• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Teori Modal Sosial

Menurut Piere Bourdieu, definisi modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan (Field, 2011:23). James Coleman mendefinisikan social capital yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama-sama demi mencapai tujuan-tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi (dalam Fukuyama, 2007:12). Robert D. Putnam, mendefinisikan modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (dalam Field, 2011: 51).

Francis Fukuyama (2002:22) mendefinisikan modal sosial secara sederhana sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota-anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka. Jika para anggota kelompok itu mengharapkan bahwa anggota-anggota yang lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai. Jika orang-orang yang bekerja sama dalam sebuah perusahaan saling mempercayai dan bekerja menurut serangkaian norma etis bersama, maka berbisnis hanya memerlukan sedikit biaya (Fukuyama, 2007: 38).

(2)

10 sosial yaitu sebagai berikut :

1) Sosial Bounding : berupa kultur nilai, kultur persepsi dan tradisi atau adat istiadat. Modal sosial dengan karateristik ikatan yang kuat dalam suatu siistem kemasyarakatan di mana masih berlakunya system kekerabatan dengan system klen yang mewujudkan rasa simpati, berkewajiban, percaya resiprositas dan pengakuan timbal balik nilai kebudayaan yang dipercaya. Tradisi merupakan tata kelakuan yang kekal serta memiliki integrasi kuat dalam pola perilaku masyarakat mempunyai kekuatan mengikat dengan beban sangsi bagi pelanggrnya.

2) Social Bridging : berupa institusi maupun mekanisme yang merupakan ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karateristik kelompoknya. Dapat dilihat pula adanya keterlibatan umum sebagai warga Negara, asosiasi, dan jaringan.

3) Social Linking : berupa hu ungan/jaringan sosial dengan adanya hubungan diantara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat.

Abdullah (dalam Suwartiningsih, Sri& Prananingrum, Dyah Hapsari, 2009 :43) mengidentifikasi tiga bentuk modal sosial yamg ada dalam masyarakat yaitu:

(3)

11 merupakan perangkat aturan tinglah laku.

2. Hubungan dan jaringan sosial yang merupakan pola-pola hubungan antara orang dan ikatan sosial dalam suatu masyarakat seperti kerbat atau ikatan ketetanggaan.

3. Jaringan terdapat dalam masyarakat, menjangkau institusi lokal yang berfungsi bagi kepentingan kelompok dan masyarakat. Ini dapat berupa kelembagaan adat atau pranata sosial yang berperan secara langsung ataupun tidak langsung.

Dari ketiga bentuk modal social yang ada, dapat disimpulkan bahwa semua bentuk modal sosial berjalan bersama dan saling melengkapi. Konsep modal sosial merujuk pada hubungan sosial, institusi, norma sosial dan saling percaya antara orang atau kelompok lain serta mempunyai dampak positif terhadap peningkatan kehidupan dalam komunitas.

Hasbullah (dalam Niken Handayani, 2006) bahwa : Modal Sosial adalah kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai suatu tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interrelasi yang imbal balik dan saling menguntungkan, dan dibangun diatas kepercayaan yang ditopang oleh normanorma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat jalinan hubungan diatas prinsip-prinsip imbal balik, saling menguntungkan dan dibangun diatas kepercayaan.

(4)

12 kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial. Dengan adanya modal sosial memungkinkan terjalinnya kerja sama dan membentuk kerukunan dari manol dan pedagang serta pembeli. .

Modal sosial terletak pada kemampuan masyarakat yang dalam penelitian ini adalah manol dan pedagang sayuran serta pembeli untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan bersama. Kerjasama bersifat timbal balik dan saling menguntungkan. Kerjasama yang terjadi dibangun berdasar atas kepercayaan yang didukung oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang kuat.

Modal sosial adalah sumber-sumber daya yang berkembang pada seseorang individu atau sekelompok individu seperti kepercayaan, norma-norma sosial, dan jaringan sosial yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka. Adapun tiga unsur modal sosial tersebut, yaitu:

2.1.1. Kepercayaan

(5)

13 oportunistik, maka berbagai kelompok akan terbentuk secara lebih cepat, dan kelompok yang terbentuk itu akan mampu mencapai tujuan-tujuan bersama secara lebih efisien.

