• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efek Pemberian Preload Hes 200 Kd Dan Ringer Laktat Terhadap Hipotensi Pasca Anestesi Spinal Pasien Sectio Cesarea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Efek Pemberian Preload Hes 200 Kd Dan Ringer Laktat Terhadap Hipotensi Pasca Anestesi Spinal Pasien Sectio Cesarea"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN EFEK PEMBERIAN

PRELOAD

HES 200 KD

DAN RINGER LAKTAT TERHADAP HIPOTENSI

Pasca Anestesi Spinal Pasien Sectio Cesarea

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

FITHRIA NURUNISA 22010110110123

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

PERBEDAAN EFEK PEMBERIAN PRELOAD HES 200 KD DAN RINGER LAKTAT TERHADAP HIPOTENSI PASCA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CESAREA

Fithria Nurunisa*, Himawan Sasongko** ABSTRAK

Latar belakang: Dewasa ini sectio cesarea banyak menggunakan anestesi spinal. Pemberian preload cairan kristaloid maupun koloid dapat digunakan untuk mencegah komplikasi dari anestesi spinal yaitu hipotensi. Salah satu dari jenis cairan tersebut ialah Ringer Laktat dan HES 200 kD. Namun ada yang mengatakan bahwa penggunaan HES lebih baik dalam mencegah kejadian hipotensi daripada Ringer Laktat.

Tujuan: Mengetahui perbedaan efek pemberian preload 500 cc cairan koloid HES 200 kD dan cairan kristaloid ringer laktat terhadap kejadian hipotensi pasca anestesi spinal pasien sectio cesarea.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional retrospektif dengan studi cross-sectional. Sampel adalah 44 pasien yang memenuhikriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I menggunakan HES 200 kD dan kelompok II menggunakan Ringer Laktat. Penelitian dilakukan dengan cara mencatat data yang diperlukan dari rekam medis pasien RSUP Dr Kariadi Semarang. Data diolah dengan analisis menggunakan

software komputer. Uji statistik menggunakan Chi-Square dan derajat kemaknaan

P = 0,05. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil: Data sebaran umur dan status ASA berdasarkan jenis cairan dengan uji

Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna atau homogen. Pada

uji non-parametrik Chi-Square didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok I dan kelompok II (p = 0,488).

Simpulan: Terdapat perbedaan tidak bermakna terhadap kejadian hipotensi pada pemberian preload 500 cc HES 200 kD dan Ringer Laktat pasca anestesi spinal pasien sectio cesarea.

Kata kunci: preload, HES, Ringer Laktat, hipotensi, anestesi spinal, sectio cesarea.

*

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro **

(4)

THE DIFFERENT EFFECT OF PRELOAD HES 200 KD AND RINGER LACTAT TO HYPOTENSION AFTER SPINAL ANESTHESIA ON SECTIO CESAREA PATIENT

Fithria Nurunisa*, Himawan Sasongko** ABSTRACT

Background: Nowadays a lot of caearean sections use spinal anesthesia. Colloid and cristalloid fluid have been used to prevent hypotension as the complication of spinal anesthesia. One of them are HES 200 kD and Ringer Lactate. However some say that using HES more effective to prevent hypotension than Ringer Lactate.

Aim: To know the different effect of preload 500cc HES 200 kD and Ringer Lactate on hypotension number in caesarean section with spinal anesthesia. Methods: This study is a retrospective observational analytic with cross sectional study. Samples are 44 patients who fulfilled inclusive and exclusive criteria, then they are divided into two groups. Group I was given 200 kD of HES and group II was given Ringer Lactate. This study was done by taking the data from medical record of RSUP Dr Kariadi Semarang. Data were analyzed and processed by using computer software programe. The statistics test made used of Chi-Square and p degree of significance = 0,05. The results of the data analysis were presented in the form of tables.

Result: The characteristics spreading of age and ASA status with Mann Whitney test show no significant difference or homogen. The non-parametric Chi-Square test shows no significant difference between group I and group II (p=0,488). Conclusion: There is no significant difference of preload 500 cc HES 200 kD and Ringer Lactate on hypotension in caesarean section with spinal anesthesia.

Keywords: preload, HES, Ringer Lactate, hypotensi, spinal anesthesia, caesarean section.

