• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA REKRUTMEN GURU DENGAN PROFESIONALISME GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH SALAFIYAH KETEGAN TANGGULANGIN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA REKRUTMEN GURU DENGAN PROFESIONALISME GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH SALAFIYAH KETEGAN TANGGULANGIN SIDOARJO."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA REKRUTMEN GURU DENGAN

PROFESIONALISME GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH

SELAFIYAH KETEGAN TANGGULANGIN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

NURUL BACHTIYAR

NIM. D03210016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

HUBUNGAN ANTARA REKRUTMEN GURU DENGAN

PROFESIONALISME GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH SALAFIYAH KETEGAN TANGGULANGIN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NURUL BACHTIYAR

D03210016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nurul Bachtiyar, 2015, Hubungan antara Rekrutmen Guru dengan Profesionalisme Guru di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo. Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Drs. H. Nur Kholis, M.Ed.Admin

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara rekrutmen guru dengan profesionalisme guru. Dengan rumusan masalah, hubungan antara rekrutmen guru dengan profesionalisme guru di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan metode yang digunakan teknik statistik product moment.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Rekrutmen Guru ... 13

1. Pengertian Rekrutmen Guru ... 13

2. Tujuan Rekrutmen Guru ... 17

(7)

4. Analisa Pekerjaan ... 19

B. Pembahasan Tentang Profesionalisme Guru ... 21

1. Pengertian Profesionalisme ... 21

2. Syarat-Syarat dan Kompetensi Guru ... 28

3. Tugas dan Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 34

C. Hubungan Antara Rekrutmen Guru dengan Profesionalisme Guru………... ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 46

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 47

C. Populasi ... 48

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 49

E. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 53

F. Analisis Data ... 54

G. Sumber Data ... 57

H. Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 59

1. Letak Geografis ... 59

2. Profil Madrasah ... 59

3. Sejarah Singkat ... 60

4. Visi dan Misi ... 61

5. Struktur Organisasi ... 63

6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 66

(8)

B. Penyajian Data ... 71

1. Penyajian Data Pelaksanaan Rekrutmen Guru... 71

2. Penyajian Data Profesionalisme Guru ... 75

C. Analisis Data ... 79

1. Analisis Data Tentang Rekrutmen Guru……... 80

2. Analisis Data Tentang Profesionalisme Guru……... 85

3. Analisis Data Tentang Rekrutmen Guru dan Profesionalisme Guru……... 88

D. UJi Hipotesis ... 89

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada

pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat

menghasilkan “Manusia“ yang berkualitas lahir batin. Otomatis bangsa tersebut

akan maju, damai dan tentram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa

mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang.1

Pada hakekatnya, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang

menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan ini disebabkan antara lain:

penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahliaannya (perekrutan guru ),

sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat

diwujudkan secara signifikan.

Pendidik merupakan aktor utama dalam dunia pendidikan untuk

menghadapi tantangan besar dalam menjalankan profesi mulianya. Peran

pendidik diharapkan tidak hanya sebagai tenaga pengajar tetapi juga sebagai guru.

1

(10)

Oleh karena itu, seorang pendidik tidak hanya orang yang pintar secara akademis

(menguasai bidang studi yang akan diajarkannya) tetapi juga pintar secara

emosional dan spiritual.2

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

kemajuan suatu bangsa. Semakin tinggi kualitas pendidikan di suatu bangsa,

semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia bangsa tersebut. Dan ini akan

berimbas pada kemajuan peradaban bangsa itu.3

Begitu besar peran guru dalam menyiapkan manusia-manusia masa depan

dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa, namun perlu kita sadari bahwa

dalam menyiapkan kader-kader bangsa yang unggul tidaklah dapat dilakukan

dengan baik jika mutu tenaga pendidik (guru) yang kurang bermutu. Maka dari

itu terjadi tuntutan yang besar, terutama bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk

mewujudkan mutu pendidikan yang mampu mencetak generasi masa depan yang

unggul dan mampu bersaing dalam persaingan global seperti sekarang ini.

Namun ada yang memprihatinkan, hingga kini mutu tenaga pendidikan di

Indonesia masih belum memenuhi apa yang kita harapkan bersama. Bahkan

banyak pendidikan yang mutu gurunya masih berada dibawah standart dan

dilaksanakan dengan manajemen ala kadarnya, karena beberapa faktor, antara

lain: Minimnya biaya, Kepala Sekolah dan Guru kurang berkompeten,

sarana-prasarana yang kurang memadai, serta sebab-sebab lain yang menjadi batu

2

Mahmud, Psikologi pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 24 3

(11)

sandung bagi lembaga pendidikan untuk melangkah menuju kegiatan belajar

mengajar lebih maju.

Sehubungan dengan pentingnya guru seperti yang diharapkan diatas,

maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah bagaimana supaya sebuah

sekolah bisa mendapatkan tenaga pengajar seperti yang diharapkan diatas, dengan

kata kata lain adalah sistem rekrutmen tenaga pengajar itu sendiri.

Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak semudah

membalikkan telapak tangan, diperlukan sejumlah persyaratan tertentu demi

kelancaran proses penciptaan mutu pendidikan. Dari mulai tersedianya tenaga

pengajar yang professional, terlengkapinya fasilitas sarana dan prasarana

penunjang dalam proses belajar mengajar yang memadai, serta efektif dan

efisiensinya kurikulum serta sejumlah prasyarat lainnya.

Profesianolitas harus juga dipandang sebagai proses yang terus menerus.

Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk

penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan

masyarakat terhadap profesi peguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,

peningkatan kualitas calon guru, imbalan. Secara bersama-sama menentukan

pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional

merupakan salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang

profesional akan sangat membantu proses pencapaian visi misi sekolah.

