• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anjuran Berwisata dalam Al Qur'an dan Implikasi Wisata Ziarah terhadap Pembenahan Akhlak Manusia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anjuran Berwisata dalam Al Qur'an dan Implikasi Wisata Ziarah terhadap Pembenahan Akhlak Manusia."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANJURAN BERWISATA DALAM ALQURAN DAN IMPLIKASI

WISATA ZIARAH TERHADAP PEMBENAHAN AKHLAK

MANUSIA

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

INDAH MURNI MAHARDINI

NIM : E03211061

JURUSAN ALQURAN DAN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Indah Murni Mahardini, NIM. E03211061, 2015. Anjuran Berwisata dalam Alquran dan Implikasi Wisata Ziarah Terhadap Pembenahan Akhlak Manusia. Skripsi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penafsiran

para mufassir terhadap ayat-ayat anjuran berwisata yakni dalam surat „A>li-‘Imra>n

ayat 137, Al-An‘a>m ayat 11, Al-Nah}l ayat 36, Al-Naml ayat 69, Al-‘Ankabu>t ayat 20, Al-Ru>m ayat 42 serta bagaimana implikasi wisata ziarah terhadap pembenahan akhlak manusia

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara terperinci tentang makna dibalik adanya anjuran untuk melakukan sebuah perjalan (berwisata) dalam Alquran. Tidak hanya itu, dalam penelitian ini juga mengupas aspek-aspek seputar wisata, diantaranya adalah definisi wisata secara umum, motivasi berwisata, wisata dalam berbgai perspektif (ekonomi, kesehatan, psikologi dan Islam).

Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yang

langkah-langkahnya melalui penggalian serta penelusuran terhadap kitab-kitab, buku-buku, dan berbagai media cetak lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu,

penelitian ini juga menggunakan metode tahlily, yaitu metode menafsirkan

ayat-ayat Alquran sesuai urutan yang tersusun dalam mushaf Uthmani dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai keahlian dan kecenderungan penafsir.

Secara garis besar, penafsiran ayat-ayat tentang anjuran berwisata dalam penelitian ini menjelaskan tentang banyaknya dampak yang dihasilkan serta anjuran untuk mengambil pelajaran atas apa yang telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Terlebih ketika sebuah perjalanan wisata dikaitkan dengan tujuan ibadah, tentunya hal itu adalah sebuah hal yang sangat mulia. Sebab seseorang akan dapat memetik banyak hasil dari perjalananannya tersebut.

Karena berwisata (apapun jenisnya) merupakan anjuran, maka tentunya ada pula dampak yang akan terjadi setelah kegiatan tersebut dilakukan. Dampak yang diharapkan adalah sesuatu yang mengarah kepada hal positif, contohnya adalah pembenahan akhlak. Hal ini bisa sedikit meluruskan berbagai macam spekulasi negatif akan sebuah perjalanan wisata.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Alquran menganjurkan umatnya untuk melakukan perjalanan diatas muka bumi ini untuk memetik dan mengambil pelajaran atas apa yang telah dilihatnya. Sehingga sebuah perjalanan yang dinamakan sebagai perjalanan wisata tidak hanya bernilai rekreatif saja, tetapi juga bermanfaat untuk penyempurnaan jiwa seorang manusia sehingga bisa membawa semua generasi Islam menuju akhlakul karimah.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUANPEMBIMBINGSKRIPSI ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Kajian Pustaka ... 10

G. Metodologi Penelitian ... 12

1. Model Penelitian ... 12

2. Jenis Penelitian ... 12

3. Metode Penelitian... 12

4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

5. Pengolahan Data... 15

6. Teknik Analisis Data ... 15

7. Sumber Data ... 16

H. Sistematika Pembahasan ... 18

(7)

xiii

B. Motivasi Berwisata ... 22

C. Macam–macam Bentuk Wisata ... 25

D. Wisata Sebagai Kegiatan Ekonomi ... 30

E. Wisata Perspektif Kesehatan ... 32

F. Wisata Perspektif Psikologi ... 37

G. Wisata Perspektif Islam ... 39

BAB III : PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG WISATA DAN IMPLIKASI WISATA ZIARAH DENGAN PEMBENAHAN AKHLAK A. Penafsiran Ayat-ayat Tentang Wisata ... 41

1. ‘Al-‘Imra>n ayat 137 ... 41

a. Redaksi Ayat ... 41

b. Terjemah Ayat ... 41

c. Tafsir Mufradat ... 41

d. Muna>sabah Ayat ... 41

e. Penafsiran Ayat ... 42

2. Al-An’a>m ayat 11 ... 47

a. Redaksi Ayat ... 47

b. Terjemah Ayat ... 47

c. Tafsir Mufradat ... 48

d. Asba>b Al-Nuzu>l ... 48

e. Penafsiran Ayat ... 48

3. Al-Nahl ayat 36 ... 55

a. Redaksi Ayat ... 55

b. Terjemah Ayat ... 55

c. Tafsir Mufradat ... 55

d. Penafsiran Ayat ... 56

4. Al-Naml ayat 69 ... 62

a. Redaksi Ayat ... 62

(8)

c. Tafsir Mufradat ... 62

d. Muna>sabah Ayat ... 62

e. Penafsiran Ayat ... 63

5. Al-‘Ankabu>t ayat 20 ... 66

a. Redaksi Ayat ... 66

b. Terjemah Ayat ... 66

c. Tafsir Mufradat ... 66

d. Penafsiran Ayat ... 66

6. Al-Ru>mayat 42 ... 72

a. Redaksi Ayat ... 72

b. Terjemah Ayat ... 72

c. Tafsir Mufradat ... 72

d. Penafsiran Ayat ... 72

B. Implikasi Wisata Ziarah dengan Pembenahan Akhlak Manusia ... 76

BAB IV : PENUTUP A.Kesimpulan... 86

B.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Alquran Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu

diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan, yang diturunkan Allah swt kepada

Rasulullah, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju terang,

serta membimbing ke jalan yang lurus.1

Alquran juga merupakan sumber tasyri„ pertama bagi umat Nabi

Muhammad saw. Kebahagiaan mereka bergantung kepada pemahaman maknanya,

pengetahuan rahasia-rahasianya dan pengalaman apa yang terkandung

didalamnya. Kemampuan setiap orang adalah tidak sama, padahal penjelasannya

sedemikan gamblang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya

nalar di antara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi.

Kalangan awam hanya dapat memahami makna-maknanya yang z}ahir dan

pengertian ayat-ayatnya secara global. Dan diantara kedua kelompok ini terdapat

aneka ragam dan tingkat pemahaman. Maka tidaklah mengherankan jika Alquran

mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajan intensif terutama

dalam rangka menafsirkan kata-kata gharib (aneh, ganjil) atau mentakwilkan

tarkib (susunan kalimat). Alquran senantiasa aktual sepanjang masa untuk

ditafsirkan oleh para ahli tafsir dan ditakwilkan oleh para ahli takwil.2

1

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qu‟ran (Jakarta: Halim Jaya, 2011), 1.

