TELEVISI PONDOK PESANTREN
(Study Eksplorasi Tentang Eksistensi PERSADATV)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh :
RHOSYIDATUL BARRIROH
NIM : B01211025
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
ABSTRAK
Rhosyidatul Barriroh, NIM. B01211025, 2015. TELEVISI PONDOK PESANTREN (Study Eksplorasi Tentang Eksistensi PERSADA TV)Skripsi Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ada satupersoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu bagaimana Eksplorasi tentang eksistensi PERSADA. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana Eksplorasi tentang eksistensi PERSADA TV.
Untuk Mengidentifikasi permasalahan tersebut peneliti ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, serta analisis diskriptif, dengan pendekatan theory Eksistensi televisi lokal dan kerangka teori diffusi inovasi, dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa mempertahankan eksistensi PERSADA TV Lamongan dalam menyiarkan program dakwah dengan memperhatikan 3 aspek kelangsungan hidup televisi yaitu Audienc, Content dan Capital, dan juga adanya program “ngaji Ikhya’ Ulummudin
dan Mujarobat” yang begitu di gemari pemirsa.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN...iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... .v
ABSTRAK ... vi KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... .viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR TABEL...x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi konseptual ... 10
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II : KAJIAN PUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 14
1. Dakwah ... 14
a. Pengertian Dakwah ... 14
b. Media Dakwah ... 19
2. Televisi ... 22
a. Pengertian Televisi ... 22
b. Bentuk – Bentuk Siaran televisi ... 23
c. Fungsi Televisi Bagi Masyarakat ... 25
d. Pengaruh Televisi Terhadap Masyarakat ... 26
3. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 28
4. Eksistensi Televisi ... 36
a. PengertianEksistensi...36
c. Riset Rating...38
B. Kerangka Teoritik ... 41
C. Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Terkait ... 43
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 46
B. Objek Penelitian ... 47
C. Jenis dan Sumber Data ... 48
D. Tahapan Penelitian ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Teknik Analisis Data ... 55
G. Teknik Keabsahan Data ... 56
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA A. Penyajian Data ... 60
B. Analisa Data ... 80
C. Konfirmasi Hasli Temuan dengan Teori ... 87
BAB V : PENUTUP Kesimpulan ... 92
SARAN ... 93 DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Teknologi dan Informasi yang
semakin canggih, manusia telah mampu menembus batas-batas geografis,
kejadian disuatu tempat bisa dengan mudah menjadi isu global. Dengan
kemajuan itu digambarkan oleh Marwah Daud Ibrahim pada abad ketiga
ini, sebagai era globalisasi di mana manusia bisa saling kontak dari ujung
bumi yang satu dengan ujung bumi yang lain seakan tanpa batas.
Pengiriman informasi antara negara bukan lagi menjadi hal yang sulit.
Kejadian saat ini di bumi selatan dalam beberapa hitungan detik bisa
dilihat di belahan bumi utara.1. Dengan demikian teknologi sangat efektif
digunakan sebagai alat atau media untuk menyampaikan dakwah.
Dakwah merupakan aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi
kodrati seorang muslim. Yaitu fungsi kerisalahan berupa proses
pengkondisasian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami,
mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup
(way of life).2 Hakikat dakwah adalah upaya untuk merubah suatu keadaan
menjadi lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam, sehingga seseorang
atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup.
1 Suharsono, Mencerdaskan Anak Mensitesakan Kembali IQ Umum dan IE dengan IS,
(Jakarta: Inisiasi Pres, 2002), h. 4.
2 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episod M. Natsir & Azhar
2
Dengan kata lain tujuan dakwah setidaknya bisa mempertemukan kembali
fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia agar mengakui
kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran Islam sehingga benar-benar
terwujud kesalehan hidup.3 Seperti halnya kegiatan dakwah yang saat ini
masih terus berjalan hingga Yaumil Qiyamah kelak.
Dakwah juga merupakan sebuah kegiatan penyampaian pesan dari
da’i kepada madh’u. Dakwah juga dapat diartikan suatu proses upaya
mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran
Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah, yakni Al-Islam.4
Pengertian lain tentang dakwah adalah mengajak dan menggerakkan
manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam), termasuk melakukan
amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat.5 Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat pakar
mengenai kegiatan dakwah adalah intinya tentang mengajak kepada yang
ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar.
Dalam Islam dakwah tidak hanya media yang bertujuan untuk
memperbanyak pengikut, tetapi juga sejatinya merupakan kegiatan untuk
memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan selanjutnya
mengamalkan agama tersebut. Karena itu dakwah harus dilandasi dengan
cinta kasih pada sesama manusia untuk menyelamatkan sesama manusia
dari berbagai penderitaan, kesesata, dan keterbelakangan.
3 H. Sukriyanto, “Filsafat Dakwah” dalam Andi Dermawan (ed), Metodelogi Ilmu
Dakwah (Yogyakarta: LESFL, 2002) h. 8
3
Pesan dakwah bisa disampaikan melalui beberapa media. Media
dakwah merupakan unsur tambahan dalam kegiatan dakwah. Media
berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti perantara,
tengah, atau pengantar. Dalam bahasa Inggris media merupakan bentuk
jamak dari medium yang berarti tengah, antara rata-rata. Dari pengertian
ini ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan
pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
(penerima pesan). Contoh media dakwah adalah media cetak, media audio
visual seperti halnya televisi.
Televisi adalah suatu alat komunikasi yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik sebagai pembawa pesan yang di pancarkan
melalui udara dengan kecepatan yang menyamai kecepatan cahaya. Proses
penyampaian pesan ini memerlukan dua sarana utama yakni: sebuah
pengirim pesan yang yang lazim disebut pemancar televisi dan sebuah
penerima pesan yang di namakan penerima televisi.6
Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat
menyampaikan informasi terbaru dan mencakup jangkauan yang luas
kepada masyarakat. Menurut Baskin televisi dapat didefinisikan sebagai,
“hasil dari produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan pesan
dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki
kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan
tindak individu”. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya segala
4
kelebihan yang dimiliki oleh televisi berupa audiovisual gerak maka
televisi memiliki efektifitas dan pencapaian pesan paling optimal.
Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan
media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian
masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke
wilayah terpencil. Kultur yang dibawa televisi dengan sendirinya mulai
tumbuh di masyarakat.
Televisi selain sebagai informasi dan hiburan juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana media pendidikan juga media dakwah.