(12)

mengenali dan mengembangkan profesionalisme guru menjadi sangat penting

untuk dilakukan.4

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sejumlah prasyarat tersebut belum

seluruhnya terpenuhi, sehingga hal ini tidak mungkin dapat tercapai sebagaimana

tujuan pendidikan yang diharapkan pada Undang-Undang SISDIKNAS tahun

2003. Inilah persoalan dunia pendidikan kita, di satu sisi kita mendambakan

kualitas pendidikan yang baik untuk seluruh lapisan masyarakat, disisi lain untuk

memperoleh kualitas pendidikan yang baik prasyarat tersebut masih belum

terpenuhi.

Pendidikan yang sesungguhnya, selain sebagai sarana aktivitas belajar

mengajar, juga sebagai wadah penanaman nilai humanism, pluralism, dan

inklusivisme. Model pendidikan seperti inilah yang merupakan sarana efektif bagi

anak didik untuk menjalani kehidupan social ditengah masyarakat yang heterogen

ini dengan penuh toleransi dan kedamaiaan.

Kenyataan yang terjadi dilapangan, proses pembelajaran tidak lebih

sekedar transfer of knowlodge. Para pendidik merasa telah selesai menjalankan

tugasnya ketika materi pembelajaran telah disampaikan. Hasil akhir dari proses

belajar mengajar hanya dilihat dari deretan angka-angka yang menghiasi buku

rapor peserta didik.

4

(13)

Adapun integritas moral dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan terhadap

peserta didik sering kali diabaikan. Akibatnya, para peserta didik berlomba-lomba

mencari cara bagaimana agar mendapat nilai maksimal, tanpa mempedulikan

apakah cara yang ditempuh melanggar norma atau bahkan menginjak-injak

moralitas.

Berbagai perilaku tidak terpuji tersebut menunjukkan bahwa proses

pendidikan di Indonesia masih kurang memperdulikan nilai-nilai moral dan

rendahnya komitmen dan tanggung jawab pendidik maupun kepala sekolah

terhadap kualitas pendidikan. Tingkat kelulusan ditentukan hanya dengan deretan

angka hasil ujian, seakan menegaskan bahwa kecerdasan intelektual adalah

segalanya. Sementara kecerdasan emosional, terlebih lagi kecerdasan spiritual

masih belum mendapat tempat yang layak di dunia pendidikan kita. Akibat dari

permasalahan tersebut diatas kualitas pendidikan Indonesia masih rendah.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas

pendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih

banyak kegagalan dalam implementasinya dilapangan. Kegagalan demi

kegagalan antara lain disebabkan oleh masalah manajemen yang kurang tepat,

penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahlian, dan penanganan masalah

(14)

kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang

pendidikan belum dapat diwujudkan.5

Menurut penulis semua penyimpangan yang terjadi pada proses

pembelajaran dan etika pendidik, salah satu penyebabnya adalah sistem

rekrutmen pendidik yang kurang tepat. Pada saat dilakukan rekrutmen pendidik,

sistem seleksi yang dilakukan hanya menilai tentang pengetahuan umum para

peserta. Sedangakan kemampuan sebagai pendidik yang profesional baik itu

bidang penguasaan cara mengajar, kecerdasan emosional, serta kecerdasan

spiritualnya tidak teruji.

Karena dalam pandangan kami, ini merupakan sebuah isu pendidikan

yang strategis yang perlu diangkat dalam suatu pembahasan untuk melihat secara

kritis terhadap mutu pendidikan nasional, yang berdasarkan perkembangan

reformasi sistem rekrutmen guru sebagai orientasi prioritas dalam membangun

dan memajukan bangsa.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, tidak hanya diperlukan sekedar

jawaban yang tidak mempunyai alasan yang kuat. Oleh karena itu, untuk mencari

jawaban terhadap permasalahan tersebut, dipandang perlu untuk melakukan studi

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Rekrutmen Guru dengan

Pofesionasme Guru di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Ketegan

Tanggulangin Sidoarjo”.

5

(15)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas timbul suatu permasalahan, sehingga penulisan

merumuskan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara rekrutmen guru dengan profesionalisme guru di

MTs. Salafiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk rekrutmen guru di MTs. Salafiyah Ketegan

Tanggulangin Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui bentuk profesionalisme guru di MTs. Salafiyah Ketegan

Tanggulangin Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui hubungan antara rekrutmen guru dengan profesionalisme

guru di MTs. Salafiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:

a. Akademik ilmiah

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya

mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu

(16)

jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya

2) Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

3) Sosial Praktis

Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam memberikan

bantuan bagi para guru dalam mengembangkan dan meningkatkan

profesionalisme guru, serta dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya bias yang dapat ditimbulkan dari pembahasan

dan judul penelitian yang penulis buat, maka ada beberapa kata dan istilah yang

perlu penulis tegaskan, antara lain:

1. Hubungan

Hubungan adalah suatu keterkaitan satu dengan yang lain. Hubungan

ini kiranya bisa bermacam-macam maknanya. Ada 3 (tiga) kemungkinan arti

makana hubungan antara dua variable tersebut, yakni:

a) Hubungan simetris (symmetrical relationships), tidak ada variable

mempengaruhi yang lain.

b) Hubungan resiprokal (reciprocal relationships), kedua variable

(17)

c) Hubungan asimetris (asymmetrical relationships), salah satu

variable tersebut mempengaruhi yang lain.

2. Rekrutmen

Rekrutmen adalah proses pencarian dan pemikatan para calon

pendidik yang mampu untuk melamar sebagai pendidik. Menurut Simumora

rekrutmen adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja

dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan

guna menutup kekurangan yang di identifikasi dalam perencanaan

kepegawaian.6

Menurut Andrew rekrutmen adalah tindakan atau proses dari suatu

usaha organisasi untuk mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan

organisasi. Menurut Agus Sunyoto rekrutmen adalah sebagai kegiatan

mengidentifikasikan dan membuat tertarik calon pendidik atau pekerja untuk

mengisi pekerjaan yang tersedia untuk waktu sekarang maupun waktu akan

dating.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat dipertegaskan

bahwa rekrutmen adalah sebuah cara, perbuatan merekrut atau pemilihan dan

pengangkatan orang untuk mengisi lowongan atau peran tertentu dalam sistem

sosial berdasarkan sifat dan status tertentu pula.