2

(10)

2

Dari penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tafsir merupakan ilmu syari‟at paling agung dan paling tinggi kedudukannya. Ia merupakan ilmu

yang paling mulia objek pembahasannya adalah Kalamullah yang merupakan

sumber segala hikmah dan tambang segala keutamaan. Tujuan utamanya adalah

untuk dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebahagiaan yang

hakiki. Dan kebutuhan terhadapnya sangat mendesak karena segala kesempurnaan agamawi dan duniawi haruslah sejalan dengan syara‟ sedang kesejalanan ini

sangat bergantung pada pengetahuan tentang kitab Allah swt.3

Alquran merupakan petunjuk hidup semua umatnya untuk menjalankan

kehidupan di alam dunia ini guna menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tak terkecuali dengan kegiatan berwisata atau berpariwisata. Keindahan alam

yang terhampar di muka bumi ini merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya.

Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah swt yang

harus diperhatikan dan direnungi.4

Alquran merupakan petunjuk hidup semua umatnya untuk menjalankan

kehidupan di alam dunia ini guna menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tidak terkecuali dengan kegiatan berwisata atau berpariwisata. Keindahan alam

yang terhampar di muka bumi ini merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya.

Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah swt yang

harus diperhatikan dan direnungi.5

3

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an…461.

4

Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur‟an Volume 9, ter. Syarif Hade Masyah (Jakarta: PT.Sentosa, 2010), 5.

5

(11)

3

Dalam Alquran, dikenal bebrapa istilah yang merujuk pada satu

pengertian, yakni wisata. Diantaranya adalah istilah Al-Safa>r yang dijumpai

dalam surat Al-Baqarah ayat 184 dan 185. Istilah rih}lah dijumpai dalam surat

Quraisy rih}lah al-shita> wa al-s}ai>f (bepergian pada musim dingin dan panas).

Ri}hlah dalam ayat ini menagandung pengertian perjalanan bisnis yang dilakukan

oleh kaum Quraisy. Istilah Al-Safa>r dan yang sekar dengannya antara lain

disebutkan dalam surat Al-‘Imra>n ayat 137, surat Al-Ru>m ayat 41 dan surat Saba

ayat 18.6

Sesuai dengan aneka ragam istilah pariwisata atau perjalanan dalam

Alquran itu, dapat dijumpai pula jenis-jenis pariwisata. Adapun istilah ziarah

dapat ditemukan dalam hadis Nabi. Misalnya, dalam hadis tentang larangan

ziarah ke kuburan yang kemudian di nasakh dengan perintah lain yang berupa

perintah atau anjuran ziarah ke kubur karena dapat mengingatkan peziarah akan

kematiannya.7

Dengan kata lain, ziarah atau wisata dalam Islam tidak hanya bernilai

rekreatif, tetapi juga bernilai imani yang terwujud dalam penciptaan peradaban

dan kebudayaan umat manusia yang bermoral luhur, berakhlakul karimah.8

Sedangkan dalam fokus dalam penelitian ini adalah mengenai perintah

untuk berjalan di muka bumi ini dan perhatikan, dengan nash si>ru fi al-ardhi>

fanz}uru, ditemukan sebanyak tujuh kali dalam Alquran (?).9

6

Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat … 160.

7

Ibid.,

8

Ibid.,

9

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Vol. 10

(12)

4

Salah satu diantaranya adalah dalam Surat Al-‘Ankabu>t ayat 20, Allah swt

berfirman :









































Katakanlah: “Berjalanlah di Bumi, lalu perhatikan bagaimana Allah swt memulai penciptaan, kemudian Allah swt menjadikannya di kali lain. Sesungguhnya Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu. 10

Pakar tafsir Fah} Al-Di>n Al-Ra>zi> yang dikutip M. Quraish Shihab dalam

kitab tafsirnya menulis bahwa perjalanan wisata mempunyai dampak yang sangat

besar dalam rangka menyempurnakan jiwa manusia. Dengan perjalanan itu

manusia dapat memperoleh kesulitan dan kesukaran yang dengannya jiwa

terdidik dan terbina, terarah dan terasuh. Bisa juga ia menemui orang-orang

terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan yang lebih

penting lagi ia dapat menyaksikan aneka ragam ciptaan Allah swt.11

Penyusun Tafsir Al-Muntak}a>b yang juga dikutip okeh M. Quraish Shihab

dalam kitab tafsirnya yang terdiri dari sekian pakar dari berbagai disiplin ilmu

berkomentar :

Ayat suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk berjalan di muka bumi guna menyingkap proses cara awal memulai menciptakan segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati. Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai sekarang 12

10

Al-Qur‟an dan terjemahannya, QS. 29: 20.

11

Ibid.,

12

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Vol. 10

(13)

5

Sedangkan Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa, arahan

kepada mereka untuk mengambil pelajaran dengan apa yang ada di ufuk berupa

tanda-tanda yang dapat disaksikan melalui sesuatu yang diciptakan Allah swt,

berbagai lapisan langit dan benda-benda yang ada di dalamnya berupa

bintang-bintang bercahaya yang kokoh serta beberapa lapisan bumi dan benda-benda yang

terkandung di dalamnya berupa lembah, gunung, oase, daratan, hutan, pohon,

sungai, buah-buahan serta lautan. Semua itu merupakan kebaruannya dalam

dirinya serta adanya Pencipta yang Maha berbuat secara bebas.13

Dengan demikian, tidak keliru jika ditegaskan bahwa agama

menganjurkan setiap orang untuk menyisihkan sebagian masa hidupnya, tenaga,

fikiran, dan uangnya untuk berwisata. Bukan saja hati yang memang memerlukan

hiburan yang akan terpuaskan, tetapi juga kalbu dapat lebih jernih, wawasan dapat

lebih luas, dan pelajaran dari fenomena alam dan sejarah dapat terjangkau.

Pada hakikatnya, berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara

dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.14

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,

yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat

tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

13

Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Jilid 6, ter. M. Abdul Ghoffar (Bogor: Pustaka Imam

Syafi‟i, 2004), 321.

14

(14)

6

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata

merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan

tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin

menegetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan

kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha

lainnya.15

Wisata dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai darmawisata.16

Pariwisata juga dapat didefiniskan sebagai perjalanan untuk mengunjungi

sejumlah tempat yang mengandung unsur rekreasi atau hiburan. Perjalanan seperti

itu dalam terminologi Islam, baik yang terkandung dalam Alquran, hadis maupun

pandangan para ulama dikenal dengan istilah Safa>r, Rih}lah, Sa>ir,

Al-Ziarah dan istilah-istilah lain yang setara dengan term tersebut.17

Berwisata merupakan salah satu agenda penting (apapun tujuannya) yang

sangat dinantikan oleh banyak manusia. Menyempatkan waktu minimal satu hari

dalam satu bulan untuk rehat dari segala macam aktifitas dan menikmati wisata /

liburan bersama keluarga serta kerabat dan orang tercinta adalah sesuatu yang

akan berdampak langsung pada diri manusia tersebut. Baik itu secara psikologi

ataupun secara spiritual. Dalam psikologi, kegiatan berwisata memiliki beberapa

fungsi, diantaranya: kompensasi berbagai kekurangan yang dirasakan dalam

15

Suwantoro, Dasar-dasar … 4.