Karena televisi mempunyai suatu karakteristik sendiri yang tidak dimiliki
media massa lainnya. Dalam segi karakteristik visual yang televisi sangat
dirasakan peranannya dalam mempengaruhi khalayak, hingga dapat
bermanfaat bagi negara dalam mensukseskan pembangunan di bidang
pendidikan maupun dakwah lewat beberapa program televisi sebagai salah
satu sarana yangg mendukung. Dalam televisi terdapat program yang
merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara
garis besar, program televisi dibagi menjadi program berita dan program
non-berita.
Tujuan utama didirikan stasiun televisi adalah untuk memberikan
informasi, hiburan,dan pembelajaran. Karena itu sudah tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 40 tahun 19907. Dalam Undang-Undang tersebut
5
juga ditegaskan bahwa televisi juga sebagai salah satu media pemberitaan
yang melakukan kegiatan mencari, mengumpulkan, menyimpan,
mengolah, dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak.
Televisi juga muncul sebagai media siaran paling efisien dan
efektif untuk menjangkau pemilih. Karena media televisi bersifat realistis
yaitu menggambarkan apa yang nyata.8 Sajian dalam bahasa audio visual
lebih gampang diingat daripada apa yang ditulis dan dibaca. Penggunaan
media elektronik memiliki kemampuan memperkeras, memperluas, dan
mempertajam materi yang dipaparkan. Daya jangkaunya menjadi berlipat
ganda ketika digunakan satelit. Karakter lain yang merupakan keunggulan
televisi adalah mampu memberi penekanan secara efektif pada pesan atau
maksud yang dituju dengan cara meng close-up objeknya atau memberi
pemusatan pandangan. televisi memberi banyak kemungkinan ilustrasi
visual, kaya akan tata gerak, tata warna, dan berbagai bunyi suara.
Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa
apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan
manusia yang sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia menjadi ingin
mendengar dan melihat lebih luas, lebih banyak variasi, dan lebih cepat.
Maka, program acara televisi juga menyesuaikan dengan karakter
penonton.
Menurut L. Panjaitan. Dhani Iqbal, “Tidak ada yang tidak melihat televisi, demikian kotak-kotak televisi itu baik yang berukuran kecil
8 Aep Kusnawan et.al., Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah
6
sampai raksasa telah menyelinap masuk kemana saja, tak peduli itu ruang
pribadi, ruang keluarga, ruang publik, desa, dan kota. Ragam tontonan
menyeruak dari kotak televisi dan menyemburkan budaya yang membuat
orang-orang gembira dan murung durjana”.9
Oleh karena itu, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap
pandangan, persepsi, dan perasaan pononton. Apabila ada hal yang
mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau marah bukanlah suatu
yang istimewa. Salah satu pengaruh psikolosi dari televisi adalah
seakan-akan menghipnotis penonton, dimana penonton tersebut dihanyutkan
dalam suasana pertunjukan televisi.
Menjamurnya acara-acara televisi yang monoton dan minim
kualitas, membuat penulis merasa prihatin akan perkembangan generasi
penerus bangsa kelak. Semakin merosotnya acara berbobot yang disajikan
televisi kita saat ini, membuktikan bahwa fungsi Informasi yang
seharusnya di kedepankan sudah mengalami kelunturan. Padahal televisi
mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun persepsi masyarakat.
Program acara televisi biasanya dibuat sesuai dengan rating yang
paling tinggi sehingga menjadikan acara tersebut mudah untuk
mendapatkan iklan. Iklan menjadikan sebuah program acara bisa terus
berjalan. Program acara televisi di Indonesia sekarang ini banyak sekali
yang mirip antara satu dengan yang lain. Seperti program acara musik,
situasi komedi, gosip, dan lain-lain. Yang kebanyakan hanya berorientasi
9 Panjaitan. Iqbal, Matinya Rating televisi Ilusi Sebuah Netralitas, (Jakarta: Yayasan Obor
7
pada entertainment. Sehingga tak banyak program acara yang ideal dalam
membangun bangsa.
Perkembangan dunia pertelevisian saat ini, mau tidak mau
membuat para pekerja televisi memutar otak untuk menyajikan
program-program acara televisi yang menarik bagi khalayak pemirsa. Dengan
sedikit mengesampingkan fungsi informasi dan mengedepankan fungsi
hiburan. Televisi Indonesia saat ini mengalami suatu keterpurukan
dibandingkan dengan acara-acara televisi di Amerika, Belanda, Jerman,
dan Inggris. televisi kita dalam beberapa acaranya jauh lebih hedonistik
dan lebih liberal. Amerika misalnya negara yang masyarakatnya memang
gila hiburan, tetapi mereka tidak menyiarkan acara musik nyaris setiap
hari, seperti yang dilakukan televisi kita. Amerika juga gudangnya
selebritis, tetapi tidak ada televisi yang menyiarkan infotainment tentang
selebritis nyaris setiap hari.10
Dari sekian banyaknya acara minim kualitas di televisi dan
gencarnya informasi dari media televisi yang ada menjadikan masyarakat
harus siap dengan segala hal yang asyik dan menarik. Bilamana tidak
disaring dengan baik, akan berdampak pada moral masyarakat yang tidak
menentu pula karena meniru tontonan televisi. Dengan pola kesadaran
yang mendalam tentang perkembangan media informasi khususnya
televisi yang berkembang begitu pesat dan modal besar yang kuat
menjadikan televisi seperti menjamur di mana-mana.
10 Deddy Mulyana,Komunikasi Massa: Kontroversi, Teori dan Aplikasi, (Bandung:
8
Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan dipimpin langsung oleh
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, merasa bertanggung jawab untuk melakukan
pendampingan dan pengarahan kepada masyarakat sekitar agar tidak
terombang-ambing dengan informasi yang datang dari berbagai media
tanpa saringan atau filter teratur. Dengan memiliki rasa ingin membangun
masyarakat sekitar, pada awal berdiri tangga l9 juli 2006 Pondok
Pesantren Sunan Drajat mendirikan lembaga Penyiaran televisi Swasta
yaitu PERSADA TV Lamongan, yang sebelumnya bernama 49 TV , SD
TV, dan juga DTV. Keunikan atau ciri khas dari PERSADA TV
Lamongan adalah merupakan satu-satunya televisi Pondok Pesantren di
Lamongan yang content acaranya hampir semua hanya menyiarkan
program dakwah
Program-program dakwah tersebut di kemas bervariasi mulai dari
hiburan lagu-lagu islami, kartun islami, komedi sudra, tadarus budaya,
maupun acara keagamaan ngaji kitab bersama Prof.Dr.KH. Abdul Ghofur.
