelurahan alamat lengkap rumahtangga/usaha tersebut.
Kolom (7): Ditanyakan kepada calon responden: Apakah berusaha dengan sistem
„0‟ bila Tidak.
Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2012 s.d. April 2013) berusaha
dengan sistem borongan meskipun saat ini tidak aktif/berubah sektor
usahanya.
Tidak, apabila usaha konstruksi ini selama setahun yang lalu order
pekerjaannya tidak ada yang menggunakan sistem borongan.
Kolom (8): Apakah usaha konstruksi iniPerorangan, Ya bila berkode „1‟, Tidak bila
berkode „0‟
Kolom (9) – Kolom (13): ada isian bila Kolom (8) berkode „1‟
Kolom (9): Nomor Urut Usaha
Kolom (10): Jenis pekerjaan utama
Kolom (11) – (13): Kode bidang pekerjaan utama
Kode bidang pekerjaan utama terbagi menjadi 3 jenis:
1. Konstruksi Gedung; mencakup rumah tempat tinggal, gedung
perkantoran, gedung kesehatan, gedung pendidikan, gedung hiburan,
dan gedung lainnya.
2. Konstruksi Sipil; mencakup jalan, jembatan, rel KA, landasan,
pengairan, dermaga, lapangan olahraga, lapangan parkir, bangunan
pengolah, penyaluran dan penyimpan air limbah, minyak dll.
3. Konstruksi Khusus; mencakup konstruksi bangunan elektrikal dan
komunikasi, instalasi gedung dan bangunan sipil, penyelesaian
konstruksi gedung, penyewaan alat berat konstruksi dll.
Tabel 1. Ringkasan tugas pengisian Daftar SKP13-P
Uraian Pre printed Diisi oleh
Pencacah Pengawas samping tanda cek salah satu Kolom(11) s.d.Kolom(13) yg terpilih sampel
2). Pengisian Daftar SKP13-P
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
Blok ini isiannya telah tercetak (pre-printed) mulai dari nama Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan, dan Angka
Random (AR).
BLOK II. RINGKASAN
Tujuan pengisian Blok II adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil identifikasi
calon responden pendataan pengusaha konstruksi peroranganpada satu desa/kelurahan.
Blok ini diisi setelah kegiatan pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan. Isian Blok II
disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi. Sebelum mengisi Blok II, petugas
pendataan harus memastikan bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat
kebenaran isian.
Rincian 1: Populasi usaha konstruksi perorangan
Isian rincian ini disalin dari Blok V Rincianc :“Jumlah kumulatif hingga halaman
ini” dengan ketentuan sebagai berikut
Blok II Rincian 1 Kolom (2) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (11) pada
halaman terakhir.
Blok II Rincian 1 Kolom (3) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (12) pada
halaman terakhir.
Blok II Rincian 1 Kolom (4) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (13) pada
halaman terakhir.
Rincian 2: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan
Isiannya merupakan hasil dari penarikan sampel usaha yaitu banyaknya Ri yang
terisi [Blok VIKolom(1) s.d.Kolom (3)].
BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN
Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab melakukan
pendaftaran dan pemeriksaan Daftar SKP13-P, serta keterangan waktu pelaksanaan
pendataan dan pemeriksaan, serta pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara.
1. Nama Petugas
Tuliskan nama pencacah dan pemeriksa pada kolom yang tersedia.
Tuliskan tanggal pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan pada kolom yang
tersedia
3. Tanda Tangan
Sebelum membubuhkan tanda tangannya pencacah dan pemeriksa diharuskan
memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar SKP13-P. Bubuhkan tanda
tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggungjawab pendataan dan
pengawasan/pemeriksaan. Penandatanganan adalah orang yang benar-benar telah
melakukan tugasnya.
4. Pengesahaan oleh Kepala Desa/Lurahatau yang setara tempat dimana pendataan
dilaksanakan dengan membubuhkan tanggal, nama, tanda tangan, dan cap/stempel.
BLOK IV. CATATAN
Gunakan Blok IV untuk menuliskan hal-hal yang perlu diinformasikan dan belum
tercakup dalam Daftar SKP13-Pdi desa/kelurahan tersebut.
BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI
Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh pengusaha
konstruksipada satu desa/kelurahan. Padasudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “Halaman ….dari ..halaman”, yang pengisiannya dilakukan setelah pendataan bangunan dan rumahtangga dalam satu desa/kelurahan selesai. Sedang sudut kanan
bawahnya setiap lembar Blok V tertera identitas desa/kelurahan yang tercetak.
Contoh pengisian “Halaman…dari...halaman” pada Blok VDaftar SKP13-Padalah sebagai berikut:Jika jumlah halaman Blok V yang terpakai ada 5halaman, maka
pengisiannya adalah pada halaman pertama Blok V diisi “Halaman 1 dari 5 halaman”,
dan halaman terakhir diisi “Halaman 5 dari 5 halaman”.
Kolom (1)-(3) (No. urut, Calon Responden, Alamat)
Kolom (1) hingga kolom (3) Blok V telah tercetak (pre-printed). Bila dari hasil kunjungan ada perubahan informasi, dapat diperbaiki disampingnya
dengan cara mencoret kemudian menuliskan informasi yang benar
disebelahnya.
Misalnya kesalahan penulisan alamat, dapat diperbaiki seperti pada contoh
No.
Urut Calon Responden Alamat Lengkap
(1) (2) (3)
001 PEMBORONG BANGUNAN „AGUS‟ KP JAMBU RT 10 /RW 05 RT 11
Pengisian Kolom (1)-(3) untuk responden hasil snowballing
Kolom (1): Isikan nomor urut calon responden hasil snowballingdi baris kosong setelah baris yang terisi. Penulisan nomor urut, usaha hasil
snowballingmeneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi menggunakan angka biasa.
Kolom (2): Isikan nama lengkap calon responden dengan menggunakan huruf kapital
Contoh: 1. ADITA UTAMA (penulisan yang mempunyai nama usaha).
2. PEMBORONG AC „RUDI‟ (penulisan pemborong AC yang
tidak mempunyai nama usaha).
3. PEMBORONG BANGUNAN „SUGI‟ (penulisan
pemborong bangunan yang tidak mempunyai nama usaha).
4. KONSTRUKSI BANGUNAN „BAMBANG‟ (penulisan
nama usaha yang pekerjaannya tidak selalu borongan dan
tidak mempunyai nama usaha).
Kolom (3): Isikan alamat lengkap calon responden nama jalan, blok, nomor, SLS,
RT/RW.
Pengisian Kolom (4)-(13) untuk responden pre-printeddan hasil snowballing
Kolom (4): Identifikasi keberadaan calon responden pada narasumber isikan kode „1‟
bila ada, dan kode ‟0‟ bila tidak ada.
Kolom (5): Bila Kolom (4) berkode „1‟, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah
berusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu.Isikan kode 1 bila menjawab „Ya”, kode „0‟ bila „Tidak‟.
Kolom (6): Bila Kolom (5) berkode „1‟, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah alamat kantor usaha di desa ini.Isikan kode 1 bila menjawab „Ya”, kode „0‟ bila „Tidak‟. Perbaiki Kolom (3) bila ada perbedaan alamat lengkap rumahtangga/usaha.
Kolom (7): Isikan kode „1‟ untuk calon responden yang berusaha dengan sistem
borongan dan aktif selama setahun yang lalu (lanjutkan ke pertanyaan
responden ini).
Kolom (8): Isikan apakah usaha konstruksi iniperorangan. Bila „Ya‟ beri kode „1‟ dan bila „Tidak‟ beri kode „0‟.
Kolom (9): Isikan nomor urut usaha pada baris-baris yang termasuk usaha konstruksi
perorangan.
Kolom (10): Tuliskan sejelas-sejelasnya jenis pekerjaan utama:
Contoh :
Pembangunan tempat tinggal,
Pemasangan pagar besi kantor,
Pembuatan sumur bor,
Pembuatan saluran irigasi untuk pertanian,
Instalasi listrik untuk perumahan,
Pemeliharaan jalan,
Pengecatan kantor, dsb.
Kolom (11)-(13): Isikan tanda cek(√) pada salah satu Kolom (11) atau Kolom (12) atau
Kolom (13) sesuai uraian Kolom (10).
Misal dari contoh diatas Kolom (10) isiannya „Pembuatan sumur bor‟,
maka beri tanda cek(√) Kolom (12) karena isiannya termasuk kategori
pekerjaan/konstruksi sipil.
