• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMPETITIF PORTER SEBAGAI MODAL INDUSTRI KERUDUNG ATIKA COLLECTION DALAM BERSAING MENGHADAPI ACFTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMPETITIF PORTER SEBAGAI MODAL INDUSTRI KERUDUNG ATIKA COLLECTION DALAM BERSAING MENGHADAPI ACFTA."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMPETITIF PORTER SEBAGAI MODAL

INDUSTRI KERUDUNG ATIKA COLLECTION DALAM

BERSAING MENGHADAPI ACFTA

SKRIPSI

OLEH

FADLILATUL ISTIQOMAH

NIM. C34211140

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Strategi Kompetitif Porter sebagai Modal Industri Kerudung Atika Collection dalam Bersaing menghadapi ACFTA”ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan (1)Bagaimana strategi kompetitif Poter dalam menghadapi ACFTA? (2) Bagaimana strategi kompetitif yang dilakukan industri kerudung Atika Collection dalam menghadapi ACFTA? (3) Bagaimana strategi kompetitif industri kerudung Atika Collection perspektif strategi kompetitif Porter dalam menghadapi ACFTA?

Data penelitian ini dihimpun dari hasil observasi, wawancara secara langsung dengan pihak Atikah Collection mengenai strategi kompetitif yang diterapkan dalam menghadapi persaingan, serta literatur pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang peneliti angkat. Selanjutnya data di olah menggunakan metode deskriptif.

Strategi bersaing Atika Collection dengan menggunakan strategi kompetitif Porter menghasilkan bahwa melalui analisis SWOT, Atika Collection berada pada posisi agresif yang berarti Atika Collection adalah sebuah organisasi atau industri yang kuat dan berpeluang. Dalam menemukan sisi kompetitif dari kelima kekuatan kompetitif Porter, Atika Collection menggunakan strategi kepemimpinan biaya rendah, di mana Atika Collection menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar. Dengan demikian, maka Atika Collection dapat bersaing dengan pesaing lokal maupun pesaing luar negeri khususnya produk-produk Cina dalam segi harga yang murah. Posisi perusahaan yang kuat dan berpeluang, merupakan kekuatan bagi Atika Collection dalam menghadapi persaingan, dan dengan menggunakan beberapa strategi tindakan diantaranya yaitu dengan pengembangan pasar dan pengembangan produk akan membuat kerudung Atika Collection dapat semakin dikenal masyarakat luas.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TRANSLITERASI...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah...14

C. Rumusan Masalah... 15

D. Kajian Pustaka...15

E. Tujuan Penelitian...18

F. Kegunaan Hasil Penelitian... 19

G. Defenisi Operasional ...20

H. Metode Penelitian... 21

I. Sistematika Pembahasan... 27

BAB II LANDASAN TEORI... 30

(7)

B. Membangun Keunggulan Kompetitif di Level Industri... 37

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KERUDUNG ATIKA COLLECTION...53

A. Profil Perusahaan...53

B. Analisis SWOT Industri Kerudung Atika Collection...56

C. Startegi Yang Di Lakukan Atika Collection...69

BAB IV ANALISIS DATA...70

A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA...70

B. Strategi Atika Collection dalam Menghadapi ACFTA...77

C. Strategi Kompetitif Atikah Collection Perspektif Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA...79

BAB V PENUTUP... 86

A. Kesimpulan...86

B. Saran...88

DAFTAR PUSTAKA...89

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era perdagangan bebas ini penjualan barang dan jasa serta

kegiatan ekspor impor antar negara begitu mudah, mereka dapat bertukar

produk sesuai dengan keunggulan komperatif masing-masing. Karena

pada dasarnya peluang perdagangan dan bisnis internasional timbul

karena adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki (natural endowment)

oleh masing-masing negara. Perbedaan ketersediaan sumber daya alam ini

mendorong timbulnya spesialisasi di masing-masing komoditas (barang

dan jasa) di berbagai belahan dunia. Spesialisasi atas berbagai komoditas

sesuai dengan tersedianya sumber daya alam ini pada akhirnya

menghasilkan apa yang disebut dengan tersedianya keunggulan

komperatif (Comparative Advantage).1

Teori keunggulan komperatif (Comparative Advantage Theory)

menyatakan bahwa sebuah negara harus menjual produk yang dapat

diproduksinya secara paling efektif dan efesien kepada negara lain, dan

membeli dari negara lain produk yang tidak dapat diproduksinya dengan

efektifitas dan efisiensi yang sama.2 Jadi, suatu negara dikatakan

memiliki keunggulan komparatif (Comparative Advantage) akan suatu

(9)

2

barang apabila dapat memproduksi suatu barang secara lebih efesien atau

lebih baik dari pada barang-barang lainnya. Sebagai contoh, apabila

suatu negara dapat memproduksi komputer lebih efisien daripada mereka

memproduksi mobil, maka perusahaan komputer di negara itu memiliki

keunggulan komparatif dalam pembuatan komputer.3

Namun dengan adanya perkembangan teknologi dan budaya

manusia membuat komunikasi dan transportasi makin mudah, sehingga

mobilisasi faktor-faktor produksi (barang modal, uang dan tenaga kerja )

menjadi semakin lancar, maka peluang bisnis internasional atau

perdagangan, bisnis, dan aktivitas ekonomi antarbangsa tidak lagi

berdasarkan keunggulan komperatif (Comperative Advantage), tapi

bergeser menjadi keunggulan bersaing (Competitive Advantage).4

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) adalah suatu

faktor yang membuat profitabilitas satu bisnis lebih baik daripada para

pesaingnya. Keunggulan kompetitif membuat profitabilitas bisnis lebih

baik dari bisnis lain karena cara mendasar berikut ini. Keunggulan itu

membuat biaya bisnis lebih rendah dan marjin lebih tinggi, atau membuat

bisnis menjadi berbeda dari saingannya dan dapat memasang harga lebih

tinggi, atau memperoleh loyalitas pada harga relatif yang sama.5

3 Ricky W. Griffin, Ronald J. Ebert, Bisnis, Sita Wardhani (Jakarta : Erlangga, 2007),132. 4 Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial..., 132.

5 Catherine Hayden, Seri Pedoman Manajemen Leksikon Manajemen Strategi, Susanto

(10)

3

Perdagangan bebas (Free Trade) adalah perpindahan barang dan

jasa antara negara-negara tanpa rintangan politik dan ekonomi.6

Kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap

impor atau ekspor.7 Namun, sebagian besar pemerintah masih

memberlakukan beberapa kebijakan proteksionis yang dimaksudkan

untuk mendukung kerja lokal, seperti penerapan tarif impor atau subsidi

untuk ekspor.

Perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang sebelumnya

bernama AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang mulai diberlakukan pada

tanggal 1 Januari 2003, dan berganti nama menjadi ACFTA (ASEAN

China Free Trade Area) yang resmi diberlakukan pada tanggal 1 Januari

2010, setelah Negara Cina resmi ikut bergabung sebagai anggota. ACFTA

(ASEAN China Free Trade Area) beranggotakan enam negara ASEAN

(Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam)

dan Negara Cina.

