• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran lembaga amil zakat, infak, dan sedekah (LAZIS) Baiturrahman Semarang dalam peningkatan ekonomi mustahik di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran lembaga amil zakat, infak, dan sedekah (LAZIS) Baiturrahman Semarang dalam peningkatan ekonomi mustahik di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAK, DAN

SEDEKAH (LAZIS) BAITURRAHMAN SEMARANG

DALAM PENINGKATAN EKONOMI MUSTAHIK

DI KELURAHAN TAMBAK REJO KALIGAWE

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Ekonomi Islam

Oleh:

KHOLISATUL ANWARIYAH NIM.112411110

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

(2)
(3)
(4)

MOTTO                                                                                                       

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat

siksa-Nya.1.

1 Departemen Agama R.I Al-Qur’an dan Terjemahnya Mushaf

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk mereka yang saya cintai dan sayangi, yang selalu hadir menemani setiap langkah perjalanan hidup dan dalam mengarungi hari-hari ini, baik dalam suka maupun duka. Kupersembahkan karya ini kepada mereka yang tetap ada untuk setia mendukung dan mendo’akan di setiap waktu. Terkhusus kepada: Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, hidayah, nikmat waktu dan kesehatan serta memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap aktivitas. Pembimbing yang saya hormati. Bapak H. Khoirul Anwar, M.Ag, selaku Pembimbing I dan Bapak H. Ahmad Furqon, Lc., MA, selaku Pembimbing II, yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan dari awal hingga akhir dalam proses penulisan skripsi ini. Bapak Darmanto dan Ibu Munafi’ah yang selalu memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan dan masa depanku. Dengan kasih sayang mereka, memberikanku lentera penerang jalan dalam menjalani perjalanan hidup ini, do’a mereka yang tak pernah putus adalah sumber kekuatanku dalam usaha meraih keberhasilan serta tak ada yang saya inginkan, selain melihat Bapak dan Ibu selalu tersenyum bahagia. Semoga Allah Swt. selalu melindungi dan memberkahi mereka berdua, dunia dan akhirat. Adik-adikku tersayang Muhammad Jalaluddin dan Nur Khafidhoh, semoga mereka juga dalam lindungan dan kasih sayang-Nya. Keluarga Besar LAZIS Baiturrhman Semarang, Kawan-kawan serta Asatidz, MA NU Nurul Huda. Semoga mereka semua selalu diberkahi oleh-Nya. Keluarga Besar KAMMI UIN Walisongo Semarang. Keluarga Besar Wisma Prestasi Qolbun Salim khususnya Wisma Al-Husna. Keluarga besar Mecsico ‘2011. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta Amalin, Arik, Latifah. Teman-teman Jaisyul Islam ‘2011. BesMan DPU.DT ‘2011 tercinta. Rekan-rekan KKN Posko 12 Desa Kedungwaru. Serta, kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini, yang tak dapat saya sabutkan satu persatu.

(6)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh pihak lain atau telah diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 21 Juli 2016 Deklarator

KHOLISATUL ANWARIYAH NIM. 112411110

(7)

ABSTRAK

Keberdayaan adalah sebuah taraf hidup yang di idam-idamkan bagi semua orang khususnya para masyarakat menengah kebawah atau biasa dikenal dengan miskin. Satu bukti bahwa salah satu swadaya pengumpul zakat yang telah mencoba dalam mengatasi masalah kemiskinan itu dalam programnya yaitu pemberdayaan ekonomi mustahik yang dilaksanakan oleh salah satu program yang bernama Kredit Usaha Barokah di bawah naungan yayasan Masjid Baiturrahman Semarang yang berdampak pada ekonomi mustahik sesudah adanya program tersebut.

Penelitian ini memfokuskan pada dua permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana langkah yang ditempuh oleh Lembaga Amil Zakat, infak dan, Sedekah dalam peningkatan ekonomi mustahik di Desa Tambak Rejo, Kaligawe Semarang? (2) Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan ekonomi mustahik? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adapun spesifikasi penelitian ini adalah studi kasus dan lapangan (cash study and field research).

Hasil dari penelitian ini adalah belum maksimalnya dalam peningkatan ekonomi pada program Kredit Usaha Barokah. Langkah yang diambil dalam peningkatan ekonomi mustahiknya, diantaranya: pertama, Penguatan karakter berbisnis, aspek produksi, dan pemasaran produk melalui workshop, pelatihan dan motivasi untuk berbisnis. Kedua. Pembinaan dan pendampingan dalam menjalankan program Kredit Usaha Barokah. Ketiga. Pengguliran modal kepada anggota Kredit Usaha Barokah didasarkan akad pinjaman tanpa bunga.

Faktor pendukung pelaksanaan program Kredit Usaha Barokah ini adalah sudah ada konsep panduan yang jelas tentang pelaksanaan Program Kredit Usaha Barokah (KUBAH), Loyalitas karyawan yang sangat tinggi, Sudah memiliki muzakki tetap. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terbatasnya dana yang tersedia, tingkat pendidikan yang tidak merata pada anggota kelompok, keterbatasan sarana transportasi, keterbatasan jumlah SDM.

Kata kunci: Zakat, Organisasi Pengelola Zakat, Pemberdayaan Ekonomi

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (LAZIS) BAITURRAHMAN SEMARANG DALAM PENINGKATAN EKONOMI MUSTAHIK DI DESA TAMBAK REJO, KALIGAWE, SEMARANG”.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada semua yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengorbanan baik secara moral, materil dan apapaun yang besar artinya bagi penulis. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor UIN Walisongo Semarang.

2. Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang dan Wakil Dekan serta segenap Dosen Pengampu di lingkungan fakultas.

3. Bapak Muhammad Nadzir, MSI, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam dan Bapak H. Ahmad Furqon, Lc., MA, selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi Islam.

(9)

4. Bapak H. Khoirul Anwar, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak H. Ahmad Furqon, Lc., MA, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan menyusun skripsi ini.

5. Semua Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.

6. Kedua orang tua tercinta (Bapak Darmanto, dan Ibu Munafi’ah). Yang telah memberikan segalanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan, yang setia melangkah bersama dalam suka maupun duka.

Terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan. Penulis hanya mampu berdo’a dan berikhtiar, semoga Allah membalas kebaikan untuk semua. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, masukan dan koreksian sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Semarang, 22 April 2016 Penulis

KHOLISATUL ANWARIYAH NIM. 112411110

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii PENGESAHAN ... iii MOTTO ... iv PERSEMBAHAN ... v DEKLARASI ... vi ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metode Penelitian... 12

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II ZAKAT, LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN PENINGKATAN EKONOMI MUSTAHIK A. Zakat ... 17

1. Pengertian Zakat ... 17

2. Dasar Hukum ... 20

(11)

4. Jenis dan Syarat Harta yang Wajib

Dizakati ... 25

B. Pengertian Amil, Lembaga Pengelola Zakat, dan Tugasnya ... 27

C. Pengelolaan Zakat ... 35

D. Distribusi Zakat ... 37

E. Pemberdayaan Ekonomi dan Peningkatan Ekonomi ... 40

F. Pendampingan ... 51

BAB III PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH (LAZIS) BAITURRAHMAN SEMARANG DALAM PENINGKATAN EKONOMI MUSTAHIK A. Gambaran Umum ... 55

1. Profil ... 55

2. Visi dan Misi ... 56

3. Program Kerja ... 58

4. Landasan Yuridis LAZIS Baiturrahman Semarang ... 61

5. Fungsi dan Tugas LAZIS Baiturrahman Semarang ... 63

6. Struktur Kepengurusan LAZIS Baiturrahman Semarang ... 65 B. Pola Pengelolaan Zakat di LAZIS

(12)

1. Pola Pengumpulan ... 70 2. Pola pendayagunaan dan Pendistribusian . 74 C. Pelaksanaan Program Kubah di Kelurahan

Tambak Rejo ... 79 BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

LAZISBA SEMARANG MELALUI

PROGRAM KUBAH (KREDIT USAHA BAROKAH) DI KELURAHAN TAMBAK REJO, KALIGAWE, SEMARANG

A. Analisis Peran Lembaga Amil Zakat LAZIS Baiturrahman Semarang melalui program KUBAH Di Kelurahan Tambak Rejo, Kaligawe Semarang ... 85 B. Analisis Faktor Penghambat dan Faktor

Pendukung Pelaksanaan Program KUBAH di Kelurahan Tambak Rejo, Kaligawe, Semarang 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94 B. Saran-Saran ... 95 C. Kata Penutup ... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang sulit diatasi bahkan sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Periode Maret 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta jiwa baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika dibanding periode September 2014, angka penduduk miskin bertambah 27,73 juta orang dengan prosentase (11,22 %). Sedangkan Tingkat pengangguran Terbuka (TP) di Indonesia pada Februari 2015 mencapai 5,81%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan dan pengangguran merupakan permasalahan yang sangat penting dan perlu perhatian yang lebih.1

Yusuf Qardhawi Islam memandang kemiskinan sebagai sesuatu yang membahayakan aqidah, akhlak, moral, keluarga, masyarakat dan mengancam kestabilan pemikiran. Sebab, seseorang yang terjerat kesulitan ekonomi, pada umumnya menyimpan kedengkian terhadap orang yang kaya. Bahkan ini, menurut Imam al-Nawawi sebagaimana dikutip dari Yusuf

1 http://www.bps.go.id/brs/view/id/1139. diakses pada tanggal 6

(14)

Qardhawi mampu melenyapkan kebaikan, memunculkan kehinaan, dan mendorong seseorang harus dianggap sebagai bencana dan segera ditanggulangi, salah satunya melalui pemberdayaan potensi Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS).2

Zakat merupakan salah satu rukun yang bercorak sosial-ekonomi dari lima rukun Islam. Dengan zakat, di samping ikrar tauhid dan shalat, seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya.3 Di dalam zakat terdapat dua dimensi peribadatan, yaitu dimensi vertikal yang hubungannya antara kaum muslim dengan Allah SWT, dan dimensi horizontal dimana seorang muslim itu akan selalu berhubungan dengan muslim yang lain.

Agar zakat mampu memberi pengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat, maka potensi zakat harus dioptimalkan. Pendistribusian zakat sebaiknya diprioritaskan untuk membangun usaha produktif bagi penerima zakat yang mampu mendatangkan pendapatan bagi mereka dan bahkan menyerap tenaga kerja. Lebih lanjut Didin Hafidhuddin mengatakan bahwa zakat yang dikelola dengan baik akan mampu

2 Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentasan Kemiskinan, Jakarta:

Gema Insani Press 1995, h. 3

3 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, cet. Ke-12, Jakarta: Lintera

(15)

membuka lapangan kerja dan usaha yang luas sekaligus penguasaan aset-aset umat islam.4

Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut “muzakki”, sedangkan orang yang berhak menerima zakat disebut “mustahik”. Zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan dan mempraktikkan pengorbanan diri serta kemurahan hati.5

Zakat sebagai institusi ekonomi umat dapat dikelola dan didistribusikan secara lebih baik. Tidak hanya diberikan dalam bentuk konsumtif, tetapi dapat dikembangkan dalam bentuk pemberian investasi (produktif), sehingga dengan demikian misi utama zakat untuk mewujudkan pemerataan terwujud. Upaya pendayagunaan harta zakat pada usaha-usaha yang bersifat produktif itu dimaksudkan agar mustahik tidak di didik menjadi masyarakat yang bersifat konsumtif.6 Sedangkan dalam dimensi ekonomi, zakat mencegah penumpukan harta kekayaan pada

4 Didin Hafifdhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta:

Gema Insani Press 2002, h. 15

5 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003, h. 75

6 Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat,

(16)

segelintir orang tertentu yang pada akhirnya akan berdampak pada ekonomi secara keseluruhan.7

Dana zakat yang disalurkan ke masyarakat atau tepatnya kepada mustahik lebih banyak digunakan untuk kepentingan konsumtif, artinya zakat yang bersumber dari para muzakki yang menunaikan zakatnya digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dimana kebutuhan itu akan habis setelah pemakaian atau pemanfaatannya, sehingga tidak bisa digunakan kembali untuk waktu berikutnya atau tidak produktif. Hal tersebut tidak menjadikan para mustahik untuk bisa keluar dari permasalahan ekonominya, karena hanya diberikan berupa dana yang tentunya habis setelah digunakan, tanpa dikelola sebagai modal usaha yang diharapkan mampu mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan taraf kehidupan keluarga, hal inilah yang disebut kegiatan produktif.8