Dari program-program acara yang sudah terfilter tersebut ditujukan agar
memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat melalui penyiaran
progran-program dakwah dan dapat memberikan pencerahan kepada
masyakat sekitar khususnya di wilayah yang dapat menangkap siaran
PERSADA TV Lamongan.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana televisi Pondok Pesantren atau PERSADA TV Lamongan
9
progam program dakwah saja. Dengan demikian Peneliti merumuskan
judul penelitian “ Televisi Pondok Pesantren (Study Eksplorasi tentang
Eksistensi PERSADA TV)“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana Eksplorasi tentang Eksistensi PERSADA TV ?”.
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui bagaimana Eksplorasi tentang Eksistensi PERSADA
TV
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai acuan untuk
menambah wawasan keilmuan dalam bidang broadcasting dalam
10
2. Secara Praktis
a. Penilitian ini semoga bisa menjadi bahan acuan pembelajaran bagi
penulis agar bisa menjadi lebih baik lagi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam
penyampaian pesan dakwah melalui televisi.
c. Untuk membantu masyarakat demi menghindari kesalahpahaman
persepsi dari pesan yang disampaikan komunikan melalui televisi.
3. Secara Akademis
a. Dari hasil penelitian ini pula, harapan besar bagi peneliti bisa
menjadikan tema ini sebagai bahan atau kajian bagi
penelitian-penelitian berikutnya.
b. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1)
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya.
E. Definisi Konseptual
Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau
lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide
(gagasan).11 Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari
kesalah pahaman dalam menarik suatu makna dan persepsi, setelah
11
membaca judul yang telah disajikan, maka disini penulis akan menjelaskan
definisi konsep sesuai dengan judul yang diangkat.
1. Televisi Pondok Pesantrean
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu tele (bahasa
yunani) yang berarti jauh dan visi (videre bahasa latin) berarti
penglihatan. Dengan demikian televisi dalam bahasa Inggrisnya
television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan
dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio TV)
dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (TV
set).12 Yang di maksud di sini adalah televisi Pondok pesantren atau
televisi yang di dirikan oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat yang di
beri Nama PERSADA TV
2. Eksplorasi
Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian,adalah
tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan
tertentu.13
3. Eksistensi
Keberadaan, wujud (yang tampak), adanya suatu yang
membedakan antara suatu benda dengan benda lain14
12 J.B. wahyudi, Media Komunikasi Massa televisi, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 49. 13 https: //id.m.wikipedia.org/wiki/eksplorasi
14 Pius A. Partanto Dan Dahlan Al-barry.Kamus ilmiah Populer (Surabaya:Arkola,1994).
12
4. PERSADA TV
Sebuah stasiun televisi swasta yang notabenya didirikan oleh
Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Dengan
menyiarkan berbagai macam acara islami baik yang sifatnya berita,
maupun hiburan. Jangkauan PERSADA TV Lamongan meliputi
hampir seluruh Propinsi Jawa Timur khususnya daerah Banjaranyar
Paciran Lamongan. Keunikan atau ciri khas dari PERSADA TV
Lamongan ini adalah program yang di tayangkan hampir semuanya
tentang Penyiaran Agama Islam (Dakwah) mulai dari hiburan
lagu-lagu islami, kartun islami, maupun acara keagamaan. Karna memang
PERSADA TV Lamongan ini berada dalam lingkungan Pesantren
tepatnya di Jln.Raden Qosim 364 (Kawasan Pondok Pesantren Sunan
13
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka
berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan
skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penelitian berisikan
tentang gambaran umum penelitian yang meliputi konteks penelitian,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan
sistematika pembahasan.
BAB II PRESPEKTIF TEORITIK.Yang terdiri dari kajian pustaka,
kajian Teoritik, Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul skripsi
yang peneliti ambil.
BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini penelitian
berisikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang jenis
penelitian,objek penelitian,jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik validitas data, dan
jadwal penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Dalam bab ini
memuat tentang, penyajian data, analisa data dan pembahasanya
BAB V PENUTUP. Yang meliputi kesimpulan dan saran. Pada bab
14
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka
1. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Dakwah adalah sebuah proses yang komplek dan unik.
Komplek artinya di dalam proses dakwah mengikut sertakan aspek
kepribadian, baik bersifat jasmani & rohani. Sedangkan unik artinya
di dalam proses dakwah sebagai objek dakwah terdiri dari berbagai
macam perbedaan, seperti perbedaan dalam kemampuan, kehendak,
sifat, kebudayaan, ideologi, filsafat dan sebagainya.
Secara etimologis perkataan dakwah berasal dari Bahasa
Arab yang berarti : seruan, ajakan, panggilan. Sedangkan orang yang
melakukan seruan atau ajakan tersebut dikenal dengan panggilan
da’i = orang yang menyeru. Dengan demikian, secara etimologis
pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses
penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan
dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.15
Pengertian dakwah diartikan sebagai berikut:
1) Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam
sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan
15
yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan
umat di dunia dan di akhirat.
2) Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin
memberikan definisi dakwah sebagai berikut : dakwah Islam
yaitu mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti
petunjuk, menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
3) Hamzaah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah untuk mengikuti petunjuk Allah
dan Rasul-Nya.
4) Prof. Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif
dengan substansi terletak pada aktifitas yang memerintahkan
amar ma’ruf nahi munkar.
5) Syaikh Abdullah Ba’lawi mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak membimbing, dan memimpin orang yang belum
mengerti atau sesat jalanya dari agama yang benar untuk
dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk agar mereka
16
6) Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggungjawab seorang muslim dalam amar ma’ruf nahi
munkar.
7) Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah
menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar
adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.16
Dari definisi-definisi tersebut, meskipun terdapat perbedaan
dalam perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain,
dapatlah diambil kesimpulan-kesimpulan sebagi berikut:
1) Dakwah menjadikan prilaku muslim dalam menjalankan Islam
sebagai Agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan
kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan
unsure da’i (subyek), maadah (materi), thoriqoh (metode),
wasilah (media), dan mad’u (obyek) dalam mencapai tujuan
dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2) Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi,
transformasi, transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan
masyarakat.
3) Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT. Dan
Rasulullah SAW. Untuk umat manusia agar percaya kepada
17
ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu
dalam segala segi kehidupannya. 17
Berkaitan dengan hal di atas, Allah SWT telah memberikan
dasar dalam landasan berpijak bagi seorang da’i sebagaimana
firman-Nya dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
Dari firman Allah yang telah di jelaskan di atas, Allah
memerintahkan kepada umat Islam di dunia untuk berdakwah
sekaligus memberi tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaanya.
