100 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis paparkan dalam kajian “Peran Masyarakat Tengaran Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Di Kecamatan Tengaran 1947-1949” dapat disimpulkan sebagai berikut :
101 arah Barat menuju Sruwen. Dari Sruwen Pasukan Belanda dipecah, ada yang menyerang ke Kaliwaru dan ada yang menghadang Pasukan Republik Indonesia di Kalisoko. Ketika Slamet Riyadi memerintahkan Pasukan Republik mundur dari Tengaran. Pasukan yang cerai-berai tersebut berlari ke Barat (lereng Gunung Merbabu) dan ke Selatan (Ampel). Pasukan Republik yang berlari ke Selatan banyak yang tertangkap Belanda, sedangkan yang berlari ke Barat banyak yang selamat. Pasukan Republik yang lolos dari Pasukan Belanda kemudian melakukan konsolidasi di daerah Ngaglik. Pada bulan Maret, Pasukan Republik yang bertahan di lereng Gunung Merbabu mulai berani turun ke daerah pendudukan Belanda. Mereka mulai berani menghadang konvoi Belanda yang bergerak dari Salatiga menuju Solo maupun sebaliknya. Markas-markas Belanda di daerah Tengaran juga tidak luput dari serangan Pasukan Republik. Pasukan Republik mulai menekan kedudukan Belanda di Tengaran. Revolusi fisik di Tengaran berakhir setelah pemerintah Belanda mengembalikan kota Salatiga dan daerah di sekitarnya ke tangan Republik pada 29 Desember 1949.
102 Republik. Para ulama mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Tengaran. Para ulama membina masyarakat dengan ideologi jihad fi Sabilillah. Tidak bisa dipungkiri bahwa para ulama mempunyai
pengikut setia yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan untuk melawan Pasukan Belanda.
3. Pemuda memegang peranan paling penting selama revolusi fisik di Kecamatan Tengaran. Mereka mencurahkan pikiran dan tenaganya supaya Republik Indonesia tetap tegak berdiri. Mereka adalah benteng terdepan dalam perjuangan fisik dengan membentuk laskar gerilya di Kecamatan Tengaran, yaitu Pasukan Clurut dan Pasukan Batu. Pasukan Clurut beranggotakan pemuda Islam, sedangkan Pasukan Batu beranggotakan para garong. Semangat revolusi membangkitkan keberanian mereka melawan militer Belanda yang secara kualitas dan kuantitas persenjataan militer Belanda lebih unggul dan jumlahnya banyak. Kekurangan senjata adalah masalah umum bagi pejuang Republik selama revolusi fisik. Hal itu tidak terjadi pada Pasukan Batu karena mereka pandai menyabotase gudang senjata milik militer Belanda.
103 B. Saran
Dari hasil penulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran kepada masyarakat, guru, siswa, dan teman-teman mahasiswa, yaitu:
1. Masyarakat harus lebih waspada terhadap pengaruh-pengaruh asing yang membahayakan kedaulatan Republik Indonesia. Di era globalisasi ini pengaruh yang dapat mengancam kedaulatan RI tersalur melalui media massa seperti acara televisi. Pengaruh yang sengaja diciptakan oleh kaum imperialisme semakin lembut sehingga masyarakat tidak lagi sadar bahwa mereka sedang dijajah. Dengan meneladani sikap masyarakat Tengaran yang anti kompromi dengan imperialisme Belanda diharapkan dapat memupuk kesadaran nasionalisme masyarakat yang kian hari semakin merosot menipis.
2. Guru diharapkan mampu mengembangkan sejarah lokal dan mengambil nilai-nilai kejuangan untuk ditransformasikan kepada siswanya.
3. Siswa diharapkan menekuni peran pejuang lokal dengan mengambil nilai-nilai kejuangannnya seperti nilai-nilai patriotisme, persatuan, nasionalisme, dan kesederhanaan sehingga bangsa Indonesia akan tetap utuh seribu tahun lagi karena para pemudanya bersatu mewujudkan tujuan yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945.
104 5. Banyak pejuang yang belum diangkat menjadi anggota veteran oleh