Apabila dana zakat yang diberikan kepada mustahik, maka dana tersebut memiliki peran dalam peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sebenarnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat, karena mengkaji penyebab kemiskinan, ketiadaan modal kerja, dan sempitnya lapangan pekerjaan. Dengan

7 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi Ekonomi Islam dan

Format Keadilan Ekonomi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, h. 100

8 Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Islam, Yogyakarta:

(17)

temuan permasalahan itu, dana zakat dapat direncanakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif, artinya dana zakat yang digulirkan kepada mustahik, dapat digulirkan kepada berbagai usaha sehingga didapat penghasilan untuk kemudian dikembangkan lagi. Bermula dari pemberian zakat produktif berupa modal kerja, maka usaha yang dijalankan mustahik akan menghasilkan penghasilan, keuntungan, dan mengembangkan usahanya, serta digunakan untuk menabung guna kebutuhan di masa mendatang. Hal ini menjadikan bahwa zakat produktif sangat berperan dalam produktifitas mustahik.9

Agar penyaluran dana zakat produktif berjalan optimal, sebaiknya kegiatan penyaluran itu dilakukan oleh sebuah lembaga pengumpul, pengelola, dan penyalur dana zakat, yaitu lembaga Badan Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (LAZIS).

Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) NOMOR 38 TAHUN 2011 tentang pengelolaan zakat. Berbagai perkembangan positif telah terjadi pada pengelolaan zakat nasional. Sebuah organisasi yang menangani pengelolaan zakat adalah LAZ dan BAZNAS. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Badan Amil Zakat Nasional

9 Umrotun Khasanah, Manajemen Zakat Modern, Malang:

(18)

(BAZNAS) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.10

Salah satu LAZ yang ada di Semarang adalah Lembaga Amil Zakat Infak, dan Sedekah Baiturrahman. LAZIS Baiturrahman adalah lembaga zakat, infak dan sedekah yang bergerak dalam sosialisasi. Penghimpunan (fundraising) dan pendayagunaan dana sosial lainnya. Lembaga ini berada di naungan Yayasan Masjid Baiturrahman Semarang yang dilaunching pertama kali pada tanggal 10 Agustus 2010 sesuai dengan SK Yayasan Masjid Baiturrahman tanggal 23 Maret 2006 Nomor 015/SKEP/YMB/III/2006. Salah satu program LAZIS Baiturrahman dibidang ekonomi yaitu Kredit Usaha Barokah (KUBAH).

Kredit Usaha Barokah (KUBAH) merupakan program dari LAZIS Baiturrahman yang berupa pemberdayaan ekonomi kepada mustahik dengan pemberian bantuan modal untuk membiayai modal mustahik dengan akad qardhul hasan, pendampingan dan pelatihan-pelatihan. Adapun tujuan dari program ini yaitu untuk mengentaskan kemiskinan.

LAZIS Baiturrahman mempunyai 3 desa binaan yang berada di 2 kecamatan, yaitu Gunungpati dan Kaligawe. Dalam

10 UU nomor 23 tahun 2011, Tentang pengelolaan zakat, Di akses

(19)

kenyataannya pada tahun 2015 kelurahan tambak rejo menempati prosentase paling rendah dibanding 2 desa lainnya. Dengan modal, pembinaan, program yang sama namun memiliki hasil yang berbeda.

NO Desa Anggota Rp Prosentase

1 Jetis 17 Rp. 17.500.000 44,30%

2 Cepoko 12 Rp. 12.000.000 30,30%

3 Tambak rejo 10 Rp. 10.000.000 25,30% Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengkaji bagaimana peran Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Baiturrahman Semarang dalam peningkatan Ekonomi Mustahik di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah peran LAZIS Baiturrahman dalam peningkatan ekonomi mustahik di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang?

2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat LAZIS Baiturrahman dalam peningkatan Ekonomi mustahik di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang?

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran LAZIS Baiturrahman dalam peningkatan ekonomi mustahik.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Peningkatan Ekonomi Mustahik KUBAH (Kredit Usaha Barokah) di Kelurahan Tambak Rejo Kaligawe Semarang.

2. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian ini sangat berguna sebagai motivasi acuan dan evaluasi untuk lembaga ke depannya. Manfaat dari penelitan ini adalah:

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan penerapan bagi akademisi dari teori yang ada terutama pada ilmu Syari’ah dan Ekonomi Islam pada umumnya. Khususnya ilmu pengelolaan zakat dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pendayagunaan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah.

(21)

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Lembaga Amil Zakat Baiturrahman dan bahan evaluasi dalam pengelolaan dana zakat pada usaha mustahik ke depannya.

D. Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang relevan dengan skripsi ini yang membahas tentang pengelolaan zakat dan pemberdayaan masyarakat miskin, antara lain sebagai berikut:

1. Skripsi yang dibahas oleh saudari Resti Ardhanareswari, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia tahun 2008 yang berjudul “ Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Zakat yang Berpengaruh Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (studi kasus pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tuhiid Bandung) ”. Skripsi ini membahas tentang sumber dan penggunaan dana zakat untuk program pemberdayaan dengan menggunakan metode persentase DJ. Champion. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan analisis sumber dan penggunaan dana zakat dengan pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber dan penggunaan dana zakat cukup berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat.11

11

(22)

2. Skripsi yang dibahas oleh saudari Rifyatur Rohmawati, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 yang berjudul “ Pengaruh Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terhadap kesejahteraan Mustahik (Studi Kasus Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere-Depok Jawa Barat)”. Skripsi ini membahas tentang pengoptimalan penggalian dana zakat, infak, sedekah (ZIS) untuk mengurangi kemiskinan melalui pola pendayagunaan zakat yang diperuntukkan bagi usaha produktif yang lebih sistematis, berkesinambungan dan berjangka panjang. Dalam hal ini bentuk pemberian modal untuk usaha, lalu diberikan pembinaan dan pendampingan sampai mereka menjadi mandiri.12

3. Skripsi yang dibahas oleh Ikka Wahyuny, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta 2015 yang berjudul “Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) pada Badan Amil Zakat, Dompet Dhuafa dan Lazis Nahdlatul Ulama periode 2013“. Hasil dari penelitian ini bahwa OPZ memiliki kinerja yang efisien sebagai lembaga intermediasi namun masih terbatas, hal ini dikarenakan jumlah subjek pada penelitian yang