Yakni dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk agama Islam.
Jadi melakukan suatu kebaikan kepada yang ma’ruf merupakan
kewajiban bagi umat muslim. Hakikat dakwah sendiri berdasarkan
17 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012),
18
Al-Quran sebagai kitab dakwah, antara lain, dapat dijumpai dalam
surat An-Nahl, 16 : 125 yang telah disebutkan diatas . Berdasakan
isyarat ayat tersebut, hakekat dakwah dapat di rumuskan sebagai
suatu kewajiban mengajak manusia kejalan Tuhan dengan cara
hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujaddalah yang ahsan. Adapun
ajakan ke jalan Tuhan tersebut dapat positif atau sebaliknya negatif.
Dakwah hukumnya wajib bagi umat muslim untuk selalu
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar,
sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran 104 :
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung. Ma'ruf: segala perbuatan yang
mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.”
Bila di simpulkan di atas Dakwah merupakan sebuah seruan
kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar, dakwah
merupakan sebuah kewajiban bagi kaum muslim untuk selalu
19
b. Media Dakwah (wasilah dakwah)
Kata sarana sering juga diartikan sama dengan “media” yang berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti “perantara”. Secara
etimologis sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud dan tujuan18. Secara terminologi, media
adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikator kepada khalayak19.Wilbur Schramm didalam bukunya
Big media Little Media.1977, mendefinisikan media seagai teknologi
informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran20. Secara bahasa
arab media/wasilah yang bisa berarti al-wushlah,at attishad yaitu
segala hal yang dapat menghantarkan terciptannya kepada sesuatu
yang dimaksud21.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diberikan
pengertian secara rasional dari media dakwah yaitu segala sesuatu
yang dipergunakan atau menjadi menunjang dalam berlansungnya
pesan dari komunikan (da’i) kepada kalayak. Atau dengan kata lain
bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi penunjang/alat dalam
proses dakwah yang berfungsi mengefektifkan penyampaian ide
(pesan) dari komunikator (da’i) kepada komunikan (khalayak).
18 Depdikbud, 1990: 784
20
Secara umum media-media benda yang dapat digunakan
sebagai media dakwah di kelompokan pada22:
1. Media Visual
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi
yang dapat digunakan dengan menggunakan indra penglihatan
dalam menangkap datanya23. Jadi matalah yang paling berperan
dalam pengembangan dakwah. Media komunikasi yang
berwujud alat yang menggunakan penglihatan sebaai pokok
persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi yang sangat
komplit. Media visual tersebut meliputi: film slide, OHP, gambar
foto diam, dan komputer.
2. Media Audio
Media auditif merupakan alat komunikasi yang berbentuk
teknologi canggih yang berwujud hardware, media auditif dapat
ditangkap melalui indra pendengaran. Perangkat auditif ini pada
umumnya adalah alat-alat yang diopersioanalkan sebagai sarana
penunjang kegiatan dakwah. Penyampaian materi dakwah melalui
media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran
dakwah dalam jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk
penyebaran informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang
21
cenderung persuasif. Alat-alat ini meliputi; radio, tep recorder,
telpon dan telegram.
3. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan perangkat yang dapat
ditangkap melalui indra pendengaran maupun penglihatan.
Apabila dibandingkan dengan media yang telah dikemukakan
sebelumnya, ternyata media audiovisual lebih paripurna, sebab
media ini dapat dimanfaatkan oleh semua golongan masyarakat.
Termasuk dalam media ini; movie film, TV, video, media cetak
(M. Bahri Ghazali, 1997: 34-44).
4. Media Cetak
Media cetak (printed publication) adalah media untuk
menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak.Media
cetak merupakan media yang sudah lama dikenal dan mudah
dijumpai di mana-mana.Media ini amat besar manfaatnya,sebab
ia termasuk dari beberapa media masa pembentuk opini
masyarakat,ia hamper bias di subut “makanan pokok”
masyarakat mendambakan informasi dan seelalu dapat
mengikutiperkembangan dunia. Dakwah melalui media ini
dapat berbentuk berita-berita islam,penulidan artikel-artikel
islam dan sebagainya.Adapun yagn termasuk dalam media ceta
antara lain buku,surat kabar, majalah,bulletin,brosur dan
22
2. Televisi
a. Pengertian televisi
Televisi adalah suatu alat komunikasi yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik sebagai pembawa pesan yang di
pancarkan melalui udara denngan kecepatan yang menyamai
kecepatan cahaya. Proses penyampaian pesan ini memerlukan dua
sarana utama, yakni sebuah pengirim pesan yang yang lazim
disebut pemancar televisi dan sebuah penerima pesan yang di
namakan penerima televisi.24
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya
dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya
kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat
didengar.25
Siaran televisi merupakan salah satu jenis media massa,
yakni sarana atau saluran komunikasi massa, seperti halnya surat
kabar, majalah, atau radio. Ciri khas utama televisi adalah audio
visual, yakni dikonsumsi penglihatan dan pendengaran.26
Televisi merupakan suatu alat pendukung untuk
menyebarkan, menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang,
24 Ensiklopedi Nasional Indonesia cetakan 3, (1990), h. 25
25 Soerjokanto, Teori Komunikasi, (Jakarta: Erlangga, 2003) hal.24
23
suatu golongan kepada masyarakat banyak untuk diketahui
sebagai bahan pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti.
b. Bentuk- Bentuk Siaran televisi
Siaran di televisi adalah makanan indra pendengar dan
penglihatan, sehingga getaran yang dikemasnya perlu
disesuaikan dengan hal-hal yang dapat dipahami oleh indra
penglihat dan pendengar ini. Karena itu apa yang disajikan untuk
di baca, belum tentu dapat didengar, susunan berita untuk koran
belum tentu akan mencapai tujuan jika dihidangkan melalui
siaran televisi begitu juga susunan pidato untuk disampaikan
dalam acara tabligh akbar belum tentu akan sukses jika
disampaikan melalui televisi. Ini berarti dalam siaran televisi
memiliki ciri tersendiri.27
Untuk itu dalam siaran terdapat ketentuan- ketentuan
bentuk siaran dan susunan kalimat untuk menyaring kata- kata
mana yang mudah di tangkap pengertiannya oleh rata- rata
pemirsa. Selain itu ditentukan pula cara pengemasannya.
