• Tidak ada hasil yang ditemukan

AWAL MULA SEJARAH PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AWAL MULA SEJARAH PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEJARAH WAJIB

AWAL MULA SEJARAH PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA

Anggota Kelompok XI IIS 3 : 1. Adha Ratia Mardani (01) 2. Aisyah Rizky Syahrani (02) 3. Indah Mayasari (10) 4.Indriyani Putri Nur Hapsari (11) 5. Putri Lishia Irfan Hakim (18) 6. Vebi Savera (24)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia – Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Wajib ini sesuai waktunya.

Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami pelajaran Sejarah yang merupakan judul dari Makalah kami, yaitu “Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris Di Indonesia”

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah Wajib ini masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari guru mata pelajaran Sejarah agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Karanganyar, 3 Agustus 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN

Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia...3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...11 B. Saran...12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam pertengahan tahun 1811, armada Inggris, dengan kekuatan 100 kapal dan 12.000 tentara dibawah Jenderal Auchmuty mendarat dipantai Cilincing. Tentara Belanda tidak mampu untuk menghadapi kekuatan pasukan Inggris. Di Desa Tuntang (dekat Salatiga), Belanda menyerah kalah kepada Inggris. Belanda harus menandatangani Kapitulasi Tuntang yang berisi hal-hal berikut ini :

a. Pulau Jawa dan daerah sekitannya yang dikuasai Belanda, jatuh ke tangan Inggris. b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris

c. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahaan Inggris.

Berdasarkan kapitulasi Tuntang ini, Indonesia diperintah oleh Inggris. Gubernur Jenderal EIC (East Indian Company) Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta, India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur untuk Jawa dan sekitarnya. Tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan dan keuangan.

Setelah pemerintahan Hindia Belanda digantikan oleh pemerintahan Inggris, yaitu pada tahun 1811, Inggris mulai menanamkan kekuasaannya di Indonesia. Pada masa pemerintahan Inggris yang paling terkenal adalah masa pemerintahan Raffles. Masa pemerintahan Inggris terbilang cukup singkat yaitu hanya lima tahun terhitung mulai tahun 1811 sampai dengan 1816. Tujuan utama Raffles adalah untuk mengembangkan kekuasaan Inggris. Kebijakan Raffles yang terkenal adalah sistem sewa tanah, yaitu sistem pertanian dimana para petani atas kehendaknya sendiri menanamdagangan (cash crops) yang dapat diekspor keluar negeri.

(5)

dilaksanakan oleh Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih memudahkan pembahasan materi, maka kami membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem sewa tanah, tujuan pelaksanaannya, serta kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles?

2. Bagaimanakah pelaksanaan sistem tanam paksa, pelaksanaan sistem tanam paksa, serta penghapusan (dampak) tanam paksa?

3. Apa perbedaan sistem sewa tanah dan sistem tanam paksa, di lihat dari faham yang mendasari, perangkat pemerintahan pelaksana, kedudukan dan pola kerja rakyat, serta tanaman dan sistem perdagangannya?

C. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui latar belakang dan tujuan pelaksanaan sistem sewa tanah serta kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles.

2. Dapat mengetahui latar belakang dan pelaksanaan sistem tanam paksa serta penghapusan (dampak) tanam paksa.

3. Dapat mengetahui perbedaan sistem sewa tanah dengan sistem tanam paksa.

BAB II

(6)

PEMBAHASAN Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris Di Indonesia

Tidak lama setelah kepergian Gubernur Jenderal Daendels dari Indonesia, Jawa diduduki oleh Inggris dalam tahun 1811. Zaman pendudukan Inggris ini hanya berlangsung selama lima tahun, yaitu antara tahun 1811 dan 1816, akan tetapi selama waktu ini telah diletakakan dasar-dasar kebijaksanaan ekonomi yang sangat mempengaruhi sifat dan arah kebijaksanaannya pemerintahan kolonial Belanda yang dalam tahun 1816 mengambil alih kembali kekuasaan dari pemerintah kolonial Inggris. Azas-azas pemerintahan sementara Inggris ini ditentukan oleh Letnan Gubernur Raffles, yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di India. Pada hakekatnya Rafless ingin menciptakan suatu sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan yang dahulu melekat pada sistem penyerahan paksa dan pekerjaan rodi yang dijalankan oleh kompeni Belanda (VOC) dalam kerjasama dengan raja-raja dan para bupati. Thomas Stanford Rafless menyebut Sistem Sewa tanah atau dikenal juga dengan sistem pajak bumi dengan istilah landrente.