6.2. Penggunaan dan Tata Cara Pengisian Lembar Pembantu
Lembar pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi calon responden dari
narasumber hasil snowballing. Penulisan lembar pembantu wajib dilakukan, selain sebagai legalitas pemberi informasi juga diperlukan untuk mempermudah pengisian Daftar SKP13-P
hasil snowballing.
Tata cara pengisian Lembar Pembantu yaitu:
Kolom (1): Isikan nama Narasumber (Ketua SLS, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,
Responden dll).
Kolom (2): Isikan Nama calon responden hasil rekomendasi dari Narasumber.
Kolom (3): Isikan Alamat Lengkap (Nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW).
Salin isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP13-P Blok V, yaitu Lembar Pembantu
Kolom (2) ke Daftar SKP13-P Blok V Kolom (2) dan Lembar Pembantu Kolom (3) ke
Daftar SKP13-P Blok V Kolom (3) di baris kosong setelah baris yang terisi. Sedangkan
untuk penulisan nomor urut Kolom (1) Daftar SKP13-P Blok V menggunakan angka
biasa dengan meneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi.
6.3. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-DS
Daftar sampel survei usaha konstruksi perorangan (SKP13-DS) adalah daftar yang
memuat sejumlah sampel usaha konstruksi perorangan dalam 1 (satu) desa/kelurahan. Daftar
SKP13-DS digunakan oleh PCL sebagai pedoman untuk mendata dengan Daftar SKP13-S.
1). Struktur Daftar SKP13-DS
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi
(Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan).
BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah
pendataan.
BLOK III. KETERANGAN PETUGAS, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan
dan tanda tangan.
BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam
pelaksanaan lapangan.
BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN, terdiri atas 7
kolom, dengan uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut:
Kolom (1): Nomor Urut Sampel
Berisi nomor 1 sampai dengan terakhir
Kolom (2): Nomor Urut Usaha
Berisi nomor urut usaha yang terpilih sampel
Kolom (3): Nama Usaha/Pengusaha/Pemilik
Berisi nama usaha atau pengusaha atau pemilik usaha
Kolom (4): Alamat Lengkap
Berisi alamat lengkap usaha konstruksi perorangan
Kolom (5): Bidang Pekerjaan Utama
Berisi kode bidang pekerjaan utama, kode „1‟ atau „2‟atau „3‟
Berisi kode „1‟ berhasil dicacah, kode „0‟ tidak Kolom (7): Keterangan alasan tidak dapat dicacah
Berisi kode „1‟ atau „2‟ atau „3‟ atau „4‟
Tabel 2. Ringkasan tugas pengisian daftar SKP13-DS
Uraian Diisi oleh
Pencacah Pengawas
Blok I
Blok II Rincian 2 dan 3 Rincian 1
Blok III
Blok IV
Blok V Kolom (6) s.d. (7) Kolom (1) s.d. (5)
2). Pengisian Daftar SKP13-DS
BLOK I.KETERANGAN TEMPAT
Blok ini berisi keterangan lokasi dari desa/kelurahan terpilih, yaitu nama dan kode
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan. Isian blok
ini disalin dari SKP13-P Blok I Rincian 1 s.d. 5.
BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN
Blok II Rincian 2 dan 3 diisi oleh pencacah setelah selesai melakukan pencacahan
pada 1 (satu) desa/kelurahan.
Blok II terdiri dari 3 (tiga) rincian, yaitu:
Rincian 1 : Jumlah target pencacahan
Adalah jumlah sampel usaha konstruksi perorangan
Rincian 2 : Jumlah realisasi pencacahan
Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang berhasil dicacah
dengan Daftar SKP13-S.
Rincian 3.a : Bukan usaha konstruksi
Isikan jumlah bukan usaha konstruksibila ternyata responden yang
dicacah adalah bukan usaha konstruksi perorangan. Keterangan ini
merupakan banyaknya kode „1‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V
Rincian 3.b : Pindah keluar desa
Isikan jumlah usaha konstruksi peroranganyang tidak dapat dicacah karena alasan ‟pindah keluar desa/kelurahan‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „2‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V
Kolom (7).
Rincian 3.c : Tidak ditemukan
Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ‟tidak ditemukan‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „3‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7).