16

Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), 1151.

17

(15)

7

kehidupan/ kerja sehari-hari, pemulihan fisik dan dari stres, perluasan cakrawala

dan pemuasan diri.18

Dewasa ini, tidak sedikit orang beranggapan bahwa berwisata identik

dengan kegiatan yang berbau negatif. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tempat

wisata yang menyediakan berbagai tempat, sarana dan prasarana yang dapat

memicu terjadinya kegiatan berbau negatif tersebut. Namun hal ini akan menjadi

lain ketika seorang manusia mengaitkan perjalanan wisatanya dengan tujuan

ibadah. Tentunya dampak yang dihasilkan akan luar biasa baik untuk perubahan

jiwa menuju jiwa yang lebih sempurna dengan cara pembenahan akhlak.

Jika ditelisik lebih jauh, banyak sekali hal-hal positif yang dapat diperoleh

wisatawan ketika atau seusai berwisata. Salah satunya adalah seperti yang

disebutkan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan

Alquran, dalam rangka melakukan perjalanan tersebut (wisata) adalah adanya

peluang yang terbuka untuk memperoleh rezeki Tuhan. Bukan hanya itu,

berwisata juga terbukti dapat membugarkan fisik dan mental manusia yang setiap

harinya disibukkan oleh rutinitas pekerjaannya. Berwisata juga berdampak baik

bagi sisi psikologis manusia.

Berangkat dari berbagai permasalahan diatas, penelitian ini memfokuskan

pada bagaimana saja penafsiran para mufassir terhadap ayat-ayat yang

menganjurkan umat Islam untuk melakukan sebuah perjalanan yang disebut

dengan wisata. Kemudian menjelaskan bagaimana dampak atau implikasi

berwisata khususnya wisata ziarah dengan pembenahan akhlak manusia. Ketika

18

(16)

8

seorang manusia sedang atau usai melakukan sebuah perjalanan wisata, pastinya

mereka akan disuguhi oleh berbagai penampakan indah yang menyejukkan mata

dan hati. Hal tersebut akan membuat mereka merenungi betapa agungnya

kebesaran Sang Maha Pencipta. Implikasi yang diharapkan adalah terjadinya

pembenahan terhadap akhlak mereka dalam mengarungi kehidupan di dunia ini,

serta selalu mensyukuri betapa banyaknya nikmat yang diberi oleh Allah swt.

Setelah melakukan perjalanan wisata (terutama wisata ziarah) implikasi

yang diharapkan adalah pembenahan akhlak seorang manusia menuju akhlak yang

lebih baik dari sebelumnya. Hal ini berdasarkan seperti apa yang telah

disampaikan oleh sekian banyak pakar tafsir mengenai pentingnya melakukan

sebuah perjalanan yang berguna untuk menyempurnakan jiwa seorang manusia.

Akhlak merupakan pondasi utama seorang manusia dalam menapaki

kehidupan di dunia, karena ketika akhlak seseorang terbentuk dengan baik, maka

implikasinya akan dapat dirasakan oleh banyak aspek kehidupan di dunia. Salah

satunya adalah aspek kehidupan sosial. Akhlakul karimah yang dimiliki oleh

setiap manusia dalam sebuah lingkungan akan membentuk tatanan masyarakat

yang baik sehingga terbentuklah lingkungan yang harmonis dalam tuntunan

islami.

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Kegiatan wisata merupakan salah satu kegiatan yang mungkin sangat

menarik untuk dibahas bagi sebagian besar. Penelitian ini merupakan salah satu

(17)

9

manusia, sehingga kegiatan wisata tidak hanya bernilai rekreatif saja. Adapun

kerangka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan wisata ditinjau dari berbagai perspektif, diantaranya : ekonomi,

kesehatan dan psikologi

2. Kegiatan wisata antara anjuran dan mudharat yang ditimbulkannya

3. Pandangan Islam mengenai kegiatan wisata

Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi serta untuk

efisiensi waktu maka dari itu diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan

masalah bertujuan agar penelitian ini dapat memfokuskan pada inti permasalahan

sehingga diharapkan akan mencapai hasil yang maksimal. Penelitian ini

difokuskan pada anjuran berwisata dalam Alquran serta implikasi wisata ziarah

terhadap pembenahan akhlak.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya perumusan masalah

agar pembahasan dapat lebih terarah dan tidak melebar jauh dari tujuan awal yang

ingin dicapai dari penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang diperoleh oleh

penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang anjuran berwisata dalam Alquran?

(18)

10

D.Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memaparkan penafsiran para mufassir tentang ayat-ayat anjuran

berwisata dalam Alquran.

2. Untuk mengetahui implikasi berwisata terhadap pembenahan akhlak manusia.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan khazanah

keilmuan dalam bidang ilmu tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna

untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari

penelitian ini, yaitu :

1. Kegunaan secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

ilmu dan dapat menambah khazanah keilmuan khususnya keilmuan di bidang

agama, terutama tentang perintah adanya anjuran berwisata dalam Alquran.

2. Kegunaan secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi kepada

segenap pembacanya, agar dapat memahami perintah dalam Alquran atau

(19)

11

F. Telaah Pustaka

Sejauh ini penulis belum menemukan penelitian yang berfokus pada

Anjuran Berwisata dalam Alquran. Adapun karya ataupun penelitian-penelitian

terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Dampak Wisata Religi terhadap Intensitas Keagamaan Wisatawan PT.

Haryono Tour Travel. Skripsi yang ditulis oleh Na‟imul Barkah (E02303020), Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel

Surabaya tahun 2008. Tulisan ini memfokuskan pada penjelasan tentang

dampak wisata religi terhadap intensitas keagamaan sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang tour and travel.

2. Pengaruh Wisata Religi Wali Songo terhadap Peningkatan Ibadah Sholat

Berjama‟ah Masyarakat Dupak Masigit Kecamatan Bubutan, Surabaya.

Skripsi yang ditulis oleh Mudofri Fahrur Razi (B01209041), Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

tahun 2013. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah apakah ada pengaruh wisata religi wali songo terhadap peningkatan ibdaah sholat berjama‟ah

masyarakat Dupak Masigit Kecamatan Bubutan, Surabaya. Dan jika ada,

seberapa besar.

3. Astana Batu Ampar dan Wisata Ziarah dalam Perspektif Pengembangan

Dakwah Islam pada Masyarakat Pangbatok Kec. Proppo Kab. Pamekasan,

Madura. Skripsi yang ditulis oleh Nur Syam (B01393020), Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

(20)

12

Batuampar sebagai obyek wisata ziarah dalam perspektif pengembangan

dakwah Islam.

4. Jurnal : Pariwisata Dalam Perspektif Ekonomi dan Religius. Jurnal yang

ditulis oleh Isa Ansori ini diterbitkan pada bulan Oktober tahun 2002. Jurnal

ini berisi tentang bagaimana pariwisata ketika ditijau dari faktor ekonomi dan

juga faktor religius yang melibatkan masyarakat santri sebagai subjeknya.