Peter Boomgard (2004:57) menyatakan bahwa: Kita perlu membedakan antara landrente sebagai suatu pajak bumi atau lebihtepat pajak hasil tanah, yang diperkenalkan tahun 1813 dan masih terus dipungut pada akhir periode colonial, dan landrente sebagai suatu sistem, yang berlaku antara tahun 1813 sampai 1830 ´Sistem sewa tanah yang dijalankan oleh Inggris, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Stamford Raffles ini, Dalam usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial yang baru, Raffles ingin berpatokan pada tiga asas, antara lain:

a. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;

b. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan bagian integral dari pemerintahan colonial dengan fungsi-fungsi pemerintahan yang sesuai, perhatian mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(7)

atas pemakaian tanah pemerintah. Untuk menentukan besarnya pajak, tanah dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

a) Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil bruto; b) Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga darihasil bruto; c) Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per lima dari hasil bruto; 2.2 Pelaksanaan Sistem sewa tanah

a. Faham yang Mendasari Gagasan dan cita-cita

Liberal adalah hasil pengaruh dari Revolusi Perancis yang dibawa Sir Thomas Stamford Raffles ke Indonesia yakni prinsipkebebasan, persamaan, dan persaudaraan dinilai membawa kehidupan rakyat lebih baik. Kebebasan, Raffles ingin menciptakan suatu sistem ekonomi yang bebas dari unsur paksaan, penyerahan wajib dan kerja rodi pada masa VOC. Raffles ingin memberikan kepastian hukum tentang posisi para petani dan rakyat serta kebebasan berusaha dalam menanam tanaman dan perdagangan. Menurutnya sistem paksaan masa VOC telah mematikan daya usaha rakyat Indonesia sehingga tidak banyak keuntungan yang diperoleh VOC. Oleh sebab itu masa Raffles diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang dikehendaki. Selain itu terdapat prinsip persamaan dalam hal ini peranan bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan bagian yang integral dari pemerintah kolonial dengan asas-asas pemerintahan model negeri barat. Pemusatan pada pekerjaan umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Sedangkan dasar kebijakan Raffles yakni berdasarkan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah, para petani sebagai penyewa milik pemerintah. Untuk penyewaan diwajibkan membayar sewa tanah berupa mata uang yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan produksi pertanian akan bertambah dengan rangsangan penanaman tanaman perdagangan, serta pajak yang diterima oleh pemerintah akan bertambah dan menjamin arus pendapatan Negara yang stabil. Pengenalan sistem administrasi Eropa yang efektif mengenai kejujuran,ekonomi, dan keadilan merupakan dasar perubahan sosial budaya kehidupan masayarakat Jawa dicontohkan menggantikan ikatan adat tradisional dengan ikatan kontrak, dihapuskannya peranan bupati sebagai pemungut pajak, dapat dikatakan dari pemerintahan tidak langsung menjadi pemerintahan langsung. Raffles dalam melaksanakan cita-citanya tidak melihat situasi dan kondisi Tanah Jawa, secara pandangannya disamakan antara Jawa dengan India. Hal ini membuat ke tidak berhasilan sistem.

(8)

b. Pelaksana Sistem Sewa Tanah

Sewa tanah diperkenalkan di Jawa semasa pemerintahan peralihan Inggris (1811-1816) oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles, yang banyak menghimpun gagasan sewa tanah dari sistem pendapatan dari tanah India-Inggris. Sewa tanah didasarkan pada pemikiran pokok mengenai hak penguasa sebagai pemilik semua tanah yang ada. Tanah disewakan kepada kepala-kepala desa di seluruh Jawa yang pada gilirannya bertanggungjawab membagi tanah dan memungut sewa tanah tersebut. Sewa ini pada mulanya dapat dibayar dalam bentuk uang atau barang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya lebih banyak berupa pembayaran uang. Pengalaman dan pelaksanaan sewa tanah ini, oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalaman penerapan perkembangan perekonomian colonial pada masa penguasaan Inggris di India. Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin menciptakan suatu sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan, dan dalam rangka kerjasama dengan raja-raja dan para bupati. Kepada para petani, Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin memberikan kepastian hukum dan kebebasan berusaha melalui sistem sewa tanah tersebut.