Rincian 3.d : Lainnya
Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ‟lainnya‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „4‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7).
BLOK III.KETERANGAN PETUGAS
Blok III berisi keterangan nama, tanggal pencacahan/pemeriksaan dan tanda
tangan dari petugas pencacah serta pengawas.
Rincian 1 s.d. 4 : Tuliskan nama, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan pencacah serta
pengawas.
BLOK IV. CATATAN
Isikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan Daftar SKP13-DS.
BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH
Terdiri dari 7 (tujuh) kolom yang berisi keterangan nomor urut sampel (NUS),
nomor urut usaha (NUU), nama usaha/pengusaha/pemilik, alamat lengkap, serta kode bidang
pekerjaan utama. Kolom (1) s.d.Kolom (5) telah diisi oleh pengawas/pemeriksa yang
bersumber dari Daftar SKP13-P. Sedangkan Kolom (6) dan (7) diisi oleh petugas pencacah.
Kolom (1) : Nomor urut sampel (NUS)
Isikan nomor urut dimulai dari 1 sampai dengan terakhir usaha
konstruksi perorangan.
Kolom (2) : Nomor urut perusahaan (NUU)
yang dilingkari.
Kolom (3) : Nama usaha atau pengusaha/pemilik
Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP13-PBlok V
Kolom (2) yang Kolom (1) danKolom (9) dilingkari.
Kolom (4) : Alamat lengkap
Salin alamat lengkap dari Daftar SKP13-PBlok V Kolom (3) yang
Kolom (1) dan Kolom (9) dilingkari.
Kolom (5) : Kode bidang pekerjaan utama (BPU)
Salin kode bidang pekerjaan utama dari Daftar SKP13-PBlok
VKolom (11) atau Kolom (12) atau Kolom (13) yang nomor tanda cek(√)nya dilingkari.
Kode bidang pekerjaan utama (BPU) meliputi:
Kode „1‟ : Konstruksi Gedung
Kode „2‟ : Konstruksi Sipil
Kode „3‟ : Konstruksi Khusus
Kolom (6) : Berhasil dicacah? Ya = ‘1’, Tidak = ‘0’
Isikan kode „1‟ jika usaha konstruksi peroranganberhasil dicacah,
dan isikan kode „0‟ jika tidak. Pencacah wajib melaporkan jumlah
kolom (6) yang berkode =‟0‟ pada pengawas.
Kolom (7) : Jika Kolom (6) berkode ‘0’, alasan tidak dapat dicacah (kode)
Isikan kode alasan tidak dapat dicacah, yaitu:
Kode „1‟:
Kode „2‟:
Bukan usaha konstruksi
Pindah keluar desa/kelurahan
Kode „3‟: Tidak ditemukan
Penjelasan:
1. Bukan usaha konstruksi (kode ‘1’)
Bukan usaha konstruksi, jika responden yang terpilih sebagai
sampel ini ternyata bukan usaha konstruksi perorangan.
2. Pindah keluar desa (kode ‘2’)
Pindah keluar desa, jika keberadaan usaha konstruksi
perorangan sudah tidak lagi di desa/kelurahan tersebut.
3. Tidak ditemukan (kode ‘3’)
Jika usaha konstruksi perorangan tersebut tidak ditemukan di
lapangan.
4.Lainnya (kode ‘4’)
Jika sampai dengan batas waktu pencacahan yang
telahditentukanternyatacontact person/pemilik/pengusaha/ penanggung jawab tidak dapat diwawancarai.
6.4. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-S
Daftar Isian Sampel Survei Usaha Perorangan 2013 (SKP13-S) adalah daftar yang
memuat keterangan karakteristik usaha konstruksi perorangan terpilih.
1). Struktur Daftar SKP13-S
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, Rincian 1 s.d. 4 berisi kode dan nama wilayah
administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan)disalin dari daftar
SKP13-DS Blok I sedangkan Rincian 5 dan 6 dari daftar SKP13-DS Blok V Kolom (2)
dan Kolom (1).
BLOK II. KETERANGAN USAHA, berisi nama usaha, alamat, bidang pekerjaan,
kegiatan utama usaha dan persentase biaya penggunaan bahan/material dan upah pekerja
harian.