12

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21538-/1/RUFYATUR%20ROHMAWATI-FSH.pdf. Diakses pada 11 januari 2016. Jam 08.50

(23)

dilakukan hanya pada periode 2013 sehingga menyebabkan penilaian efisiensi terbatas pada tahun tersebut.13

4. Skripsi yang dibahas oleh saudara Abdur Rohim, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga 2013 yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata (Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY)” . Skripsi ini membahas tentang pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan desa wisata. Salah satu kota DIY yang sedang mengembangkan potensi pariwisata adalah Gunungkidul. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Keberhasilan desa wisata Bejiharjo, tidak terlepas adanya kerjasama antara pemerintah setempat untuk menggali potensi wisata, stimulan dana dari program PNPM Mandiri Pariwisata dan masyarakat desa Bejiharjo. Sehingga bisa menjadi desa wisata seperti sekarang ini dengan objek wisata unggulannya Gua Pindul.14

Skripsi yang penulis tulis memiliki perbedaan dan kesamaan. Beberapa perbedaannya ialah objek penelitian, dan

13

http:/digilib.uin-suka.ac.id/11230008_bab_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf. Diakses pada 11 januari 2016. Jam 09.15

14

(24)

hasilnya. Namun memiliki kesamaan, yaitu sama-sama meneliti tentang zakat produktif dan pemberdayaan masyarakat miskin. E. Metode Penelitian

Agar penelitian ini memiliki kriteria karya ilmiah yang bermutu, dan mengarah pada objek kajian serta sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam skripsi ini digunakan metode penulisan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah meneliti informan-sebagai subjek penelitian-dalam lingkungan hidup kesehariannya. Untuk itu peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara lebih dekat dunia mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan, secara apa adanya (wajar). 15

Qualitative research adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).16 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1992) penelitian kualitatif diartikan sebagai salah satu prosedur penelitian yang

15 Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta:

Erlangga, 2009, h. 23

16 Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Surabaya: PT.

(25)

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.17

Adapun spesifikasi penelitian ini adalah penelitian lapangan atau Field Research yakni penelitian yang dilakukan di lapangan atau dalam masyarakat, yang berarti bahwa datanya diambil atau didapat dari lapangan atau masyarakat untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, lingkungan sesuai unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.18 Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, akan suatu kasus secara terinci.19

2. Sumber Data

Kemudian penulis membagi sumber data yang digunakan ke dalam dua kelompok yaitu:

a. Sumber primer adalah sumber yang berasal dari responden, baik melalui wawancara maupun data lainnya. Sumber data primer saya dapatkan dari obyek penelitian yang saya teliti. Obyek penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Baiturrahman Semarang dan mustahik pada program Kredit Usaha Barokah KUBAH.

17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya 2002, h. 3

18 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada 1995, h. 22

19 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

(26)

b. Sumber sekunder adalah sumber data tambahan sebagai penunjang, berbagai bahan yang tidak langsung berkaitan dengan objek dan tujuan dari penelitian ini. Bahan tersebut diharapkan dapat melengkapi dan memperjelas data-data primer, seperti buku, artikel, dan lain-lain. 3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data ini dapat melalui:

a. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

b. Wawancara adalah suatu kegiatan Tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. 20

20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori & praktek,

(27)

c. Dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan yang lainnya.21 Metode ini digunakan untuk memperdalam pemahaman akan konsep teori yang terkait dengannya berikut profil badan atau lembaga yang bersangkutan. 4. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.22 penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu.23 F. Sistematika Penulisan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, yaitu dengan perincian sebagai berikut:

Bab 1 pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

21 Gunawan, Metode ..., h. 160

22 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1983, h. 18

23 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka

(28)

Bab II merupakan bagian yang mencakup tentang kerangka teori dari skripsi ini. Bagian ini akan mendeskripsikan tinjauan umum tentang lembaga amil zakat dan perannya, setelah itu akan dibahas bagaimana lembaga amil zakat ini mengelola dana zakat produktif pada usaha mustahik tersebut. Bahasan ini penting karena untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan oleh sekelompok mustahik ini sukses. Untuk itu dalam bab ini terdiri dari tiga sub bab, masing-masing-masing yaitu pengertian zakat dan tujuan, lembaga amil zakat dan perannya, pengelolaan zakat, distribusi zakat, pemberdayaan ekonomi mustahik.

Bab III bab ini akan menjelaskan tentang pelaksanaan program masyarakat berdaya pada program KUBAH bab ini terdiri dari dua sub bab masing-masing yaitu profil tentang Lembaga Amil Zakat Baiturrahman, pelaksanaan program KUBAH

Bab IV ini berisi tentang analisis peran LAZIS Baiturrahman dalam peningkatan ekonomi mustahik pada program KUBAH dan analisis tentang faktor pendukung dan penghambat usaha,,

Bab V merupakan penutup dari bab-bab yang sebelumnya, sehingga akan disampaikan kesimpulan kemudian diikuti dengan saran dan diakhiri dengan penutup.

(29)

BAB II

ZAKAT, LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT, DISTRIBUSI ZAKAT, DAN PENINGKATAN EKONOMI MUSTAHIK

A. Zakat

1. Pengertian Zakat

Kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Menurut lisan al Arab kata zakat mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Zakat menurut istilah fikih adalah sejumlah harta tertentu yang harus diserahkan kepada orang-orang yang berhak menurut syariat Allah.24

Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan disebut zakat, karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan dari kebinasaan. Atau dapat disimpulkan bahwa zakat adalah kewajiban bagi orang yang memiliki sejumlah kekayaan tertentu.25

Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa yang berhak menerima zakat dikumpulkan menjadi dua bagian:

a. Mereka yang membutuhkan di antara orang-orang Muslim, fakir, miskin, hamba sahaya, orang yang

24 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. Ke-5, 2011. h. 75

25 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, Yogyakarta: Idea Press

(30)

mempunyai banyak hutang untuk kepentingan mereka sendiri dalam membayar hutang, ibn sabil. Mereka diberikan hak zakat sesuai dengan kebutuhan.

b. Mereka yang dibutuhkan oleh orang-orang Muslim; pegawai zakat, Muallaf, orang yang mempunyai banyak hutang demi kepentingan orang yang memberikan hutang kepada mereka, dan fi sabilillah. Mereka diberikan hak zakat tanpa memandang kaya atau miskin.26

Infak adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutupi kebutuhan orang lain, baik berupa makanan, minuman, dan sebagainya; dengan kata lain mendermakan atau memberikan rezeki (karunia) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata.