Dalam penyajian program atau penyampaian informasi
maupun pesan dapat dilakukan dengan:28
27 Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah, 2004), h. 54
28 Wahyudi, J.B, Jurnalistik Radio dan televisi, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
24
1) Monolog
Monolog adalah salah satu bentuk penjelasan masalah
yang disajikan secara tunggal oleh nara sumber seperti ceramah,
pidato, khotbah.
2) Dialog
Dialog dalam bentuk ini minimal ada dua orang nara
sumber yang menjelaskan. Para nara sumber di pilih secara
selektif sehingga mereka benar- benar merupakan nara sumber
yang relevan untuk menjelaskan masalahnya seperti, wawancara,
diskusi panel, debat dan talk show.
3) Reportase
Reportase adalah laporan dilokasi kejadian baik langsung
maupun tunda.
4) Editorial
Pendapat dari lembaga tempat editor itu bekerja terhadap
masalah hangat yang ada dan berkembang di tengah- tengah
masyarakat. Seperti, tajuk, ulasan atau komentar.
5) Dokumenter
Dokumenter adalah penyajian materi yang isi pesannya
mengundang nilai sejarah dengan tujuan mengingat kembali fakta
25
c. Fungsi Televisi Bagi Masyarakat
1) Mendidik
Media massa dalam banyak hal dapat berfungsi sebagai
sarana pendidikan. Bukan saja karena informasi dan beritanya
yang kaya dengan pengetahuan tapi juga ulasan-ulasannya dapat
meningkatkan daya nalar dan pekerti masyarakat. Secara khusus
bahkan beberapa media memang dimanfaatkan untuk sarana
pendidikan. Dalam dunia komunikasi dikenal istilah intruksional
television itu menunjukkan media massa bersangkutan untuk
keperluan pendidikan.
2) Memberi informasi
Informasi saat ini menjadi kebutuhan yang sangat penting
maka media massa berperan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Masyarakat berkembang yang sedang membangun juga
membutuhkan informasi. Informasi diperlukan untuk mencapai
kemajuan pada dasarnya berita-berita yang dimuat di media
massa mengandung informasi yang sangat kaya.
3) Menghibur
Penayangan film atau sinetron, musik, komedi, olahraga,
dan lain-lain sudah memperjelas peran media elektronik
khususnya televisi dalam dunia hiburan. Peran media massa yang
26
program hiburan, yang sekaligus mendidik dan memberikan
informasi.
d. Pengaruh televisi Terhadap masyarakat
Sesuai dengan tujuannya, komunikasi massa mempunyai
fungsi untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi. Sudah dapat dipastikan bahwa komunikasi akan
memberikan dampak atau pengaruh terhadap komunikannya.
Begitu juga dengan televisi yang merupakan media komunikasi
massa. televisi akan memberikan pengaruh, baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif.
Menurut Ma’rat yang dikutip oleh Onong Uchjana, acara
televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi
dan perasaan penontonya.29 Dan ini adalah wajar, jadi apabila ada
hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah
bukanlah suatu hal yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh
psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton.
Sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah
atau peristiwa yang ditayangkan.
Karena besarnya pengaruh tersebut, pemilihan program
acara yang tepat harus dilakukan. Dalam hal ini, pengaruh televisi
ada tiga macam, yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek
behavioral.
27
1) Efek Kognitif
Penonton televisi banyak mendapatkan pengetahuan baru
dari kotak ajaib ini. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan. Dari semula tidak tahu
menjadi tahu atau dari semula tidak jelas menjadi jelas.
Karena pesan televisi yang mudah dipahami, bahasanya
pun ringan maka televisi mempunyai kontribusi yang sangat besar
terhadap pengetahuan kognitif sekarang.
2) Efek Afektif
Efek afektif mengacu pada aspek emosional/ perasaan.
Efek ini kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan efek kognitif.
Maksudnya efek ini ditimbulkan bukan hanya penonton tahu
tentang benda atau pun peristiwa, melainkan penonton dapat
merasakan dampak perasaan dari peristiwa tersebut.
Ketika ada tayangan peristiwa atau cerita yang sedih,
seseorang juga akan terseret perasaan sedih. Demikian juga
sebaliknya, orang akan merasa gembira jika menonton peristiwa
atau cerita lucu. Disini televisi menimbulkan rangsangan
emosional kepada penontonnya.
3) Efek Behavioral
Setelah mendapatkan pengetahuan lalu merasakan sesuatu
28
sikap. Bila televisi menyebabkan kita tahu ada musibah di
Sumatra misalnya, maka televisi telah menimbulkan efek kognitif
pada kita. Waktu kita melihat tayangan musibah tersebut, kita
merasa sedih dan kasihan serta tergerak untuk membantu, maka
itu efek efektif. Tetapi bila kita telah mengirim sejumlah uang
kepada korban bencana tersebut, maka televisi adalah
mempengaruhi behavior kita.
3. Televisi Sebagai Media Dakwah
Televisi merupakan salah satu instrument media yang
paling penting dalam kaitanya dengan strategi dakwah. Selain
sebagai alat bantu dakwah media juga merupakan system
keseluruhan aktifitas dakwah yang memiliki asas efektifitas dan
efisiensi.
Televisi sebagai media komunikasi audio visual yang
murah, merakyat, bisa dilihat dimana-mana. Serta kemampuan
televisi yang bisa menyiarkan informasi kesegala penjuru tanpa
mengenal jarak yang jauh sekalipun.
Ada beberapa faktor efektifitas siaran televisi, disebabkan
daya kekuatan yang dimilikinya, yaitu daya langsung, daya tembus
dan daya tarik.30
a) Daya Langsung
30 Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004),
29
Tabligh melalui siaran televisi untuk mencapai sasarannya
yakni para pemirsa tidak mengalami prosesi yang kompleks.
Setiap materi tabligh tinggal diucapkan didepan kamera sebanyak
yang diinginkan, pelaksanaannya pun berlangsung dengan mudah
dan cepat.
Setiap informasi yang terjadi saat itu pun dapat disiarkan
secara “Stop Press” (Langsung) ditengah-tengah siaran apa saja
secara berkali-kali bahkan suatu peristiwa dapat diikuti oleh
pendengar pada saat peristiwa berlangsung.
b) Daya Tembus
Daya tembus yang dimaksud ialah bahwa siaran televisi
tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak
menjadi masalah. Bagaimana pun jauhnya tempat yang dituju
oleh tabligh lewat siaran televisi dapat di tembusnya, selama
dalam jangkauan pemancar. Di gunung, lembah, di pedesaan
apalagi di perkotaan semua tidak menjadi rintangan bagi radio
siaran.
c) Daya Tarik
Faktor selanjutnya yang menjadikan televisi tetap hidup
dan diminati adalah adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh yang
serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya yang unsur
30
Bagi seorang da’i sudah tentu memiliki tujuan yang ingin dicapainya dan seorang da’i haruslah efektif dan efisien dalam mengorganisasikan komponen- komponen dakwah secara baik
dan cepat, salah satu komponennya adalah media dakwah.31
Penggunaan televisi sebagai salah satu media dakwah
merupakan pilihan yang tepat, harganya terjangkau, dan bisa di
saksikan kapanpun, dimanapun, serta bisa dijangkau meski pada
tempat yang terpencil dan menjadi alasan kenapa televisi di
minati oleh banyak orang.