Proses pembentukan ACFTA dimulai pada tahun 2001, yaitu saat

diadakannya suatu pertemuan antara Cina dan Negara ASEAN di Banda

Sri Begawan, Brunei Darussalam. Cina menawarkan sebuah proposal

ASEAN – China Free Trade Area untuk jangaka 10 tahun ke depan 2002

– 2004. Pemimpin ASEAN – China melakukan perundingan dan menandatangani kerangka perjanjian Comperehensive Economic

6 William G. Nickles, et al, Pengantar Bisnis..., 77.

7 “Perdagangan Bebas”, dalam http://id.m.wikipedia.org//wiki /Perdagangan_ bebas, diakses

(11)

4

Cooperatioon ( CEC ), yang di dalamnya terdapat pula diskusi Free Trade

Area ( FTA ). Tahun 2002 – 2009 terjadi beberapa pertemuan –

pertemuan untuk membahas kesepakatan lebih lanjut perihal kesepakatan

dalam ACFTA. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 2010, ACFTA remsi di

buka di negara ASEAN dan Cina.8

ACFTA (ASEAN China Free Trade Area) adalah pembukaan

pasar dalam nota kesepakatan perjanjian perdagangan bebas yang

disetujui melalui kesepakatan penandatangan yang di lakukan oleh enam

negara ASEAN ( Indonesia, Malaysia, Filiphina, Brunei Darussalam,

Thailand dan Singapura ) dengan Negara Cina. Adapun maksud dari pada

disepakatinya ACFTA (ASEAN China Free Trade Area) adalah terjadi

kesempatan yang sama untuk enam negara ASEAN dan Cina yang

tergabung dalam ACFTA (ASEAN China Free Trade Area) untuk

memasuki pasar yang ada pada negara – negara ASEAN dan Cina dengan di sepakatinya pengurangan tarif dan penghapusan tarif.9

Setelah diberlakukannya ACFTA (ASEAN China Free Trade

Area), maka otomatis kegiatan ekspor impor dari beberapa negara

ASEAN dan Cina sudah tidak ada hambatan ekonomi lagi atau bisa

dikatakan bebas dari biaya dan pajak ekspor impor.

Sejak tahun 2004, tiap tahun pemerintah Indonesia terus

mengurangi besaran/persen bea masuk (BM) produk impor dari Cina.

8 Fikri Muhammad. “Makalah Ekonomi Internasional”, dalam http://fikriputrahasan.

wordpress.com/kuliah/makalah/, diakses pada 06 November 2014.

(12)

5

Pada Januari 2010 ini, sebanyak 18% produk Cina akan mendapat

penurunan tarif BM sebanyak 5%, dan sebanyak 83% dari produk impor

Cina akan bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa dikenai BM sepeserpun

pada Januari 2010.10

Banyaknya produk impor dari Cina ke Indonesia setiap tahunnya

mengalami kenaikan dari pada produk impor dari negara-negara ASEAN

lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura dan Brunai

Darussalam. Negara Cina menduduki peringkat pertama dalam

mengimpor barang ke Indonesia, seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.111

Neraca Perdagangan Indonesia Cina

2007 2008 2009 2010 2011 Ekspor ke

Cina

9.675.512,7 11.636.503,7 11.499.327,3 15.692.611,1 22.941.004,9

Impor dari Cina

8.557.877,1 15.247.168,9 14.002.170,5 20.424.218,2 26.212.187,4

Neraca Perdagangan

1.117.635,5 -3.6106652 -2.5028432 -4.7316701 -3.2711825

Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2007-2011 perkembangan

perdagangan Indonesia dan China semakin mengalami defisit. Adanya

ACFTA mendorong produk-produk China untuk lebih banyak masuk ke

Indonesia. Kesepakatan ACFTA menghilangkan tarif dan kuota ekspor

impor antara Negara ASEAN dan China termasuk Indonesia membuat

China bebas melakukan impor barang dan jasa. Sehingga harga

10 Jajat Kristanto, Manajemen Pemasaran Internasional (Jakarta : Erlangga, 2011), 123.

11

Masrianisaidin, “Pengaruh Perdagangan Bebas ASEAN China ACFTA Terhadap

(13)

6

barang dan impor dari China di dalam negeri cenderung lebih murah

dibandingkan dengan barang dalam negeri. Hal ini merupakan salah satu

kerugian yang diterima oleh Indonesia sehingga neraca perdagangan

Indonesia China semakin defisit setiap tahunnya.

Dengan demikian, masuknya produk luar negeri khususnya

produk-produk dari Cina yang banyak membanjiri pasar domestik akan

berdampak pada dunia usaha khususnya industri kecil menengah di

Indonesia. Produk-produk dari dalam negeri akan dipaksa untuk bersaing

dengan produk luar negeri termasuk produk-produk Cina yang terkenal

dengan harga yang sangat murah dengan kualitas yang lumayan bagus.

Sedangkan jika dilihat dari segi daya saing, industri di Indonesia masih

tergolong rendah dibandingkan daya saing produk luar negeri, dan jika

dilihat dari segi konsumen, masyarakat Indonesia lebih suka produk luar

negeri daripada produk domestik sendiri. Hal ini akan menyebabkan

produktifitas dari industri melemah, dan industri domestik akan

kehilangan keunggulan komparatifnya.

Menurut penjelasan dari Dinas Perindustrian sebanyak 1.516 pos

tarif sektor industri akan mengalami penurunan 5% menjadi 0%. Dari

1.516 pos tarif, sebanyak 228 pos tarif diusulkan dimodifikasi karena

(14)

7

menekan daya saing produk industri lokal karena harga produk Cina yang

lebih murah dibandingkan produk lokal.12

Dalam menghadapi ketatnya persaingan saat ini, sebuah bisnis

atau perusahaan dituntut untuk mempunyai keunggulan kompetitif yang

membuat unggul dari perusahaan lain sehingga mampu bersaing dalam

ketatnya persaingan saat ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah

manajemen strategis dan strategi bersaing yang efektif untuk mencapai

tujuan dan mempertahankan keunggulan perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang ketat saat ini.

Dalam ajaran Islam, bersaing tidaklah dilarang, melainkan

diartikan sebagai kompetisi menjadi yang terbaik, dan justru persaingan

dijadikan sebagai sarana untuk berprestasi dalam bisnis secara sehat

(fastabiqul khairat). Dalam Islam, pesaing bukan dijadikan sebagai

musuh, melainkan sebagai rekan kerja untuk memicu kita agar menjadi

manusia-manusia yang kreatif dan terus berinovasi untuk menghasilkan

produk-produk yang baru. Hal ini dikarenakan bisnis bagi seorang muslim

adalah dalam rangka memperoleh dan mengembangkan kepemilikan harta

di jalan Allah dengan cara bekerja keras dan bertawakal kepada-Nya.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah QS. Ar- Ra’d ayat 11:

12 Saepudin, “Pengaruh ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement) terhadap Retailer

(15)

8























































































Artinya:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.13

Dalam hal berkerja, Islam memerintahkan setiap muslim untuk

memiliki etos kerja yang tinggi sebagaimana Allah telah memerintahkan

umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan dengan landasan ini

persaingan tidak lagi diartikan sebagai usaha untuk mematikan

pesaingnya tetapi dilakukan sebagai usaha untuk memberikan yang

terbaik dari usaha bisnisnya.14 Seperti firman Allah dalam QS.