Menurut Fukuyama (2002:75) kepercayaan seharusnya di ingat dalam dirinya sendiri bukan merupakan kebajikan moral, tetapi lebih merupakan efek samping dari kebajikan. Kepercayaan muncul ketika masyarakat saling berbagi norma-norma kejujuran dan ketersediaan untuk saling menolong dan oleh karenanya mampu bekerja sama satu dengan yang lain. Kepercayaan dihancurkan oleh sikap mementingkan diri sendiri yang eksesif atau oportunisme. Maka dari itu, kepercayaan dapat membuat orang-orang bisa bekerja sama secara lebih efektif karena bersedia menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu.

Mollering (dalam Arya Hadi Dharmawan, 2002) merumuskan enam fungsi penting kepercayaan (trust) dalam hubungan-hubungan sosial-kemasyarakatan yaiu sebagai berikut :

 Kepercayaan dalam arti confidence, yang bekerja pada ranah psikologis individual. Sikap ini akan mendorong orang berkeyakinan dalam mengambil satu keputusan setelah memperhitungkan resiko-resiko yang ada. Dalam waktu yang sama, orang lain juga akan berkeyakinan sama atas tindakan sosial tersebut, sehingga tindakan itu mendapatkan legitimasi kolektif.

(6)

14 dilatarbelakangi rasa saling curiga. Selanjutnya, semangat kerja sama akan mendorong integrasi sosial yang tinggi.

 Penyederhanaan pekerjaan, di mana trust membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja kelembagaankelembagaan sosial. Pekerjaan yang menjadi sederhana itu dapat mengurangi biaya-biaya transaksi yang bisa jadi akan sangat mahal sekiranya pola hubungan sosial dibentuk atas dasar moralitas ketidakpercayaan.

 Ketertiban. Trust berfungsi sebagai inducing behavior setiap individu, yang ikut menciptakan suasana kedamaian dan meredam kemungkinan timbulnya kekacauan sosial. Dengan demikian, trust membantu menciptakan tatanan sosial yang teratur, tertib dan beradab.

 Pemelihara kohesivitas sosial. Trust membantu merekatkan setiap komponen sosial yang hidup dalam sebuah komunitas menjadi kesatuan yang tidak tercerai-berai.

 Modal sosial. Trust adalah aset penting dalam kehidupan kemasyarakatan yang menjamin struktur-struktur sosial berdiri secara utuh dan berfungsi secara operasional serta efisien.

(7)

15 2.1.2. Jaringan Sosial

Salah satu pengertian jaringan dikemukakan oleh Robert M.Z. Lawang, jaringan merupakan terjemahan dari network yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work. Net berarti jaring, yaitu tenunan seperti jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung antara satu sama lain. Work berarti kerja. Jadi network yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja dalam hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaring. Berdasarkan cara pikir tersebut, maka jaringan (network) menurut Robert M. Z. Lawang (dalam Damsar, 2011: 157-158) dimengerti sebagai:

o Ada ikatan antar simpul (orang/kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikatkan dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

o Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sama bukan kerja bersama-sama. o Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar

simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

(8)

16 o Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara

orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

o Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan studi jaringan sosial melihat hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul atau ikatan. Simpul dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor tersebut.

Fukuyama (2002: 324) mendefinisikan jaringan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma yang penting untuk transaksi-transaksi pasar biasa. Jaringan memberikan dasar bagi kohesi sosial karena mendorong orang bekerja sama satu sama lain dan tidak sekedar dengan orang yang mereka kenal secara langsung untuk memperoleh manfaat timbal balik (Field, 2010: 18).

“Social capital is defined as resources embedded in one’s social networks.

Resources, that can be accessed or mobilized through ties in the networks”

(Modal sosial didefinisikan sebagai sumber daya yang tertanam dalam jaringan-jaringan sosial seseorang, sumber daya dapat diakses atau dimobilisasi melalui hubungan dalam jaringan-jaringan).

