• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TIM PERUMUS KEPADA PANITIA KERJA RUU TENTANG PERKEBUNAN MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014 Tanggal 26 September 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TIM PERUMUS KEPADA PANITIA KERJA RUU TENTANG PERKEBUNAN MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014 Tanggal 26 September 2014"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TIM PERUMUS KEPADA PANITIA KERJA RUU TENTANG PERKEBUNAN

MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014 Tanggal 26 September 2014

Assalamu'alaikum Wr. Wb,

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua,

Yth.Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja RUU tentang Perkebunan,

Yth.Saudara Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sebagai wakil dari Pemerintah dalam Pembahasan Tingkat I RUU tentang Perkebunan,

Mengawali Rapat Panitia Kerja RUU tentang Perkebunan hari ini, pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga pada hari ini kita dapat mengadakan Rapat Panitia Kerja dalam keadaan sehat wal'afiat.

Bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Panitia Kerja tanggal 23 September 2014, Tim Perumus yang terdiri dari 4 orang Pimpinan dan 13 orang Anggota Komisi IV DPR RI, yaitu:

No. Nama Anggota Jabatan

1.

H.M. Romahurmuziy, ST, MT Ketua/F - PPP

2.

Ir.

E.

Herman Khaeron, M.Si Wakil Ketua/F - PD

3.

Firman Subagyo, SE, MH Wakil Ketua/F - PG 4. Drs. H. lbnu Multazam Wakil Ketua/F - PKB

5.

Ors. Jafar Nainggolan, MM Anggota/F - PD

6. Darizal Basir Anggota/F - PD

7.

Suparman Anggota/F - PD

(2)

9.

DR. (He) Ir. Siswono Yudo Husodo Anggota/F - PG

10. H.Djuwarto Anggota/F - PDI Perjuangan

11. Ir. H. Marsanto Anggota/F - PDI Perjuangan 12. DR. Hermanto, SE., MM Anggota/F - PKS

13. H. Sukiman, S.Pd., MM Anggota/F - PAN 14. Drs. H. Zainut Tauhid Sa'adi, M.Si Anggota/F - PPP 15. Jazilul Fawaid, SQ, MA Anggota/F - PKB

16. Abdul Wachid Anggota/F - Gerindra

17.

Ors. H.A. Murady Darmansyah Anggota/F - Hanura

Bapak/lbu yang kami hormati,

Berdasarkan Keputusan Rapat Panitia Kerja, Tim Perumus yang kemudian dilanjutkan dengan Tim Sinkronisasi mulai bekerja/melakukan pembahasan dari tanggal 24 sampai dengan 25 September 2014.

Sesuai dengan Mekanisme Pembahasan yang telah disetujui dalam Rapat Kerja tanggal 15 September 2014. Tim Perumus bertugas menyempurnakan redaksional draf RUU dan Penjelasan Pasal, Tim Kecil bertugas menyempurnakan Konsideran Menimbang, Konsideran Mengingat dan Penjelasan Umum RUU. Sedangkan Tim Sinkronisasi bertugas menyelaraskan BAB, Pasal, dan Ayat dalam RUU.

Berkat kerja keras, kesungguhan, dan keinginan luhur, sesuai amanat Panitia Kerja, tugas Tim Perumus/Tim Kecil dan Tim Sinkronisasi dapat diselesaikan tepat waktu. Dari jumlah DIM sebanyak 541, telah dilakukan pembahasan terhadap 238 DIM yang menjadi amanat Panitia Kerja, 50 DIM yang menjadi amanat Tim Perumus, dan 20 DIM yang menjadi amanat Tim Sinkronisasi. Terdapat enam hal penting yang telah disepakati dalam Rapat Panitia Kerja dan Tim Perumus, dengan hasil sebagai berikut:

1. Menyetujui judul, yaitu RUU tentang Perkebunan.

2. Mereformulasi ketentuan dalam Pasal 44 (DIM 203) yang mengatur mengenai integrasi pengolahan hasil perkebunan dengan budi daya ternak. Sehingga rumusan dalam Pasal tersebut berbunyi:

(3)

(1) Usaha budi daya tanaman perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan unit pengolahan hasil tanaman perkebunan dan/atau budi daya ternak.

(2) Usaha budi daya tanaman perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), dapat dilaksanakan diversifikasi berupa agrowisata dan/atau usaha lainnya.