Al-Baqarah ayat 148:

13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan diterjemahkan Oleh

Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an (Jakarta : Mahkota Surabaya, 1989), 370.

14 Rifki Reza Rahmana, “Etika Persaingan dalam Islam”, dalam

(16)

9













































Artinya:

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 15

Objek penelitian ini adalah industri kerudung Atika Collecction,

dan sebelum memfokuskan Atika Collection sebagai objek penelitian,

peneliti sempat memilih objek penelitian di PT Awam Bersaudara

Babat, namun pada saat melakukan wawancara dengan pemilik PT

Awam Bersaudara, ternyata peneliti merasa bahwa PT Awam

Bersaudara tidak sesuai dengan permasalahan yang peneliti angkat,

maka peneliti mulai mencari tempat penelitian yang berhubungan

masalah yang peneliti angkat, dan Atika Collection adalah tempat yang

sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Atika Collection adalah sebuah industri kecil menengah yang

memproduksi kerudung siap pakai yang berada di Desa Keduyung

Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Kerudung adalah merupakan

salah satu kebutuhan bagi sebagian muslimah yang berjilbab, selain

berguna untuk menutup aurat kaum perempuan, kerudung juga menjadi

sebuah gaya fashion tersendiri yang diminati para muslimah baik

(17)

10

dikalangan anak kecil, remaja, maupun dewasa. Banyak industri

kerudung yang berlomba-lomba untuk menciptakan model atau

inovasi-inovasi baru dalam membuat kerudung, hal ini dapat memicu persaingan

antar industri satu dengan industri yang lain, dan disisi lain kerudung

adalah salah satu produk yang khusus diproduksi oleh negara Cina untuk

diekspor ke Indonesia dengan harga yang jauh lebih murah dari industri

lokal. 16 Hal ini akan dapat menarik minat pembeli karena produk Cina

selain terkenal memiliki harga yang murah juga memiliki kualitas yang

lumayan bagus. Dari dua sisi tersebut, secara tidak langsung Atika

Collection sebagai industri kerudung juga harus bisa bersaing, baik

bersaing dengan industri lokal maupun dengan produk-produk asing

termasuk produk Cina.

Sebuah industri harus mempunyai sebuah strategi bersaing yang

efektif agar dapat mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya di

era perdagangan bebas. Atika collection juga mempunyai strategi

tersendiri yang diterapkan untuk bisa bersaing dengan produk-produk

baik lokal maupun luar negeri termasuk produk Cina, walaupun bisa

dikatakan strategi yang dipakai masih sederhana. Strategi yang

digunakan Atika Collection antara lain seperti dengan menjaga kualitas

bahan baku, dan mengikuti trend atau model yang ada di pasar.17 Jika

hanya mengandalkan strategi tersebut, dan tanpa menganalisis

16 Betrika Oktaresa, “Bila Cina Bisa, Indonesia Pasti Juga Bisa”, dalam

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/03/15/bila-china-bisa-indonesia-pasti-juga-bisa-447144.html, diakses pada 5 November 2014.

(18)

11

lingkungan dan kondisi pesaing, maka Atika Collection akan sulit untuk

menghadapi persaingan baik dengan pesaing lokal maupun dengan

produk-produk luar negeri khususnya produk buatan Cina.

Ada beberapa strategi yang digunakan untuk bersaing dalam level

Industri, antara lain yaitu strategi Hiperkompetisi, yang di kemukakan

oleh D’Aveni, dalam bukunya Hypercompetition, Menurut D’Aveni

hanya ada satu cara perusahaan dalam industri yang dinamis

mempertahankan keunggulan bersaing, yaitu melalui inisiatif jangka

pendek yang terus menerus untuk mengalahkan produk perusahaan

saingan yang ada sekarang dengan generasi produk selanjutnya.

Menurut Jajat Kristanto dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran Internasional, ada dua strategi bersaing yang digunakan

untuk menghadapi persaingan global yaitu strategi Bradley dan strategi

Kompetitif Porter. Strategi Bradley membahas mengenai analisis

persaingan internasional lebih bersifat mikro, dalam arti skala materi

pembahasan lebih pada kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

masing-masing perusahaan yang saling bersaing.

Selanjutnya strategi kompetitif Porter, strategi ini dikemukakan

oleh Profesor Harvad, Michail E. Pother, yang mengajukan konsep

lingkungan industri (Industry Environment) sebagai landasan pemikiran

strategis dan perencanaan bisnis. Strategi ini menganalisis persaingan

dengan menggunakan lima kekuatan lingkungan industri, lima kekuatan

(19)

12

produk pengganti, kekuatan menawar pembeli, kekuatan

tawar-menawar pemasok dan persaingan diantara pesaing dalam suatu industri,

di mana lima kekuatan yang tersebut yaitu membentuk persaingan pada

suatu industri.

Porter berpendapat bahwa untuk memperoleh keunggulan

kompetitif dari lima kekuatan kompetitif tersebut, perusahaan atau

industri harus memilih salah satu strategi dari tiga landasan yang

berbeda yaitu strategi kepemimpinan biaya, strategi diferensiasi, dan

strategi fokus, Porter menamakan landasan ini dengan strategi generik

(Generic Strategic). 18

Strategi kompetitif Porter dimulai dari melihat kodisi pasar terlebih

dahulu, kemudian melakukan analisa lingkungan eksternal dan internal

perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT, dan selanjutnya

menganalisa pesaing dengan menggunakan strategi kompetitif Porter

dan baru kemudian menggunakan salah satu dari tiga strategi untuk

mencapai keunggulan bersaing yaitu melalui strategi kepemimpinan

biaya, strategi diferensiasi, dan strategi fokus.

Jika dilihat dari permasalahan Atika Collection, maka strategi yang

lebih efektif untuk digunakan adalah startegi kompetitif Porter, di mana

permasalahannya lebih mengarah pada membentuk suatu keunggulan

bersaing dengan cara memahami kekuatan-kekuatan lingkungan di

industri tersebut, dan strategi tersebut dapat membantu perusahaan

(20)

13

dalam membuat dan menentukan strategi yang efektif dalam

mempertahankan dan mengembangkan usahanya dalam sebuah

persaingan bisnis, yaitu dengan mengidentifikasi perusahaan pesaing

dan menentukan kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman,

tujuan, dan strategi mereka. Tiga strategi untuk mencapai keunggulan

bersaing menurut kebutuhan industri tersebut, yaitu strategi

kepemimpinan biaya, strategi deferensiasi, dan strategi fokus akan

membantu perusahaan untuk mengungguli para pesaingnya. Begitu juga

dengan Atika Collection, dengan intensitas pesaing lokal yang tinggi di

daerah Lamongan, dan juga dengan produk kerudung made in Cina yang

terkenal dengan harga murah dan kualitas yang lumayan bagus.

Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Strategi Kompetitif Porter sebagai Modal Industri Kerudung Atika Collection Bersaing dalam

Menghadapi ACFTA”, sehingga kedepannya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia usaha khususnya industri

kerudung Atika Collection dan menambah referensi bagi dunia

(21)

14

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dampak ACFTA terhadap industri kecil menengah di Indonesia.

b. Banyaknya produk Cina yang masuk ke pasar domestik Indonesia.

c. Lemahnya daya saing industri kecil menengah di Indonesia

dibandingkan dengan daya saing produk luar negeri khususnya

produk buatan Cina.

d. Tingginya minat masyarakat Indonesia dalam membeli produk luar

negeri.

e. Banyaknya industri kerudung lokal khususnya di Kabupaten

Lamongan yang menyebabkan ketatnya persaingan di lingkungan

industri kerudung di daerah itu.

f. Strategi bersaing yang diterapkan oleh Atika Collection dalam

menghadapi ACFTA.

g. Penggunaan strategi kompetitif Porter dalam lingkungan industri

untuk menghadapi ACFTA.

h. Strategi bersaing Atika Collection perspektif strategi kompetitif

Porter.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa indifikasi masalah diatas penulis memberi tiga

(22)

15

a. Penggunaan strategi kompetitif Porter dalam lingkungan industri

untuk menghadapi ACFTA.

b. Strategi bersaing yang diterapkan oleh Atika Collection dalam

menghadapi ACFTA.

c. Strategi bersaing Atika Collection perspektif strategi kompetitif

Porter dalam menghadapi ACFTA.

C. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan skripsi ini untuk lebih terarah dan signifikan,

maka perlu adanya masalah yang akan dibahas, antara lain:

1. Bagaimana strategi kompetitif poter dalam menghadapi ACFTA?

2. Bagaimana strategi kompetitif yang dilakukan industri kerudung

Atika Collection dalam menghadapi ACFTA?

3. Bagaimana strategi kompetitif industri kerudung Atika Collection

perspektif strategi kompetitif Porter dalam menghadapi ACFTA?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dipaparkan dengan tujuan untuk mendapatkan

gambaran hubungan tema yang akan diteliti dengan penelitian sejenis

yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak ada

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian tersebut. Dari

(23)

16

tentang menciptakan keunggulan bersaing, hanya saja belum ada yang

meneliti menciptakan keunggulan bersaing dengan menggunakan stategi

khusus.

Penelitian Dinda Estika Asmarani yang berjudul “Analisis Pengaruh Perencanaan Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam

Menciptakan Keunggulan Bersaing (Studi Empirik pada Industri Kecil

Menengah Tenun Ikat di Troso Jepara)” (tesis, 2006). Penelitian ini

menguji dan menganalisis pengaruh dari perencanaan strategik terhadap

kinerja perusahaan dalam upaya menciptakan keunggulan bersaing,

perencanaan strategik sendiri terdiri dari faktor menejerial (X1), faktor

lingkungan (X2), faktor kultur budaya organisasi (X3) terhadap

perencanaan strategik (Y). Hasilnya menunjukkan bahwa faktor

menejerial, faktor lingkungan, faktor kultur budaya organisasi

berpengaruh positif terhadap perencanaan strategik, yang akan

mempengaruhi kinerja perusahaan dan berpengaruh pada keunggulan

bersaing.19

Penelitian Rijal yang berjudul “Pengembangan Rencana Strategis Perusahaan dalam menghadapi ketatnya Persaingan Pasar” (Jurnal, 2013).

Menguji dan menganalisis pengaruh dari perencanaan strategi terhadap

kinerja perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing. Hasilnya

dijelaskan bahwa kunci untuk menentukan keberhasilan dalam persaingan

19Dinda Estika Asmarani, “Analisis Pengaruh Perencanaan Strategi Terhadap Kinerja

Perusahaan Dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing (Studi Empirik pada Industri Kecil

(24)

17

tersebut adalah melalui upaya peningkatan keunggulan bersaing

perusahaan.20

Penelitian Barkah Fitriadi, Soekarto, Sunarti yang berjudul “

Strategi bersaing : Suatu Kajian Perumusan Strategi Pemasaran Guna

Meraih Keunggulan Kompetitif (Studipada PT. Ongkowijojo, Malang)”

(Jurnal, 2013). Menguji dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan

eksternal dan juga untuk mengetahui kebijakan strategi yang dipakai oleh

PT. Ongkowijojo, Malang. Analisis yang dipakai adalah analisis SWOT,

External Factor Analysis Summary (EFAS), Internal Factor Analysis

Summary (IFAS), analisis Matrik Internal Eksternal, dan analisis Matrik

Grand Strategi.21

Setelah ditinjau dari studi-studi yang sudah ada, jelas bahwa

penelitian ini berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya, dalam penelitian

sebelumnya yakni penelitian Dinda Estika Asmarani yang berjudul

“Analisis Pengaruh Perencanaan Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan

Dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing (Studi Empirik pada Industri

Kecil Menengah Tenun Ikat di Troso Jepara)” (tesis, 2006) dan

penelitian Penelitian Rijal yang berjudul “Pengembangan Rencana Strategis Perusahaan dalam menghadapi ketatnya Persaingan Pasar”

(Jurnal, 2013) menyebutkan bahwa untuk menghadapi suatu persaingan

20Rijal, “Pengembangan Rencana Strategis Perusahaan dalam menghadapi ketatnya Persaingan Pasar” (Jurnal, 4 september 2013).

21Barkah Fitriadi, et al., “Strategi Bersaing : Suatu Kajian Perumusan Strategi Pemasaran Guna Meraih Keunggulan Kompetitif (Studi pada PT. Ongkowijojo, Malang)” (Jurnal,

(25)

18

sebuah perusahaan atau bisnis harus membutuhkan sebuah manajemen

strategik untuk mencapai tujuan perusahan dan juga untuk membangun

dan mempertahankan keunggulan kompetitifnya, tanpa menggunakan

strategi-strategi khusus. Sedangkan dalam penelitian ini lebih

memfokuskan atau mengkhususkan pembahasannya membangun

keunggulan bersaing dengan menggunakan strategi kompetitif Porter.

Berbeda lagi dengan penelitian Barkah Fitriadi, Soekarto, Sunarti

yang berjudul “ Strategi Bersaing : Suatu Kajian Perumusan Strategi Pemasaran Guna Meraih Keunggulan Kompetitif (Studipada PT.

Ongkowijojo, Malang)” (Jurnal, 2013), penelitian ini mengkhususkan

penelitiannya hanya untuk meneliti persaingan dengan pesaing lokal.

Sedangkan penelitian ini peneliti tidak hanya menganalisis persaingan

dengan pesaing lokal saja, namun dengan pesaing produk-produk dari luar

negeri khususnya produk buatan Cina sebagai dampak dari

diberlakukannya ACFTA, yang mengkhususkan mengenai bagaimana

strategi kompetitif Porter pada industri kecil dan menengah dalam

menghadapi ACFTA, yang mengambil objek penelitian di industri

kerudung Atika Collection Desa Keduyung Lamongan.

E. Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah tersebut. Maka tujuan dari

(26)

19

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi kompetitif Porter dalam

menghadapi ACFTA.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kompetitif yang dilakukan

industri kerudung Atika Collection dalam menghadapi ACFTA.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi industri kerudung Atika

Collection perspektif strategi kompetitif Porter.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan dan kemanfaatan adalah hal yang terpenting dari sebuah

penelitian setelah ditemukan hasil dari penelitian tersebut. Adapun

kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

a. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan studi bagi

mahasiswa selanjutnya khususnya Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Syariah.

b. Mengaplikasikan teori keunggulan bersaing dengan

menggunakan Strategi Kompetitif Porter, Analisis SWOT,

Deferensiasi, Strategi Biaya Rendah, dan Strategi Fokus.

2. Secara Praktis

a. Sebagai pedoman bagi industri kecil menengah khususnya

di industri kerudung untuk menentukan dan membuat

(27)

20

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pemahaman terhadap

pengertian yang dimaksud oleh skripsi ini tentang beberapa istilah pokok

yang tercantum di dalamnya, maka penulis perlu menjelaskan atau

memberikan defenisi terhadap istilah-istilah pokok tersebut.

Penelitian ini berjudul : “Strategi Kompetitif Porter sebagai

Modal Industri Kerudung Atika Collection Bersaing dalam Menghadapi

ACFTA”, beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan adalah:

Strategi Kompetitif Porter : Strategi kompetitif Porter adalah salah satu

strategi bersaing di level industri yang

dikembangkan oleh Michail E. Porter, strategi

ini menganalisis persaingan dengan

menggunakan lima kekuatan kompetitif dari

lingkungan perusahaan atau industri. Lima

kekuatan kompetitif tersebut yaitu : ancaman

pendatang baru, ancaman produk subtitusi,

kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan

tawar-menawar pemasok, persaingan diantara

pesaing dalam suatu industri.

Industri Kecil Menengah :Industri kecil menengah adalah sebuah jenis

usaha kecil yang merupakan usaha yang berdiri

(28)

21

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Data yang Dikumpulkan

Berdasakan rumusan masalah seperti yang dikemukakan di

atas, maka data yang dihimpun meliputi :

banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah

serta bangunan tempat usaha. Omset per tahun

kurang dari Rp 1.000.000.000.

ACFTA : ACFTA (ASEAN China Free Trade Area)

adalah sebuah kesepakatan perjanjian

perdagangan bebas yang berada di wilayah

ASEAN dan Cina yang beranggotakan enam

negara ASEAN (Indonesia, Malaysia,

Filiphina, Thailand, Singapura, dan Brunei

Darussalam) dengan Negara Cina, kesepakatan

itu bertujuan untuk menciptakan situasi

perdagangan yang seimbang dan adil melalui

penurunan tarif barang perdagangan, di mana

tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%)

maupun hambatan non tarif bagi negara-negara

(29)

22

a. Data tentang penentuan strategi yang telah dijalankan

industri kerudung Atika Collection desa Keduyung Laren

Lamongan, diantaranya strategi yang digunakan Atika

Collection dalam menghadapi persaingan baik dengan

pesaing lokal maupun dengan produk luar negeri, berhasil

tidaknya strategi yang telah dilakukan, hambatan dan

tantangan yang dihadapi, serta kondisi lingkungan eksternal

dan internal industri kerudung Atika Collection desa

Keduyung Lamongan.

b. Data tentang strategi kompetitif Porter dari buku, jurnal,

artikel, dan penelitian terdahulu.

2. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka sumber

data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data ini dilakukan dengan mengadakan

pengamatan langsung di industri kerudung Atika Collection

desa Keduyung Laren Lamongan, dan melakukan wawancara

dengan pemilik usaha, karyawan, dan salah satu warga Desa

(30)

23

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data tersebut bersifat membantu atau menunjang

dalam melengkapi dan serta memperkuat, memberi penjelasan

mengenai sumber data primer berupa buku daftar pustaka

yang berkaitan tentang objek diantara sumber-sumber

sekunder tersebut yaitu:

1. Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2008).

2. William G. Nickles. James M. McHugh. Susan M.

McHugh, “Pengantar Bisnis” (Jakarta : Salemba Empat,

2009).

3. Jajat kristanto, “Manajemen Pemasaran Internasional”,

(Jakarta : Erlangga, 2011).

4. Philip Kotler, “ Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian”, (Jakarta :

Erlangga, 1996).

5. Philip Kotler. Kevin Lane Keller, “ manajemen pemasaran”

(Jakarta : Pt Indeks : 2009).

6. Richard L. Daft, “Manajemen” (Jakarta : Salemba Empat,

2007).

7. Philip Kotler, Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran”

(31)

24

8. Michael E. Porter, “Keunggulan Bersaing Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul” (Jakarta: Binapura

Aksara, 1994).

9. Michael E. Porter, Agus Maulana, “ Strategi Bersaing Teknik Menganalisis industri dan Pesaing” (Jakarta:

Erlangga, 1997).

10.Fred R David, “Strategic Management Manajemen Strategis Konsep Buku 1”, (Jakarta : Salemba Empat,

2009).

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung ke lapangan

dilakukan di industri kerudung Atika Collection desa Keduyung

Laren Lamongan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Dan

(32)

25

pihak atau pemilik industri kerudung Atika Collection Ibu Hj.

Kholifah, pegawai dan pihak-pihak lain yang bersangkutan

dengan permasalahan penelitian.

4. Teknik Pengelolaan Data

Setelah data terkumpul perlu adanya pengolahan data

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing : yaitu memeriksa kembali semua data yang

diperoleh secara cermat, terutama dari segi perlengkapan,

kejelasan makna, kesesuaian dan keselarasan data yang satu

dengan yang lain.

Setelah memperoleh data dari hasil wawancara dan

observasi, peneliti memeriksa kembali semua data yang

diperoleh dari lapangan secara lengkap dan kesesuaiannya,

baik data dari pihak Atika Collection, maupun dari

pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah yang peneliti

angkat.

b. Organizing : yaitu mengatur data yang telah diperiksa

dengan sedemikian rupa sehingga tersusun bahan-bahan

atau data-data untuk merumuskan masalah skripsi ini.

Data yang telah diperiksa, diatur sedemikian rupa sehingga

tersusun untuk merumuskan masalah skripsi yang peneliti

(33)

26

c. Analyzing : yaitu menelaah data-data yang ada, kemudian

hasilnya dicatat dan dikualifikasikan menurut metode

analisis yang sudah direncanakan untuk dijadikan acuan pada

tahap kesimpulan.

Data yang sudah disusun untuk merumuskan masalah yang

ada dipenelitian ini, kemudian dianalisis hingga menjadi

suatu acuan untuk menemukan kesimpulan dari penelitian

ini.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan catatan

lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. 22

Peneliti menggunakan teknik deskriptif dikarenakan metode

yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif, di mana

memerlukan data-data untuk menggambarkan suatu fenomena

yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya, sudah sesuai

22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013),

(34)

27

dengan peristiwa yang sebenarnya. Deskriptif adalah prosedur

pemecahan yang diselidiki dengan menggambarkan dan

melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang atau pada suatu

lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak

sebagaimana adanya.