6

(18)

3. Guru

Menurut Wahyo Sumidjo, guru adalah sekelompok sumber daya

menusia yang ditugasi untuk membimbing, mengajar dan atau melatih para

peserta didik, mereka adalah tenaga pengajar, tenaga pendidik yang secara

khusus diangkat dari tugas utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah.7

Guru adalah kekuatan, sumber daya yang dapat menggerakkan

sesuatu. Jadi, guru dapat diartikan sumber daya manusia (SDM) atau pihak

yang bertanggung jawab terhadap proses kegiatan belajar-mengajar dalam

menentukan kualitas.

Menurut T. Hani Handoko, guru adalah sekelompok sumber daya

menusia yang ditugasi untuk membimbing dan melatih para peserta didik.8

4. Profesionalisme

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam kamus Inggris

Indonesia, profession berarti pekerjaan.9 Arifin dalam buku kapita selekta

pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama

dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang

diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.10

7

Wahyu Sudmijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Toeritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 271

8

T Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2012) hal. 37 9

John M. Echols dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996) hal. 449 10

(19)

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru

Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan

pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu

bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan

akademis yang insentif, jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian tertentu.11

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian yang berjudul hubungan antara rekrutmen guru dengan

profesionalisme guru di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Ketegan Tanggulangin

Sidoarjo, menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini memuat latar belakang masalah,

rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika pembahasan yang dibahas sebagai

pengantar untuk memasuki bab-bab berikutnya.

BAB II : Landasan teori, dalam bab ini peneliti membagi dalam 2 (dua)

masalah yang merupakan konsep untuk menjalankan teori yang

akan dihubungkan sebagai berikut: bahasan masalah rekrutmen

guru, meliputi pengertian, sistematika rekrutmen guru, faktor

11

(20)

pendukung dan penyebab di adakan rekrutmen dalam lembaga

pendidikan. Selanjutnya pembahasan tentang profesionalisme guru.

Kemudian hubungan antara rekrutmen guru dengan profesionalisme

guru.

BAB III : Dalam bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam

penelitian ini yang terdiri dari rancangan penelitian, identifikasi

variabel (variabel bebas dan variabel terikat), populasi, sampel,

teknis sampling, , prosedur pengumpulan data, pendekatan dan jenis

penelitian, analisa data, sumber data, hipotesis.

BAB IV : Laporan penelitian, yang berisi latar belakang obyek (sejarah

berdirinya, letak geografisnya, keadaan guru, siswa, keadaan sarana

dan prasarana), serta hasil laporan penelitian dan analisa data.

(21)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bahasan Tentang Rekrutmen Guru 1. Pengertian Rekrutmen

Secara umum Rekrutmen berarti proses mencari, menemukan, dan menarik

para calon karyawan untuk dipekerjakan dalam dan oleh organisasi. Menurut

Simamora rekrutmen adalah Serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar

kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan

guna menutup kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.

Andrew rekrutmen adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi

untuk mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan organisasi. Susilo Martoyo

rekrutmen diartikan sebagai upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga

kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhkan guna mencapai tujuan suatu

organisasi. Dari beberapa pengertian diatas maka disimpulkan bahwa rekrutmen

adalah sebuah cara, perbuatan merekrut atau pemilihan dan pengangkatan orang

untuk mengisi lowongan atau peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat

dan status tertentu pula. Jadi rekrutmen guru adalah proses pencarian dan

pemikatan para calon guru yang mampu untuk melamar sebagai guru.

Dalam rangka memiliki tenaga pendidik yang berkualitas sangat tergantung

pada kualitas proses rekrutmennya. Semakin baik prosesnya, semakin besar pula

(22)

14

sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah. Rekrutmen atau penerimaan tenaga

pendidik merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik pada

lembaga pendidikan, baik jumlah maupun kualitasnya, untuk kegiatan tersebut

diperlukan kegiatan penarikan. Menurut T. Hani Handoko mengemukakan bahwa

penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian dan pemikatan para calon

karyawan (tenaga pendidik) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan

(tenaga pendidik).12

Pengelolaan unsur manusia mulai dari perencanaan sampai pada tahap

akhir, pada intinya diorientasikan untuk tahap mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam organisasi. Dalam hal ini mencari dan mendapatkan calon-calon

tenaga kependidikan yang memenuhi syarat sebanyak mungkin.

Selain itu T. Hani Handoko mengemukakan, penarikan berkenaan dengan

pencarian dan penarikan sejumlah karyawan potensial yang akan di seleksi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi.13

Menurut Schermerhorn, rekrutmen adalah proses penarikan sekelompok

kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan

membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang yang

berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.

12

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi 2, (Yogyakarta: BPFE,

1987), hal. 69 13

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi 2, (Yogyakarta: BPFE

(23)

15

Menurut Ibrahim Bafadal rekrutmen tenaga pendidik merupakan satu

aktivitas manajemen yang mengupayakan didapatkannya seorang atau lebih calon

pegawai yang betul-betul potensial untuk menduduki posisi tertentu disebuah

lembaga.14 Sebagai bagian dari organisasi seluruh sumber daya manusia (SDM)

yang ada memang harus mendapatkan perhatian, karena mereka akan

memberikan kontribusinya masing-masing dalam pencapaian tujuan organisasi.

Dari pengertian diatas tentang rekrutmen, maka dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa rekrutmen adalah proses menghasilkan satu kelompok para

pelamar kerja yang memenuhi syarat untuk bekerja di dalam organisasi. Kegiatan

rekrutmen sebagai suatu proses selalu diikuti dengan seleksi untuk menemukan

kesesuaian kebutuhan dengan kemampuan pribadi sumber daya manusia (SDM).