*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University

(5)

PENDAHULUAN

Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perkembangan ilmu kesehatan. Hipotensi pada

parturien (kondisi tekanan intraabdominal tinggi) menyebabkan insidensi

penurunan tekanan darah 20 % lebih sering dibandingkan pasien lain.1 WHO menetapkan angka indikator sectio cesarea sebesar 5 ±15% di setiap negara. Namun pada kenyataannya, terdata oleh RISKESDAS bahwa angka sectio cesarea di Indonesia mencapai 15,3% yang artinya telah melewati batas angka maksimal ketetapan WHO.2Sectio cesarea didefinisikan sebagai salah satu cara melahirkan janin melalui sayatan pada dinding abdominal (laparatomy) dan dinding uterus

(hysterotomy).3

Setiap sectio cesarea membutuhkan tindakan anestesi. Berdasarkan studi kepuasan, didapatkan anestesi regional dan anestesi spinal lebih disukai perempuan daripada anestesi umum.4 Anestesi regional menjadi pilihan yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan anestesi umum berkaitan dengan meningkatnya angka kematian ibu setalah melahirkan. Selain itu terdapat keuntungan lain menggunakan anestesi regional termasuk menurunnya paparan dari obat ke janin, menurunnya resiko maternal pulmonary aspiration, pasien masih sadar saat tindakan operasi, dan pilihan menggunakan obat opioid spinal untuk meredakan nyeri pasca operasi masih dapat digunakan.5 Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional. Definisi anestesi spinal adalah memasukkan obat anestesi lokal ke ruang subarakhnoid untuk menghasilkan anestesi (hilangnya sensasi) dan blok fungsi motorik.6

Pada operasi sectio cesarea dengan teknik anestesi spinal, hipotensi merupakan efek samping yang paling sering dijumpai akibat blok simpatis dari obat anestesi lokal yang bekerja di dalam ruang subaraknoid.7 Pemberian preload (memberikan cairan sebelum tindakan) terbukti dapat menurunkan angka kejadian hipotensi. Pada beberapa penelitian terdahulu dikatakan bahwa preload dengan cairan koloid lebih efektif dibandingkan kristaloid dalam mencegah dan mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal. Hal ini karena cairan koloid memiliki

(6)

berat molekul yang relatif besar dan struktur kimia yang dapat mempertahankan tekanan onkotik sehingga lebih lama berada dalam ruang intravaskuler.8 Jenis ± jenis cairan koloid meliputi hydroxylethyl starch (HES), dextran, albumin, dan gelatin.9 Sedangkan jenis-jenis cairan kristaloid antara lain NaCl 0,9%, ringer ODNWDW ULQJHU¶V VROXWLRQ GDQ GH[WURVH 10

Hydroxylethyl starch merupakan cairan koloid sintetis yang paling umum

digunakan dalam bidang kedokteran karena reaksi anafilaksis yang ditimbulkan lebih kecil.9 HES memiliki berat molekul yang bervariasi. Semakin besar berat molekul cairan maka akan semakin lama bertahan dalam ruang intravaskuler.8 Molekul yang berada didalam ruang intravaskuler akan mempengaruhi desakan darah terhadap dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan dan volume darah meningkat, namun tingkatan dan durasi efek ini bervariasi tergantung berat molekulnya. Pada penelitian Zikiria dkk menunjukkan bahwa fraksi HES dengan berat molekul antara 100-300 kD bertindak sebagai penyumpal lebih baik daripada HES berat molekul < 50 kD atau > 300 kD.11

Preload cairan kristaloid yang biasa digunakan dalam tindakan sectio

cesarea salah satunya adalah ringer laktat. Tujuan penggunaan preload ringer

laktat adalah untuk meningkatkan dan menstabilkan volume sirkulasi yang menurun akibat vasodilatasi yang terjadi karena blok simpatis oleh anestesi spinal. Namun, dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa cairan kristaloid kurang bisa diandalkan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal.12

Jurnal penelitian terdahulu menyatakan bahwa pemberian cairan HES (koloid) sebelum dilakukannya tindakan anestesi spinal mempengaruhi penurunan kejadian hipotensi lebih baik dibandingkan dengan cairan ringer laktat (kristaloid).13 Dengan berat molekul besar, HES mempunyai keuntungan yaitu memperbaiki keadaan hemodinamik lebih baik tetapi mempunyai kerugian yaitu gangguan faktor koagulasi lebih besar dan kerja ginjal lebih berat.14 Penilaian hemodinamik salah satunya dapat dilihat berdasarkan kejadian hipotensi dan diukur melalui tekanan sistolik dan diastolik.15