BLOK III. KETERANGAN UMUM, BIMBINGAN/PELATIHAN/
PENYULUHAN DAN SUMBER MODAL USAHA, berisi identitas pengusaha,
bimbingan/pelatihan/penyuluhan, dan sumber modal usaha.
BLOK IV. PEKERJA, HARI KERJA, BALAS JASA DAN UPAH, berisi keterangan
pekerja, hari kerja, balas jasa, dan upah.
BLOK V. BIAYA/PENGELUARAN SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi
BLOK VI. PENDAPATAN SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi pendapatan
usaha konstruksi dan pendapatan dari kegiatan lainnya selama setahun yang lalu.
BLOK VII. RINGKASAN, berisi rekapitulasi pendapatan dan biaya/pengeluaran yang
diisi oleh pengawas.
BLOK VIII. PERMODALAN, berisi modal usaha konstruksi pada 30 April 2013.
BLOK IX. KENDALA DAN PROSPEK USAHA, berisi permasalahan, kondisi, dan
prospek usaha konstruksi.
BLOK X. KETERANGAN RESPONDEN DAN PETUGAS, berisi identitas pemberi
jawaban, petugas, pemeriksa dengan keterangan no. telp/HP, tanggal pelaksanaan dan
tanda tangan.
BLOK XI. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam
pelaksanaan lapangan.
2). Pengisian Daftar SKP13-S
BLOK I : KETERANGAN TEMPAT
Blok ini digunakan untuk mencatat identitas usaha konstruksi, diisi sebelum
melakukan wawancara terhadap responden disalin dari Daftar SKP13-DS.
Rincian 1 s.d. 4 : Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS rincian
yang sama.
Rincian 2 dan 4 Pada rincian 2 dan 4 coret salah satu keterangan wilayah sesuai
dengan tempat tugasnya, seperti Kabupaten/Kotaatau
Desa/Kelurahan.
Rincian 5 : Nomor Urut Usaha
Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS Blok V
Kolom (2).
Rincian 6 : Nomor Urut Sampel
Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS Blok V
Kolom (1).
BLOK II : KETERANGAN USAHA
Tujuan blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan usaha seperti: nama, alamat,
besertapersentase nilai penggunaan bahan/material dan persentase upah pekerja harian
terhadap nilai kegiatan utama tersebut.
Rincian 1 : Nama Usaha
Tuliskan nama usaha konstruksi tersebut dengan lengkap. Jika tidak
ada nama usahanya, isikan nama pengusahanya. Cek nama usaha
dengan daftar SKP13-DS Blok V Kolom (3). Jika nama usaha yang
tercantum dalam daftar tidak sesuai dengan nama yang ada di
lapangan maka nama tersebut harus disesuaikan.
Rincian 2 : Alamat Usaha
Alamat usaha adalah alamat dimana usaha tersebut berada. Tuliskan
alamat usaha konstruksi dengan lengkap, seperti nama jalan, gang,
lorong, nomor bangunan, kavling, nama gedung, lantai, nomor
ruangan (room). Apabila alamat yang tercantum di daftar SKP13-DS tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, termasuk disini perubahan
nama jalan maka sesuaikan, misalnya Jl. R. Hartonomenjadi Jl.
Jenderal Suprapto (keberadaan perusahaan tetap).
Rincian 3 : Bidang pekerjaan usaha konstruksi
Pilihlah salah satu bidang pekerjaan usaha konstruksi.
1. Konstruksi gedung mencakup kegiatan pembangunan gedung
baru, perbaikan gedung, penambahan dan renovasi gedung,
pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi pada lokasi dan
konstruksi yang bersifat sementara. Seperti: bangunan tempat
tinggal, pabrik industri, bangunan kantor, sekolah, rumah sakit,
hotel, mall, tempat ibadah, restoran, fasilitas olahraga di dalam
ruangan, garasi parkir, dan lain-lain.
2. Konstruksi sipil mencakup kegiatan konstruksi fasilitas industri,
proyek infrastruktur dan sarana umum, sistem pembuangan dan
irigasi, saluran pipa dan jaringan listrik, fasilitas olahraga
ditempat terbuka, dan lain-lain. Seperti: jalan raya, jalan
kendaraan bermotor, jembatan terowongan, rel kereta api,
lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya, sistem