Dengan menggunakan televisi sebagai media dakwah, da’i bisa lebih cepat dan lebih efisien dalam menyampaikan pesan
dakwahnya kepada mad’unya serentak dan dengan jangkauan yang luas.
Dalam memanfaatkan media untuk berdakwah seorang
da’i tidak boleh serampangan, dan paling tidak harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Pengembangan metode bil-lisan dan bil-amal yang sesuai
tantangan dan kebutuhan.
2) Mempertimbangakn metode dan media sesuai dengan tantangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
31 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al- ikhlas, 1983), h.
31
3) Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar,
panggung, media cetak ataupun elektronik (radio, televisi,
computer dan internet)
4) Mengembangakn media atau metode kultural atau struktural,
yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam.
5) Mempertimbangakn struktur sosial dalam tingkatan kadar
intelektual yakni, khawas, awam dan yang menentang.
6) Memperhatikan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi
kekuasaan, geografis, demografis, sosiologis, antropologis, politis
dan ekonomis.
7) Mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni
budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang,
drama, musik, lukisan dan sebagainya.
8) Mempertimbangakan dan mengakaji metode pendekatan spiritual
antara lain melalui doa dan sholat, silaturahmi dan sebagainya.32
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan
dakwah akan berlangsung baik. Adapun salah satu media massa
elektronik yang sangat efektif dan sangat berpeluang untuk
dijadikan media dakwah adalah televisi.
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, bahkan
dakwah identik dengan proses komunikasi walaupun ada
perbedaan yang mendasar. Dapat dikatakan pula bahwa proses
32
dakwah merupakan bentuk komunikasi itu sendiri, tetapi bukan
komunikasi semata. Dakwah merupakan bentuk komunikasi yang
khas, adapun yang membedakan dari bentuk komunikasi yang lain
adalah cara dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari komunikasi
mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau
pesan yang disampaikan sehingga dengan pesan-pessan tersebut
terjadi perubahan sikap dan tingkah laku. Demikian juga dengan
dakwah. Seorang da’i sebagai komunikator sangat berharap agar
mad’u sebagai komunikan dapat berbuat dan bersikap sesuai isi
pesan yang disampaikan. Untuk itulah dakwah melalui media
televisi dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk komunikasi
massa.
Mengutip pendapatnya JB. Wahyudi dalam Komunikasi
Jurnalistik, Wawan Kuswandi menegaskan bahwa komunikasi
massa media telivisi adalah proses komunikasi antara komunikator
dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi.
Komunikasi massa televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi
massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan
berupa perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan
organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Dalam sisi
yang lain media televisi hanya bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui
33
secara sekilas. Adapun pesan-pesan di televisi bukan hanya
didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak.
Secara umum, tujuan penyampaian pesan dari media televisi
adalah sebagai sarana hiburan, pendidikan, kontrol sosial, dan
sebagai penghubung ataupun bahan informasi.
Daya tarik media televisi demikian besar sehingga
pola-pola kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah sama
sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religious) bagi
kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama juga dengan
makhluk buta yang hidup dalam tempurung.
Pada akhirnya media televisi menjadi alat atau sarana untuk
menjadi alat atau sarana untuk mencapai sasaran hidup manusia.
Baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan. Bahkan
melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya yang
sudah ada sejak lama.33
Tetapi walaupun demikian media televisi juga mempunyai
banyak kelebihan disamping beberapa kelemahan. Berikut
beberapa kelebihan dan kelemahan televisi sebagai media dakwah
Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika
dibandingkan dengan media yang lainya adalah;
a) Media televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga
ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh.
33 http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-dakwah.html diakses pada
34
Bahkan pesan-pesan dakwah bisa disampaikan pada mad’u yang berada di tempat-tempat yang tidak sulit dijangkau.
b) Media televisi mampu menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan salah satu
kharakter komunikasi massa yaitu komunikan yang heterogen
dan tersebar. Kelebihan ini jika dimanfaatkan dengan baik
tentu akan berpengaruh positif dalam aktifitas dakwah.
Seorang da’i yang bekerja dalam ruang yang sempit dan terbatas bisa menjangkau mad’u yang jumlahnya bisa jadi
puluhan juta dalam satu sesi acara.
c) Media televisi mampu menampung berbagai varian metode
dakwah sehingga membuka peluang bagi para da’i memacu
kreatifitas dalam mengembangkan metode dakwah yang paling
efektif.
d) Media televisi bersifat audio visual. Hal ini memungkinkan
dakwah dilakukan dengan menampilkan pembicaraan
sekaligus visualisai berupa gambar.
Selain memiliki beberapa kelebihan sebagaimana
disebutkan diatas, dakwah menggunakan media televisi juga
mempunyai berbagai kelemahan. Dalam kasus di Indonesia hal
ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi pertelevisian yang ada.
35
bahwa sinetron Indonesia berkembang dari segi jumlah, namun
kualitasnya memprihatinkan.
Sinetron yang mendominasi jam tayang utama tak jauh
beda dari sinetron Amerika Latin, Thailand dan Philipina. Hal ini
berbeda dengan India yang mempunyai ciri khas budaya yang
kuat dan konsisten. Sedangkan Indonesia seringkali mencontoh
kostum Beverly Hills, Plot Konflik, Melrose Place, dan
melodrama Maria Marcedes dalam suguhannya. Demikian pula
“sinetron Islami” yang sering kita lihat selama ini sebagian besar
belum mencerminkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Bahkan
terkadang ada suguhan adegan-adegan yang tidak layak
ditampilkan dan menyalahi norma ke Islaman.
Disamping itu masih ada beberapa kondisi
memprihatinkan lainya dari pertelevisian Indonesia.
Secara umum kelemahan-kelemahan itu antara lain:
a) Cost yang terlalu tinggi untuk membuat sebuah acara Islami di
televisi.
b) Terkadang tejadi percampuran antara yang haq dan yang bathil
dalam acara-acara televisi.
c) Dunia pertelevisian yang cenderung kapitalistik dan profit
oriented.