Peneliti memilih menggunakan pola pikir induktif dalam

menganalisis hasil penelitian yang akan diselesaikan. Pola pikir

induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta

yang khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan

sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku

secara umum.

Hal tersebut digunakan untuk menelaah gambaran secara

obyektif bagaimana fakta yang terjadi di lapangan industri

Kerudung Atika Collection terhadap strategi yang dilakukan oleh

pihak Atika Collection dalam menghadapi ACFTA melalui

analisis Strategi Kompetitif Porter.

I. Sistematika Pembahasan

Supaya penulisan penelitian ini tersusun dengan rapi dan rinci

sehingga mudah di pahami, maka penulis menjelaskan susun sistematika

pembahasan sebagai berikut :

Bab Pertama, adalah berisi tentang Pendahuluan yang meliputi Latar

(35)

28

Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan penelitian, Kegunaan

Hasil Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan

terakhir Sistematika Pembahasan.

Bab Kedua, adalah berisi tentang kerangka teoritis atau kerangka

konseptual untuk menjawab permasalah yang ada dalam penelitian

ini, yaitu berisi tentang analisis SWOT, Stratregi Kompetitif

Porter, diantaranya lima strategi kompetitif Porter dan strategi

untuk mencapai keunggulan bersaing atau strategi generik yaitu

melalui strategi kepemimpinan biaya, strategi diferensiasi, dan

strategi fokus, dan ACFTA .

Bab ketiga, adalah berisi tentang Gambaran Umum tentang industri

Kerudung Atika Collection, dan Strategi yang dilakukan oleh

industri Kerudung Atika Collection dalam melakukan

pengembangan usaha diera persaingan bebas.

Bab keempat, adalah analisis data, yang akan membahas hasil penelitian

yaitu meliputi : strategi kompetitif Porter dalam menghadapi

ACFTA, strategi kompetitif yang digunakan Atika Collection, dan

strategi kompetitif Atika Collection perspektif strategi kompetitif

Porter dengan menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis

lingkungan internal dan eksternal perusahaan, strategi kompetitif

(36)

29

diferensiasi, strategi kepemimpinan biaya, dan strategi fokus)

untuk mencapai keunggulan bersaing.

Bab kelima, adalah berisi tentang Penutup, bab ini merupakan akhir atau

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Menganalisis lingkungan Internal dan Eksternal Bisnis 1. Analisis SWOT

Faktor utama yang perlu kita fahami dalam membangun keunggulan bersaing adalah pesaing. Dalam menganalisis pesaing kita harus faham bagaimana keadaan lingkungan ekternal dan internal perusahaan tersebut, dan untuk mengetahui keadaan lingkungan eksternal dan internal perusahaan kita dapat menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT (SWOT analysis) merupakan teknik historis yang terkenal di mana para manajer menciptakan gambaran umum ssecara cepat mengenai strategis perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber

daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).1

Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi termasuk satuan bisnis tertentu, kekuatan adalah keunggulan sumber daya relatif terhadap para pesaing dan kebutuhan pasar pesaing yang dilayani atau diharapkan untuk dilayani oleh perusahaan.2 Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan

1 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari (Jakarta : Salemba Empat, 2014), 156.

(38)

31

pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain.3Sedangkan kelemahan perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya yang menghambat kinerja efektif perusahaan.4

Faktor peluang dan ancaman adalah merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan. Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan.5 Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dalam bukunya berjudul Manajemen Strategik, peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis, yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain adalah:

a. Kecenderungan penting yang terjadi di kalangan pengguna produk.

b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian,

c. Perubahan dalam kondisi persaingan.

d. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang

membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha. e. Hubungan dengan para pembeli yang “akrab” dan

3 Pearce Robinson, Manajemen Strategik Formulasi,Implementasi, dan Pengendalian

(Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1997), 231.

4 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari...,157.

(39)

32

f. Hubungan dengan pemasok yang harmonis.6

Sedangkan ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.7

2. Cara Menggunakan Analisis SWOT

Dalam menggunakan analisis SWOT sedikitnya terdapat tiga tahapan dalam proses penyusunan perencanaan strategis. Pertama adalah tahap pengumpulan data. Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal perusahaan. Kedua adalah tahap analisis. Setelah pengumpulan data-data yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Tahap terakhir yaitu tahap pengambilan keputusan.8

Alat-alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

6 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik(Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 173. 7 Ibid,173.

(40)

[image:40.595.138.535.122.545.2]

33

Tabel 1.29 Matrik SWOT IFAS

EFAS STRENGTHS (S) Tentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan

internal

WEAKNESS (W) Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan

internal. OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Startegi SO

Ciptakan stretegi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Ciptakan Strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang THREASTHS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi

ancaman.

Strategi WT

Ciptakan Strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman Penjelasan matrik:

a. IFAS (Internal Factors Analysis Summary) yaitu kesimpulan analisis dari berbagai faktor internal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan, dengan kata lain faktor-faktor strategis internal suatu lembaga disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal dalam kerangka strength and weaknesses.

b. EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) yaitu kesimpulan analisis dari berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan, dengan kata lain faktor-faktor strategis ekternal suatu lembaga disusun untuk merumuskan faktor-faktor eksternal eksternal dalam rangka opportunities and threaths.

9 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT Gramedia

(41)

34

c. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

d. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman perusahaan.

e. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

f. Strategi WT

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Selanjutnya, matrik SWOT tersebut dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce and Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu10:

a. Melakukan perhitungan bobot (a) dan rating (b) poin faktor serta jumlah total perkalian bobot dan rating (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T. Cara pemberian nilai yaitu:

10 Himansa, “Analisis SWOT” dalam http://himansaclub.blogspot.com/2011/07/analisis

(42)

35

Pemberian rating untuk kekuatan dan peluang mendapat peringkat 3 (kuat) atau 4 (sangat kuat), sedangkan untuk kelemahan dan ancaman mendapat peringkat 1 (sangat lemah) atau 2 (lemah). Berilah setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (semua penting). Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.11

b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

[image:42.595.138.514.215.652.2]

c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Berikut ini adalah diagram SWOT:

Gambar 1.1 Diagram Analisis SWOT12

11 Fred R. David, Strategic Management Strategi Manajemen Konsep (Jakarta :Salemba

Empat, 2009), 230.

12 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari...,158.

Beragam peluang lingkungan Sel I

Mendukung strategi yang agresif

Sel III

Mendukung strategi yang berorientasi pada perubahan

Sel IV

Mendukung Strategi yang defensif.

Sel II

Mendukung Strategi diversifikasi

Ancaman-ancaman utama lingkungan

Kekuatan internal yang besar Kelemahan

(43)

36

Dari diagram diatas dapat diketahui bagaimana Matriks kuadran SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sel I atau kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2. Sel II atau kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantanganyang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi,artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktiknya.

