• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Numerik, Sistim Angka, dan Kesalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Numerik, Sistim Angka, dan Kesalahan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Numerik, Sistim Angka,

BAB I

dan Kesalahan

1.1.Pendahuluan

Metode Numerik merupakan suatu teknik/Metode penyelesaian permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan cara operasi hitungan (aritmatik). Pendekatan penyelesaian dengan metode ini dilakukan apabila penggunaan penyelesaian secara umum (analitis) sulit dilakukan. Hal-hal khusus yang dimiliki oleh metoda ini adalah: adanya proses penghitungan yang berulang-ulang (iteratif) yang membawa konsekwensi adanya alat bantu untuk proses otomatisasi dari iterasi tersebut yaitu (program) komputer. Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output berupa informasi. Sebelum suatu permasalahan bisa diselesaikan dengan bantuan komputer diperlukan langkah langkah antara lain: proses pemodelan matematis dari situasi nyata, penyediaan input dan data yang cukup bagi model, dan pembuatan algoritma program.

Di dalam bidang teknik sipil banyak contoh yang merupakan persoalan-persoalan yang memerlukan metode ini dalam penyelesaiannya, seperti: lendutan yang terjadi pada pelat lantai. (Struktur), gaya tekan air pada dinding kolam.(hidroteknik), kepadatan lalu lintas di suatu titik jalan.(Transportasi), gaya tekan tanah pada didinding turap(Geoteknik). Dan masih banyak persoalan lainnya yang tidak disebutkan di sini.

1.2. Sistem Angka dan Kesalahan

Dalam Kehidupan sehari-hari, angka yang dipergunakan berdasarkan pada sistem desimal. Misalnya contoh dari bilangan desimal, untuk angka 157:

157(10) = (1 x 100) + (5 x 10) + (7 x 1)

Perhatikan, Sekarang kita bisa mengetahui mengapa bilangan desimal ini sering juga disebut basis 10 bukan? Benar. Hal ini dikarenakan perpangkatan 10 yang didapat dari 100, 101, 102, dsb. Secara umum bentuk suatu bilangan berbasis 10 dinyatakan dalam bentuk persamaan di bawah ini.

N =(anan-1 ... a0)10=an10n + an10n-1 + . . . +a0100

dimana:

an : koefisien ke-n dari polinomial berbasis 10 (bilangan antara 0 sampai 9)

Data di dalam komputer berupa denyut listrik, dengan 1 (on) 0 (off). Karena hanya mengunakan dua digit 0 dan 1 maka dinamakan binary number system. Singkatan dari binary digit adalah bit

dipakai sebagai unit dasar ketika kita mengukur besarnya data, semua tombol pada keyboard

dikirim ke komputer dalam bentuk kode biner. Suatu bilangan bulat bukan negatif dalam sistem biner adalah.

N =(anan-1 ... a0)2=an2n + an2n-1 + . . . +a020

dimana:

(2)

BAB I. Metode Numerik, Sistim Angka, dan Kesalahan

Dengan demikian angka 157 dalam sistem binari. notasi 1 0 0 1 1 1 0 1 Nyala/padam nyala Biner 27 26 25 24 23 22 21 20 padam 157 = 1*27 +0*26 +0*25+1*24+1*23+1*22 +0*21+1*20 =128+0+16+8+4+0+1 157 = (10011101)2

Konversi bilangan bulat berbasis β kepada berbasis 10 dilakukan dengan menggunakan algoritma dengan koefisien:

an , an-1 , an-2. . . . ,a2 , an, ao

P(x)= anXn + an-1Xn-1 + . . . . + a2X2 +a1X +a0

Dan suatu bilangan β, maka perhitungan bilangan: bn , bn-1 , bn-2. . . . ,b2 , bn, bo bn = an bn-1 = an-1+ bn.β bn-2= an-2 +bn-1.β bn-3= an-3+ bn-2.β . . . bo =a0+b1.β

dengan demikian bo =p(β) hasil akhir contoh: (1101)2 b3=1 b2=1+1*2=3 b1=0+3*2=6 b0= 1+6*2=13 jadi bilangan (1101)2 =13 contoh: (10001)2 b4=1 b3=0+1*2=2 b2=0+2*2=4 b1=0+4*2=8 b0= 1+8*2=17 jadi bilangan (10001)2 =17

