• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

       

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG  NOMOR   7   TAHUN   2008         

TENTANG 

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH 

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 

BUPATI PARIGI MOUTONG, 

Menimbang :

Mengingat :

a. bahwa penyelenggaraan kekayaan daerah   adalah bagian dari pemanfaatan sarana dan prasarana yang harus dikelola secara baik untuk kepentingan   umum dan demi kelangsungan asset daerah tersebut dengan memperhatikan aspek kelestariannya ; b. bahwa   penyelenggaraan   kekayaan   daerah     merupakan   salah

satu   kewenangan   Bupati   maka   dipandang   perlu   dipungut Retribusi   guna   menutupi   biaya   pemeliharaan   asset­asset daerah tersebut;

c. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana   dimaksud dalam   huruf   a   dan   huruf   b,   perlu   membentuk   Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

1. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang   Hukum   Acara   Pidana   (   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 );

(2)

3. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten   Parigi   Moutong   Di   Propinsi   Sulawesi   Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185); 4. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang – undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang ­ Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah   (   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2004 Nomor   125,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan   Undang­Undang   Nomor   12   Tahun   2008   tentang Perubahan Kedua Atas Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang   Pemerintahan   Daerah   (Tambahan   Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2008   Nomor   59,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Peraturan   Pemerintah   Nomor   27   Tahun   1983   tentang Pelaksanaan     Kitab   Undang   –   Undang   Hukum   Acara   Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara   Republik Indonesia Nomor 4139);

8. Peraturan   Pemerintah   Nomor   6   Tahun   2006   tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dan

BUPATI PARIGI MOUTONG

(3)

Menetapkan : PERATURAN   DAERAH   TENTANG   RETRIBUSI   PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.

2. Pemerintah   Daerah   adalah   Bupati   dan   Perangkat   Daerah     sebagai   unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang selanjutnya disebut DPRD   adalah   Lembaga   Perwakilan   Rakyat   Daerah   sebagai   unsur   Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 

5. Peraturan Daerah adalah Peraturan perundang­undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.

6. Dinas adalah Dinas Permukiman dan Prasara Wilayah Kabupaten Parigi Moutong. 7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi

Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku. 8. Kekayaan Daerah adalah semua asset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. 9. NJOP adalah nilai jual obyek Retribusi.

10. Pemerikasaan   adalah   serangkaian   untuk   mencari,   mengumpulkan,   mengolah   data dan/atau   keterangan   lainnya   untuk   menguji   kepatuhan   pemenuhan   kewajiban retribusi   daerah   dan   untuk   tujuan   lain   dalam   rangka   melaksanakan   ketentuan Peraturan Perundang­undangan retribusi Daerah.  

11. Retribusi   Jasa   Usaha   adalah   retribusi   atas   jasa   yang   disediakan   oleh   Pemerintah Daerah   dengan   menganut   prinsip   komersial   karena   pada   dasarnya   dapat   pula disediakan oleh sektor swasta.

12. Badan  adalah  sekumpulan   orang   dan/atau  modal   yang   merupakan   kesatuan   baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya : Badan Usaha Milik Negara atau Daerah   dengan   nama   dan   dalam   bentuk   apapun,   Firma,   kongsi,   koperasi,   dana pensiun,   persekutuan,   perkumpulan,   yayasan,   organisasi   massa,   organisasi   sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk Badan lainnya.

(4)

14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang

16. Surat   Setoran   retribusi   Daerah   yang   selanjutnya   disebut   SSRD   adalah  surat   yang digunakan   oleh   Wajib   Retribusi   untuk   melakukan   pembayaran   atau   penyetoran retribusi yang terutang ke kas daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

17. Surat   Pendaftaran   Obyek   Retribusi   Daerah,   yang   dapat   disingkat   SPdORD,   adalah surat yang dipergunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data Obyek Rertibusi dan   Wajib   Retribusi   sebagai   dasar   perhitungan   dan   pembayaran   Retribusi   yang tertuang   menurut   peraturan   perundang   –   undangan   Retribusi   Daerah   Kabupaten Parigi Moutong.

18. Surat   Ketetapan   Retribusi   Daerah,   yang   dapat   disingkat   SKRD,   adalah   surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi.

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang dapat disingkat SKRDKB adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah   kredit   retribusi,   jumlah  kekurangan   Pembayaran  pokok   retribusi,   besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

20. Surat   Ketetapan   Retribusi   Daerah   Kurang   Bayar   Tambahan,   yang   dapat   disingkat SKRDKBT,   adalah   surat   ketetapan   yang   menentukan       tambahan   atas   jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

22. Surat   Tagihan   Retribusi   Daerah,   yang   dapat   disingkat   STRD,   adalah   surat   untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau retribus   Daerah   dan   untuk   tujuan   lain   dalam   rangka   melaksanakan   ketentuan peraturan perundang – undangan Retribusi Daerah.