Dari telaah pustaka yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa sejauh

ini (sepengetahuan penulis) belum ada pembahasan yang memfokuskan pada

penafsiran ayat-ayat tentang anjuran berwisata dalam Alquran dan implikasi

(21)

13

G.Metodologi Penelitian

1. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu

suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang

sifatnya deskriptif.19 Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data

mengenai kerangka ideologis, epistemologis dan asumsi-asumsi metodologis

pendekatan terhadap kajian tafsir dengan cara menelusuri literatur yang

terkait dengan penelitian secara langsung.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-empirik yang menggunakan

metode kepustakaan (library research). Dimana sumber-sumber datanya

diperoleh dari buku, jurnal, penelitian terdahulu dan literatur-literatur lain

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.20 Penelitian ini

dilakukan dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud, kemudian

mengelolahnya dengan ilmu tafsir.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis, yang

berusaha mendeskripsikan kandungan yang ada dalam surat „A>li-‘Imra>n ayat

137, Al-An‘a>m ayat 11, Al-Nah}l ayat 36, Al-Naml ayat 69, Al-‘Ankabu>t

19

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia

(Depok: LPSP3 UI, 2005), 36.

20

(22)

14

ayat 20, Al-Ru>m ayat 42. Metode deskriptif, yaitu menggambarkan atau

menjabarkan keadaan atau status fenomena.21

Metode deskriptif yang digunakan adalah metode tafsir tahlily.

Biasanya oara mufassir menguraikan makna yang dikandung dalam Alquran

secara komprehensif, ayat demi ayat, surat demi surat sesuai dengan urutan

mushaf dengan mengambil bentuk Al-mathu>r (riwayat) maupun Al-ra‘y

(pemikiran). Uraian tersebut menyangkut bebrapa aspek yang dikandung

ayat, seperti pengertian kosa kata, konotasi kalimat, latar belakang turunnya

ayat (asba>b al-nuzu>l), keterkaitan ayat yang mengiringinya (muna>sabah) serta

pendapat-pendapat yang berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, para tabi‟in maupun ahli tafsir

lainnya.22

Metode Tahlily adalah metode menafsirkan ayat-ayat Alquran sesuai

urutan yang tersusun dalam mushaf Uthmani dengan memaparkan segala

aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan, serta

menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai keahlian dan

kecenderungan penafsir.23

Metode penafsiran ini terkadang juga diwarnai oleh kecenderungan

dan keahlian penafsir dalam memahami ayat-ayat Alquran, sehingga lahirlah

21

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia…36.

22

Nashrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an (Yogyakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 12.

23

(23)

15

lahirlah corak penafsiran fiqhy>, sufy>, falsify>, ilmy>, ada>b al-ijtima’iy> dan

sebagainya.24

Metode ini memiliki kelebihan yang sangat khas dibandingkan metode

tafsir yang lainnya. Diantaranaya adalah, keluasan dan keutuhannya dalam

memahami Alquran. Melalui metode tahlily, sesorang diajak untuk

memahami Alquran dari awal (surat Al-F>a>tih}ah) hingga akhir (surat Al-Na>s)

atau ia diajak untuk ikut serta memahami ayat dan surat dalam alquran secara

utuh dan menyeluruh.25

Cara memahami Alquran secara tartil seperti inilah yang dilakukan

para sahabat. Metode ini terkesan memunculkan sikap yang sangat hati-hati

dan penuh tanggung jawab dalam dalam memahamaii pesan moral Alquran.

Metode ini juga menyajikan pembahasan alquran yang sangat luas yang

meliputi berbagai aspek, seperti kebahasaan, sejarah dan hukum.26

Sedangkan kelemahan dari metode ini diantaranya adalah kajian yang

kurang mendalam, tidak detail dan terkesan tidak tuntas dalam pembahasan

dan penyelesaian topik-topik yangedang dibicarakan. Penafsiran dengan

metode ini pun memerlukan waktu yang sangat panjang dan menuntut

ketekunan kesabaran yang tinggi. Di sisi lain, jalan metode tafsir tahlily pun

terseok-seok (tidak sistematis) seperti yang dikritik oleh Rasyid Ridha.27

24

Baidan, Metodologi Penafsiran… 12.

25

Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakkur, 2009), 103.

26

Ibid.,

27

(24)

16

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan,

yakni mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan

guna mmeproleh rujukan teori-teori yang berguna dalam memahami kontruk

variabel-variabel penelitian, mendapatkan landasan teoritis untuk menyusun

konsep operasional variabel penelitian, serta memperoleh berbagai data yang

diperlukan untuk mendeskripsikan obyek penelitian.28

5. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini

menggunakan beberapa langkah untuk mendeskripsikan obyek penelitian,

yaitu:29

1. Editing

Yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi kelengkapan,

kejelasan, kesesuaian, relevansi serta keragamannya.

2. Pengorganisasian data

Yaitu menyusun dan mengurutkan data-data yang telah diperoleh dalam

kerangka paparan yang telah direncanakan sebelumnya sesuai dengan

rumusan masalah.

6. Teknik Analisis Data

Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder

diklasisifikasikan sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Setelah itu

28

Saifullah, at all, Metodologi Penelitian Hadis: Buku Perkuliahan Program S1 Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), 241.

29

Zainiyah. “Nabi Muhammad sebagai Rah}mat Li Al-‘A>lami>n Dalam Surat Al-Anbiya‟ ayat 107”, Skripsi tidak diterbitkan (Surabaya: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

(25)

17

dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian

dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk

menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan

yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Selain itu, analisis isi dapat

juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak

peneliti.30

7. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen

perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber, yaitu sumber data primer dan

sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer adalah rujukan utama yang terpenting dalam

penelitian ini, dalam hal ini adalah Alquran al-Kari>m.

b. Data Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan sebagai pelengkap dalam

penelitian ini diantaranya:

1) Tafsir Al-Mishba>h karya M. Quraish Shihab

2) Tafsir Fi> Dzila>l Alqura>n karya Sayyid Quthb

3) Tafsir Ibn Katsi>r karya Ibn Katsir

4) Tafsir Al-Mara>ghi> karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi

5) Tafsir S}ofwa> Al-Tafasi>r karya Ali Al-Shobuni

6) Tafsir Hikmah karya Juhaya S.Praja

30

(26)

18

7) Wawasan Alquran karya Muhammad Quraish Shihab

8) Fokus Isi dan Makna Alquran (Jalan Pintas Memahami Substansi

Global Alquran) karya T. T. Thalhas

9) Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana karya Nyoman S. Pendit

10) Dasar-dasar Pariwisata karya Gamal Suwantoro

11) Psikologi Pariwisata karya Glenn F.Ross

12) Sosiologi Pariwisata karya I Gde Pitana

13) Travel & Tour: Asas, Metode dan Teknik karya Oemar Hamalik

14) Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya karya James J. Spillane

15) Menggebrak Dunia Wisata karya Eka Budiana

16) Dan karya-karya-karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan objek

(27)

19

H.Sistematika Pembahasan

Skripsi ini berisi terdiri dari empat bab. Pada masing-masing bab memiliki

penekana tersendiri, namun tetap seperti mata rantai yang saling terhubung dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Bab I Pendahuluan, berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari

keseluruhan pola berpikir yang dituangkan dalam konteks yang jelas. Atas dasar

tersebut, deskripsi ini diawali dengan latar belakang masalah yang berisi tentang

alasan pemilihan judul. Setelah itu dilanjutkan dengan pembatasan serta rumusan

masalah yang bertujuan agar pembahasan dalam penelitian ini tajam dan tepat

mengenai sasaran serta tidak melebar sehingga diharapkan hasil yang maksimal.

Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan mengenaskan tentang

keorisinalitasan penelitian ini, maka dibentangkan pula kajian pustaka. Metode

penulisan juga diungkapkan dengan tujuan agar sumber data, teknik pengumpulan

data dan analisis data dapat diketahui. Adapun pengembangannya kemudian

tampak dalam sistematika pembahasan.

Bab II Aspek-aspek Wisata, berisi tentang landasan teori yang akan

menjadi pijakan utama isi skripsi ini. Diantaranya adalah definisi wisata secara

umum, definisi wisata dalam Islam serta pengulasan wisata yang dilihat dari

berbagai perspektif, yakni ekonomi, psikologi dan kesehatan.

Bab III Penafsiran Ayat-ayat tentang Wisata dan Impikasi Wisata

Ziarah terhadap Pembenahan Akhlak Manusia, berisi tentang penafsiran

ayat-ayat tentang anjuran berwisata yang mencakup ayat-ayat, terjemah, tafsir mufradat,

(28)

20

tentang hal-ikhwal mengenai wisata ziarah kemudian dilanjutkan dengan analisis

data yang berupa implikasi wisata ziarah dengan pembenahan akhlak manusia.

Bab IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang layak

(29)

20

BAB II

ASPEK-ASPEK WISATA

A.Definisi Wisata

Wisata dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai darmawisata.32

Ketika berbicara mengenai wisata, tentunya tidak akan tidak terlepas dari

pembicaraan tentang perjalanan (travel), karena berdasarkan sejarahnya,

perjalanan merupakan cikal bakal dari wisata. Perjalanan pada hakikatnya adalah

perpindahan atau gerakan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk satu

tujuan.33

Istilah wisata merupakan padanan kata tour (dalam bahasa inggris).

Walaupun dalam bahasa sansekerta istilah wisata memiliki pengertian yang sama

dengan perjalanan, namun karena perjalanan telah memiliki pengertian yang

jelas, maka kata wisata cukup diserap sebagai padana kata tour tersebut.34

Secara etimologi, tour berasal darai kata torah (Bahasa Ibrani) yang berarti

belajar, tormus (Bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran dan

dalam bahasa Perancis Kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit.35

Sedangkan bila ditinjau dari sudut perusahaan perjalanan, maka wisata

diartikan sebagai sebuah perjalanan yang terencana, yang disusun oleh perusahaan

32

Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), 1151.

33

Suyitno, Perencanaan Wisata (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 5.

34

Ibid,.

35

(30)

21

perjalanan dengan menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin guna

membuat peserta wisata merasa puas.36

Pengertian-pengertian lain yang diambil dari beberapa sumber adalah

sebagai berikut:

1. Menurut undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan

Wisata adalah kegiatan perjalanan satau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik wisata.

2. Menurut Hornby As

Tour is a journey in which a short stays are made at number of places, and the traveller finally return to his or her own place (wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalannanya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.

Sedangkan dalam referensi lain, berpariwisata adalah suatu proses

kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat

tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena kepentingan sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar

ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.37

Dari pengertian-pengertian diatas, maka wisata dapat dirumuskan sebagai

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang bersifat sementara

untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan. Wisata adalah sebuah

perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan sebagai wisata. Dengan

36

Suyitno, Perencanaan Wisata

37

(31)

22

kata lain, melakukan wisata berarti melakukan perjalanan, tetapi melakukan

perjalanan belum tentu melakukan wisata.38

Berbicara mengenai pariwisata, tentu saja akan berhubungan erat dengan

pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal

sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan

untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan

oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk medapatkan kenikmatan

dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.39

Berwisata merupakan salah satu agenda penting (apapun tujuannya) yang

sangat dinantikan oleh banyak manusia. Menyempatkan waktu minimal satu hari

dalam satu bulan untuk rehat dari segala macam aktifitas dan menikmati wisata

atau liburan bersama keluarga serta kerabat dan orang tercinta adalah sesuatu yang

akan berdampak langsung pada diri manusia tersebut. Baik itu secara psikologi

ataupun secara spiritual. Dalam psikologi sendiri, kegiatan berwisata memiliki

beberapa fungsi, diantaranya: kompensasi berbagai kekurangan yang dirasakan

dalam kehidupan/ kerja sehari-hari, pemulihan fisik dari stress, perluasan

cakrawala dan pemuasan diri.40

38

Suwantoro, Dasar-dasar…8.

39

Ibid., 3.

40

(32)

23

B.Motivasi Berwisata

Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang

wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses

perjalanan wisata, walaupun motivasi seringkali tidak disadari secara penuh oleh

wisatawan itu sendiri.41

Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam

mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

Calon wisatawan akan mempersepsikan daerah tujuan wisata yang

memungkinkan, dimana persepsi ini dihasilkan oleh prefensi individual,

pengalaman sebelumnya serta informasi yang didapatkannya.42

Berikut adalah beberapa motivasi yang mendasari dilakukannya perjalanan

wisata: 43

1. Physical or Physiological Motivation

Motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi,

kesehatan dan kenyamanan.44

2. Kebutuhan praktis dalam politik dan perdagangan

Adanya kerja sama antar suku bangsa atau antar negara menyebabkan perlunya “duta” yang harus mengadakan perjalanan antar negara yang

berdekatan dan terkadang perjalanan antar negara yang terpisahkan oleh

jarak yang sangat jauh, misalnya antara Roma dan Cina. Disektor

41

I Gede Pitana, Sosiologi Pariwisata (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), 58. 42

Ibid., 60

43

James J.Spillane, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 15.

44

(33)

24

perdagangan, keinginan untuk mendapatkan keuntungan besar sering

mendorong pedagang-pedagang mengadakan perjalanan jauh untuk

mencari barang-barang berharga yang jarang ada di pasaran. Misalnya,

para pedagang Arab sering membeli barang-barang berharga dari Cina

untuk kemudian dibawanya ke Mesir dan Itali. Demikian pula para

pedagang India, dengan melalui laut mereka membeli barang-barang

berharga dari Cina dan dalam perjalanannya singgah di ibukota kerajaan

Sriwijaya. Pada abad ke 16, pedagang dan pelaut dari Eropa yang pergi

ke kepulauan Indonesia untuk membeli rempah-rempah yang akhirnya

dijual di negaranya.45

Hubungan perdagangan di atas kemudian menyebar ke segala penjuru

karena pedagang yang singgah di pantai-pantai tersebut kemudian

disambut oleh pedagang-pedagang lain yang menggunakan kafilah-kafilah

untuk kemudian meneruskannya ke daerah-daerah pedalaman.46

3. Perasaan ingin tahu

Perasaan ingin tahu tentang adat istiadat dan kebiasaan orang lain

merupakan dorongan kuat pula untuk mengadakan perjalanan jauh.