Adapun waktu pengeluarannya di saat mendapat rezeki dari Allah dan tanpa ditentukan kadar jumlah yang harus dikeluarkan. Infak lebih khusus ditujukan pada sesuatu yang bersifat materiil, walaupun tidak terdapat ketentuan mengenai jenis dan jumlah harta yang akan dikeluarkan serta tidak pula ditentukan kepada siapa infak itu harus diberikan. Allah telah memberikan kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis, jumlah dan waktu pelaksanaan dari harta

26 Abdul Al-Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat, Jakarta: PT Raja

(31)

yang akan diinfakkan itu, dan dilakukan dengan rasa ikhlas kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ketentuan yang harus dilakukan dalam berinfak, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Harus didahulukan kepada orang-orang yang memiliki hubungan terdekat dengan orang yang berinfak. Misalnya kedua orang tua, kerabat dekat, dan seterusnya.

b. Setelah itu kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan.27

Sedangkan sedekah adalah pemberian dari seorang muslim secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu; sebagai kebijakan yang mengharap ridha Allah dan pahala semata. Dibandingkan dengan infak, sedekah mempunyai arti lebih luas, tidak hanya terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materiil kepada orang-orang miskin, tetapi lebih dari itu. Sedekah mencakup perbuatan kebaikan, yang bersifat fisik maupun non fisik. sesuatu dari seseorang kepada orang lain karena ingin mendapatkan pahala dari Allah.28

27 M. Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Islam,

Bandung: Angkasa Bandung, 2003, h. 38

28 Gus Arifin, Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: Elek Media

(32)

2. Dasar Hukum

Perintah berzakat sering muncul berdampingan sesudah perintah mendirikan shalat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan berzakat dalam Islam.29 Dan juga sangat penting untuk menjaga kestabilan ekonomi di suatu negara.

Dalil-dalil zakat, baik dari Al-Quran dan Sunnah diantaranya:

a. Dalil Al-Quran

1) Al-Quran Surat At-Taubah 60

                                          

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

29 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,

(33)

2) Surat At-Taubah 103                                 

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.30 b. Dalil Sunnah

: َلاَق اَمُهْ نَع يالله َييضَر يباَّطَلخْا ينْب َرَمُع ينْب ياللهيدّبَع ينَْحَّْرلايدْبَع ْيبَِأ ْنَع

َلا ْن َا يةَد اَهَش : ٍسَْخَ َىلَع ُم َلاْسلإْا َينُِب : ُلْوُقَ ي م ص يالله َلْوُسَر ُتْعيَسَ

يا

يّجَحَو ,يةأك َّزلايءاتْييا َو ,ية َلاَّصلا يم اَق ياَو يالله ُلْوُسَراًدَّمَُمُ َّن َا َو ُالله َّلايا هَل

)ملسمو يراخبلا هاور( .اَنَض َمَر يمْوَصَو ,يتتْيَ بْلا

Artinya: Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khathab ra. berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Islam itu dibangun di atas dasar lima pondasi: Persaksian bahwa tidak ada ilah, yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, membayar zakat, melaksanakan ibadah haji, berpuasa Ramadhan. (H.R. Bukhari Muslim)31

30 Departemen Agama R.I Al-Qur’an dan Terjemahnya Mushaf

Quantum Tauhid Bandung: MQS Publishing 2010, h. 196, 203

31 Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan, Mulakhkhas Fiqhi, Jilid 1,

(34)

3. Tujuan Zakat

Tujuan disyariatkannya zakat adalah sebagai berikut: a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar

dan kesulitan hidup dan penderitaan.

b. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang yang berutang, ibnu sabil, dan para mustahik lainnya. c. Membina tali persaudaraan sesama umat islam d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta.

e. Membersihkan sifat dengki dan iri hati dari orang-orang miskin.32

4. Hikmah dan Manfaat Pengelolaan Zakat Manfaat dari zakat:

a. Sebagai sarana menghindari kesenjangan sosial yang mungkin dapat terjadi antara kaum aghniya dan dhuafa. b. Sebagai sarana pembersihan harta dan juga ketamakan

yang dapat terjadi serta dilakukan oleh orang yang jahat. c. Sebagai pengemban potensi umat dan menunjukkan

bahwa umat Islam merupakan ummatan wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), dan tafakul ijti’ma (tanggung jawab bersama).

d. Dukungan moral bagi mualaf

32 Fahrur Mu’is, Zakat A-Z, Fahrur Mu’is, Zakat A-Z, Solo: Tinta

(35)

e. Sebagai sarana memberantas penyakit iri hati bagi mereka yang tidak punya.

f. Zakat menjadi salah satu unsur penting dalam “social distribution” yang menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang peduli dengan kehidupan umatnya sehari-hari. Selain itu, juga menegaskan tanggung jawab individu terhadap masyarakatnya.

g. Sebagai sarana menyucikan diri dari perbuatan dosa. h. Sebagai sarana dimensi sosial dan ekonomi yang penting

dalam Islam.

i. sebagai ibadah “maaliyah”.33

Prinsip zakat dalam tatanan sosial ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghidupi dirinya selama satu tahun ke depan bahkan diharapkan sepanjang hidupnya. Dalam konteks ini, zakat didistribusikan untung dapat mengembangkan ekonomi baik melalui keterampilan yang menghasilkan, maupun dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu prinsip zakat memberikan solusi untuk dapat mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan penumpukan harta sehingga menghidupkan perekonomian mikro maupun makro.34

33 Nurul huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 297.

34 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT Remaja

(36)

5. Jenis-Jenis Zakat

Zakat menurut jenisnya pada dasarnya terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Zakat Fithrah

Zakat fithrah adalah satu sha’ (2,5 kilogram) dari makanan pokok yang dikeluarkan oleh seorang hamba ketika selesai bulan Ramadhan. Zakat fithrah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah. Mulai diwajibkannya zakat fithrah adalah apabila matahari telah tenggelam pada malam ‘Ied.35

Akan tetapi zakat ini memiliki perbedaan dengan zakat lainnya. Jika zakat-zakat lainnya yang dikeluarkan merupakan bagian dari barang. Lalu dapat dikeluarkan baik berupa barang atau uang dengan nilai yang sama.36 b. Zakat Mal

Zakat harta (Zakat Mal) yaitu zakat yang diwajibkan kepada pemilik harta ketika terpenuhi syarat-syaratnya seperti nishab dan haul, walaupun tidak semua zakat mal ada nishab dan haul. Diantara jenis zakat mal:37

35 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fatwa-fatwa Zakat,

Jakarta: Darus Sunnah Press, cet. 1. 2008, h. 149

36 Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat, Bandung: tafakur

(kelompok Humaniora)-Anggota IKAPI Berkhidmat untuk Umat, 2011, h. 167

37 Gus Arifin, Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: Elek Media

(37)

1) Pertanian dan buah-buahan 2) Emas dan perak

3) Mata uang 4) Hewan ternak 5) Perdagangan

6) Harta terpendam dan Barang Tambang 6. Syarat-Syarat Harta yang Wajib Dizakati

a. Islam

Tidak wajib zakat bagi orang-orang kafir asli (yaitu yang terlahir sebagai orang kafir karena kedua orangtuanya kafir dan tidak pernah masuk islam).

b. Aqil, Baligh dan Mumayyiz (telah dapat membedakan mana yang baik dan buruk) zakat itu tidak diwajibkan kepada (anak kecil dan orang gila tadi) wajib dizakati. c. Merdeka dan tidak mempunyai tanggungan (yang

mengurangi objek zakat).

d. Untuk wajibnya zakat disyariatkan milik penuh. Milik penuh (tamlik) yaitu dimiliki oleh perorangan atau secara kelompok.

e. Mencapai nishab, yaitu kadar tertentu sesuatu yang terkena kewajiban zakat.

f. Waktunya sampai setahun atau haul, menurut ijma’, setahun merupakan syarat wajibnya zakat.

Zakat itu tidak wajib kecuali apabila ia memiliki nishab dan berlangsung selama satu tahun sebagai miliknya.

(38)

Syarat satu tahun itu tidak berlaku untuk zakat tanaman (hasil pertanian), buah-buahan, harta karun/ temuan (rikaz) dan semacamnya, zakatnya dikeluarkan pada saat memperolehnya, tanpa menunggu haul/setahun.

g. Lebih dari kebutuhan pokok, melebihi dari kebutuhan rutin/primer.

h. Diambil dari objek zakat

i. Tidak diperoleh dengan cara haram, seperti korupsi, mencuri dan lain-lain. Juga tidak ada zakat untuk harta yang memang haram seperti Babi, Anjing, Khamr, Narkoba.38

Yusuf Qardhawi mengemukakan beberapa persyaratan agar zakat dapat dikenakan pada harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu:

a. Kepemilikan yang bersifat penuh, bahwa harta yang dizakatkan berada dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki harta tersebut, dalam memanfaatkan harta maupun menikmati hasil dari harta tersebut.

b. Harta yang dizakatkan bersifat produktif atau berkembang c. Harta harus mencapai nishab

d. Harta harus lebih dari kebutuhan pokok, harta zakat harus lebih dari kebutuhan rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya secara wajar sebagai manusia.

38 Gus Arifin, Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: Elek Media

(39)

e. Harta zakat harus bebas dari sisa utang, harta yang akan dizakatkan harus bebas dari sisa utang.

f. Harta aset yang harus berada dalam kepemilikan selama setahun penuh (haul).

B. Pengertian Amil, Lembaga Pengelola Zakat dan Tugasnya 1. Amil Zakat

Amil adalah para pekerja yang telah diserahi penguasa atau penggantinya untuk mengurusi harta zakat. Mereka diberi zakat, walaupun orang kaya, sebagai imbalan jerih payahnya dalam membantu kelancaran zakat, karena mereka telah mencurahkan tenaganya untuk kepentingan orang-orang Islam. Menurut Quraish Shihab, dengan menafsirkan rangkaian kata “amilina alaiha” amil memperoleh bagian dari zakat karena dua hal. Pertama, karena upaya mereka yang berat, dan kedua karena upaya tersebut mencakup kepentingan sedekah.39

Adapun syarat-syarat menjadi amil zakat adalah:40 a. Orang Islam (muslim)

b. Orang dewasa yang sehat akal dan pikirannya (mukallaf) c. Orang jujur

d. Orang yang memahami hukum-hukum zakat

39 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, Yogyakarta: Idea Press

Yogyakarta, 2011, cet. I, h. 76

40 Mursyidi, Akuntansi Zakat kontemporer, Bandung: PT

(40)

e. Mempunyai kemampuan melaksanakan tugas f. Laki-laki

g. Bukan orang yang berstatus hamba sahaya 2. Lembaga Pengelola Zakat

Menurut pasal 1 ayat 2 Undang - Undang Nomor 23 tahun 2011. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan organisasi pengelola zakat adalah organisasi yang bergerak di bidang pengelolaan zakat, infak, maupun sedekah. Di Indonesia sendiri zakat di kelola oleh 2 lembaga yakni Badan Amil Zakat Nasional yang pengelolaan di urus oleh Pemerintah dan yang kedua adalah Lembaga Amil Zakat yang pengelolaanya di urus oleh masyarakat. a. Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS )

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 dan Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional. Mendefinisikan Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

Dalam tingkatanya Badan Amil Zakat Nasional memiliki tingkatan sebagai berikut:

1) Badan Amil Zakat Nasional, dibentuk oleh Presiden atas usul Menteri Agama;

(41)

2) Badan Amil Zakat Nasional Provinsi, dibentuk oleh Gubernur atas usul dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi;

3) Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten atau Kota, dibentuk oleh Bupati atau Walikota atas usul dari Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota; 4) Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ

adalah LAZ berskala nasional, dan LAZ berskala kabupaten/kota yang telah mendapat izin resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.41

Untuk memudahkan pelayanan zakat kepada masyarakat, maka dibentuklah Unit Pengumpulan Zakat (UPZ), yaitu suatu organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat yang mana hasil pengumpulan zakat oleh UPZ wajib disetorkan akatke BAZNAS Provinsi, atau BAZNAS Kabupaten/ Kota. Pembentukan UPZ ini diatur dengan Peraturan Ketua BAZNAS.

b. Lembaga Amil Zakat

Definisi Lembaga Amil Zakat (LAZ) terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014. Lembaga

41 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 03 Tahun 2014

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota. Diakses pada 27 April 2016 jam 18.41.

(42)

Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.42

Ada beberapa alasan mengapa zakat perlu ditunaikan melalui lembaga, yaitu antara lain:

1) Kalau setiap muzakki membayarkan zakat melalui lembaga, maka akan dapat dikikis sikap “egoisme” muzakki, yang seolah memandang harta zakat adalah miliknya semata.

2) Dengan adanya penyaluran zakat melalui lembaga, maka tidak akan terjadi proses “perendahan” mustahik. Karena mustahik tidak secara langsung berhubungan dengan muzakki.

3) Jika zakat diserahkan langsung oleh muzakki kepada individu mustahik, maka tidak dapat dicapai pemerataan, keadilan dan ketepatan sasaran.

4) Sudah menjadi fitrah manusia, apabila mengamanahkan dana besar maka seharusnya melalui “lembaga”, bukan kepada perorangan. Karena jika kepada perorangan yang muncul kemudian adalah rasa ketidakadilan masyarakat manakala dana besar diberikan kepada satu atau dua orang.

42 Undang-undang No 23 tahun 2011. Pasal 1. Diakses pada 10

(43)

5) Kalau tidak dikelola (melalui lembaga), maka potensi zakat yang besar tidak dapat dimobilisasi dan didayagunakan untuk keperluan strategis umat. 43

Kedua lembaga tersebut memiliki tugas yang sama, yakni mengumpulkan dan menyalurkan zakat. Dalam penyalurannya, Badan Amil Zakat wajib menyalurkan dana zakat yang telah dikumpulkan kepada yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan hukum islam.44

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia adalah badan amil zakat yang dikelola oleh Negara dan lembaga amil zakat yang dikelola oleh swasta. Meskipun dapat dikelola oleh dua pihak, yaitu Negara dan swasta, akan tetapi lembaga pengelola zakat haruslah bersifat:

1) Independent, lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan kepada orang-orang tertentu atau lembaga lain. Lembaga yang demikian akan lebih leluasa untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur.

43 Hidayat Nur Wahid, Zakat dan Peran Negara, Jakarta: Forum

Zakat, 2006, h. 60

44 Ahmad Rofiq, Kompilasi zakat, Semarang: Balai Penelitian dan

(44)

2) Netral, karena didanai oleh masyarakat, berarti lembaga ini adalah milik masyarakat, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lembaga tidak boleh hanya untuk menguntungkan golongan tertentu saja (harus berdiri diatas semua golongan). Karena jika tidak maka, tindakan itu telah menyakiti donatur.

3) Tidak berpolitik (praktis), lembaga ini jangan sampai terjebak dalam kegiatan politik praktis, hal ini perlu dilakukan agar donatur dari partai lain yakin bahwa dana itu tidak digunakan untuk kepentingan partai politik.

4) Tidak bersifat diskriminatif, kekayaan dan kemiskinan bersifat universal. Dimana pun, kapan pun, siapa pun dapat menjadi kaya atau miskin. Karena itu dalam menyalurkan dananya, lembaga tidak boleh mendasarkan pada perbedaan suku atau golongan, tetapi selalu menggunakan parameter-parameter yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara syari’ah maupun secara manajemen.45

Selain itu, pemerintah juga mendorong peran serta masyarakat untuk membentuk lembaga amil zakat yang sepenuhnya diurus atas prakarsa masyarakat sendiri, dan secara resmi diakui pemerintah. Mereka ini memenuhi

45 Umrotun Kasanah, Manajemen Zakat Modern, cet1, Malang: UIN

(45)

syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011. Bahwa pemerintah mengukuhkan, membina dan melindungi lembaga amil zakat dengan syarat memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaga berbadan hukum

2) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS 3) Memiliki pengawas syariat

4) Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya

5) Bersifat nirlaba

6) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat dan

7) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala46 c. Tugas Lembaga Pengelola Zakat

Secara umum, lembaga amil zakat memiliki fungsi mensosialisasikan zakat, mengumpulkan zakat, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, dan mengelola harta zakat. Melihat fungsi-fungsi tersebut

46 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

(46)

diketahui bahwa personil amil zakat memiliki tugas pokok antara lain:

1) Bidang sosialisasi memiliki tugas pokok menyampaikan dan menyadarkan masyarakat agar memahami dan mengamalkan ajaran zakat.

2) Bidang pengumpulan memiliki tugas pokok melakukan pendataan muzakki dan mengumpulkan harta zakat dari muzakki.

3) Bidang pendistribusian memiliki tugas pokok melakukan pendataan mustahik konsumtif dan melakukan pendistribusian zakat terhadap mereka. 4) Bidang pendayagunaan memiliki tugas pokok

melakukan pendataan mustahik produktif, mendistribusikan zakat kepada mereka, mendampingi, memotivasi, dan mengevaluasi pekerjaan mereka. 5) Bidang pengelolaan harta zakat memiliki tugas pokok

pencatatan, pembukuan dan menginventarisir harta zakat.47

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS memiliki fungsi:

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan . pendayagunaan zakat;

47 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, Yogyakarta: Idea Press

(47)

2) pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

3) pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan

4) pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.48

C. Pengelolaan Zakat

Istilah pengelolaan berasal dari kata mengelola yang berarti mengendalikan atau menyelenggarakan. Pengelolaan menyangkut proses suatu aktifitas. Dalam kaitannya dengan zakat, proses tersebut meliputi sosialisasi zakat, pengumpulan zakat, pendistribusian dan pendayagunaan, dan pengawasan. Dengan demikian yang dimaksud pengelolaan zakat adalah proses dari pengorganisasian sosialisasi, pengumpulan, pendistribusian dan

48 Undang-Undang No. 23 tahun 2011. Pasal 6 dan 7 tentang

(48)

pendayagunaan, dan pengawasan dalam pelaksanaan zakat.49 Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.50 Sedangkan lembaga dalam pengelolaan zakat maksudnya lembaga yang bertugas secara khusus untuk mengurus dan mengelola zakat.51