(5)

tindak   pidana   di   bidang   Retribusi   Daerah   yang   terjadi   serta   menemukan tersangkanya.  

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan   nama   Retribusi   Pemakaian   Kekayaan   Daerah     dipungut   Retribusi   sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.

Pasal   3

Obyek Retribusi adalah pemberian hak atas pemakaian kekayaan daerah untuk jangka waktu tertentu yang meliputi :

a. Pemakaian Gedung / Rumah Tinggal;

b. Pemakaian kendaraan / alat­alat berat milik daerah: c. Pemakaian fasilitas lainnya milik daerah.

Pasal 4

Subyek   retribusi   adalah   orang   pribadi   atau   badan   yang   mempunyai   hak   memakaian kekayaan daerah. 

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi pemakaian kekayaan daerah digolongkan sebagai retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI.

Pasal 7

Prinsip   dan   sasaran   dalam   penetapan   struktur   besarnya   tarif   retribusi   Jasa   Usaha didasarkan   pada   tujuan   untuk   memperoleh   keuntungan   yang   layak   sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar

BAB VI

(6)

Pasal 8

(1) Struktur terif retribusi digolongkan berdasarkan jenis kekayaan dan jangka waktu pemakaian.

(2) Besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:

­ Tarif   sebagaimana   tercantum   dalam   Lampiran   yang   merupakan   bagian     tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah Kabupaten Parigi Moutong

BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10

Masa Retribusi adalah jangka waktu lamanya pemakian asset daerah atau ditetapkan lain oleh Bupati berdasarkan kontrak hak pemakai.

Pasal 11

Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

SURAT PENDAFTARAN Pasal 12

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)   diatur lebih lanjut dengan Perturan Bupati.

BAB X

(7)

(1) Berdasarkan   SPdORD   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   16   ayat   (1)   ditetapkan Retribusi   terutang   dengan   menerbitkan   SKRD,   atau   dokumen   lain   yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan/atau data semula belum terungkap sehingga menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.

(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1), SKRDKB  dan  SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 14

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi   dipungut   dengan   menggunakan   SKRD   atau   Dokumen   lain   yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDKBT.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15 

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % ( dua perseratus ) setiap  bulan dari   retribusi   yang   terutang   yang   tidak   atau   kurang   dibayar   dan   ditagih   dengan menggunakan STRD.

BAB XIII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 16

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi   yang   terutang   dilunasi   selambat   ­   lambatnya   15   (lima   belas)   hari   sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan STRD.

(3) Ketentuan   mengenai   tata   cara   pembayaran,   penyetoran   dan   tempat   pembayaran retribusi  diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 17

(8)

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lainnya yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XV KEBERATAN

Pasal 18

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan – alasan yang jelas.

(3) Dalam   hal   Wajib   Retribusi   mengajukan   keberatan   atas   ketetapan   retribusi,   Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakberatan ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan   harus   diajukan   dalam   jangka   waktu   paling   lama   2   (dua)   bulan   sejak

tanggal   SKRD   atau   dokumen   lain   yang   dipersamakan,   SKRDKB,   SKRDKBT   dan SKRDLB   diterbitkan,   kecuali   apabila   Wajib   Retribusi   tertentu   dapat     menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud  pada ayat (2)

dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan

penagihan retribusi.

Pasal 19

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal   Surat   Keberatan   diterima   harus   memberi   keputusan   atas   keberatan   yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak   memberi   Surat   Keputusan,   keberatan   yang   diajukan   tersebut   dianggap dikabulkan.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN. Pasal 20

(9)

(2) Bupati   dalam   jangka   waktu   paling   lama   6   (enam)   bulan   sejak   diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila   jangka   waktu   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   telah   dilampaui   dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   langsung   diperhitungkan   untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran  retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan   dalam   jangka   waktu   paling   lama   2   (dua)   bulan   sejak   diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 21

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang – kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat wajib Retribusi ; b. Masa Retribusi ;

c. Besarnya kelebiham pembayaran;  dan d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan   pengembalian   kelebihan   pembayaran   retribusi   disampaikan   secara langsung atau melalui Pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 22

(1) Pengembalian   kelebihan   retribusi   dilakukan   dengan   menerbitkan   surat   perintah pembayaran kelebihan retribusi.