Cerita-cerita tentang bentuk sebenarnya dari wisatawan, semula dianggap

sebagai bentuk peninggalan peradaban tinggi dari beberapa negara yang

telah ada di masa lampau. Sedikit demi sedikit cerita-cerita tersebut

terungkapkan kembali lewat penemuan-penemuan arkeologi.47

45

J.Spillane, Ekonomi Pariwisata

46

Ibid., 16.

47

(34)

25

4. Dorongan keagamaan

Dorongan keagamaan membuat seseorang sering melakukan ziarah jauh

ke tempat-tempat ibadat yang dihormati. Misalnya, selama hampir 1200

tahun (sejak tahun 776 sebelum masehi sampai tahun 393 sesudah Masehi)

permainan olimpiade (Olympic Game) yang dianggap sama tingkatnya

baik sebagai persitiwa keagamaan maupun olahraga telah menarik

perhatian bukan hanya bangsa-bangsa Yunani tetapi juga orang-orang

Romawi dan sekitarnya. Juga, ada suatu kewajiban bagi kaum Kristiani di

Eropa pada abad pertengahan untuk paling sedikit sekali dalam hidupnya

mengunjungi tempat-tempat suci terutama Roma. Demikian pula bagi orang Islam, menunaikan ibadah haji pada “Bulan Haji” merupakan satu

dari lima rukun Islam yang harus dilaksanakan bagi mereka yang

mampu.48

C.Macam-Macam Bentuk Wisata

Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam

segi, diantaranya:

1. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas : 49

a. Individual Tour (wisata perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri.

48

J.Spillane, Ekonomi Pariwisata … 14.

49

(35)

26

b. Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang

dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang

bertanggung-jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh

anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas: 50

a. Pre-arranged Tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata

yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik

transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi.

Biasanya wisata jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus

mengurus, mengatur maupun menyelenggarakan perjalana wisata

dengan bekerja sama dengan semua instansi atau lembaga yang terkait

dengan kepentingan tersebut.

b. Package Tour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk

perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan

atau Perusahaan Transport yang bekerja sama dengannya dimana harga

paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel ataupun

fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi konsumennya.

Dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang

merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna

50

(36)

27

memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan

wisata.

c. Coach Tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi

yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang

pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang

diselenggarakan secara rutin, dalam jangka yang telah ditetapkan dan

dengan rute perjalanan yang tertentu pula .

d. Special Arranged Tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata

yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang

langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

e. Optional Tour (wisata tambahan/manasuka), yaitu suatu perjalanan

wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan

diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan

pelanggan.

3. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas: 51

a. Holiday Tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang

diselengggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur,

bersenang-senang dan menghibur diri.

b. Familiarization Tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan

anjangsana yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau

daerah yang mempunyai kaitannya dengan pekerjaannya. Misalnya,

sebnuah biro perjalanan luar negeri menyelenggarakan perjalanan

51

(37)

28

wisata bagi karyawan-karyawannya ke Indonesia guna mengenal lebih

lanjut objek-objek wisata yang ada di Indonesia agar nantinya mereka

dapat memberikan informasi yang lebih baik mengenai Indonesia.

c. Educational Tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata

yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan

ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.

Wisata jenis ini disebut juga sebagai study tour atau perjalanan

kunjungan pengetahuan.

d. Scientific Tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang

tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Misalnya, kunjungan wisata melihat bunga bangkai yang sedang

berbunga (Raflesia Arnoldi), melihat gerhana matahari total seperti

yang terjadi di Jawa Tengah tanggal 11 Juni 1983, menyelidiki

kehidupan komodo, melihat kehidupan orang utan di Kalimantan, dan

lain-lain.

e. Pileimage Tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang

dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan. Misalnya perjalanan

umrah ke Mekkah, tour de Lourdes di Perancis, tour mengikuri

upacara waisak di Borobudur-Mendut-Pawon, dan lain-lain.

f. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu

perjalanan wisata yang dilakukandengan suatu maksud khusus,

(38)

29

g. Special Programe Tour (wisata program khusus), yaitu suatu

perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan

khusus, misalnya Laddies Programme, suatu kunjungan ke suatu objek

wisata oleh para isteri atau pasangan yang karena suaminya mengikuti

rapat, konvensi ataupun pertemuan khusus.

h. Hunting Tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang

dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang

diijinkan oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata.

Misalnya, berburu babi di hutan Sumatera, berburu kanguru di

Asutralia, dan lain-lain.

4. Dari segi penyelenggaraanya, wisata dibedakan atas: 52

a. Ekskursi (Excursion), yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang

ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek

wisata.

b. Safari Tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang

tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata

pada umumnya. Misalnya, perjalanan wisata safari ke Blauran di Jawa

Timur, safari tour ke Ujung Kulon, safari Tour ke Pulau Komodo di

Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain.

52

(39)

30

c. Cruise Tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakankapal pesiar

mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi

menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

d. Youth Tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang

penyelenggaraannya khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut

golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing. Di

Indonesia umumnya yang dianggap remaja adalah mereka yang masih

dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas, belum duduk di bangku

Perguruan Tinggi atau mereka yang usianya masih dibawah 21 tahun

dan belum menikah.

e. Marine Tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata,

khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, week-diving

(menyelam) dengan perlengakapan selam lengkap.

D.Wisata Sebagai Kegiatan Ekonomi

Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan

ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha

perhotelan, restoran dan penyelenggara paket wisata. Banyak kegiatan ekonomi

lainnya yang berhubungan erat dengan pariwisata, seperti transportasi,

telekomunikasi dan bisnis eceran.53

Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi

penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor

53

(40)

31

satu. Di samping menjadi penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana

yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis

wisata dapat ditempatkan dimana saja (footloose). Oleh sebab itu, pembangunan

wisata dapat dilakukan di daerah yang pengaruh penciptaan lapangan kerjanya

paling menguntungkan.54

Pembangunan pariwisata memerlukan modal. Modal ini dapat berasal dari

pemerintah maupun swasta. Dalam situasi dimana pemerintah terpaksa harus

bekerja dengan sumber daya yang amat terbatas, sangatlah diharapkan pihak

swasta dapat berperan lebih besar dengan ikut mendanai pembangunan berbagai

prasarana, terutama yang berkaitan langsung dengan pembangunan objek atau

daerah tujuan wisata.55

Bagi investor swasta, keikutsertaan dalam pembangunan prasarana wisata

jelas merupakan beban investasi tersendiri. Namun demikian mereka dapat diberi

imbalan yang berupa hak tertentu. Adapun yang menjadi catatan adalah bahwa

pemberian hak tersebut hendaknya tidak akan mengganggu kepentingan pihak

lain. Dengan adanya keikutsertaan pihak swasta dalam pembangunan prasarana

wisata, maka modal publik dapat lebih dipusatkan pada proyek yang dapat

menciptakan sinergi bersama-sama dengan yang telah dirintis oleh sektor swasta.