(3) lntegrasi usaha budidaya tanaman perkebunan dengan budi daya ternak dan diversifikasi usaha harus mengutamakan tanaman perkebunan sebagai usaha pokok.

(4) Ketentuan pelaksanaan integrasi dan diversifikasi sebagai mana dimaksud ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Menyempurnakan ketentuan dalam Pasal 56 (DIM 257) yang mengatur mengenai pelarangan membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara membakar. Sehingga rumusan dalam Pasal tersebut berbunyi:

{1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara membakar.

(2) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan berkewajiban memiliki sistem dan sarana prasarana pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembukaan lahan tanpa membakar diatur dengan Peraturan Menteri.

4. Menyempurnakan ketentuan dalam DIM 267 sampai 273 yang terdapat dalam Pasal 58. Sehingga ketentuan tersebut berbunyi:

(1) Perusahaan perkebunan yang memiliki izin usaha perkebunan atau izin usaha perkebunan untuk budi daya wajib memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh perseratus) dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan.

(2) Fasilitasi Pembangunan kebun masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain melalui po/a kredit, bagi

(4)

hasil, atau bentuk pendanaan lain yang disepakati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak hak guna usaha diberikan.

(4) Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaporkan kepada Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

5. Menambah Bagian mengenai Pengembangan Perkebunan Berkelanjutan dalam Bab VI I mengenai Usaha Perkebunan yang terdapat dalam Pasal 62, yang berbunyi:

(1) Pengembangan perkebunan diselenggarakan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek:

a. ekonomi;

b. sosialbudaya;dan c. ekologi.

(2) Pengembangan perkebunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi prinsip dan kriteria pembangunan perkebunan berkelanjutan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan perkebunan berkelanjutan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

6. Menambahkan 3 (tiga) ayat dalam Pasal 98 dalam Bab XIV mengenai pembinaan. Sehingga pasal tersebut berbunyi:

(1) Pembinaan teknis untuk perusahaan perkebunan milik Negara, swasta dan/atau pekebun dilakukan oleh Menteri.

(2) Evaluasi atas kinerja perusahaan perkebunan milik negara dan/atau swasta dilaksanakan melalui penilaian usaha perkebunan secara rutin dan/atau sewaktu-waktu.

(3) Ketentuan /ebih lanjut mengenai pembinaan dan penilaian usaha perkebunan diatur dengan Peraturan Menteri.

(5)

Bapak/lbu yang kami hormati,

Selain keenam hal tersebut di atas, terdapat tiga hal penting yang perlu kami laporkan karena belum disepakati dalam Rapat Panitia Kerja dan Tim Perumus. Ketiga substansi tersebut adalah:

1. Terdapat usulan rumusan baru dari Pemerintah dalam Pasal mengenai pelindungan tanaman perkebunan. Dengan substansi berbunyi:

Pasa/34

Setiap pelaku usaha perkebunan yang memiliki atau menguasai

tanaman perkebunan harus melaporkan adanya serangan organisme

pengganggu tumbuhan pada tanamannya kepada pejabat yang

berwenang dan yang bersangkutan harus mengendalikannya.

Pasa/35

(1) Dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tumbuhan,

setiap Pelaku Usaha Perkebunan berkewajiban memiliki standar

minimum

sarana

dan

prasarana

pengenda/ian

organism

pengganggu tanaman perkebunan.

(2) Ketentuan mengenai standar minimum sarana dan prasarana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

Menteri.

2. Mengenai penanaman modal. Belum ditemukan kesepakatan antara DPR dan Pemerintah mengenai pembatasan penanaman modal asing, yang terdapat dalam DIM 433 (Pasal 95).

Rumusan DPR:

Pasa/95

(1) Pemerintah

Pusat

mendorong

penanaman

modal

dengan

mengutamakan penanaman modal dalam negeri.

(6)

(2) Penanaman modal asing hanya dapat dilakukan dalam usaha perkebunan dengan menggunakan teknologi baru.

(3) Besarnya penanaman modal asing pada satu usaha perkebunan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari seluruh modal perusahaan perkebunan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanaman modal asing diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Rumusan Pemerintah :

Pasal95

(1) Pemerintah Pusat mengembangkan Usaha Perkebunan melalui penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. (2) Pengembangan Usaha Perkebunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diutamakan melalui penanaman modal dalam negeri.

(3) Besaran penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibatasi.