36
e) Keikhlasan seorang da’i yang terkadang masih diragukan. f) Terjadinya mad’u yang mengambang.
g) Kurangnya keteladanan yang di perankan oleh para artis
karena perbedaan kharakter ketika berada didalam dan di luar
panggung.
Keberadaan media dakwah sebagai sarana penunjang
keberhasilan dakwah menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu
sudah selayaknya bagi para da’i untuk membekali diri dengan
berbagai kemampuan guna pemanfaatan media yang ada sehingga
dakwah dapat dijalankan secara lebih efektif dan efisien. Salah
satu media dakwah yang cukup efektif dan harus betul-betul
dimanfaatkan dengan baik saat ini adalah televisi.
Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada di dalamnya.
Televisi memiliki potensi yang luar biasa dalam dakwah terutama
dari faktor jangkauan transmisinya yang begitu luas, mad’u yang
heterogen serta kekuatannya untuk menampung berbagai varian
metode dakwah.
4. Eksistensi Televisi
a. Pengertian Eksistensi
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks
yang berarti di luar dan sistensi yang berarti berdiri atau
37
sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari
dirinya.
Menurut Quthb Al-Din al Syirazi (murid Nashir al-Din
al-thusi, pengikut Ibnu Sina terkemuka pada masanya,dan
menulis komentar yang terbaik mengenai filsafat huminasi
karya Suhrawardi) menyatakan bahwa konsep eksistensi itu
bersifat terbukti dengan sendirinya dan tak terdefinisikan
karena tidak ada yang diketahui dengan lebih baik melalui
sesuatu yang dapat didefinisikan.pada tingkat yang murni
konseptual, konsep eksistensi dapat di pakai menurut berbagai
cara: Eksistensi dapat di katakan ada di dalam pikiran, dengan
cara yang berbeda ia dapat dikatakan lebih atau kurang umum
dari pada “sesuatu” atau sinonim denganya.
Eksistensi sesuatu yang kongkret berarti sesuatu itu
memang kongkret adanya. Jadi eksistensi disitu bukanlah hal
yang menyebabkan sesuatu itu menjadi kongkret,34jadi
eksistensi itu bermula dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada,
dari ketidak kongkretan menjadi kongkret.
Eksistensi juga dapat diartikan Keberadaan, Wujud
(yang tampak); adanya; suatu yang membedakan antara suatu
benda dengan benda lain35 Dalam hal ini peneliti membahas
34 John walbridge,mistisme Filsafat islam sains & kearifan huminatif quthb al-Din al
syirazi.terjemahan oleh hadi purwanto (yogyakarta: kreasi wacana,2008),hal 108
35 Pius A. Partanto Dan Dahlan Al-barry.Kamus ilmiah Populer (Surabaya:Arkola,1994)
38
tentang bagaimana Eksistensi PERSADA TV Lamongan
dalam penyiaran program dakwah yang berarti meneliti
tentang keberadaan televisi tersebut dengan hanya menyiarkan
program dakwah.
b. (Ekologi Media)
Teori Niche (Ekologi Media) dapat digunakan untuk
mengamati eksistensi televisi menurut teori ini pada dasarnya
ada tiga sumber utama yang menjadi sumber penunjang
kehidupan media yaitu: audience, content dan capital
(Kriyantono, 2006:275) Audience atau khalayak dapat
diartikan sebagai segmentasi khalayak yang akan dituju oleh
media. Ini menunjukan bahwa media harus sadar siapa
khalayaknya. Berbicara content (isi) yakni ketika media bicara
tentang jenis, ragam, format isi media yang disajikan pada
khalayaknya. Dan yang tak kalah penting adalah capital atau
modal yang mencakup modal finansial, dana pemasukan iklan,
sumber daya manusia, sarana teknologi dan fasilitas lainnya.36
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji
bagaimana eksistensi PERSADA TV sebagai stasiun televisi
lokal atau televisi Pondok pesantren di Lamongan yang isi
content nya hampir semua program dakwah. ditengah
kompetisi industri penyiaran peneliti mencoba mengkaji
36 Krisyantono, Rachmat Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada
39
Eksistensi PERSADA TV melalui 3 hal, yaitu audience,
content dan capital.
Audience
PERSADA TV dengan position nya sebagai televisi yang
content acaranya hampir semua program Dakwah,
membuatnya memiliki segmen pemirsa yang khusus &
jelas. Namun faktanya merebut pasar penonton juga
bukanlah hal yang mudah. Persaingan terberat adalah
dengan televisi lokal lainya yang tidak hanya menyiarkan
program Dakwah saja. faktor-faktor utama yang
menjadikan sebuah stasiun televisi lokal bisa mendapatkan
penonton, diantaranya adalah: gambar yang jernih, kualitas
gambar yang bagus.dan program siaran yang menarik
sesuai yang masyarakat butuhkan.
Content
Terkait content sebenarnya PERSADA TV memiliki
kekuatan, diantaranya mudah memperoleh materi dan
bahan siaran lainnya, mengingat di segmen Dakwah sangat
banyak permasalahan yang bisa diangkat menjadi program
siaran. Namun tidaklah mudah untuk mengemas
program-program tersebut menjadi program-program yang menarik,mudah di
[image:46.595.135.514.214.636.2]
40
Capital
Sebagai stasiun televisi lokal atau televisi Pondok
pesantren, maka PERSADA TV secara kelayakan
dinyatakan eksis apabila mampu menghidupi dirinya
dengan mempunyai sumber modal yang cukup. Modal yang
mencakup modal finansial, dana pemasukan iklan, sumber
daya manusia, sarana teknologi dan fasilitas lainnya.
c. Riset Rating
Rating adalah ukuran yang digunakan untuk
mengetahui jumlah khalayaknya. Selain tiga sumber utama
yang menjadi penunjang kehidupan media dalam teori Ekologi
Media, media juga harus memperhatikan riset ratingnya.
Ada beberapa metode mengukur rating yang
diperkenalkan A.C.Nielsen yakni Audimeteri alat pencatat
elektronik yang bisa ditempelkan baik pada radio maupun
televisi serta melakukan pencatatan pada satu pita (tape)
apabila radio atau televisi dinyalakan. Chanel diaries yakni
meminta khalayaknya untuk mengisi atau merekam aktivitas
mengonsumsi media dalam sebuah buku harian. Phone
interview riset rating bisa menggunakan interview melalui
telepon. Dan People Meter alat yang dikendalikan secara
41
yang khas,yang mempunyai 8 tombol untuk keluarga dan 2
tombol tambahan untuk tamu.Seorang anggota keluarga dan
tamu harus menekan tombol numeriknya ketika ia memilih
program tertentu.37
B. Kerangka Teoritik
Kerangka teori ini dimaksudkan untuk memberi gambaran atau
batasan tentang yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan peneliti.