Hal ini juga berarti bahwa di masa mendatang dapat diharapkan akan ada kerja

sama yang lebih erat antara pemerintah dan sektor swasta.56

54

.J.Spillane, Ekonomi Pariwisata …

55

Ibid.,

56

(41)

32

Industri pariwisata juga sering dianggap sebagai jawaban untuk

menghadapi berbagai masalah ekonomi Indonesia. Kesulitan ekonomi yang

diakibatkan oleh ekspor non-migas yang menurun, impor yang naik dan

pembangunan ekonomi yang timpang, dipandang akan dapat diatasi dengan

industri pariwisata karena industri pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja

baru yang jelas akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi.

Disamping juga dapat menjadi sarana untuk menjaga dana memperbaiki

lingkungan dan mendorong pembangunan ekonomi regional. Bagi Indonesia,

disamping diharapkan akan dapat menyumbang neraca pembayaran, pariwisata

juga diharapkan akan dapat meningkatkan pengertian intermasional,

menumbuhkan rasa menghormati dan toleransi.57

Sedangkan masyarakat disekitar objek wisata dapat berpeluang untuk

mendapatkan kesempatan bekerja pada objek wisata tersebut, baik sebagai tenaga

staff maupun sebagai buruh tenaga kerja. Pengembangan suatu objek wisata akan

member dampak positif bagi kehidupan perekonomian masyarakat, yaitu

membuka kesempatan berusaha seperti usaha penyediaan makanan, minuman dan

usaha transportasi baik tradisional mapun konvensional. Hal ini sesuai dengan

penjelasan Undang-Undang No.5/1990 pasal 34 ayat 4, yaitu memberi

kesempatan kepada rakyat untuk ikut berperan dalam usaha di kawasan

pelestarian alam.58

Namun demikian, harus disadari bahwa kegiatan wisata juga daoat

membawa dampak negatif. Pariwisata sering dituding sebagai penyebab macetnya

57

J.Spillane, Ekonomi Pariwisata …

58

(42)

33

lalu lintas, kerusakan lingkungan, kehancuran warisan budaya bangsa dan

pembawa masuk nilai budaya dan kebiasaan yang negatif.59

E.Wisata Perspektif Kesehatan

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama,

jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut

berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya

dengan tuntunan kesehatan. Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang

digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan

Islam.60

Kesehatan, yang terambil dari kata sehat, Afiat.Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, kata “afiat” dipersamakan dengan “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat sendiri antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap

badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).61

Ada tiga aspek dasar kesehatan: pertama, menjaga kesehatan dengan

menggunkana hal-hal baik dan bermandaat, kedua menjaga diri dari hal-hal yang

membahayakan dan ketiga melindungi tubuh dari penyakit.62

Dalam dunia kesehatan, kaidah ini cukup mendasar dan menjadi perhatian

banyak orang. Alquran mengingatkan kepada seluruh umat manusia untuk

senantiasa menjaga kesehatan dan menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan

timbulnya penyakit. Seperti dalam firman Allah swt:

59

J.Spillane, Ekonomi Pariwisata … 38.

60

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an(Bandung: Mizan, 1996), 182.

61

Ibid.,

62

(43)

34

































Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah swt tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.63

Menjaga kesehatan tentunya menjadi kewajiban untuk semua manusia,

sebab dengan kesehatanlah semua aktifitas dapat berjalan dengan normal dan

maksimal. Banyak sekali terdengar berita-berita wafat atau kematian mendadak

seseorang yang terpandang dalam masyarakat, memegang posisi ataupun jabatan

penting dalam pemerintahan atau perusahaan besar swasta. Demikian pula dengan

sebab-musabab wafat atau kematian tersebut, sebegitu jauh terdengar, tidak lain

karena penyakit tekanan darah tinggi, serangan jantung atau serangan peredaran

dalam otak atau penyakit yang serupa dengan itu, secara tiba-tiba saja. Seperti

berpulangnya keharibaan Tuhan, Jenderal Gatot Subroto (seorang jenderal yang

sangat dicintai dan dikagumi anak buahnya), Mohammad Yamin, S.H (sejarawan,

budayawan), Ir. H. Juanda (bekas menteri pendidikan dan kebuadayaan Republik

Indonesia), Yusuf Hasan (mantan ketua perhimpunan Hotel dan Restoran

Indonesia komisariat daerah Sumatera Barat) dan lain-lainnya.64

Berita-berita meninggalnya seseorang dengan cara mendadak seperti yang

tersebut di atas, tidak saja terjadi di Indonesia, juga terjadi di belahan dunia yang

lainnya, tidak terkecuali di negara-negara maju atau berkembang. Statistik

badaniah dan rohaniah yang tercatat secara internasional menunjukkan bahwa

63

Al-Qur‟an dan terjemahannya, QS. 7: 31.

64

(44)

35

pada bagian kedua abad ke-20 ini, terlebih setelah perang dunia berakhir, terdapat

data-data yang menyatakan bahwa ketidak teraturan peredaran darah (blood

circulatory disorder) dan serangan jantung mendadaklah yang mengakibatkan

orang-orang terkemuka dalam masyarakat dan penting dalam pemerintahan

meninggal secara mendadak.65

Disamping itu, statistic yang tersebut di atas mencatat pula bahwa

data-data kematian mendadak juga disebabkan oleh adanya system syaraf yang

terganggu karena ditimbulkan oleh adanya berbagai keruwetan dan kesibukan

konstan pada diri pribadi si korban. Kematian-kematian yang disebabkan oleh

gejala-gejala adanya serangan jantung secara mendadak, pendarahan dalam otak

dan system syaraf yang terganggu tersebut di atas ini pada mulanya diduga terjadi

pada orang-orang yang berumur 60 tahun ke atas. Tetapi akhir-akhir ini kenyataan

membuktikan bahwa umur 40 tahunan pun mengalamai hal ini dan grafik

menunjukkan bahwa yang lebih muda ini kebanyakan diserang oleh ketidak

teraturan peredaran darah, serangan jantung yang mendadak dan system syaraf

yang terganggu.66

Banyak bukti yang telah menunjukkan bahwa hal-hal tersebut tak lain dan

tak bukan adalah disebabkan oleh adanya jaringan-jaringan syaraf yang telah

payah dan rusak (wearing out tissues). Jaringan syaraf yang rusak inilah yang

menyebabkan si korban meninggal dengan mendadak. Di zaman modern seperti

ini dimana manusia berhasil menciptakan alat-alat yang dihasilkan oleh majunya

teknologi sangat pesat dan tinggi, sudah seyogyanya manusia mempergunakan

65

S.Pendit, Ilmu Pariwisata… 182.