(9)

17 jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterprestasikan tingkah laku sosial dari individu-indvidu yang terlibat.

Granovetter (dalam Ritzer, 2010: 470-47) membedakan antara “ikatan kuat dan lemah”. Ikatan kuat misalnya hubungan antara seseorang dan teman

karibnya, dan ikatan lemah misalnya hubungan antara seseorang dan kenalannya. Ikatan lemah dapat menjadi sangat penting, seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain ataupun masyarakat luas. Granovetter juga menegaskan bahwa ikatan yang kuat pun mempunyai nilai, misalnya orang mempunyai ikatan memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan.

(10)

18 Fukuyama (2002:332) menjelaskan bahwa melalui hubungan persahabatan atau pertemanan pun, dapat diciptakan jaringan yang memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran informasi dan ke dalam sebuah organisasi. Jaringan dengan kepercayaan tinggi akan berfungsi lebih baik dan lebih mudah daripada dalam jaringan dengan kepercayaan rendah (Field, 2010:103). Individu yang mengalami pengkhianatan dari mitra dekat akan mengetahui betapa sulit menjalin kerja sama tanpa dilandasi kepercayaan.

Terjadinya sebuah jaringan sosial itu tidak terlepas dari komunikasi yang menghasilkan sebuah interaksi sosial. Dengan demikian jaringan ini memfasilitasi terjadinya komunikasi, interaksi dari manul dan pedagang menimbulkan atau menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama antara kelompok ini.

Proses untuk pembentukan jaringan sosial adalah dengan terjadinya sebuah komunikasi. Jaringan dibangun atas simpul yang ada yaitu peran modal sosial antara manol, SPTI dan pedagang sayur di STA Jetis, Bandungan, Kabupaten Semarang dengan memperluas jaringan sosial dengan berkomunikasi. 2.1.3. Norma Sosial

Norma merupakan sekumpulan aturan yang yang dipatuhi dan dijalankan oleh masyarakat walau tidak tertulis. Aturan-aturan kolektif tersebut di pahami oleh semua anggota masyarakat dan terdapat sangsi sosial untuk mencegah individu melakukan suatu hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

(11)

19 individu lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib’’.

Norma biasanya dibangun, tumbuh, dan dipertahankan untuk memperkuat masyarakat itu sendiri. Norma-norma sosial diciptakan secara sengaja. Dalam pengertian bahwa orang-orang yang memprakarsai/ikut mempertahankan suatu norma merasa diuntungkan oleh kepatuhannya pada norma dan merugi karena melanggar norma (Coleman, 2009: 333)

Douglass North (dalam Fukuyama, 2002: 243) menjelaskan bahwa norma-norma sangat penting untuk mengurangi biaya-biaya transaksi. Jika kita tidak memiliki norma, maka kita mungkin harus merundingkan aturan-aturan kepemilikan atas dasar kasus per kasus, sebuah situasi yang tidak kondusif bagi pertukaran pasar, investasi, maupun pertumbuhan ekonomi. Dalam cabang ekonomi terdapat teori permainan yang menjelaskan munculnya norma-norma sosial. Secara sederhana teori permainan dapat digambarkan sebagai berikut: “....bahwa kita semua dilahirkan ke dunia bukan sebagai oversosialized

(12)

20 interaksi sosial” (Fukuyama, 2002: 244).

Dalam hal ini norma-norma menjaga hubungan sosial antara manol dengan pedagang dan pembeli. Kepatuhan pelaku pasar terhadap norma-norma sosial yang telah disepakati dapat meningkatkan solidaritas dan mengembangkan kerja sama dengan mengacu pada norma-norma sosial yang menjadi patokan dan sesuai kesepakatan mereka.