Berdasarkan jurnal penelitian diatas didapatkan kesimpulan bahwa berat molekul yang lebih besar memberikan presentasi hemodinamik yang lebih baik

(7)

setelah tindakan anestesi spinal. Oleh karena itu penulis mencoba meneliti tentang pengaruh penggunaan cairan koloid HES 200 kD dan cairan kristaloid ringer laktat terhadap kejadian hipotensi sebagai parameter untuk menilai hubungan antara berat molekul dan jenis cairan dengan lama cairan preload bertahan di ruang intravaskuler.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berjenis retrospektif observational dengan studi

cross-sectional dan dilakukan di bagian catatan medik RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Jumlah sampel penelitian sebesar 44 data sekunder milik pasien yang dibagi menjadi dua kelompok penelitian sehingga masing-masing kelompok terdiri atas 22 sampel data. Sampel penelitian berupa catatan medik milik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dipilih menggunakan metode ³FRQVHFXWLYH VDPSOLQJ´.

Penelitian ini memiliki 2 kelompok sampel, yaitu kelompok dengan

preload HES 200 kD dan kelompok dengan preload ringer laktat. Kelompok I

adalah kelompok dengan cairan koloid HES 200 kD sebagai cairan preload anestesi spinal pada operasi sectio cesarea, sedangkan kelompok II adalah kelompok dengan cairan kristaloid ringer laktat sebagai cairan preload anestesi spinal pada operasi sectio cesarean.

Variabel pada penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.

Preload HES 200 kD dan preload ringer laktat sebagai variabel bebas, sedangkan

hipotensi sebagai variabel terikat.

Data penelitian telah diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi kemudian diedit, dikode, dimasukkan ke program komputer dan dicek kembali. Analisa menggunakann program SPSS Windows.

Analisa statistik inferensial atau uji hipotesis yang telah digunakan pada penelitian ini merupakan uji statistik beda proporsi yang bersifat non-parametrik, yaitu Chi-Square test karena kondisi tertentu pada penelitian ini salah satunya adalah jumlah sampel yang kecil.16 Nilai kemaknaan dari uji Chi-Square sebesar

(8)

0.05 dengan ketentuan, apabila didapatkan nilai S” PDND DGD SHUEHGDDQ \DQJ bermakna dan jika nilai S• PDND WLGDN DGD SHUEHGDDQ \DQJ EHUPDNQD

Seluruh data milik pasien telah diijamin kerahasiaan identitasnya dan telah mendapatkan Ethical clearance maupun ijin penelitian dari KEPK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang.

HASIL

Tabel 3. Sebaran umur dan status ASA berdasarkan jenis cairan

Variabel Jenis cairan p

RL HES 200 kD Umur 29,68 ± 5,575 28,77 ± 4,669 0,706¼ ASA I 7 (31,8%) 13 (59,1%) 0,069 II 15 (68,2%) 9 (40,9%) Keterangan : ¼ Mann Whitney

Dari tabel sebaran umur dan status ASA berdasarkan jenis cairan didapatkan untuk umur dan ASA mempunyai nilai p > 0,05 maka tidak didapatkan perbedaan bermakna atau dapat juga dikatakan sebaran data merata atau homogen.

Tabel 4. Analisis deskriptif

Jenis Cairan TDS Pre Anestesi Spinal TDD Pre Anestesi Spinal TDS Post Anestesi Spinal TDD Post Anestesi Spinal Total N 44 44 44 44 Mean 129,00 76,95 121,16 75,23 St. Deviation 15,047 10,783 12,947 8,072 Median 126,50 78,50 120,00 74,50 Minimum 100 43 100 60 Maksimum 60 110 150 90

(9)

Pada tabel diatas, didapatkan nilai total minimum kedua jenis cairan pada tekanan darah sistolik dan diastolik post anestesi spinal adalah 100/60 mmHg, sedangkan nilai total maksimum kedua jenis cairan pada tekanan darah sistolik dan diastolik post anestesi spinal adalah 150/90 mmHg.

Tabel 5. Crosstabs kejadian hipotensi

Ditemukan dua kejadian hipotensi (9,1%) dari 22 kasus sectio cesarea dengan tindakan anestesi spinal yang menggunakan cairan RL sebagai preload. Sedangkan untuk kasus sectio cesarea dengan tindakan anestesi spinal yang menggunakan cairan HES 200 kD sebagai preload, tidak ditemukan kejadian hipotensi (0%) 22 0 22 100,0% ,0% 100,0% 52,4% ,0% 50,0% 50,0% ,0% 50,0% 20 2 22 90,9% 9,1% 100,0% 47,6% 100,0% 50,0% 45,5% 4,5% 50,0% 42 2 44 95,5% 4,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 95,5% 4,5% 100,0% Count

% within Jenis Cairan % within Kejadian_ Hipotensi_Post % of Total Count

% within Jenis Cairan % within Kejadian_ Hipotensi_Post % of Total Count

% within Jenis Cairan % within Kejadian_ Hipotensi_Post % of Total HES 200kD RL Jenis Cairan Total Tidak Hipotensi Hipotensi Kejadian_Hipotensi_ Post Spinal Anestesi

(10)

Tabel 6. Uji non parametrik Chi-Square

Berdasarkan tabel diatas, terlihat pada Exact sig (2-sided) = 0,488. Dengan demikian p-Value hitung > p-Value alpha (0,05) sehingga Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna kejadian hipotensi antara preload HES 200 kD dan Ringer Laktat pada kasus sectio cesarea dengan anestesi spinal.

PEMBAHASAN

Keuntungan dari penggunaan cairan koloid adalah dapat menjaga stabilitas tekanan darah lebih baik dari kristaloid. Koloid sering digunankan dalam terapi cairan seperti substitusi akibat perdarahan ataupun preload cairan pada pasien anestesi regional. Salah satu penggunaan koloid adalah pada tindakan sectio

cesarea dengan anestesi spinal. Anestesi spinal memiliki komplikasi salah satunya

adalah terjadinya hipotensi. Namun kontroversi muncul di beberapa jurnal yang menyebutkan bahwa penggunaan koloid dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti acute kidney injury (AKI) dan dapat membahayakan fungsi ginjal. Hal inilah yang menjadi perhatian beberapa tenaga medis sehingga mereka tetap lebih memilih cairan kristaloid karena dianggap lebih aman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek terhadap kejadian hipotensi pada pasien sectio cesarea dengan anestesi spinal yang mendapat preload cairan kristaloid RL dan cairan koloid HES 200 kD sebanyak 500 cc. Data sekunder berupa catatan medik diseleksi sampai didapatkan 22 data pasien untuk setiap kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kedua

2,095 b 1 ,148 ,524 1 ,469 2,868 1 ,090 ,488 ,244 2,048 1 ,152 44 Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

(11)

kelompok merupakan pasien sectio cesarea dengan anestesi spinal yang diberikan

preload RL atau HES 200 kD. Kelompok I menggunakan cairan RL dan

kelompok II menggunakan cairan HES 200 kD.

Karakteristik pada pasien dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Namun berdasarkan perhitungan statistik menggunakan uji Mann Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna pada variabel umur dan status ASA pasien. Semua karakteristik tersebut memiliki nilai p > 0,05, maka kedua kelompok ini dapat dikatakan homogen dan dapat dijadikan suatu perbandingan.

Dua kejadian hipotensi (0.9%) dari 22 sample ditemukan pada kelompok dengan preload RL, sedangkan pada kelompok HES 200 kD tidak ditemukan satupun kejadian hipotensi (0%).

Pada uji hipotesis dengan non-parametrik Chi-square, nilai p-Value hitung > p-Value alpha (0,05) sehingga Ho diterima atau nilai p tidak signifikan, artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna kejadian hipotensi antara preload HES 200 kD dan ringer laktat (RL) pada kasus sectio cesarea dengan anestesi spinal.