(2) Apabila   kelebihan   pembayaran   retribusi   diperhitungkan   dengan   utang   retribusi lainnya,   sebagaimana   dimaksud   dalam   pasal   24   ayat   (4),   pembayaran   dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVII

(10)

Pasal 23

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi. (2) Pengurangan,   keringanan   dan   pembebasan   retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada

ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Pembebasan   retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   antara   lain   diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XVIII

KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 24

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu  3   (  tiga  )   tahun   terhitung  sejak   saat   terutangnya   Retribusi,   kecuali   apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada  ayat ( 1 ) tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran ;  atau

b. Ada     pengakuan     utang     retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XIX PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat   Pegawai   Negeri   Sipil   tertentu   dilingkungan   Pemerintah   Daerah   diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk  melakukan penyidikan tindak pidana di bidang   Retribusi   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang   –   Undang   Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima,   mencari,   mengumpulkan   dan   meneliti   keterangan   atau   laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti,   mencari   dan   mengumpulkan   keterangan  mengenai   orang   pribadi   atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

(11)

d. Melakukan   penggeledahan   untuk   mendapatkan   bahan   bukti   pembukuan, pencatatan   dan   dokumen­dokumen   lain   serta   melakukan   penyitaan   terhadap bahan bukti tersebut;

e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

f.  Menyuruh   berhenti   dan/atau   melarang   seseorang   meninggalkan   ruangan   atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf  (d);

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Reribusi Daerah;

h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

i. Menghentikan penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   (1)   memberitahukan   dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik   Pejabat   polisi   Negara   Republik   Indonesia,   sesuai   dengan   ketentuan   yang diatur dalam Undang – Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA Pasal 26

(1) Wajib   Retribusi   yang   tidak   melaksanakan   kewajibannya   sehingga   merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. 

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXI

KETENTUAN LAIN­LAIN Pasal 27

Kerusakan yang disebabkan oleh sipemakai/penyewa terhadap semua obyek pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, berikut perlengkapannya selama dalam pemakaian menjadi tanggungjawab dan beban bagi pemakai/penyewa. 

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 28

Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan dari peraturan Daerah ini,   diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(12)

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.          

Agar setiap orang mengetahuinya,  memerintahkan pengundangan  

Peraturan Daerah ini  dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Diundangkan di parigi Pada tanggal

an. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG,

ASISTEN ADMINISTRASI

Drs. NIRMAN J. WINTER

Pembina Utama Muda NIP. 130 680 723

Ditetapkan di Parigi Pada tanggal  

BUPATI PARIGI MOUTONG,

ANWAR PONULELE

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI C NOMOR 23

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR   7   TAHUN   2008

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

(13)

Bahwa   retribusi   pemakaian   kekayaan   daerah   merupakan   salah   satu   sumber pendapatan   daerah   yang   bergerak   maupun   yang   tidak   bergerak,   serta   dapat   pula membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Untuk memanfaatkan sumber­sumber pendapatan asli daerah, maka harga jual dan nilai jual kekayaan daerah baik yang bergerak dan tidak bergerak harus disesuaikan dengan standar harga yang berlaku dan peningkatan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar kekayaan yang dimiliki daerah dapat terpelihara dengan baik. Dalam   rangka   menunjang   pemeliharaan   perawatan   dan   pemanfaatan   kekayaan daerah,   peningkatan   pendapatan   daerah,   menghindari   adanya   tumpang   tindih penafsiran dan perbedaan serta untuk kelancaran pelayanan kepada masyarakat.  Berdasarkan hal­hal tersebut diatas maka perlu menetapkan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah. 

II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal   1

Cukup jelas Pasal   2

Cukup jelas Pasal   3

Cukup jelas Pasal   4

Cukup jelas Pasal   5

Cukup jelas Pasal   6

Cukup jelas Pasal   7

Cukup jelas Pasal   8

Cukup jelas Pasal   9

Cukup jelas

Pasal   10

Cukup jelas Pasal   11

Cukup jelas Pasal   12

Cukup jelas Pasal   13

(14)

Cukup jelas Pasal   15

Cukup jelas  Pasal   16

Yang   dimaksud   dengan   dokumen   lain   yang   dipersamakan,   antara   lain berupa karcis masuk, kupon, kartu langganan.

Pasal   17

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan ontologinya juga paradigma positivisme mengasumsikan adanya external world, epistemologi paradigma positivisme berasumsi bahwa penganut atau  pemegang

Pada aplikasi ini perangkat keras yang digunakan adalah ponsel dengan sistem operasi Android, versi 2.2 (Froyo) yang digunakan sebagai media untuk menampilkan

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus di sertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah mengajar para mahasiswa MM Unud Bali dan

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menarik simpulan bahwa bagan alir (flowchart) adalah suatu gambaran umum tentang sistem yang berjalan dan berfungsi sebagai

Seorang/sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.Use case diagram dapat

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis statistik terhadap data penelitian, diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifam transfer pengetahuan

Perlakuan ibu bapa sentiasa akan diperhatikan anak-anak mereka tidak kira dari segi mental mahupun fizikal.Segala perlakuan yang ditunjukkan ibu bapa menjadi ikutan

15.2 Data parameter farmakokinetika natrium diklofenak dalam plasma dengan perlakuan ekstrak etanol rimpang kencur (EERK) dosis 20 mg/kg