2.2Buruh Gendong

Peningkatan perekonomian memberikan kontribusi dalam menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan. Perluasan lapangan pekerjaan menimbulkan persaingan yang ketat dan tentunya menuntut pendidikan, skill serta kreatifitas yang tinggi. Namun hal ini menyebabkan tersingkirnya mereka yang berpendidikan rendah dan kemudian beralih pada sektor informal demi menjamin kehidupannya. Sebagian sektor informal yang di pilih adalah pekerja atau buruh gendong.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata buruh didefinisikan sebagai orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah/pekerja. Buruhpun di bagi ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Buruh Harian: buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.

2. Buruh Kasar: buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahlian di bidang tertentu.

3. Buruh Musiman: buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu (misalnya buruh tebang tebu).

4. Buruh Pabrik: buruh yang bekerja di pabrik.

(13)

21 6. Buruh Tani: buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah

orang lain.

7. Buruh Terampil: buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. 8. Buruh Terlatih: buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

Bila dilihat berdasarkan pengertian di atas maka, buruh gendong pada pasar Jetis Bandungan dapat di kategorikan dalam buruh kasar karena menggunakan tenaga fisik dalam melakukan pekerjaannya. Dengan demikian buruh gendong pada penelitian ini adalah pekerja yang dibayar tenaganya dengan jumlah yang telah di sepakati bersama untuk mengangkut barang dalam hal ini komoditas dagangan yaitu sayur-sayuran sesuai permintaan pedagang (pedagang sebagai penyewa yang membayar upah).

2.3SPTI (Serikat Pekerja Transport Indonesia) Cabang Bandungan

Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja disebutkan bahwa buruh atau pekerja merupakan mitra pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juga mengatur mengenai serikat pekerja, diantaranya yaitu adalah:

1) Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk dan menjadi anggota sebuah serikat buruh. Serikat buruh berhak menarik dan mengelola dana dan mempertanggungjawabkan keuangan serikat, termasuk penyediaan dana untuk aktifitas mogok kerja.

(14)

22 atau beberapa serikat buruh yang sudah tercatat di lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas urusan ketenagakerjaan dan pengusaha atau beberapa pengusaha.

3) Mogok kerja harus dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari gagalnya perundingan. Artinya buruh memiliki hak untuk melakukan mogok kerja bila pada perundingan antara buruh dan penyewa jasa mereka(misal: pengusaha) tidak mencapai suatu kesepatan. Namun, mogok kerja yang dilakukan haruslah mengikuti prosedur Undang-Undang yang berlaku serta tidak menggangu ketertiban dan keamanan umum.

Demikian adanya sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat diwujudkan melalui pembentukan serikat pekerja atau serikat buruh. Hal ini menjadi dasar atau acuan terbentuknya SPTI yang merupakan seperangkat aturan atau norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur pola hubungan kerja anatara pengusaha/pedagang dan buruh/pekerja.

(15)

23 dengan upah Rp. 2500/keranjang/gendong. SPTI juga mengatur penempatan posisi manol serta bekerja pada shift siang atau malam. Posisi manol di tempatkan sesuai dengan kebutuhan blok-blok mana yang membutuhkan banyak tenaga. Blok-blok tersebut diatur sesuai dengan jenis dan sumber komoditas dagangan sehingga tidak terjadi kekurangan tenaga ataupun masalah dengan pedagang saat pedagang membutuhkan tenaga manol dan juga tidak terjadi konflik karena saling berebut gendongan antar manol. Dengan demikian,sangat membantu dalam pendapatan manol secara ekonomi.

Selain itu juga, SPT mendirikan dan menjalankan koperasi yang masih berjalan dan terus berkembang hingga sekarang yaitu koperasi Gotong Royong Maju Makmur. 2.4Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian-penelitian sosial mengenai modal sosial yang telah dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan pembanding dengan penelitian yang ditentukan oleh peneliti. Adapun beberapa penelitan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Studi Modal Sosial Pedagang Dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar (Fatimah, 2012). Penelitian berfokus pada pemanfaatan modal sosial yang digunakan oleh Forum Silatuhrahmi Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional (FSP3Y) dalam meningkatkan daya saing pasar tradisional. Modal sosial juga digunakan terhadap penyelesaian permasalahan bersama guna meraih kepentingan bersama para pedagang tradisional. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif berupa studi kasus dengan perspektif fenomenologi.

(16)

24 sikap proaktif pedagang dalam menyuarakan aspirasinya. Dalam berbagai kegiatan tersebut, FSP3Y bekerja sama dengan banyak pihak seperti pemerintah, sponsor kegiatan, relawan pengelola Warta Pasar Jogja, dan Sekolah Pasar PUSTEK UGM. Dimensi jejaring, trust, dan solidaritas tercipta dari kerjasama yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu, aksi kolektif, tindakan politik, dan pemberdayaan dilakukan pedagang untuk memperbaiki citra pasar dan memperjuangkan eksistensi mereka dalam berusaha. Selain itu, adanya pemanfaatan media untuk berpromosi, pengadaan sarasehan sebagai tempat pertukaran informasi, pengetahuan dagang, dan prospek bisnis. Namun, belum semua pedagang berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh FSP3Y karena belum semua menyadari pentingnya pengembangan usaha secara mandiri.

(17)

25 Ketiga, Strategi Hidup Buruh Porter Di Stasiun Tawang Kota Semarang (Asep Rakhmat R, 2015). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian berfokus untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi seseorang dalam memilih pekerjaan sebagai buruh porter di Stasiun Tawang, serta berfokus juga untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi hidup buruh porter Stasiun Tawang Semarang. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk strategi hidup yang digunakan para buruh porter yang adalah berhutang, adanya jaringan yang baik dan bekerja sambilan. Strategi hidup yang digunakan oleh buruh porter dalam kehidupannya adalah menggunakan rasa saling percaya satu sama lain antar buruh porter, adanya jaringan yang baik yang melahirkan solidaritas yang kuat antar para buruh porter, sehingga hubungan timbal balik dalam kehidupan buruh porter sangatlah penting.

Keempat, Peran Modal Sosial Terhadap Keberlangsungan Usaha Pedagang Burjo Di Salatiga (Pandi, 2016). Penelitian menggunakan metode kualitatif. Peneltian Pandi memiliki fokus kajian pada keberlangsungan usaha melalui modal sosial dengan unit amatan pedagang Burjo di Salatiga. Hasil penelitian yang ditemukan adalah modal sosial terbentuk karena proses transaksi yang terjadi anatar pedagang Burjo dan pembeli yang kemudian melahirkan adanya ikatan saling percaya (trust) kemudian membangun ikatan kekerabatan atau jaringan dalam kesepakatan bersama tertentu yang telah disepakati bersama sehingga menghasilkan usaha burjo yang terus eksis hingga sekarang.

(18)

26 2.5Kerangka Pikir

MODAL SOSIAL

PEDAGANG

PEMBELI

MODAL SOSIAL

BURUH

GENDONG/MANOL L

SPTI/SERIKAT PEKERJA

KOPERASI GOTONG ROYONG MAJU MAKMUR

PERAN MODAL SOSIAL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS JETIS BANDUNGAN

Referensi

Dokumen terkait

[r]

A number of Cabinet members, the Governor of the Central Bank, the Chairman of the Metropolitan Manila Development Authority, the Governor of the Autonomous Region in Muslim

Harga komoditas yang lebih rendah dan lemahnya ekonomi global dapat akan menyiratkan perlambatan dalam momentum pertumbuhan yang kuat bagi GCC dan Negara-negara SSA selaku

Penghasilan lain yang sah yang selanjutnya disebut penghasilan lainnya adalah penerimaan dan penghasilan yang sah dan diberikan secara teratur oleh Pemerintah desa kepada

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Pengkaji juga mendapati sumber dalam penulisan berita isu keganasan akhbar RP adalah paling dominan diambil daripada polis dan pemimpin kerajaan iaitu mencapai 55.5%

Ada pengaruh yang signifikan pemberian model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis portofolio terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs.Aswaja Tunggangri

3) Ketentuan mengenai kesediaan menaikkan nilai Jaminan Pelaksanaan apabila nilai penawaran dibawah 80% HPS. Dokumen Kualifikasi dinyatakan tidak memenuhi persyaratan,