Dengan demikian, hipotesis penelitian ini terjawab bahwa tidak terdapat perbedaan efek pemberian preload 500 cc cairan koloid HES 200 kD dan cairan RL terhadap kejadian hipotensi pasca anestesi spinal pasien sectio cesarea. Nilai P didapatkan tidak signifikan atau lebih dari 0,05 ( P = 0,488 ). Hal ini serupa dengan hasil penelitian dari Jabalameli et al bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kejadian hipotensi diantara ketiga kelompok yaitu kelompok dengan preload kristaloid (44%), koloid (40%), dan pemakaian ephedrine (46%).17 Teori tersebut juga sesuai dengan penelitian Elham Memary et al yang membuktikan bahwa didapatkan nilai P yang tidak signifikan ( P = 0,76 ) atau tidak didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap kejadian hipotensi antara tiga kelompok dengan preload normal saline (15%), Ringer Lactat (13%), dan Hydroxyethyl Starch (13%).18

Kejadian hipotensi digunakan dalam penelitian ini karena merupakan salah satu parameter penilaian yang mudah untuk melihat perubahan hemodinamik dan merupakan efek dari tindakan anestesi spinal dengan obat anestesi yang bekerja memblokade saraf simpatis sehingga diameter pembuluh darah perifer menjadi

(12)

vasodilatasi.19 Sedangkan preload HES dan RL berperan sebagai cairan yang dapat meminimalisir kejadian hipotensi akibat anestesi spinal.20 Cairan-cairan tersebut memiliki waktu paruh didalam intravaskuler sekitar 20-30 menit.21 Kriteria kejadian hipotensi sendiri ditentukan dengan melihat tekanan darah VLVWROLN ” PP+J DWDX DGD SHQXUXQDQ • GDUL QLODL baseline.22 Kendala dalam penelitian ini adalah waktu penelitian yang kurang panjang dan metode penelitian sebaiknya dengan eksperimental sehingga data yang didapatkan lebih mendekati keadaan yang ideal dan sebenarnya.

Pada penelitian ini, kami mendapatkan hasil diluar hipotesis dimana terdapat perbedaan bermakna penurunan tekanan darah pasca anestesi spinal dengan preload RL lebih baik dibandingkan dengan HES 200 kD yang cenderung stabil menjaga tekanan darah ( P ¨7'6 GDQ 3 ¨7'' .

0 50 100 150 Pre Post RL (TDS) HES 200 kD (TDS) RL (TDD) HES 200 kD (TDD) Gambar 6.

Perbedaan tekanan darah antara kelompok RL dan HES 200 kD.

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Aldy Heriwardito yang menyimpulkan bahwa pemberian coloading HES lebih baik dalam menjaga tekanan darah dibandingkan dengan RL saat anestesia spinal untuk sectio

cesarea.23 Pendapat serupa juga terdapat pada penelitian F.J. Mercier et al, yang

membuktikan preloading HES lebih baik menjaga stabilitas tekanan darah dibandingkan dengan preloading ringer laktat.24

Penelitian ini memiliki interval kepercayaan 90% karena adanya keterbatasan sampel yang dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menambah jumlah sampel dan menggunakan metode eksperimental sehingga dapat lebih menggambarkan

(13)

keadaan yang sebenarnya pada populasi. Selain itu penelitian ini dapat dikembangkan dan diperluas lagi untuk menjelaskan bagaimana perbedaan pengaruh cairan HES dengan ringer laktat atau jenis cairan kristaloid yang lain pada tindakan medis yang menggunakan teknik anestesi spinal seperti pada operasi apendiks maupun operasi lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak ditemukan kejadian hipotensi (0%) setelah pemberian preload 500 cc cairan koloid HES 200 kD pada anestesi spinal pasien sectio cesarea.

2. Ditemukan dua kejadian hipotensi (0,9%) setelah pemberian preload 500 cc cairan kristaloid ringer laktat pada anestesi spinal pasien sectio cesarea.

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kejadian hipotensi setelah pemberian

preload 500 cc cairan koloid HES 200 kD dan cairan ringer laktat pada anestesi

spinal pasien sectio cesarea.

4. Terdapat perbedaan bermakna penurunan tekanan darah antara kelompok RL dan HES 200 kD. Pada kelompok RL penurunan tekanan darah lebih baik dibandingkan dengan kelompok HES 200 kD. Sehingga dapat dikatakan bahwa cairan HES 200 kD lebih mampu menjaga stabilitas tekanan darah dibanding dengan cairan RL.

Pemakaian preload 500 cc Ringer Laktat dan HES 200 kD pada anestesi spinal pasien sectio cesarea dapat digunakan sebagai pencegah hipotensi dan menjaga stabilitas tekanan darah akibat anestesi spinal.

Penelitian lebih lanjut dengan angka sampel lebih banyak dan metode eksperimental dapat dilakukan dengan waktu pengukuran tekanan darah setelah anestesi spinal yang seragam sehingga lebih menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Himawan Sasongko, Sp.An. M.Si. Med.KNA, dr. Widya Istanto N,Sp.An.KAKV.KAR, dan dr. Jati Listiyanto

(14)

P,Sp. An.KIC, Bagian Catatan Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. %LUQEDFK '- %URZQH ,0 $QHVWKHVLD IRU REVWHWULFV ,Q 0LOOHU 5' 0LOOHU¶V anesthesia. 6th Ed. Pennsylvania: Elsevier Churcill Livingston; 2005. p326-29. 2. Suryati T. Percentage of sectio secaria in Indonesia is passed the maximum

standard, is it in accordance to medical indication. In: Buletin penelitian sistem kesehatan. 2012; 15(4): p331-38.

3. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Pouse D, Spong C. William obstetrics 23rd Ed.McGrawHill Professional ; 2009.

4. Afolabi B.B., Lesi F.E.A., Merah N.A. Regional versus general anaestesia for secarian section. In: A Cochrane review, prepared, and maintained by Cochrane Collboration and published in The Cochrane library, 2007. Issue 4. 5. Edward M, Maged J, Mikhail S, Michael J, Murray. Clinical anesthesiology

international edition. McGrawHill Professional; 2006.

6. Stoelting RK, Miller RD, eds. Fluid and blood therapy. In: Basics of anesthesia. 4th Ed. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2000. p233-46.

7. Rout CC, Rocke DA. Prevention of hypotension following spinal anesthesia for cesarean section. Int Anesthesiol Clin . 1994; 32: 117±35.

8. 8H\DPD + 7DQLJDPL + 0DVKLPR 7 <RVKLYD , ³HIIHFW RI FU\VWDOORLG DQG colloid preload on blood volume in the parturient undergoing spinal for elective caesDULDQ VHFWLRQ´ $QHVWKHVLRORJ\ -6.

9. Hall BA, Frigas E, Matesic D, Gillet MD, Sprung J. Case Report: Intraoperative anaphylactoid reaction and hydroxyethyl starch. In: Balanced electrolyte solution. Can J Anesthesia.2006; 53: 989-93.

10.Soenarjo, Marwoto, Witjaksono, Satoto H, Budiono U, Dwi Jatmiko H, dkk. Anestesiologi edisi kedua. PERDATIN; 2013.

(15)

11.Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S. Cairan Koloid. Panduan tatalaksana terapi cairan perioperatif. In: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia. 2009:120-30.

12.Braden H,Grynspan D, Naraine V and Nguyen E. Anesthesia and resuscitation In MCCQE 2000 review notes and lecture series page 7.pdf [cited 1 march 2014]. Available from http://www.freebookcentre.net/medical_books_ download/Anesthesia-resuscitation-%28PDF-26P%29.html.

13.Duggal, M.G. Chakankar, Mehrota A. Comparative evaluation of hydroxyethyl starch preloading, ringer lactate preloading and no preloading on prevention of hypotension following spinal anaesthesia in lower segment caesarean section a clinical study .In: JARBS [internet] .2012 [cited:2013 Sept 4] ; 4(1) : 68-72. 14.Standl T, Burmeister MA, Schroeder F, Currlin E, Schulte J, Freitag M, et al.

Hydroxyethyl Starch (HES) 130/0,4 provides Larger and Faster Increases in Tissue Oxygen Tension in Comparison with Prehemodilution Values than HES 70/0,5 or 200/0,5 in Volunteers Undergoing Acute Normovolemic Hemodilution. Anesth Analg. 2003; 96 : 936-43.

15.Satoto HH, Leksana E, Budiono U. Perbedaan pengaruh pemberian infus HES dengan berat molekul 40 kd dan 200 kd terhadap plasma prothrombin time dan partial thromboplastin time kajian pada pasien dengan perdarahan sampai 20% estimated blood volume. In: Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2009; vol 1:1. 16.Santoso I. Manajemen data untuk analisis data penelitian kesehatan.