Islam juga mendorong umatnya untuk memilih calon pegawai atau tenaga

pendidik berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan teknis yang

dimiliki.15 Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS, Al-Qashas

Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 21

15

(24)

16

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia

sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling

baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya".

Pemahaman kekuatan disini bisa berbeda sesuai dengan perbedaan jenis

pekerjaan, kewajiban, dan tanggung jawab yang dipikulnya. Amanah merupakan

faktor penting untuk menentukan kepatuhan dan kelayakan calon pegawai. Hal ini

bisa diartikan dengan melaksanakan segala kewajiban sesuai dengan ketentuan

Allah Swt dan takut terhadap aturan-Nya. Calon pegawai harus dipilih

berdasarkan kepatuhan dan kelayakan, persoalan ini pernah diingatkan Rasulullah

dalam sabdanya, “Barang siapa memperkerjakan orang karena ada unsur

nepotisme, padahal disana terdapat orang yang lebih baik dari pada orang

tersebut, maka ia telah menghianati amanah yang diberikan Allah Swt,

Rasul-Nya, dan kaum muslimin.16

Dalam riwayat lain Rasulullah Saw juga menyatakan tentang pentingnya

penerapan kaidah kepatuhan, penempatan, kelayakan pegawai, seperti yang

terdapat dalam Shahih Muslim sebagai berikut: “Ya Rasulullah mengapa engkau

tidak mengangkatku sebagai pegawai? Kemudian berkata: “ Wahai Abu Dzar,

sesungguhnya kamu itu lemah, sedang yang kamu minta itu adalah amanah, tidak

16

Ahmad fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, (Malang:

(25)

17

lain hal itu hanyalah kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang

yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban didalamnya.17

Dari hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan sebuah pelajaran, bahwa

standar pengangkatan pegawai adalah kualifikasi, kompetensi, kepatutan, dan

kelayakan seseorang untuk memikul tanggung jawab pekerjaan yang akan

diberikan kepadanya. Sebagaimana nasihat Rasulullah kepada sahabatnya

tersebut, bahwa jabatan bisa menjadi nikmat tetapi bisa pula membawa kehinaan

dan penyesalan, bahkan bisa mendatangkan bencana bagi orang lain. Misalnya

hancurnya sebuah lembaga pendidikan, atau lainnya. Mencari jabatan bukannya

jalan untuk mencari uang dengan cepat, tetapi jabatan adalah sebuah tanggung

jawab yang akan dimintai pertanggung jawabannya, baik selama masih di dunia

maupun nanti di akhirat.

2. Tujuan Rekrutmen

Tujuan umum rekrutmen adalah untuk memikat sekumpulan besar

pelamar kerja, namun kumpulan-kumpulan pelamar tersebut dapat menjadi

sedemikian besarnya sehingga sangat mahal untuk diproses. Perekrutan juga

perlu memikat pelamar-pelamar yang berbobot artinya yang berkompeten serta

professional dan sangat berminat dalam penerimaan penawaran.18

17

Ibid, hal 102 18

(26)

18

3. Alasan-Alasan Dasar

Merupakan kenyataan bahwa dalam suatu organisasi atau lembaga

pendidikan selalu terbuka kemungkinan untuk terjadinya berbagai lowongan

pekerjaan dan beraneka ragam penyebabnya, diantaranya yaitu:

a. Berdirinya organisasi baru

b. Adanya perluasan kegiatan organisasi

c. Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan baru

d. Adanya pekerja yang pindah keorganisasi lain

e. Adanya pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak

hormat

f. Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia pension

g. Adanya pekerja yang yang meninggal dunia.19

Dari ketujuh alasan tersebut suatu lembaga pendidikan yaitu sekolah

khususnya, melakukan rekrutmen tenaga pendidik karena mempunyai alasan

tertentu. Sehingga sekolah membutuhkan tenaga pendidik baru untuk mengisi

lowongan pekerjaan tersebut, agar kegiatan proses belajar mengajar (PBM) pun

dapat berjalan dengan lancar sebagaimana biasanya.

4. Analisa Pekerjaan

Analisa pekerjaan dapat menghasilkan informasi yang menyeluruh tentang

tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seorang pekerja berikut pekerjaan-pekerjaan

19

(27)

19

yang ada dalam sebuah organisasi dan persyaratan yang diperlukan agar dapat

mengerjakan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, analisa pekerjaan digunakan

untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan uraian pekerjaan dan

spesifikasi pekerjaan.

Spesifikasi pekerjaan (job spesifaction) menjelaskan minimum kualifikasi

yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu.

Informasi yang terdapat dalam speifikasi pekerjaan ada 3 (tiga) kategori, yaitu

sebagai berikut:

a. Persyaratan-persyaratan kualifikasi umum seperti pengalaman dan

pelatihan

b. Persyaratan-persyaratan pendidikan, termasuk pendidikan

menengah, Universitas atau kejuruan

c. Pengetahuan, keahlian-keahlian dan kemampuan.

Jadi dapat dipahami tujuan analisa pekerjaan adalah untuk menentukan

karakteristik personalia: latar belakang pendidikan, pengalaman, dan pelatihan

kejuruan agar kegiatan proses rekrutmen tenaga pendidik baru ini dapat berjalan

dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.20

1) Saluran-Saluran Rekrutmen

Untuk memperoleh tenaga pendidik yang benar-benar tepat bagi sekolah,

pihak sekolah bertanggung jawab untuk menyediakan sekumpulan pelamar yang

20

(28)

20

memenuhi syarat. Sedangkan penyedia (Tim Rekrutmen) bertanggung jawab

terhadap penentuan calon yang dipilih dari kumpulan itu. Agar efektif maka

perekrut harus mengetahui pegawai apa saja yang bakal di isi dan dimana

sumber daya manusia (SDM) yang potensial dapat dicari.