(4) Pembatasan penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan jenis Tanaman Perkebunan dan ska/a usaha tertentu dengan memperhatikan kepentingan nasional dan Pekebun.

(5) Ketentuan mengenai besaran penanaman modal asing, jenis Tanaman Perkebunan, dan ska/a usaha tertentu diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Substansi dalam ketentuan peralihan yang terdapat dalam DIM 528

(Pasal 115).

Rumusan DPR :

Kecuali terhadap hak atas tanah yang telah diberikan, perusahaan perkebunan yang telah melakukan usaha perkebunan yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini, diberi waktu 5 (/ima) tahun untuk melaksanakan penyesuaian sejak Undang-Undang ini berlaku.

Rumusan Pemerintah:

Perusahaan Perkebunan yang telah melakukan usaha perkebunan sebe/um Undang-Undang ini diundangkan tidak memiliki izin usaha perkebunan, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya Undang-Undang ini wajib memiliki izin usaha perkebunan.

(7)

4. Rumusan baru dalam Pasal 105 sebagai konsekuensi dari adanya Pasal 23 ayat (1) atau DIM 153 yang mengatur mengenai larangan mengeluarkan sumber daya genetik yang terancam punah atau dapat merugikan kepentingan nasional. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:

Pasa/105

Setiap orang yang mengeluarkan sumber daya genetik tanaman perkebunan yang terancam punah dan/atau yang dapat merugikan kepentingan nasional dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rps. ODO. ODO. ODO (lima miliar rupiah).

RUU tentang Perkebunan mengamanatkan pembentukan tiga Peraturan Pemerintah dan 1 O Peraturan Menteri. Peraturan Pemerintah yang diamanatkan mengenai pelindungan wilayah geografis yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik; penanaman modal asing dalam usaha perkebunan; dan jenis industri pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan Peraturan Menteri yang diamanatkan antara lain mengenai pemantauan, pengamatan, dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; dan pembukaan lahan tanpa membakar.

Plmpinan dan Anggota Panja Komisi IV DPR-Rl yang kami hormati, Yth.Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja RUU tentang Perkebunan,

Yth.Saudara Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sebagai wakil dari Pemerintah dalam Pembahasan Tingkat I RUU tentang Perkebunan,

(8)

Sebelum mengakhiri laporan ini, kami atas nama Pimpinan dan Anggota Tim Perumus/Tim Kecil dan Tim Sinkronisasi mengucapkan terima kasih kepada Tim Asistensi Sekretariat Jenderal dan Sekretariat Komisi IV DPR RI, Ahli Bahasa, serta Tim dari Pemerintah, yang terdiri dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Hukum dan HAM, yang terdapat dalam Surat Presiden, serta kepada Sadan Koordinasi Penanaman Modal, yang tidak mengenal lelah dan penuh kesabaran dalam membantu kelancaran tugas dari Tim Perumus/Tim Kecil dan Tim Sinkronisasi.

Demikian laporan Tim Perumus/Tim Kecil dan Timsin RUU Perkebunan, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta meridhoi hasil kerja kita.

PIMPINAN TIMUS/TIMCIL DAN TIMSIN

Ir. H.

E.

Herman Khaeron. M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak, motivasi untuk berkarir, minat untuk berkarir dan pengetahuan tentang pajak mahasiswa akuntansi

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan angka kematian penyakit gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh hipertensi dan infark

Pencapaian yang didapatkan dari segi harga, harga yang diberikan Kandatel Yogyakarta cukup sesuai dengan daya beli masyarakat dan spesifikasi produk

Faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 12 Padang Yang paling menonjol dialami oleh siswa pada faktor internal yaitu pada

Tabel 4 menunjukkan bahwa baik model struktur SRPMK maupun SRBE untuk ketiga tingkat yang ditinjau sudah mencapai level kinerja life safety mengacu pada ketentuan drift dari

KH Heeh kada pa2 ae “Sunyi jua kurinah jauh wayahne, apalagi dahulu waktu ada bilyar itu nang camuh banar, bilyar habis lalu sudah, asalnya dua buah di RT ku

Pada penelitian ini didapatkan tingkat penerimaan orangtua dan toleransi saluran cerna yang baik terhadap pemberian formula isolat protein kedelai kepada bayi dengan

 Akhir fase demam merupakan fase kritis, anak terlihat seakan sehat, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Hari ke 3-7 adalah fase