Yogyakarta: Gosyen publishing; 2013.

17.Jabalameli M, Soltani HA, Hashemi J, Behdad S, Soleimani B. Prevention of post-spinal hypotension using crystalloid, colloid, and ephedrine with three different combinations: A double blind randomized study. Adv Biomed Res (serial online) 2012 [cited 2014 July 3]; 1: 36. Available from : http://www.advbiores.net/text.asp?2012/1/1/36/100129

18. Memary E, Mirkhesti A, Moghaddam M J, Abtahi D, Yaseri M, Kamali F. Comparison of the effects of pre-anesthetics administration of normal saline, ringer, and volvulen on the spread of block sensory block with hyperbaric bupivacaine spinal anesthesia. Anesth Pain Med (serial online) 2014 [cited

(16)

2014 July 3]; 4 (2) : e17939. Available from : http://www.NCBI.com

19.Covino BG, Scott DB, Lambert DH. Handbook of spinal anesthesia and analgesia. Fribourge: Mediglobe ; 1994.

20.Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S. Cairan Koloid. Panduan tatalaksana terapi cairan perioperatif. In: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia. 2009:120-30.

21.Sunatrio S. Larutan ringer asetat dalam praktek klinis, simposium alternatif baru dalam terapi resusitasi cairan. Jakarta: Bagian Anestesiologi FK UI; 1999. 22.JK Mitra, J Roy, P Bhattacharrya, M Yunus, NM Lyngdoh. Changing trends in the management of hypotension follow spinal anesthesia in cesarean sectio. Journal of postgraduate medicine [serial online] 2013. [cited 2014 July 4] ; 59 : 121-6. Available from : http://jpgmonline.com/text.asp? 2013/5912/121/113840.

23.Heriwardito A. Hemodynamic comparison of spinal anesthesia between coloading ringer lactate and HES 130/0,4 in caesarean section. In: Indonesian Journal of Anesthesiology and Critical Care [internet]. 2010 [cited 2013 sept 11]; 28(2).

24.F.J. Mercier, P.Diemunsch, A.-S. Ducloy-Bouthiors, A. Mignon. M.Fischles, J,-M. Malinovsky, F. Bolandard, A. G.Aya, M. Raucoules Aime, D Chassard, H. Keita, A,Rigouzzo, A. Le Govez. 6% Hydroxyethyl Starch (130/0.4) vs 5LQJHU¶V /DNWDW SUHORDGLQJ EHIRUH VSLQDO DQDHVWKHVLD IRU FHVDUHDQ GHOLYHU\ %U J. Anaesth . 2014. Available from : m.bja.oxfordjournals.org

Gambar

Tabel 3. Sebaran umur dan status ASA berdasarkan jenis cairan
Tabel 5. Crosstabs kejadian hipotensi
Tabel 6. Uji non parametrik Chi-Square

Referensi

Dokumen terkait

Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan promosi disebut biaya promosi (Philip Kotler, 2000). Sebelum perusahaan mengeluarkan biaya promosi, terlebih dahulu

Pada tahun 2013 terdapat 1 komplain dari Pindodeli tentang hasil pengujian kertas dengan metoda yang seharusnya berbeda. Solusinya dengan mengulang hasil uji dengan metoda yang

Untuk kasus volatilitas deterministik, Lagrangian forward rates yang diberikan oleh persamaan (3) adalah kuadratis, dan kemudian kondisi tanpa kehadiran arbitrase

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memberikan bukti empiris bahwa pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berpengaruh negatif terhadap apropriasi

karena dianggap merupakan tanda akan munculnya rambut gembel, rambut gembel dianggap sebagai anugerah sehingga hal tersebut bukan merupakan hal yang harus

Tes untuk hasil belajar menggunakan 10 soal pilihan ganda, sedangkan tes untuk tingkat berpikir kreatif menggunakan 2 masalah berupa uraian yang memungkinkan siswa

Pada penambahan 6% berat MgO ini, terbentuk fasa β ” yang lebih dominan jika dibandingkan dengan 0% dan 3% berat MgO, artinya dengan adanya penam- bahan 6% berat MgO ini

Berdasar uraian di atas, manfaat dijadikannya pancasila sebagai pandangan hidup bangsa antara lain untuk 1) mengatasi berbagai konflik atau ketegangan sosial, artinya ideologi