66

(45)

36

hidup ini untuk tujuan yang positif, berguna dan bermanfaat bagi

kebutuhan-kebutuhan bendawi dan rohani yang terus meningkat dan dikembangkan bagi

kepentingan sesama manusia dengan jalan, bekerja teratur, belajar teratur, makan

teratur dan beristirahat teratur.67

Sesuai dengan kemajuan berpikir modern dewasa ini, bekerja teratur yang

dimaksudkan adalah tidak lain daripada apa yang tercantum dalam

undang-undang bekerja, undang-undang-undang-undang perburuhan dimana tersimpul

kebutuhan-kebutuhan hidup yang layak bagi kaum pekerja.68

Dalam hubungannya dengan pariwisata, undang-undang perburuhan

tersebut di atas merupakan suatu unsur penting, Karena dalam undang-undang

tersebut tersimpul perumusan/pemikiran yang mengandung berbagai peraturan

dasar tentang hak-hak sosial, yaitu hak berlibur dan beristirahat,

peraturan-peraturan dasar tentang hak berlibur untuk beristirahat ini pada hakikatnya tiada

lain adalah usaha-usaha untuk memelihara supaya orang selalu merasa sehat dan

segar (fit), baik fisik maupun mentalnya. Artinya, berlibur dan beristirahat itu

bukanlah dimaksudkan semata-mata istirahat di kala senggang saja, melainkan

hak berlibur dan beristirahat ditujukan untuk member arti yang wajar pada

hari-hari libur atau cuti itu guna kesehatan dan kesegaran fisik serta mental seseorang

dengan jalan berpariwisata.69

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa berlibur yang wajar adalah bentuk

apa yang dinamakan wisata kesehatan (recuperational tourism). Di Indonesia

67

S.Pendit, Ilmu Pariwisata…183

68

Ibid.,

69

(46)

37

sendiri, wisata kesehatan ini sudah sewajarnya dikelola secara baik karena

Indonesia mempunyai potensi besar dan luas untuk itu.70

Adanya sumber-sumber (mata air) yang mengandung mineral yang dapat

menyembuhkan seperti ions, cations, anions, sulphate, chlorine, calcium,

magnesium dan lain sebagainya, adanya tempat-tempat yang berhawa sehat,

pemandangan yang berlatar belakang faktor-faktor psikologis menyembuhkan,

pantai, pegunungan, teluk, danau, ngarai, lembah, gunung berapi dan sebagainya

yang secara medis menurut para ahli atau dokter spesialis dapat menyembuhkan,

menenangkan, menyegarkan dan menyehatkan fisik serta mental. Unsur-unsur

pengobatan alam besar sekali pengaruhnya terhadap pernafasan, peredaran darah,

tekanan darah dan sistem syaraf organisme manusia.71

F. Wisata Perspektif Psikologi

Perjalanan telah dilakukan sejak adanya manusia di dunia ini. Kendatipun

perjalanan itu hanya dalam bentuk pengembaraan belaka yang bertujuan mencari

sesuap nasi dan secarik pakaian untuk penutup badannya. Nenek moyang umat

manusia telah melakukan perjalanan yang jauh sebelum menyadari bahwa

kelakuan itu bermakna baginya. Barangkali masih dapat disebutkan, bahwa

mengadakan perjalanan hanya untuk perjalanan itu sendiri.72

Dewasa ini dimana perjalanan telah menjadi pekerjaan rutin bagi setiap

manusia, maka orang telah menyadari bahwa setiap perjalanan harus bermakna

70

S.Pendit, Ilmu Pariwisata…184

71

Ibid.,

72

(47)

38

baginya. Dengan kata lain, perjalanan yang dilakukan berdasarkan pada motif dan

tujuan tertentu baginya.73

Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan melakukan perjalanan itu adalah

merupakan tingkah laku yang unik, suatu tingkah laku yang sulit dijangkau dalam

arti psikologis. Tingkah laku yang mana bertalian erat dengan jiwa manusia itu

snediri. Seseorang mengadakan perjalanan senantiasa bertujuan pengenalan lebih

jauh dan lebih dalam terhadap lingkungannya dan terhadap dunianya. Dalam arti

psikologis, proses ini mengakibatkan hubungan atau interaksi antara individu

manusia dengan lingkungannya dan dengan dunianya. Manusia senantiasa

berkeinginan mengenal alam sekitarnya baik jauh maupun dekat dengannya.

Dengan demikian hal tersebut dapat menambah dan memperluas pengetahuan dan

pengalamannya sekaligus memupuk kepribadiannya.74

Tingkah laku itu didasari oleh berbagai motif dan kebutuhan tertentu. Pada

garis besarnya, kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :75

1. Kebutuhan jasmaniah

Adalah kebutuhan dasar yang tidak dapat ditinggalkan, seperti :

pakaian, makanan, minuman, udara dan lain-lain.

2. Kebutuhan sosial

Adalah kebutuhan yang timbul dalam hubungan sosial antara

manusia. Seperti keinginan untuk bergaul dengan sesamanya, ingin

dihargai dan menghargai, ingin dicintai serta mencintai dan lain-lain.

73

Hamalik, Travel & Tour…

74

Ibid.,

75

(48)

39

3. Kebutuhan rohani

Adalah kebutuhan yang lebih tinggi, seperti keinginan memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas, kepercayaan dan

lain-lain.

Sesuai dengan harkat martabat manusia, maka manusia tidak akan pernah

merasa puas dengan lingkungannya yang telah ada saja, manusia ingin pula

menikmati lingkungan lainnya, mengalami dan mengetahui dan bila mungkin

ingin menjadikan lingkungan itu sesuai dengan keinginannya. Dalam hubungan

inilah tidak perlu diherankan, bahwa kegiatan mengadakan perjalanan dan

pengembaraan yang telah diadakan oleh nenek moyang sejak berabad-abad lalu

adalah dengan maksud yang terkandung dalam dirinya. Perjalanan ke berbagai

negara adalah suatu bukti bahwa besarnya niat manusia untuk mendekatkan

dirinya ke dalam lingkungan yang akan atau sedang dikunjunginya.76

G.Wisata Perspektif Islam

Alquran merupakan petunjuk hidup semua umatnya untuk menjalankan

kehidupan di alam dunia ini guna menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tak terkecuali dengan kegiatan berwisata atau berpariwisata. Keindahan alam

yang terhampar di muka bumi ini merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya.

Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah swt yang

harus diperhatikan dan direnungi.77

76

Hamalik, Travel & Tour…42.

77

Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur‟an Volume 9, ter.Syarif Hade Masyah

(49)

40

Wisata yang dikaitkan dengan tujuan ibadah, menitiktekankan pada

sampai dimana hati atau qalbu setiap orang yang telah atau sedang melakukan

perjalanan wisata untuk merenungi beta

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Negara Exportir utama komoditas krustasea adalah Negara Ekuador dengan total transaksi yang mencapai 255.928.000 juta USD pada tahun 2014 yang meningkat 10,9%

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

Pada tugas akhir penulis akan membangun sebuah perangkat lunak sistem ERP yang khusus menangani domain fungsi Account Payable, Account Receivable dan Fixed Asset

Apakah terdapat Drug Therapy Problems (DTPs) penggunaan obat pada pasien pediatri dengan diagnosa asma yang meliputi obat yang tidak dibutuhkan (unneccessary

Jenis yang paling sedikit ditemui adalah Balanophora dioica yang hanya tersebar di dua lokasi di Gunung Talang, Pada penelitian ini jenis yang hanya di temukan

Agar dapat memperoleh respon sistem yang lebih baik lagi, maka dapat dicoba dengan perancangan membership functions yang lebih baik lagi agar parameter yang