3. Sel III atau kuadran III (negatif, positif)

(44)

37

dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4. Sel IV atau Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

B. Membangun Keunggulan Kompetitif di Level Industri 1. Strategi Kompetitif Porter

Strategi menurut beberapa defenisi, antara lain yaitu:

a. Strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratos = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral.13

b. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

(45)

38

c. Strategi merupakan rencana skala besar yang berorientasi jangka panjang untuk berinteraksi dengan lingkungan yang kompetitif untuk mencapai tujuan perusahaan.14

Dari defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditargetkan. Strategi dalam perusahaan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif.

Strategi bisnis pada hakikatnya bisa dirumuskan akibat adanya lingkungan pesaing. Kenichi Ohmae (1982) menegaskan : “apakah strategi

itu –apa yang membedakannya dari semua perencanaan bisnis lainnya – hanya terdapat satu kata yaitu keunggulan kompetitif. Tanpa pesaing tidak diperlukan strategi, karena tujuan satu-satunya perencanaan strategik adalah agar memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan, seefesien mungkin, suatu keunggulan terhadap pesaingnya.”15

Michael Porter mengingatkan juga, strategi apa pun yang diterapkan perusahaan akan sia-sia bila tidak diarahkan pada usaha persaingan. Manajemen perlu mempelajari kelemahan, kekuatan, dan strategi pesaing agar bisa merumuskan, menerapkan strategi persaingan yang efektif, dan sekaligus menempatkan diri dalam lingkungan pesaing secara kompetitif.

Dalam sebuah lingkungan yang kompetitif dibutuhkan pula strategi kompetitif untuk sebuah bisnis atau perusahaan. Strategi yang diterapkan

14John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari...,4.

15 Ronald Nangoi, Menentukan Strategi Pemasaran dalam Menghadapi Persaingan (Jakarta:

(46)

39

untuk bersaing dalam level industri salah satunya adalah strategi kompetitif Porter.

Strategi Kompetitif Porter adalah sebuah kerangka untuk analisis Industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michail E. Porter, dia berpendapat bahwa strategi ditingkat bisnis adalah hasil dari lima kekuatan kompetitif dilingkungan perusahaan.16M. E. Porter, berpendapat bahwa perusahaan lebih memberikan perhatian pada persaingan yang ada dalam industrinya.17

Porter (1980:4) mengatakan bahwa ada lima kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri yaitu: (1) ancaman dari para pendatang baru (threat of new entrants), (2) ancaman dari produk-produk atau jasa-jasa pengganti (threat of subsititute products or services), (3) kekuatan tawar-menawar para pemasok (bargaining power of suppliers), (4) kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyers), dan (5) persaingan diantara para pesaing yang ada (rivalry among existing competitor).18

16 Richard L. Daft, Managemet Manajemen, Edward Tanujaya, Shirly Tiolina (Jakarta :

Salemba Empat, 2007), 374.

17 J. David Hunger, & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, Julianto Agung, (

Yogyakarta : Andi, 2003),122.

(47)

[image:47.595.136.558.167.562.2]

40

Gambar 1.2

Diagram Kekuatan-Kekuatan yang Membentuk Persaingan Industri19

a. Masuknya Pendatang Baru

Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar dan sering kali sumber daya yang substansial. Tingkat keseriusan dari ancaman pendatang baru bergantung pada hambatan yang ada dan reaksi pesaing saat ini yang dapat diantisipasi oleh pendatang baru. Jika hambatan terhadap masuknya pendatang baru (barriers to entry) cukup tinggi dan pendatang baru tersebut tidak akan membawa ancaman yang serius ketika masuk. Hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki lingkungan industri adalah :

19 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari...,104.

Pendatang Baru

Persaingan Industri

Intensitas persaingan

Ancaman dari pendatang baru

Kekuatan penawaran Pembeli

Pemasok

Ancaman produk subtitusi

Subtitusi

Kekuatan penawaran

(48)

41

1) Skala Ekonomi

Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa calon pendatang baru untuk masuk ke skala yang besar atau menerima kerugian dari segi biaya.

Skala ekonomi merupakan determinan (faktor yang menentukan) yang penting atas intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan yang mampu mencapai kondisi ekonomi yang demikian akan mampu mematok harga lebih rendah bila dibandingkan dengan para pesaingnya. Perusahaan tersebut juga dapat menciptakan harga produknya, baik sementara maupun selamanya.

2) Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk (product differentiation), atau identifikasi merek, menciptakan hambatan dengan memaksa pendatang baru untuk menghabiskan biaya yang besar guna memenangkan loyalitas pelanggan.

3) Persyaratan Modal

(49)

42

kembali, seperti memasang iklan pada awal usaha atau melakukan penelitian dan pengembangan awal.

4) Kerugian Biaya yang Tidak Dipengaruhi oleh Ukuran Perusahaan.

5) Akses Terhadap Saluran Distribusi.

Pendatang baru harus memastikan distribusi dari produk atau jasa yang ditawarkannya. Semakin terbatasnya saluran distribusi grosir atau ritel dan semakin terikatnya saluran-saluran ini dengan pesaing yang ada, tentu saja akan semakin sulit untuk masuk ke dalam industri ini. Kadang kala, hambatan ini sedemikian besarnya hingga untuk mengatasinya, seseorang pendatang baru harus menciptakan saluran distribusinya sendiri.

6) Kebijakan Pemerintah.

Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup masuknya pendatang baru ke industri, dengan pengendalian-pengendalian, seperti persyaratan lisensi, pembatasan akses ke bahan baku, dan insentif pajak.

b. Ancaman Produk Subtitusi

Kekuatan dari beberapa pilihan dan subtitusi (pengganti) dan produk sebuah perusahaan dapat berpengaruh melalui perubahan biaya atau tren.20 Jika industri tersebut tidak dapat meningkatkan

(50)

43

kualitas produk atau melakukan diferensiasi, maka industri itu akan mengalami kemunduran laba dan mungkin juga dalam pertumbuhannya.21

Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Menurut Porter, “ penggantian membatasi pendapat potensial dari suatu industri karena batas atas pada harga-harga perusahaan dalam suatu industri berpengaruh signifikan pada laba. Jika tingkat switching cost (biaya atau pengorbanan yang harus ditanggung oleh konsumen aapabila konssumen memutuskan untuk berpindah ke supplier lain) rendah, barang pengganti kemungkinan berpengaruh kuat terhadap industri. 22

c. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Pembeli juga dapat memaksa harga turun, menuntut kualitas yang lebih tinggi atau pelayanan lebih, dan mengadu pemasok yang saling bersaing, yang semuanya dapat mengurangi laba industri.23

Para konsumen dapat menjadi kuat apabila berbagai kondisi tertentu terpenuhi seperti:Pertama, mereka terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu dan oleh karenanya membeli produk yang diperlukannya dalam jumlah yang besar. Kedua, pertimbangan harga produk yang dibeli tidak menjadi pertimbangan yang utama. Ketiga, bila produk subtitusi yang manfaatnya relatif sama tersedia dipasaran.

21 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian, Nia Pramita Sari...,110.

(51)

44

Keempat, jika produk yang dihasilkan oleh industri tidak penting bagi pembeli, terutama jika produk itu akan digunakan pembeli untuk menghasilkan produk lain. Kelima, apabila makin banyak perusahaan menghasilkan produk sejenis atau serupa sehingga pembeli mempunyai banyak pilihan. Keenam, untuk pembeli individual, sebagai kelompok pembeli menjadi kuat apabila karena penghasilan yang meningkat kemampuan mereka pun semakin besar sehingga orientasi mereka lebih tertuju pada mutu, bukan harga.24

d. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Pemasok dapat menggunakan kekuatan menawarnya terhadap partisipan dalam suatu industri dengan menaikkan harga atau mengurangi kualitas barang atau jasa yang dibeli. Oleh karena itu, pemasok yang berkuasa dapat mengurangi profitabilitas suatu industri yang tidak dapat menaikkan harga untuk menutup kenaikan biaya tersebut.25

Keegan (2002: 281) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tawar-menawar pemasok yaitu : (1) para pemasok akan memiliki keunggulan jika mereka adalah perusahaan besar dan jumlahnya tidak banyak; (2) jika produk-produk atau jasa-jasa para pemasok merupakan input yang penting bagi para perusahaan pengguna, sangat terdiferensiasi, atau menimbulkan biaya-biaya perpindahan

24 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik..., 87.

25 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

(52)

45

(switching costs), maka para pemasok akan memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi terhadap para pembeli; (3) para pemasok juga akan memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi jika bisnis mereka tidak diancam oleh produk-produk pengganti; dan, (4) kemauan dan kemampuan para pemasok untuk mengembangkan produk-produk dan merek-merek mereka jika mereka tidak mampu memperoleh kondisi-kondisi yang memuaskan dari pada pembeli akan mempengaruhi kekuatan mereka. 26

e. Persaingan Di antara Pesaing dalam Suatu Industri

Kompetisi antar pesaing yang sudah ada terjadi dalam bentuk perebuatan posisi-dengan menggunakan taktik, seperti kompetisi harga, pengenalan produk, dan iklan secara besar-besaran. Bentuk persaingan ketat ini berkaitan dengan adanya sejumlah faktor:27

1) Ada banyak pesaing atau pesaing yang ada memiliki ukuran dan kekeuatan yang hampir sama.

2) Pertumbuhan industri lambat sehingga mempercepat perebutan pangsa pasar yang melibatkan anggota-anggota yang ingin melakukan ekspansi.

3) Produk atau jasa yang ditawarkan kurang memiliki diferensiasi (perbedaan) atau biaya menukar, yang dapat mengunci pembeli dan

26 Jajat Kristanto, Manajemen Pemasaran Internasional..., 155.

27John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis : Formulasi,

(53)

46

melindungi perusahaan agar pelanggannya tidak direbut oleh pesaingnya,

4) Biaya tetap tinggi atau produknya tidak tahan lama sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memotong harga.

5) Hambatan untuk keluar yang sangat tinggi.

6) Para pesaing memiliki strategi, asal, dan kepribadian yang beragam. Mereka memiliki gagasan yang berbeda mengenai cara untuk bersaing dan tetap bertarung satu sama lain dalm prosesnya.

2. Strategi Generik Porter

Dalam menemukan sisi kompetitif dari kelima kekuatan tersebut, Porter berpendapat bahwa sebuah perusahaan dapat menggunakan salah satu dari tiga landasan strategi yaitu diferensiasi, kepemimpinan biaya (cost leadership) dan fokus.28Porter menamakan landasan tersebut dengan nama strategi generik (generic strategic). 29

Keunggulan bersaing dalam sebuah perusahaan dapat dicapai dengan memilih atau memakai salah satu dari tiga strategi tersebut yakni, strategi kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus.

28 Richard L. Daft, Management Manajemen, Diterjemahkan oleh Edward Tanujaya, Shirly

Tiolina..., 376.

29 Fred R. David, Strategic Management Strategi Manajemen Konsep (Jakarta :Salemba

(54)

47

Lima Strategi Generik Porter Tipe 1: kepemimpinan biaya- biaya rendah. Tipe 2: kepemimpinan biaya rendah- nilai terbaik Tipe 3 : diferensiasi

[image:54.595.137.518.220.539.2]

Tipe 4 : fokus- biaya rendah Tipe 5 : fokus – nilai terbaik

Tabel 1.3 Strategi Generik

Tipe 1 Tipe 2

Tipe 3 -

- Tipe 3 Tipe 4

Tipe 5

a. Strategi Kepemimpinan Biaya

Strategi kepemimpinan biaya tergolong menjadi dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 adalah strategi biaya rendah (low cost) yang menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada harga terendahyang tersedia di pasar. Tipe 2 adalah strategi nilai terbaik (best-value) yang menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia dipasar. Strategi nilai terbaik bertujuan untuk menawarkan serangkaian produk atau jasa pada harga yang serendah mungkin dibandingkan produk

Kepemimpinan

biaya Diferensasi Fokus

Besar

(55)

48

pesaing dengan atribut yang sama. Sasaran (target) strategi tipe 1 maupun 2 adalah pasar yang besar.30

Bisnis bekerja keras untuk mencapai biaya produksi dan distribusi yang terendah, sehingga harganya menjadi lebih rendah daripada pesaing dan pangsa pasar yang besar.31 Perusahaan dapat memotong harga sehingga menjadi rendah daripada kompetitor dan masih dapat menawarkan kualitas bersaing dan memperoleh laba yang cukup.32

Keunggulan bisnis yang dibangun atas dasar keunggulan biaya mengharuskan bisnis tersebut bisa menyediakan p

Gambar

Tabel 1.111
Tabel 1.29
Gambar 1.1
Gambar 1.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) To describe in what occassion the families often use code-switching. 2) To mention the kinds of code-switching mostly occur in the families. 3) To describe the main

Dan kita masih perlu mengetes sejauh mana partai oposisi itu bisa bekerja dalam sistem yang paternalistik seperti sekarang ini.. Anggapan rakyat tentang partai oposisi masih

Difteria adalah suatu infeksi akut yang mudah menular,sangat berbahaya pada anak –anak terutama menyerang saluran pernafasan bagian atas,penularannya

Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai (1) pengembangan mo- dul Administrasi Kepegawaian Berbasis Detik K-13 bagi siswa kelas XII SMK Ne- geri 1 Magetan; (2) kelayakan

Usaha laundry sendiri terdiri dari 6 bagian, yaitu bagian yang pertama adalah penerimaan.Pada bagian ini pekerja melakukan kegiatan menimbang dan mencatat serta

Penerapan OVOP dalam rangka memajukan industri kerajinan memerlukan strategi yang sesuai dengan prinsip mendasar OVOP dan dapat menyelesaikan permasalahan yang

saling berkonsultasi dan saling menanggapi antara satu dengan lainnya. Dengan FGD ini tentu komponen-komponen yang dikembangkan dapat mencapai hasil yang

Rendahnya tingkat ibadah seseorang terutama pada anak akan menimbulkan berbagai masalah salah satunya adalah kemrosotan akhlak, ini terbukti dalam sebuah skripsi