Menurut Ambar T. Sulistiyani dan rosidah saluran-saluran yang dapat

digunakan diantara:

a. Penawaran terbuka untuk suatu jabatan tertentu (job posting)

b. Persediaan keahlian atau daftar keterampilan (skills inventory)

c. Rekomendasi pegawai atau karyawan (referrals)

d. Sejumlah pelamar mendatangi langsung bagian rekrutmen

dilembaga pendidikan untuk mencari kerja (walks in)

e. Berupa surat-surat lamaran yang dikirimkan langsung kesekolahan

(writes in)

f. Pengiklanan meliputi: surat kabar, majalah, televisi, radio, dan

media lainnya (advertising).21

Dari berbagai macam metode atau saluran-saluran rekrutmen diatas, dapat

memudahkan para pelamar untuk mendapatkan informasi tentang lowongan

pekerjaan yag sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tentunya dengan

persyaratan yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.

21

(29)

21

2) Persyaratan Menjadi Tenaga Pendidik (guru)

Untuk melakukan rekrutmen tenaga pendidik, perlu kiranya kita mengkaji

ulang tentang berbagai persyaratan untuk menjadi tenaga pendidik. Sehingga kita

tidak keliru untuk mengangkat seseorang sebagai tenaga pendidik.

Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta tanggung

jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang

akan membedakan antara tenaga pendidik dengan manusia-manusia lain pada

umumnya. Adapun syarat-syarat bagi tenaga pendidik itu dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa kelompok.

a. Persyaratan administrative

b. Persyaratan teknis

c. Persyaratan psikis

d. Persyaratan fisik.22

B. Tinjauan tentang Profesionalisme 1. Pengertian Profesionalisme

Kata “Profesionalisme” berasal dari kata bahasa Inggris

professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional.23 Orang

profesional memiliki sikap yang berbeda, meskipun mereka mengerjakan

pekerjaan yang sama, akan tetapi hasilnya berbeda. Tidak jarang orang yang

22

Isjoni, Penegakan Aturan dan Kriteria dalam Kaitannya Rekrutmen Guru dan Kepala Sekolah di Propinsi Riau, dari http://www.isjoni.net/web/- isjoni.Net Powered by Mambo Generated: 16 Juni 2014

23

(30)

22

berlatar belakang pendidikan sama menampilkan kinerja profesional yang

berbeda, tergantung banyak orang yang menilainya.

Kata profesionalisme juga berasal dari kata sifat yang berarti

pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai

keahlian, seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain

pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat

dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan

pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain.24

Sedangkan yang dimaksud guru dalam hal ini adalah sebagai seorang

pendidik dan merupakan sosok manusia yang menjadi panutan bagi anak

didiknya dan juga merupakan sebagai penentu arah bagi kemajuan suatu

bangsa. Hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa guru adalah orang yang

memiliki kemampuan untuk mengajar atau orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar.25

Jadi guru adalah orang yang mendidik dan menagajar kepada siswa

untuk mengarahkan peserta didik dalam kehidupan yang akan datang yang

lebih baik. Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya

jabatan ini memerlukan keahlian khusus untuk menguasai bidang ilmu yang

24

Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru,1998), hal. 80.

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 2001),

(31)

23

secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan

umum. Artinya setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang

mendalam dalam spesialisasinya.

Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang penting di

samping keterampilan-keterampilan lain. Guru profesional selain menguasai

seluk-beluk pendidkan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainya, guru juga

dibekali pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki keahlian khusus

yang diperlukan sesuai dengan profesinya.

Karakteristik guru yang profesional sedikitnya ada lima karakteristik

dan kemampuan profesional guru yang harus dikembangkan, yaitu:

a. Menguasai kurikulum

b. Menguasai materi semua mata pelajaran

c. Terampil menggunakan multi metode pembelajaran

d. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya

e. Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya26

Selanjutnya dari hasil studi para ahli mengenai sifat atau karakteristik

profesi guru itu disimpulkan sebagai berikut:

a. Kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan akademik

26

(32)

24

Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Selain

itu, kemampuan intelektual didapat pula dari pelatihan khusus yang

berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi

Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan

bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi guru, tetapi guru yang

sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan

penguasaan metodologi pembelajaran.

c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang

lain atau klien

Pengetahuan itu bersikap aplikatif. Aplikasi ini didasarkan atas

kerangka yang jelas dan teruji. Makin spesialisasi seseorang, makin

mendalam pengetahuannya dibidang itu dan makin akurat pula layanannya

pada klien.

d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan (communicable)

Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru dalam

makna apa yang disampaikannya dapat difahami oleh peserta didik.

e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri (self

organization)

Istilah mandiri disini kewenangan akademiknya melekat pada

dirinya. Pekerjaannya dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain,

(33)

25

f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism)

Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya

pada saat bantuan diperlukan, baik dikelas, dilingkungan sekolah maupun

diluar sekolah sekalipun dia sedang istirahat.

g. Memiliki kode etik

Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam

bekerja,27 misalnya pada saat proses belajar mengajar. Bukan berarti kode

etik tersebut dalam aplikasinya hanya sebatas ketika guru sedang bekerja,

akan tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

disebabkan karena disamping sebagai pengajar, guru merupakan panutan

bagi anak didik dan masyarakat sekitarnya.

Menurut Sardirman AM dalam bukunya Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar mengemukakan tentang kode etik guru, antara lain :

1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-pancasila.

2) Guru memiliki kejujuran profesionalisme dalam menerapkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi

tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk

penyalahgunaan.

27

(34)

26

4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak

didik.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar

sekolahnya maupaun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

pendidikan.

6) Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan

meningkatkan mutu profesinya.

7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik

berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

8) Guru harus bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.28

Jadi guru profesional adalah guru yang senantiasa menguasai bahan

atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar,

serta senantiasa mengembangkannya kemampuannya secara berkelanjutan,

baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya.