1.2.1. Konversi Bilangan Bulat Desimal Ke Sistem Bilangan Biner

Ada beberapa metode untuk mengkonversikan dari sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner. Metode yang pertama dan paling banyak digunakan adalah dengan cara membagi nilai 2 dan sisa setiap pembagian merupakan digit biner dari bilangan biner hasil konversi. Metode ini disebut metode sisa (remainder method).

(3)

45 : 2 = 22 + sisa 1

22 : 2 = 11 + sisa 0

11 : 2 = 5 + sisa 1

5 : 2 = 2 + sisa 1

2 : 2 = 1 + sisa 0

maka bilangan desimal 45 dalam sistem biner bernilai 101101

contoh:125 = ……2 125 : 2 = 62 + sisa 1 62 : 2 = 31 + sisa 0 31: 2 = 15 + sisa 1 15: 2 = 7 + sisa 1 7 : 2 = 3 + sisa 1 3: 2 = 1 + sisa 1

Maka bilangan desimal 125 dalam bentuk biner adalah 1111101.

1.3. Kesalahan (Error)

Dalam perhitungan menggunakan metode numerik ada potensi terjadinya kesalahan yang desebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

− Bawaan data: Kesalahan ini muncul akibat adanya kekeliruan dalam memberikan data dan kesalahan dalam mengambil asumsi terhadap data.

− Pembulatan (rounding): Kesalahan ini terjadi akibat penentuan jumlah angka di belakang koma. Misal :

bilangan 0.6123467 sebanyak 7 digit

Menjadi 0.612347 6 digit karena pembatasan alokasi digit bilangan.

Dalam bilangan berbentuk pecahan dikenal suatu istilah Angka signifikan, yang merupakan angka-angka yang terdapat dalam bilangan pecahan yang berpengaruh dalam perhitungan. Angka signifikan tersebut adalah:

1. Merupakan angka 1 s/d 9.

2. Angka 0 dibelakang koma sebelum ada angka 1 s/d 9 di abaikan.

Contoh, 0.0005813 memiliki 4(empat) angka signifikan, sedangkan 0.700124 mempunyai 6(enam) angka signifikan

− Pemotongan (chopping): Kesalahan oleh proses ini timbul pada angka pecahan, yang nilai diambil sebagai angka pecahan yang dinormalisir (mis. 543.8 menjadi 0.5438(103))

Pertanyaan yang timbul, apakah suatu bilangan mengalami pembulatan atau pemotongan dapat dilihat pada ilustrasi contoh berikut.Contoh bila ada bilangan x=2/3, dalam bentuk pecahan desimal adalah x=0.6666666 …, maka bila bilangan ini dinormailisasi akan menjadi:

1. x=0.67,

2. x=0.66 jika merupakan pemotongan.

jika x=0.67 proses yang terjadi merupakan pembulatan, sedangkan jika x=0.66 maka proses yang terjadi merupakan pemotongan.

1.3.1. Kesalahan Mutlak

Kesalahan mutlak dari suatu angka, pengukuran, atau perhitungan adalah perbedaan numerik nilai sesungguhnya terhadap nilaii pendekatan yang diberikan, atau yang diperoleh dari hasil perhitungan atau pengukuran. Penulisan rumusnya adalah seperti di bawah ini.

(4)

BAB I. Metode Numerik, Sistim Angka, dan Kesalahan

Kesalahan(Error) = Nilai Eksak - Nilai Perkiraan ξe=P - P* dimana: Ee : Kesalahan Absolut P : Nilai eksak P* : Nilai Perkiraan 1.3.2. Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif adalah kesalahan mutlak dibandingkan dengan terhadap nilai eksak yang terjadi.Penulisan rumusnya adalah seperti di bawah ini.

ξe= P Ee atau ξe= P *) P -P ( dimana:

ξe : Kesalahan relatif terhadap nilai eksak Ee : Kesalahan Absolut

P : Nilai eksak P* : Nilai Perkiraan

1.3.3. Prosentase Kesalahan

Prosentase kesalahan adalah prosentase kesalahan relatif dibandingkan dengan perkiraan terbaik yang terjadi. Penulisan rumusnya adalah seperti di bawah ini.

% 100 x * P ξ = a ξ dimana:

ξ : kesalahan terhadap nilai perkiraan terbaik P* : nilai perkiraan terbaik

Dalam operasi numerik, seringkali tidak bisa ditemukan nilai eksak berdasarkan proses perhitungan secara analisa sehingga yang dipergunakan adalah nilai pada langkah iterasi tertentu. Dalam menentukan kesalahan relatif dipergunakan nilai selisih antara iterasi yang terakhir (misal n+1 merupakan iterasi terakhir) dan iterasi sebelumnya (misal n). Sehingga dalam bentuk rumus sederhana akan terlihat seperti di bawah ini.

% 100 * * -* = +1 1 + x P P P a ξ n n n dimana:

P*n : nilai perkiraan pada iterasi ke – n P*n+1 : nilai perkiraan pada iterasi ke – n+1

(5)

Kecermatan atau besar/kecilnya suatu kesalahan relatif dari suatu pengukuran atau hasil perhitungan tergantung dengan angka signifikan dari bilangan. Misalkan pada proses pengukuran di bawah ini yang dilakukan pada obyek tulangan baja dan suatu badan jalan.

− pengukuran diameter 32 mm tulangan

− pengukuran 1.60 km jalan

Tulangan baja diukur pada nilai terdekat pada

10 1

satuan mm, sehingga kesalahan mutlak yang terjadi dari pengukuran diameter tulangan baja adalah sebesar 0.05 mm. Kemudian, pengukuran 1.60 km jalan, yang diukur terhadap nilai terdekat cm, menimbulkan kesalahan mutlak sebesar 0.5 cm. kesalahan relatif yang terjadi. Dari keadaan ini

− pada baja tulangan

640 1 = 32 05 . 0 = − pada jalan = 320000 1 = 160000 5 . 0 = Latihan

1. Konversikan bilangan biner di bawah ke dalam desimal. (111000011)2

(11010011)2

(10000011)2

2. Tentukan bilangan 256 ke dalam bilangan biner.

3. Tentukan kesalahan mutlak dan relatif dari suatu perhitungan yang mempunyai nilai eksak 1000,234 dengan nilai pendekatan sebesar 999,876.

Referensi

Dokumen terkait

Whistle blowing merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan baik yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa terhadap Pemerintah Desa dalam bentuk pengawasan langsung dan pengawasan tidak

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Fenome na me ningkatnya nilai ke- kuatan patah dengan bertambahnya kompo- sisi perekat baik perekat kulit kayu akasia maupun gambir disebabkan karena adanya kandungan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tahap -tahap pemaafan pada remaja yang ditelantarkan ayahnya, gambaran pemaafan pada remaja yang ditelantarkan ayahnya, faktor-faktor

Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Kek di Malaysia (2007) yang menjelaskan bahwa guru mampu meningkatkan basil belajar siswa karena terdapat aktivitas

Kelebihan yang disukai adalah munculnya pengeta- huan lokal dan pembangunan dinamika lokal untuk menfasilitasi komunikasi antara orang dalam (penduduk setempat) dengan orang luar

Diperlukan rancangan jaringan syaraf dengan sejumlah spesifikasi untuk identifikasi, yang terdiri dari sejumlah neuron dan input sehingga dapat digunakan untuk