Dalam masalah pengumpulan zakat, Nabi telah mengarahkan para pengumpul dan pembayar zakat agar bertanggungjawab, memegang amanat dan bersikap lemah lembut.52

Dalam mengumpulkan apa yang semestinya, Abu Ubayd menegaskan bahwa hal itu harus dilakukan dalam bentuk kekayaan yang lebih para pembayar zakat. Karena itu, ia menyatakan bahwa jika seorang pembayar zakat menginginkan, ia dapat membayar zakat komoditas dalam bentuk komoditas lain atau dengan tunai yang sebanding.53

49 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, yogyakarta: Idea Press

Yogyakarta 2011, h. 6

50 Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 1 ayat 1 tentang

pengelolaan zakat. Diakses pada 27 april 2016 jam 07.45

51 Muhammad Hasan, Manajemen .., h. 37

52 Yasin Ibrahim al-syaikh, Kitab Zakat, Penerbit Marja.

Bandung:2008, h. 104

53 Sabahuddin Azmi, Menimbang Ekonomi Islam, Bandung:

(49)

Untuk memenuhi hajat para mustahik, Pengelolaan zakat haruslah berasaskan:54 1. syariat Islam; 2. amanah; 3. kemanfaatan; 4. keadilan; 5. kepastian hukum; 6. terintegrasi; dan 7. akuntabilitas.

Adanya Pengelolaan zakat, hal ini bertujuan untuk:

1. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan

2. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.55 D. Distribusi Zakat

Istilah pendistribusian, berasal dari kata distribusi yang berarti penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau kepada beberapa tempat. Yakni mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahik zakat secara konsumtif.56

54 Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 2 tentang

Pengelolaan Zakat. Diakses pada 7 Mei 2016. Jam 07.02

55 Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 3 tentang

Pengelolaan Zakat. Diakses pada 7 Mei 2016. Jam 07.08

56 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, yogyakarta: Idea Press

(50)

Islam menetapkan pembayaran zakat agar sebagian pendapatan kaum kaya dibagikan kepada kaum miskin yang karena ketidakmampuan individual atau kehidupan yang layak dengan usahanya sendiri. Sehingga dalam bahasa Al-Qur’an diungkapkan “kekayaan tidak hanya berputar pada kaum kaya diantara kamu.” 57

Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi harta dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. Zakat sebagai ibadah maaliyah mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah. 58

Pada hakikatnya, zakat merupakan bagian penting dari suatu sistem distribusi kekayaan yang diberikan Allah secara adil dan terperinci untuk manfaat kemanusiaan. Islam tidak menyetujui penimbunan dan penumpukan modal tak terbatas dan menolak pembagian yang sama rata dalam distribusi kekayaan karena kedua hal tersebut merupakan ketidakadilan.

Pemberian zakat kepada para mustahik, secara konsumtif dan produktif perlu dilakukan sesuai kondisi mustahik. Untuk mengetahui kondisi mustahik, amil zakat perlu memastikan

57 Yasin Ibrahim al-syaikh, Kitab Zakat,. Bandung: Penerbit Marja

2008, h. 48

58 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi Ekonomi Islam

dan Format Keadilan Ekonomi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, h. 1.

(51)

kelayakan para mustahik, apakah mereka dapat dikategorikan mustahik produktif atau mustahik konsumtif. 59

Pada pasal 2 UU No 23 Tahun tentang Pengelolaan Zakat ditegaskan bahwa:

1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Penggunaan dana zakat ke arah produktif adalah pemanfaatan zakat sebagai modal usaha produktif dengan memberikan dana bergulir kepada para mustahik yang produktif. Mustahik dipinjami modal dan diharuskan melaporkan dan mempertanggungjawabkan penggunaan modal kerja itu dalam waktu yang telah ditentukan, dengan kewajiban mengembalikan modal usahanya secara angsuran. Untuk kemudian modal kerja tadi, oleh Lembaga Zakat dikumpulkan dan pada waktunya diberikan lagi pada mustahik lain untuk mengembangkannya.60

59 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, yogyakarta: Idea Press

Yogyakarta 2011, h. 72

60 Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi (Tata Kelola Baru),

(52)

Untuk pendayaan dana zakat, bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk berikut: 61

1. Distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada para korban bencana alam. 2. Distribusi konsumtif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.

3. Distribusi bersifat produktif tradisional dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain sebagainya.

4. Distribusi dalam bentuk produktif kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil.

E. Pemberdayaan Ekonomi dan Peningkatan Ekonomi

Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut: (1) bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor produksi; (2) pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran; (3)

61 Arief Mufraini, Akuntansi Manajemen Zakat, Jakarta: Prenada

(53)

kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan (4) pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya (Prijono dan Pranarka, 1996).

Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the powerless).62

Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, berasal kata ”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.63

Menurut Sumodiningrat, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat

62 Effendi m. Guntur, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Sagung

Seto, Jakarta: 2002, h. 4

(54)

lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.64

Pemberdayaan dalam arti lain adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok yang lemah dalam masyarakat, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran atau potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi sebuah tindakan yang nyata. Seperti individu yang mengalami perekonomian lemah atau miskin.65

Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan. Pertama, pilihan-pilihan personel dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan. Kedua, pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. Ketiga, Ide atau gagasan: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga

64 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,

Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2002, h. 9

Referensi

Dokumen terkait

19 Juli 2019 Pada hari kelima, penulis masih diberikan tugas yang sama yaitu membuat template desain foto untuk setiap foto yang akan diposting di sosial media

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu luas dan keluar dari tema persoalan, maka dalam hal ini penulis membatasi pada bahasan metode fundraising dan

Konstruksi wartawan atas realitas menempatkan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih benar dari tokoh lain,

Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara; penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi

Dalam bab IV ini berisikan analisis untuk mengetahui bagaimanakah kebijakan LAZIS Baiturrahman Semarang tentang bonus 10% yang diberikan kepada marketing zakat dan apa

Bab III, pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum tentang film The Last Samurai meliputitokoh-tokoh, representasi nilai-nilai bushido pada kaum samurai, dan pengaruh

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami respon dan pemahaman tukang becak tentang pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan Pemkab Banyuwangi dalam menunjang keberhasilan

Sebaiknya di saat layanan internet sedang tidak di gunakan, anda ganti koneksi jaringan 3G tersebut ke jaringan 2G, karena koneksi jaringan 2G hanya menyerap sedikit