28

Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(35)

27

Dengan cara demikian menurut Uzer Usman “Dia akan memperkaya

diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai

pengajar dalam intraksi belajar mengajar sehingga dengan kemampuannya

baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar ataupun penyampaian materi

pelajaraan bisa menyukseskan interaksi belajar mengajar atau pun proses

belajar mengajar”.29

Dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan profesinya dengan

cara memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai

pengetahuan yang menyangkut masalah proses belajar mengajar, seperti

kemampuan merencanakan pembelajaran, strategi pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran.

29

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002 ), hal

(36)

28

2. Syarat-Syarat Dan Kompetensi Guru

“Proses intraksi belajar mengajar merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas timbal balik yang

langsung dalam situasi pendidkan untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi

guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan ajaran, tetapi juga

dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta mengatasi

kesulitaan-kesulitan yang di hadapi oleh siswa. Dengan demikian di dalam intraksi

belajar mengajar dalam rangka menimbulkan motivasi belajar siswa, guru

bukan hanya saja sebagai pelatih dan pengajar tetapi juga sebagai pendidik

dan pembimbing”.30

Menurut Daradjat, dalam Djamarah (2000 : 32) bahwa untuk menjadi

guru harus memenuhi persyaratan seperti:

a. Taqwa kepada Allah SWT

b. Berilmu

c. Sehat jasmani

d. Berkelakuan baik.31

Menurut H. Mubangid bahwa syarat-syarat untuk menjadi pendidik

yaitu:

a. Dia harus orang yang beragama

b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteran agama.

30

R. Ibrahim, Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal 33-34.

31

(37)

29

c. Dia tidak kalah dengan guru-guru sekolah lainnya dalam membetuk negara

yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan

tanah air.

d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni (roeping) 32

Syarat yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pendidik atau

guru adalah orang dewasa yang berakhlak baik dan mempunyai kecakapan

mendidik. Mengingat tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleksnya,

maka profesi ini memerlukan persayaratan khusus, yang menurut Ali (1985)

untuk menjadi guru profesional persyaratan yang harus dipenuhi adalah :

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya

e. Memungkinkan perkembangannya sejalan dengan dinamika kehidupan

Kemampuan atau profesionalitas guru (termasuk guru agama) menurut

Mohammad Uzer Usman meliputi hal-hal berikut ini:

a. Menguasai landasan kependidikan

1) Mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan

32

(38)

30

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimamfaatkan dalam proses belajar mengajar.

b. Menguasai bahan pengajaran

1) Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan pendidikan dasar

dan menegah

2) Mengusai bahan pengayaan

c. Menyusun program pengajaran

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

2) Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran

3) Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

4) Memilih dan memamfaatkan sumber belajar

d. Melaksanakan program pengajaran

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

2) Mengatur ruangan belajar

3) Mengelola intraksi belajar mengajar

e. Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan

1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.33

33

(39)

31

Sesuai dengan kutipan di atas, maka seorang guru profesional adalah

guru yang mempunyai strategi mengajar, menguasai bahan, mampu menyusun

program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat.

Selain hal di atas guru juga mesti memiliki kemampuan dalam

membangkitkan motivasi bagi belajar siswa. Mengenai hal ini menurut

Ibrahim dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh guru

yaitu :

Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang

bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan pun dapat

dikurangi atau dihilangkan. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan

dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan

demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga,

memberikan sasaran antara lain ujian semester, ujian tegah semester, ulangan

harian dan juga kuis. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan

atau soal yang sulit yang hanya bisa dicapai siswa yang pandai. Agar siswa

yang kurang pandai juga bisa maka diberikan soal yang sesuai dengan

kepandaiannya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Dalam hal ini di lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa

persahabatan, punya humor, pengakuan keberadaan siswa dan menghindari

(40)

32

belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun

hadiah.”34

Adapun kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup

empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.35

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.36

c. Kompetensi Profesional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah

34

R. Ibrahim, Nana Syaodih S., op. cit., h..28

35

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Cetakan ke-3, (PT. Remaja RosdaKarya:

Bandung, 2008), hal 75. 36

(41)

33

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.37

d. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.38

Sejalan dengan kutipan di atas, maka profesionalitas guru adalah

rangka motivasi siswa untuk sukses dalam belajar akan terlihat dengan

kemampuan di dalam intraksi belajar mengajar yang muncul indikator

penggunaan metode dan media yang bervariasi, pemilihan bahan yang

menarik minat, pemberian kesempatan untuk sukses, penyajian suasana

belajar mengajar yang menyenangkan dan juga pengadaan persaingan sehat.

Bila profesionalitas guru yang memiliki indikator seperti diatas

direalisasikan di dalam interaksi belajar mengajar maka siswa akan aktif

mengikuti interaksi belajar mengajar, menyelesaikan tugas-tugas dengan

penuh kesadaran, mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada

37

E. Mulyasa, op. cit., hal 135. 38

(42)

34

kondisi yang seperti itu maka kesuksesan belajar dapat tercapai secara

maksimal.

3. Tugas Dan Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Suryosubroto peran dan tugas guru sebagai pendidik

profesional sebenarnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat

berlangsungnya interaksi edukatif didalam kelas, yang lazim disebut proses

belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator,

konselor dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang

dimilikinya..39 Namun dalam uraian kali ini kami batasi masalah proses

belajar mengajar sebagaimana telah tertuang dalam judul skripsi ini.

Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas pedagogis

dan administrasi. Tugas pedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan

memimpin. Moh. Rifai mengatakan bahwa:

“Didalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung

jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan

intruksi-intruksi dan tidak dibawah intruksi manusia lain kecuali dirinya

sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas”.40

Jadi setelah masuk kelas tugas seorang guru tidak hanya sekedar

menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi guru juga memimpin dan

bertanggung jawap penuh pada anak didiknya pada proses belajar mengajar.

39

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Disekolah Cetakan ke-1, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1997), hal 3.