Kerlinger (1978) mengemukakan Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena
secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.38 Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan Teori Difusi Inovasi (Innovation
Diffusion Theory)
Difusi Inovasi terdiri dari dua kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers
(1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di
antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an
innovation is communicated through certain channels overtime among the
members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap
sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang
37 Ibid h.367
42
terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Inovasi adalah suatu
gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh individu
atau kelompok masyarakat.
Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktek
atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok
terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Dari kedua padanan kata di atas,
maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebaran serapan ide atau hal
yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi
secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain,dari suatu
kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke
bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota
sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok
informal, organisasi sampai kepada masyarakat
Peneliti memilih kerangka teoritik diffusi inovasi, karena peneliti
ingin mengetahui apakah ada inovasi-inovasi atau hal baru dari
PERSADA TV Lamongan yang membuat menarik dan selalu di minati
43
C. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Terkait
Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini,
peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang
lain yang berkaitan dengan fokus penelitian ini, sebagai bahan
pembanding dan pertimbangan dalam penelitian ini. peneliti telah
menggali beberapa penelitian terdahulu yang sejenis,atau relevan
diantaranya adalah:
1. Skripsi dengan judul “Eksistensi fakultas Dakwah IAIN Sunan ampel
surabaya dalam mempersiapkan calon Da’i” oleh Uswatun Hasanah
jurusan komunikasi dan penyiaran islam,2002. Dalam skripsi ini
masalah yang di teliti adalah bagaimana upaya fakultas dakwah, yang
notabenya sebagai fakultas pendidikan dalam mempersiapkan calon
da’i.Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti ini menggunakan
analisis studi kasus yang bersifat kualitatif. berdasarkan masalah dan
kesimpulan dalam penelitian tersebut peneliti ini belom menjawab
bagaimana metode yang tepat dalam mempersiapkan sarjanah dakwah
yang profesional serta peranan fakultas dakwah di masyarakat.
Persamaan dari penelitian di atas adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan perbedaan dari peneliti Uswatun Hasanah dia meneliti
tentang Eksistensi fakultas Dakwah IAIN Sunan ampel surabaya dalam
mempersiapkan calon Da’i. Sedangkan pada penelitia ini meneliti
tentang Eksistensi televisi pondok pesantren (Eksistensi PERSADA
44
2. Skripsi dengan judul EKSISTENSI TELEVISI LOKAL (Kasus:
Eksistensi TVKU Dalam Kompetisi Industri Penyiaran) Oleh
Rinowati.N.A Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Diponegoro,2009.dalam skripsi ini masalah yang di
teliti adalah bagaimana eksistensi TV lokal, dengan studi kasus pada
TVKU sebagai TV lokal yang memiliki differensiasi sebagai TV lokal
pendidikan.Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti ini
menggunakan analisis studi kasus yang bersifat kualitatif. Metode
studi kasus digunakan agar didapatkan gambaran mendalam mengenai
kondisi TVKU sebagai entitas bisnis, sekaligus upaya-upaya yang
dilakukan untuk mempertahankan eksistensi.
Persamaan dari penelitian di atas adalah sama-sama meneliti
eksistensi televisi dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan
perbedaannya sangat jelas terletak pada Lokasi dan juga Objek yang di
teliti tentang ke Eksistensian itu sendiri.
3. Radio dan dakwah; studi tentang peran dan pola program di radio
Gelora Surabaya dalam melaksanakan dakwah di kota Surabaya, Arif
Rahman, Fakultas Dakwah, KPI 2001. Pada penelitian ini peneliti
menjelaskan bahwa pola program acara di radio Gelora Surabaya
seperti Mimbar Agama Islam yang penayangannya setiap hari kamis
mulai pukul 18.30 sampai 19.30 Wib, debat masalah keagamaan
melalui kesenian yang ditayangkan setiap hari jum’at dan minggu dari
45
kesuksesan dakwah islam yang dititik beratkan kepada seluruh
khalayak Surabaya.
Persamaan dari penelitian di atas adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan perbedaan dari peneliti Arif Rahman dia meneliti tentang
pola program acara di radio Gelora Surabaya seperti Mimbar Agama
Islam sedangkan pada penelitia ini meneliti Eksistensi PERSADA TV
46
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.39 Penelitian juga merupakan
suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang
panjang. Diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam
munculnya fenomena tertentu. Dengan didukung oleh penguasaan teori
dan konseptualisasi yang kuat atas fenomena tersebut.
A. Pendekatan dan Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskripsi berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.40 Pendekatan
ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang obyektif dan mendalam
yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara
deskriptif sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan
mendalam.
Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan
oleh penulis, yaitu:
47
1. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab
sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang
berkaitan dengan sasaran penelitian.
2. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral
(wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun
sumber-sumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk
menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang tepat untuk
dipergunakan yang kemudian dianalisis.
Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif
kualitatif. Dimana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi
wawancara-wawancara mendalam terhadap subyek penelitian. Penelitian
ini hanya memaparkan situasi, tidak menguji hipotesa atau membuat
prediksi. Pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa
memerlukan informan.
B. Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian yaitu hal yang menjadi sasaran
penelitian atau pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan
data secara lebih terarah. Sesuai judul penelitian TELEVISI PONDOK
PESANTREN (Study Eksplorasi Tentang Eksistensi PERSADA TV)
maka Objek penelitian ini adalah bagaimana Eksplorasi tentang Eksistensi
48
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini dibagi ke dalam bentuk kata-kata dan
tindakan serta sumber data yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam
penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti sependapat dengan apa yang di
konsepsikan oleh Lofland dan Lofland (1984:47), bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.41
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti akan
mendapatkan sumber data yang berasal dari:
1. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang utama yang diperoleh hasil
peneliti dari subyek penelitian, berupa hasil wawancara dari informan
dan sumber data primer ini adalah orang yang memegang kunci utama
sumber data dalam penelitian ini, karena informan adalah orang-orang
yang benar-benar tahu dan terlibat dalam PERSADA TV dalam upaya
menjaga eksistensinya dalam penyiaran program dakwah.
Data Informan :