Kebijakan Gubernur Jenderal Stamford Rafflesini, pada dasarnya dipengaruhi oleh semboyan revolusi Perancis dengan semboyannya mengenai Libertie (kebebasan), Egaliie (persamaan), dan Franternitie (persaudaraan)´. Hal tersebut membuat sistem liberal diterapkan dalam sewa tanah, di mana unsur- unsur kerja sama dengan raja-raja dan para bupati mulai di minimalisir keberadaannya. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada perangkat pelaksana dalam sewa tanah, di mana Gubernur Jenderal Stamford Raffles banyak memanfaatkan kolonial (Inggris) sebagai perangkat (struktur pelaksana) sewa tanah, dari pemungutan sampai pada pengadministrasian sewa tanah. Meskipun keberadaan dari para bupati sebagai pemungut pajak telah dihapuskan, namun sebagai penggantinya mereka dijadikan bagian integral (struktur) dari pemerintahan kolonial, dengan melaksanakan proyek-proyek pekerjaan umum untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Tiga aspek pelaksanaan sistem sewa tanah :

(9)

Pergantian dari sistem pemerintahan-pemerintahan yang tidak langsung yang dulu dilaksanakan oleh para raja-raja dan kepala desa digantikan dengan pemerintahan modern yang tentu saja lebih mendekati kepada liberal karena rafles sendiri adalah seorang liberal. Penggantian pemerintahan tersebut berarti bahwa kekuasaan tradisional raja-raja dan kepala tradisional sangat dikurangi dan sumber-sumber penghasilan tradisional mereka dikurangi ataupun ditiadakan. Kemudian fungsi para pemimpin tradisional tersebut digantikan oleh para pegawai-pegawai Eropa.

2) Pelaksanaan pemungutan sewa

Pelaksanaan pemungutan sewa selama pada masa VOC adalah pajak kolektif, dalam artian pajak tersebut dipungut bukan dasar perhitungan perorangan tapi seluruh desa. Dalam mengatur pemungutan ini tiap-tipa kepala desa diberikan kebebaskan oleh VOC untuk menentukan berapa besar pajak yang harus dibayarkan oleh tiap-tiap kepala keluarga. pada masa sewa tanah hal ini digantikan menjadi pajak adalah kewajiban tiap-tiap orang bukan seluruh desa

3) Pananaman tanaman dagangan untuk dieksport.

Pada masa sewa tanah ini terjadi penurunan dari sisi ekspor, misalnya tanaman kopi yang merupakan komoditas ekspor pada awal abad ke-19 pada masa sistem sewa tanah mengalami kegagalan, hal ini karena kurangnya pengalaman para petani dalam menjual tanaman-tanaman merekadi pasar bebas, karena para petani dibebaskan menjual sendiri tanaman-tanaman yang mereka tanam. Dua hal yang ingin dicapai oleh raffles melalui sistem sewa tanah ini adalah :

1) Memberikan kebebasan berusaha kepada para petani Jawa melalui pajak tanah.

2) Mengefektifkan sistem administrasi Eropa yang berarti penduduk pribumi akan mengenal ide - ide Eropa mengenai kejujuran, ekonomi, dan keadilan.

Kedudukan dan pola kerja rakyat pada masa sistem sewa tanah ini pada dasarnya tidak jauh berbeda pada masa sistem tanam paksa. Pada sistem sewa tanah rakyat tetap saja harus membayar pajak kepada pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai penyewa tanah, karena tanah adalah milik pemerintah sehingga untuk memanfaatkan tanah tersebut untuk menghasilkan tanaman yang nantinya akan dijual dan uang yang didapatkan sebagian kemudian digunakan untuk membayar pajak dan sewa tanah tersebut. Pada masa ini sistem feodalisme dikurangi, sehingga para kepala adat yang dahulunya mendapatkan hak-hak atau pendapatan yang bisa dikatakan irasional, kemudian dikurangi.

(10)

Tetapi hal yang menghiasi sistem sewa tanah adalah pengaruh liberal yang dibawa oleh Raffles dan juga sikap anti Belandanya sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan belanda sebisa mungkin untuk dihindari. Pada masa sewa tanah ini pajak yang diserahkan bukan lagi berupa pajak perorangan dan berupa in-natura, terapi lebih kepada pajak perorangan. Setiap orang dibebaskan menanam apa saja untuk tanaman ekspor, dan bebas menjualnya kepada siapa saja di pasar yang telah disediakan oleh pemerintah.

Tetapi karena kecenderungan rakyat yang telah `terbiasa´ dengan tanam paksa dimana mereka hanya menanam saja, untuk menjual tanaman yang mereka tanam tentu saja mengalami kesulitan, sehingga mereka kemudian menyerahkan urusan menjual hasil pertaniana kepada para kepala-kepala desa untuk menjualnya di pasar bebas. Dan tentu saja hal ini berakibat pada banyaknya korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh para kepala desa-kepala desa tersebut.

c. Tanaman dan Sistem Perdagangan

Terdapat banyak perbedaan dalam sistem sewa tanah dan tanam paksa. Perbedaaan itu juga dapat dilihat dari tanaman dan sistem perdagangan yang diterapkan. Pada sistem sewa tanah petani diberi kebebasan untuk menanam apapun yang mereka kehendaki. Namun gantinya rakyat mulai dibebani dengan sistem pajak. Kebebasan untuk menanam-tanaman tersebut tidak dapat dilaksanakan di semua daerah di pulau Jawa. Daerah-daerah milik swasta atau tanah partikelir dan daerah Parahyangan masih menggunakan sistem tanam wajib. Di Parahyangan Inggris enggan untuk mengganti penanaman kopi karena merupakan sumber keuntungan bagi kas negara. Walaupun demikian pada sistem sewa tanah tanaman kopi mengalami penurunan hasil. Selain kopi, tanaman gula (tebu) juga mengalami kemunduran yang sama. sehingga pada sistem sewa tanah pemerintah hanya mampu mengekspor kopi dan beras dalam jumlah yang terbatas. Penurunan hasil-hasiltanaman ini dikarenakan petani Indonesia tidak begitu mengenal tanaman ekspor.

(11)

Penyerahan penjualan kepada kepala desa dikarenakan kurang pengalamannya petani dalam menjual tanaman-tanaman mereka di pasaran bebas. Hal ini mengakibatkan kepala-kepala desa sering melakukan penipuan terhadap petani maupun pembeli, sehingga membuat pemerintah terpaksa ikut campur tangan dengan mengadakan penanaman paksa bagi tanaman perdagangan.

2.3 Tujuan Sistem Sewa Tanah

Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles mengandung tujuan sebagai berikut:

a. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebasuntuk memotovasi mereka agar bekerja lebih giat sehinggakesejahteraannya mejadi lebih baik;

b. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-barang industri Inggris;

c. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap; d. Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;

e. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi uang. Perubahan-perubahan yang terjadi dengan dilaksanakannya sistemsewa tanah, dapat dikatakan revolusioner karena mengandung perubahan asas, yaitu unsur paksaan yang sebelumnya dialami oleh rakyat, digantikan dengan unsur sukarela antara pemerintah dan rakyat. Jadi, perubahan ini bukan hanya semata-mata perubahan secara ekonomi, tetapi juga perubahan sosial-budaya yang mengantikan ikatan-ikatan adat yang tradisional dengan ikatan kontrak yang belum pernah dikenal. Yaitu, digantikannya sistem tradisional yang berdasarkan atas hukum feodal, menjadi sistem ekonomi yang didasarkan atas kebebasan. Secara singkat perubahan tersebut, antara lain:

a) Unsur paksaan digantikan dengan unsur bebasm sukarela;

b) Ikatan yang didasarkan pada ikatan tradisional, diubah menjadihubungan yang berdasarkan perjanjian;

c) Ikatan adat-istiadat yang telah turun-temurun menjadi semakinlonggar, akibat pengaruh barat.

(12)

2.4 Kegagalan Sistem Sewa Tanah

Pelaksanaan sistem sewa tanah yang dilaksanakanan oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles, menemui beberapa kegagalan. Dalam melaksanakan sistem sewa tanah tersebut, Jenderal Stamford Raffles menemui banyak hambatan-hambatan yang berakibat gagalnya sistem sewa tanah. Hamatan-hambatan yang dihadapinya antara lain:

1. Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas;

2. Masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat India yangsudah mengenal perdagangan ekspor. Masyarakat Jawa pada abad IX masih bertani untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan belum banyak mengenal perdagangan;

3. Sistem ekonomi desa pada waktu itu belum memungkinkan diterapkannya ekonomi uang; 4. Adanya pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup;

5. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap; 2.5 Masa Pemerintahan Inggris Di Indonesia

Setelah Inggris berhasil menguasai Indonesia kemudian memerintahkan Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Indonesia dan memulai tugasnya pada tanggal 19 Oktober 1811.

Kebijaksanaan Raffles selama memerintah di Indonesia: a. Di bidang ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

1) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/ pajak/penyerahan diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).

2) Semua tanah dianggap milik negara, maka petani harus membayar pajak sebagai uang sewa.

(13)

1) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua rakyat mempunyai tanah yang sama.

2) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani. 3) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.

4) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang. b. Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta dan Surakarta. 2) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.

3) Melarang perdagangan budak. c. Di bidang ilmu pengetahuan

Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

1) Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk mengadakan berbagai penelitian ilmiah di Indonesia.

2) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.

3) Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun Raya Bogor sebagai kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan dari berbagai penjuru dunia. Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama sebab Pemerintahan Napoleon di Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat berakhirnya kekuasan Louis Napoleon 1814, maka diadakan Konferensi London.

BAB III

(14)

PENUTUP A. Kesimpulan

Sistem sewa tanah dijalankan oleh Inggris, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Stamford Raffles. Dalam usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial yang baru, Raffles ingin berpatokan pada tiga azas, antara lain:

1. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;

2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan bagian integral dari pemerintahan kolonial dengan fungsi-fungsi pememrintahan yang sesuai, perhatia mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah. Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah atau pajak atas pemakaian tanah pemerintah.

Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles mengandung tujuan sebagai berikut:

1. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebas untuk memotovasi mereka agar bekerja lebih giat sehingga kesejahteraannya mejadi lebih baik;

2. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-barang industri Inggris;

3. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap; 4. Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;

(15)

Pelaksanaan sistem tanam paksa (culturstelsel) sebenarnya merupakan usaha Pemerintah Hindia Belanda dalam memperbaiki keungan di Hindia Belanda. Usaha tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Van der Capellen (1819-1825). Usaha-usaha Belanda tersebut semakin mendapat hambatan karena persaingan dagang dengan pihak Inggris. Apalagi setelah berdirinya Singapura pada tahun 1819, menyebabkan peranan Batavia dalam perdagangan semakin kecil di kawasan Asia Tenggara. Untuk kawasan Indonesia sendiri diperparah dengan jatuhnya harga kopi dalam perdagangan Eropa. Karena kopi merupakan produk ekspor andalan pendapatan utama bagi Belanda.

B. Saran

Dengan mengetahui awal mula sejarah penjajahan Inggris di Indonesia, pembaca diharapkan dapat mengetahui sejarah awal mula penjajahan Inggris di Indonesia serta sistem apa saja yang sudah di jalankan.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

http://dhukunweb.blogspot.com/2012/02/awal-mula-penjajahan-inggris-di.html

http://kemasnaufalnashor22.blogspot.com/2013/11/makalah-masa-kekuasaan-inggris.html http://pustakasimabdi.blogspot.com/2012/08/penjajahan-inggris-di-indonesia.html

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan indeks kemerataan (E) Arthropoda pada dua lingkungan pertanaman padi yang berbeda (Tabel 2) menunjukkan bahwa indeks kemerataan lingkungan di pinggiran

[r]

pemenang didasarkan pada hasil nilai praktik mengajar/paparan yang memiliki bobot tertinggi... Petunjuk Teknis Pelaksanaan dan Penilaian Lomba Karya Nyata dan Karya

private EditText editBreed ; private Spinner spinnerGender ; private EditText editWeight ; private int nGender = 0 ; @Override. protected void

 Wilayah permukiman masyarakat Bantik, merupakan wilayah potensial yang perlu diperhatikan terutama dalam pengembangan wisata kota, diantaranya : Wisata air

Kecenderungan Umum Skor Responden mengenai Orientasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ..x. Kecenderungan Umum Skor Responden mengenai

[r]

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pemantau dan pengumpulan data proses pembuatan kawat las agar dapat menghitung nilai