40

(43)

35

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses

belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara

guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti

yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi

berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan

berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri

siswa yang sedang belajar.

Peran guru dalam proses belajar – mengajar , guru tidak hanya tampil

lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini,

melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan

manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari

peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan

mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk

bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih

tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran

belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh

(44)

36

manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan

Iain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat

dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini

guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu

dan mempermudah kehidupannya.

Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu

menjadi bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan

berbeda sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses

belajar mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor.

Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan

melaksanakan pengajaran di sekolah.

Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru

sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses

belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas,

supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan

disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru

sebagai demonstrator, manajer/pengelola kelas, mediator/fasilitator dan

evaluator:

a. Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,

guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang

(45)

37

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal

ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu

hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar.

Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian

ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai

bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga

mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya

ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak

didik.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara

aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului

antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang

memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan

guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian juga

keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam

mengajar.

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses

belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa

(46)

38

interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci

kesuksesan dalam mengajar.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media

pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan

merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan

merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber

belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan

proses belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah

ataupun surat kabar.

d. Guru sebagai evaluator

Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk

pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan

diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode

pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang

telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian

perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui

keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

(47)

39

atau penilaian, pendidik harus memperhatikan tiga aspek yang meliputi :

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik.

C. Hubungan antara rekrutmen guru dengan profesioanalisme guru

Rekrutmen yang efektif dipengaruhi oleh bagaimana organisasi dapat

melaksanakan sejumlah kegiatan ini didalam proses tersebut. Menurut Stoner,

kegiatan yang dilaksanakan dalam proses rekrutmen adalah sebagai berikut:

a. Menentukan dan membuat kategori kebutuhan sumber daya

manusia jangka pendek dan jangka panjang

b. Selalu memperhatikan perubahan kondisi didalam pasar tenaga

kerja

c. Mengembangkan media (promosi) rekrutmen yang paling

sesuai untuk menarik pelamar

d. Program rekrutmen kreatif, imajinatif dan inovatif

e. Menyimpan data tentang jumlah dan kualitas pelamar kerja

dari setiap sumber

f. Menindaklanjuti dari setiap permohonan pelamar kerja untuk

kemudian melakukan evaluasi efektivitas dengan upaya

rekrutmen yang telah dilakukan.41

Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional terjadi informasi

pendidik menyangkut penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat.

41

(48)

40

Pada proses ini harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu

membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas siswa.

Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses

pendidikan dari pengajaran ke paradigma pembelajaran (PP No.19 tahun

2005).42

Tujuan utama dalam proses rekrutmen adalah mendapatkan tenaga

kependidikan (guru) yang tepat bagi suatu jabatan tertentu sehingga orang

tersebut mampu bekerja secara optimal dan dapat bertahan disekolah untuk

waktu yang lama. Pelaksanaan rekrutmen merupakan tugas yang sangat

penting, krusial dan membutuhkan tanggung jawab yang besar. Hal ini karena

kualitas sumber daya manusia yang akan digunakan sekolah sangat

bergantung pada prosedur rekrutmen dan seleksi yang dilaksanakan. Proses

rekrutmen guru bisa dilakukan melalui empat kegiatan yaitu sebagai berikut:

a. Persiapan rekrutmen guru

Kegiatan pertama, dalam proses rekrutmen guru baru, adalah

melakukan persiapan rekrutmen guru baru. Persiapan rekrutmen guru

baru harus matang, sehingga melalui rekrutmen tersebut sekolah bisa

memperoleh guru yang baik. Kegiatan persiapan rekrutmen guru baru

ini meliputi:

1. Pembentukan panitia rekrutmen guru baru

42

(49)

41

2. Pengkajian berbagai undang-undang atau peraturan

pemerintah, peraturan yayasan yang berkenaan dengan

peraturan penerimaan guru, walaupun akhir-akhir ini telah

diberlakukan otonomi daerah

3. Penetapan persyaratan-persyaratan untuk melamar menjadi

guru baru

4. Penetapan prosedur pendaftaran guru baru

5. Penetapan jadwal rekrutmen guru baru

6. Penyiapan fasilitas yang diperlukan dalam proses rekrutmen

guru baru, seperti media pengumuman penerimaan guru baru,

format rekapitulasi pelamar, dan format rekapitulasi pelamar

yang diterima

7. Penyiapan ruang atau tempat memasukkan

8. lamaran guru baru

9. Penyiapan bahan ujian seleksi, pedoman pemeriksaan hasil

ujian dan tempat ujian.

b. Penyebaran pengumuman penerimaan guru baru

Begitu persiapan telah selesai dilakukan, maka kegiatan

berikutnya penyebaran pengumuman dengan melalui media yang ada

seperti brosur, siaran radio, surat kabar dan sebagainya. Sudah barang

tentu yang digunakan sebaiknya media yang dapat dengan mudah

(50)

42

baru yang baik berisi tentang waktu, tempat, persyaratan, dan prosedur

mengajukan lamaran.

c. Penerimaan lamaran guru baru

Begitu pengumuman penerimaan lamaran guru baru telah

disebarkan tentu masyarakat mengetahui bahwa dalam jangka waktu

tertentu, sebagaimana tercantum dalam pengumuman, ada penerimaan

guru baru disekolah. Mengetahui ada penerimaan guru baru itu, lalu

masyarakat yang berminat memasukkan lamarannya. Panitia pun mulai

menerima lamaran tersebut. Kegiatan yang harus dilakukan panitia

meliputi:

1) Melayani masyarakat yang memasukkan lamaran kerja

2) Mengecek semua kelengkapan yang harus disertakan

bersama suarat lamaran

3) Mengecek semua isian yang terdapat didalam surat lamaran,

seperti nama pelamar, alamat pelamar

4) Merekap semua pelamar dalam format rekapitulasi pelamar

Untuk melamar, seseorang diharuskan mengajukan surat

lamaran. Surat lamaran tersebut harus dilengkapi dengan berbagai

surat keterangan, seperti ijazah, surat keterangan kelahiran yang

(51)

43

(WNI), surat keterangan kesehatan dari dokter, surat keterangan

kelakuan baik dari kepolisian.43

Adapun proses rekrutmen lainnya yang harus dilakukan oleh

panitia perekrutan guru baru adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan rekrutmen

b) Strategi rekrutmen

c) Sumber-sumber rekrutmen

d) Penyaringan

e) Kumpulan pelamar pekerjaan

Dari beberapa proses kegiatan rekrutmen diatas dapat disimpulkan

bahwa strategi rekrutmen yang baik akan memberikan hasil yang positif bagi

sekolah. Dengan demikian, pengembangan dan perencanaan sistem rekrutmen

dan seleksi merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan oleh setiap

lembaga pendidikan agar proses yang berlangsung cukup lama dan

mengeluarkan biaya cukup besar tersebut menjadi tidak sia-sia karena

mendapatkan hasil yang berkualitas.

Menurut Sondang P. Siagian dalam proses rekrutmen secara

konseptual dapat dikatakan bahwa langkah yang segera mengikuti proses

rekrutmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian dari rekrutmen. Jika

proses rekrutmen ditempuh dengan baik, maka hasilnya ialah adanya

sekelompok pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin bahwa hanya

43

(52)

44

yang paling memenuhi semua persyaratanlah yang diterima sebagai pekerja

dalam organisasi yang memerlukannya.44

Perekrutan guru merupakan suatu yang integral dalam dunia

pendidikan, terutama dalam hal peningkatan profesionalisme guru. Sebagai

guru yang profesional dalam merealisasikan tugasnya, tidaklah cukup dengan

merencanakan, mengelola dan mengevaluasi saja. Seorang guru diharapkan

lebih intensif dalam hal pendekatan terhadap anak didiknya, baik waktu jam

pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Dengan demikian seorang guru akan

mengetahui problema-problema internal dan eksternal pada anak didiknya,

baik masalah pelajaran maupun masalah pribadinya yang menjadi kendala

bagi prestasi belajarnya. Pada momen seperti inilah seorang guru akan lebih

mudah untuk memberikan stimulus pada anak didiknya untuk meningkatkan

prestasi belajarnya.

Adapun karakteristik guru yang profesional sedikitnya ada lima

karakteristik dan kemampuan profesional guru yang harus dikembangkan,

yaitu:

1. Menguasai kurikulum

2. Menguasai materi semua mata pelajaran

3. Terampil menggunakan multi metode pembelajaran

4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya

44

(53)

45

5. Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya45

Dari keterangan diatas, setidaknya seorang guru yang profesional

harus memiliki empat kompetensi sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia.

3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.

Karakteristik dan kompetensi diatas memang tidak dapat terpisahkan

dari tenaga pendidik yang profesional, bahkan merupakan sesuatu yang harus

45

(54)

46

dimiliki bagi mereka. Apabila seorang tenaga pendidik tidak memiliki

sebagian karakteristik dan kompetensi diatas, maka seorang tenaga pendidik

belum dapat dikatakan sebagai guru yang profesional. Sehingga hal ini sangat

berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa di sekolah.

Dalam konteks ini guru merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas dalam proses pembelajaran. Menurut Gage (1964

:139), bahwa perilaku guru dipandang sebagai "sumber pengaruh", sedangkan

tingkah laku yang belajar sebagai "efek" dari berbagai proses, tingkah laku

dan kegiatan interaktif. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun bagusnya

kurikulum (official), hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan guru

dalam kelas "curriculum actual"46

46

(55)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi yang mengatur latar

penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik

variabel dan tujuan penelitian.47

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif. Metode

kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

Dengan metode kuantitatif, akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. Adapun variabel-variabel yang

terdapat dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrument/skala yaitu

rekrutmen guru dan skala profesionalisme guru.

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan jenis penelitian

lapangan (Field Research) jika dilihat dari jenis masalahnya, penelitian ini bersifat

kausal korelatif atau korelasi sebab akibat. Sesuai dengan rumusan masalah yang

dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau

tidaknya hubungan dan apabila ada, bagaimana hubungan rekrutmen guru dengan

47

(56)

47

profesionalisme guru di MTs. Salafiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo, yang

akan diteliti.

B.Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut

dari objek yang diteliti. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu

variable terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).

Variabel bebas atau variabel sebab adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lain yang sedang diteliti. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

rekrutmen guru yang dilambangkan dengan huruf X.

Variabel terikat atau variabel akibat merupakan variabel yang dipengaruhi

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru

yang dilambangkan huruf Y.

Kedudukan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Variabel bebas (X) : Rekrutmen guru

Gambar

      TABEL 1
  TABEL 2 Keadaan Guru
  TABEL 4 Keadaan Siswa
 TABEL 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Pertanyaan yang sama juga ditanyakan kepada guru D selaku guru bidang studi Al-qur’an Hadis dalam menanamkan sikap amanah terhadap peserta didik berkenaan dengan

Beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau nuclei basalis terbenam dalam massa substansi putih pada setiap hemisfer otak. Ganglia basalis tersusun dari

 Pada pekerjaan proyek, peralatan dan bahan konstruksi adalah dua sumber utama penyebab bahaya dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Setiap peralatan dan bahan yang

bagi penerima pelayanan KB, dan termasuk upaya untuk lebih menyeimbangkan penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Pokok kegiatan yang lain dari program ini adalah: 1)

Nilai positif menunjukkan sifat penolak (repelensi) sedang nilai negatif menunjukkan sifat penarik (atraktan) (Pascual-Villalobos dan Robledo 1998). Dengan demiki- an

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui adakah pengaruh keberadaan minimarket terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional

Akan tetapi terdapat pengecualian dalam Pasal 41, yakni dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan