• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Minyak Nabati dan Minyak Ikan dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Calon Induk Ikan Bandeng di Tambak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Minyak Nabati dan Minyak Ikan dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Calon Induk Ikan Bandeng di Tambak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Minyak Nabati dan Minyak Ikan dalam Pakan

Komersial Terhadap Pertumbuhan Calon Induk Ikan Bandeng di Tambak

Irwan Setyadi,

Agus Prijono dan Ketut Suwirya

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol Email: i.setyadi@yahoo.com

Abstract

Irwan Setyadi,Agus Prijono dan Ketut Suwirya. 2013. The Effect of Vegetable Oil and Fish Oil Addition on Growth of Milkfish Broodstock Candidate in Pond. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. Milkfish, Chanos chanos is one of economically important fish whose population is almost scattered in the waters of Indonesia. The study was conducted in Pejarakan ponds, Pejarakan village , Buleleng regency, Bali. Pond size used ± 14,200 m2 separated net into 4 plots; each plots ± 2350 m2.Weight of the fish used ± 806 g. Stocking density 165 ind./plot. The feeding treatment A = commercial pellet + vegetable oils; Treatment B = commercial pellet + fish oil. The feeding of fish during maintenance broodstock with frequency of 3 times/day as much as 3% / day. The result of observation that the activity of observed growth of broodstock milkfish, Chanos chanos in ponds by treatment A produces: body length: 52.36 ± 0.19 cm; weight: 1595.32 ± 52.36 (g); B = body length: 53.27 ± 0.11 (cm), body weight: 1709.4 ± 246.27 (g). The data result showed that treatment B of growth of length and weight are good when compared with treatment A; later from the analysis of the fatty acid content of DHA treatment B has a content of 3.72% when compared to treatment A is 2.86%. Research purposes to obtained data and information milkfish broodstock production through of vegetable oils and fish oils addition in feed formulation.

Keyword: Chanos chanos; Fish oil; Milkfish; Vegetable oil

Abstrak

Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting yang

populasinya tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Penelitian dilakukan di tambak Pejarakan, Desa Pejarakan, Kabupaten Buleleng, Bali. Ukuran petakan tambak yang digunakan

± 14.200 m2 disekat dengan waring menjadi 4 petak yang tiap petak berukuran ± 2350 m2. Berat

ikan yang digunakan ± 806 g. Padat tebar setiap petak 165 ekor. Perlakuan yang dilakukan pada

Petakan A=Pemberian pakan pelet komersial + minyak nabati komersial; Petakan B=Pemberian pakan pelet komersial + minyak ikan. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan

ikan sampai calon induk ikan dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari, sebanyak 3%/hari. Dari hasil

pengamatan bahwa hasil pengamatan kegiatan pembesaran calon induk ikan bandeng, Chanos

chanos di tambak pada perlakuan A menghasilkan: panjang tubuh: 52,36 ± 0,19 cm; berat tubuh:

1595,32 ± 52,36 (g); B = panjang tubuh: 53,27 ± 0,11 (cm), berat: 1709,4 ± 246,27 (g). Dari data

tersebut diatas bahwasanya perlakuan B menunjukkan hasil pertumbuhan panjang maupun berat yang baik jika dibandingkan dengan perlakuan A; kemudian dari hasil analisis asam lemak pada perlakuan B kandungan DHA mempunyai kandungan 3,72% jika dibandingkan perlakuan A yaitu 2,86%. Tujuan penelitian untuk mendapatkan data pertumbuhan calon induk bandeng melalui pemberian minyak nabati dan minyak ikan dalam pakan buatan komersial (pelet).

Kata kunci: Chanos chanos; Minyak Ikan; Bandeng; Minyak Nabati

Pendahuluan

Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu komoditas perikanan yang disukai oleh

masyarakat, karena daging bandeng mempunyai rasa yang lezat dengan harga yang cukup terjangkau dan banyak dipelihara di tambak serta kerapkali digunakan untuk umpan pancing ikan Cakalang dan ikan Tuna yang kemudian saat ini menjadi kebutuhan konsumsi masyarakat kian meningkat dan persyaratan hidupya tidak menuntut kriteria kelayakan tertentu mengingat bandeng toleran terhadap perubahan mutu lingkungan serta tahan terhadap serangan penyakit (Kordi 2001).

(2)

Dalam usaha persiapan induk ikan bandeng, sebagai tahap awal adalah pembesaran calon induk bandeng di tambak, sehingga perlu dilakukan secara budidaya masal di tambak, sehingga keperluan induk dapat dipenuhi secara terus menerus dalam produksi telur yang berkesinambungan.

Dalam budidaya ikan bandeng di tambak tradisional dengan padat tebar rndah, biasanya hanya makan pakan alami. Namun bila padat tebar ditingkatkan maka pakan harus ada tambahan berupa pakan buatan. Pakan buatan bisa terbuat dari bahan nabati maupun hewani. Dengan formula tertentu menghasilkan pakan yang mengandung gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya, seperti pelet. Kemudian salah satu parameter yang mendukung proses produksi calon induk ikan bandeng yaitu pakan. Pakan berfungsi sebagai salah satu sarana pokok yang dibutuhkan disamping

benih meskipun biaya produksinya cukup tinggi (Ismail et al., 2005); kemudian jumlah pakan yang

diberikan terhadap pertumbuhan calon induk bandeng, memegang peranan penting dalam effektifitas penggunaan pakan kaitannya dengan pertumbuhan biomas. Menurut Djarijah (1995) bahwa semakin bertambahnya ukuran dan umur ikan, maka prosentase jumlah pakan yang dibutuhkan semakin berkurang, sehingga informasi mengenai hasil pertumbuhan calon induk ikan bandeng diperlukan; gunanya untuk mengetahui tingkat perkembangan calon induk ikan bandeng

yang dipelihara di tambak. Kemudian menurut Nugroho et al. (2002) bahwa pakan buatan

mempunyai keunggulan, diantaranya ketersediaanya lebih terjamin dari segi jumlah dan mutu, serta spesifikasinya dapat dibuat sesuai kebutuhan akan nutrien tiap spesies dan stadia ikan serta

pemberian pakan pelet lebih mudah (Akbar et al., 1997). Kebutuhan nutrien (lemak) dalam pakan

untuk pembesaran sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan berkualitas, dapat di produksi, dengan pemberian nutrisi yang lengkap, pertumbuhannya normal dan tidak cacat. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan lemak pakan sebagai sumber energi

yang relatif lebih murah. Menurut (Ismail et al., 2005) bahwa sumber lemak nabati yang sering

digunakan sumber asam lemak adalah minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji kapas, minyak bunga matahari, minyak zaitun dan minyak kelapa. Sementara lemak yang bersumber dari bahan hewani yang sering digunakan di antaranya adalah minyak ikan cod, hearing, menhaden, tuna, hiu, lemuru dan cumi. Menurut Sunaryanto (2001) bahwa sumber lemak yang digunakan dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan karena memiliki komposisi asam lemak yang berbeda. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak dari kelompok n-3 HUFA dan minyak kedelai mengandung asam lemak dari keluarga lenoleat (n-6). Kedua kelompok asam lemak tersebut merupakan asam esensial bagi beberapa jenis ikan. Kemudian hasil penelitian ini sebagai informasi untuk mendukung usaha pembesaran calon induk ikan bandeng di tambak.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data pertumbuhan calon induk bandeng melalui pemberian minyak nabati dan minyak ikan dalam pakan buatan komersial (pelet).

Pada penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menghasilkan produksi calon induk ikan bandeng diharapkan dapat menghasilkan induk yang berkualitas sehingga mempunyai nilai jual dan kontribusi terhadap sektor lain yaitu menghasilkan teknologi produksi calon induk ikan bandeng yang mudah diaplikasikan dan efisien pada masyarakat.

Materi dan Metode

Lahan tambak yang digunakan berukuran ± 14.200 m2 disekat dengan waring menjadi

4 petak yang tiap petak berukuran ± 2350 m2; kemudian air laut masuk ke lahan tambak hingga

50-75 cm. Kepadatan setiap petak 165 ekor. Perlakuan yang dilakukan pada petakan A= pelet+ pemberian minyak nabati (minyak kedelai pada pakan pelet komersial dengan perbandingan 1 L untuk 30 kg/zak), berat ikan: 806,5±92,92 g. Petakan B= pelet + pemberian minyak ikan (minyak ikan di campur dengan pakan pelet komersial dengan perbandingan 1 L untuk 30 kg/zak). berat ikan: 806±101,38 g. Pakan tersebut kemudian dijemur supaya minyak dapat meresap kedalam

(3)

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan kegiatan pembesaran calon induk ikan bandeng, Chanos-chanos di

tambak pada perlakuan A menghasilkan : panjang tubuh rata-rata: 52,36±0,19 cm; berat tubuh rata-rata: 1595,32±52,36 (g); B=panjang tubuh rata-rata: 53,27±0,11 (cm), berat rata-rata:

1709,4±246,27 (g). Dari data tersebut diatas bahwasanya perlakuan B menunjukkan hasil keragaan

pertumbuhan panjang maupun berat yang baik jika dibandingkan dengan perlakuan A kemudian dari hasil analisis asam lemak pada perlakuan B kandungan DHA mempunyai kandungan 3,72% jika dibandingkan perlakuan A yaitu 2,86% ( Tab.2.)

Kemudian dari hasil pengamatan histologi gonad dari calon induk bandeng dengan pemberian pakan pelet + minyak ikan lemuru, pada berat: pada perlakuan B telah mulai terlihat adanya perkembangan awal gonad dari Calon induk ikan bandeng dari tambak. (Gambar.1)

Gambar. 1. Pengamatan perkembangan awal gonad calon induk bandeng.

Dalam mendukung keberhasilan pembesaran calon induk ikan bandeng di tambak perlu penelitian yang mendasar antara lain mengenai pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang

dipengaruhi oleh salinitas (kadar garam), oksigen terlarut, padat tebar, amoniak, dan pH (Lamidi et

al., 1994).

Kemudian salah satu komponen yang menentukan keberhasilan produksi dalam budidaya adalah pakan, yang berpengaruh secara menyeluruh terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok untuk memacu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Kordi. 2001). Ketersediaan pakan baik itu pakan alami maupun buatan akan mempengaruhi kelangsungan

produksi secara berkesinambungan

.

(4)

Gambar. 3. Grafik pertumbuhan berat tubuh calon induk ikan bandeng, Chanos chanos.

Dalam pertumbuhan calon induk ikan bandeng di tambak, kualitas pakan buatan perlu mendapat perhatian untuk mengantisipasi infeksi malnutrisi, meningkatkan pertumbuhan, juga diperlukan untuk mengganti, menambah atau melengkapi nutrisi pakan alami pada saat diperlukan oleh ikan serta tersedia setiap saat, nilai gizinyapun dapat diukur sesuai dengan kebutuhan ikan; lebih mudah disimpan (Weatherley. 1972), sehingga diharapkan adanya peningkatan kualitas produksi. Untuk keperluan tersebut diperlukan bahan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin

dan mineral ( Suwirya et al., 2005). Dalam pemeliharaan ikan, dosis pakan merupakan salah satu

elemen yang penting karena 60% dari biaya produksi digunakan hanya untuk penyediaan pakan

(Kohno dan Nose. 1971). Menurut Huet (1971)bahwasanya untuk ikan berukuran 100-300 g atau

setelah ikan berumur 3-4 bulan maka diberikan pakan 2-3% dari biomassa/hari; waktu pemberian pakan 2-3 kali per hari, juga kemampuan daya cerna pada usus ikan diperhitungkan mengingat cukup terbatas sebagai pencerna makanan dalam jumlah yang relative kecil dan waktu yang relative tidak lama untuk itu supaya usus terus dalam kondisi terisi disarankan frekuensi pemberian pakan buatan dilakukan secara optimal. Namun demikian kapasitas lambung juga turut menentukan

banyak sedikitnya jumlah pakan yang dikonsumsi (Kabanga et al., 2004). Menurut (Priyadi dan

Chumaidi., 2005) bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ikan jumlahnya akan berbeda, menurut ukuran mulut dan jenis ikan sehingga ketersediaan pakan yang seimbang dalam segi ukuran, mutu dan jenis pakan pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ukuran mulut dan kemampuan membuka mulut menentukan ukuran pakan yang dapat dimakan pada setiap jenis ikan.(Pescod, 1975). Sedangkan ukuran makanan yang diberikan bergantung pada berat individu organisma dan secara umum harus dapat ditelan (ini sangat ditentukan oleh ukuran mulut), partikel makanan yang terlalu besar tidak dapat dicerna sedangkan yang terlalu kecil mengakibatkan aktivitasnya lebih banyak sehingga hanya sedikit energi yang tersedia dari makanan saja yang

digunakan untuk pertumbuhan. (Zonneveld et al., 1991). Selain itu kelangsungan hidup ikan

bandeng juga didukung oleh kualitas air media pemeliharaan yang dibutuhkan oleh ikan bandeng. Untuk itu diperlukan analisis kualitas air yaitu fisika dan kimia air yang dapat mendukung

kehidupan ikan. Sifat kimia fisika air tersebut antara lain suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman

(pH), salinitas, amoniak dan nitrat. Hasil pengamatan kualitas air yang dihasilkan tersaji pada Tabel. 4.

Tabel.1. Berat akhir, pertumbuhan, konversi pakan dan kelulusanhidupan calon induk ikan bandeng, Chanos chanos selama penelitian.

Parameter Sumber lemak

Pelet + minyak kedelai Pelet + minyak lemuru Berat akhir tubuh (kg/ind)

Pertambahan Berat (kg/ind)

(5)

Tabel 2. Komposisi nutrisi pakan penelitian (%, kering udara).

No Sumber lemak (lipid sources)

Hasil analisis Air

rerata(%)

Abu rerata(%) Lemak rerata (%)

Protein Rerata (%)

1. Pelet + minyak kedelai 4,14 9,29 7,37 35,01

2. Pelet + minyak lemuru 4,57 9,41 6,90 34,48

Tabel 3. Komposisi asam lemak pakan percobaan (%). Jenis asam lemak

Asam Kaprilat (C8:0) Asam Kaprat (C10:0) Asam Laurat (C12:0) Asam Miristat(C14:0) Asam Palmitat(C16:0) Asam palmitoleat(C16:1) Asam Stearat(C18:1) Asam Oleat(C18:1) Asam Linoleat(C18:2) Asam Linolenat(C18:3) Asam Arakhidat(C20:0) EPA DHA Sumber lemak

A. Pelet+minyak kedelai (%) B. Pelet+minyak ikan (lemuru) (%) 0,10 0,09 0,79 1,94 21,05 2,22 5,83 26,01 27,98 2,80 1,08 1,95 2,86 0,47 0,13 1,08 4,08 25,47 3,80 5,85 24,73 19,39 1,95 1,07 3,09 3,72 Tabel 4. Hasil pengamatan kualitas air di tambak pertumbuhan calon induk selama penelitian.

Parameter Petak F1 - F2

(minyak nabati)

Petak E1 - E2 (minyak ikan lemuru) Suhu Salinitas (ppt) pH Oksigen terlarut (mg/L) Amoniak (mg/L) 28,8 - 29,4 61 - 63 8,65 - 8,68 7,03 - 7,10 0,0269-0,0275 28,5 - 28,9 60 – 63 8,60 - 8,62 6,01 - 6,15 0,0220-0,0235

Pada pemantauan mutu air selama penelitian masih dalam kisaran yang layak untuk mendukung kehidupan ikan bandeng. Menurut Kordi (2001) bahwa ikan relatif lebih lahap makan

pada pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 27–28oC. Untuk nilai oksigen yang terlarut

dalam air untuk menunjang kehidupan organisma di dalam air yaitu minimal 2 mg/L jika oksigen terlarut dalam air menurun, berakibat pergerakan ikan jadi lambat dan tidak lincah serta hampir semua ikan bergerak ke permukaan air. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut biasanya diusahakan dengan melakukan pergantian air yang seimbang sehingga kondisi kualitas air stabil. Kemudian untuk nilai amoniak cenderung menurun dengan adanya pergantian air sehingga bahan-bahan organiknya terurai dan tidak berbahaya untuk kelangsungan hidup ikan jika nilainya

tidak melebihi dari 1 mg/L (Nugroho et al., 2004), kemudian ikan bandeng masih bisa beradaptasi

pada salinitas 0–60 ppt ( Arsyat dan Samsi, 1990), pH yang sesuai untuk pertumbuhan ikan adalah 6,5-9,5 (Boyd, E.C. 1982). Jadi mutu air dalam kegiatan penelitian tersebut masih berada dalam batasan yang layak untuk pertumbuhan calon induk ikan bandeng.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa : Perlakuan A menghasilkan : panjang tubuh = 52,36 ± 0,19 cm, berat tubuh = 1595,32 ± 52,36 (g); B = panjang tubuh : 53,27 ± 0,11 (cm), berat

1709,4 ± 246,27 (g); sehingga perlakuan B merupakan yang baik dalam keragaan pertumbuhan

panjang dan berat tubuh calon induk ikan bandeng.

Dari perlakuan B ternyata menunjukkan lebih awal perkembangan gonad dari calon induk ikan bandeng daripada perlakuan A.

(6)

Saran

Pada kegiatan produksi calon induk ikan bandeng, Chanos chanos ini diharapkan bisa

berlanjut hingga mencapai ukuran induk ikan bandeng sekitar 4-5 kg untuk memenuhi kebutuhan induk bandeng alam dalam pengembangan panti benih ikan bandeng (hatchery) di masyarakat.

Ucapan Terima kasih

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang telah memberi dana penelitian ini dalam program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (SiNas) yang dibiayai APBN Tahun Anggaran 2012.

Daftar Pustaka

Akbar, S., Istikomah dan Panudiasmanu. 1997. Penerapan Pakan Formula untuk pendederan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer). Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut Tahun Anggaran 1996/1997. Departemen Pertanian Dalam Yudha S dan T. Hermawan. 2005. Pengaruh jenis pakan terhadap tingkat abnormalitas dan Kelulushidupan benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Prosiding Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. 2005.

Arsyat dan Samsi. 1990. Budidaya ikan bandeng, Chanos chanos. INFIS manual Seri No. 11. Direktorat Jenderal Perikanan. 56 hal. Dalam Asmin Ismail, Manadiyanto dan Sindu Hermawan. 2005. Kajian usaha Bandeng umpan dan bandeng konsumsi pada tambak di Kamal. Jakarta Utara Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Bali. 6-7 Agustus 1998. Hlm : 192 -193.

Boyd, E.C. 1982. Water quality management for pond fish culture. Elseiver Scientific Publishing Company. Auburn University. Auburn. Alabama. 318 pp.

Djarijah, A.S. 1995. Pakan ikan alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 87 hlm.

Huet. M. 1971. Texbook of Fish Culture and Cultivation of Fish. Fishing New Book Ltd. England. 436 p.

Ismail, Manadiyanto dan Sindu Hermawan. 2005. Kajian usaha bandeng umpan dan bandeng konsumsi pada tambak di Kamal. Jakarta Utara Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Bali. 6-7 Agustus 1998. Hal : 192-193.

Kabanga, N., N.N. Palinggi, A. Laining dan D.S. Pongsapan. 2004. Pengaruh sumber lemak pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan, retensi serta koefisien kecernaan nutrien pakan pada ikan kerapu bebek, Crommileptes altivelis. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 2004. Edisi Akuakultur. Volume 10, No. 5. Tahun 2004.

Kohno. H and Nose. 1971. Relationship between the amount of taken and growth in fish. Frequency of feeding for maximum daily ration. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish 3 : 169.

Kordi, K. G.M.H. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Penerbit Kanisius. ISBN : 979-672-797-8. Hlm : 1 – 115.

Lamidi., Asmanelli dan Z. Syafara. 1994. “Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lemak, Cheilinus undulatus dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda”. J. Penelitian Budidaya Pantai, 10(5): 81-87.

Mayunar, S. Redjeki dan S. Murtiningsih. 1991. Pemeliharaan larva kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, dengan berbagai frekuensi pemberian ransum rotifer. Dalam Wardoyo, K.M. Setiawati dan T. Setiadharma. 2005. Pengaruh Peningkatan Frekuensi Pemberian Pakan Buatan terhadap aktivitas kanibal, pertumbuhan dan kelulusanhidupan larva kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. ISBN 979-8186-97-4. Hlm : 159-164.

Nugroho, H., Sudjiharno dan Anindiastuti. 2002. Penggunaan pakan buatan dalam produksi Massal Benih Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Bulletin Budidaya Laut No. 14. Tahun 2002. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan. Halaman. 175. Dalam Yudha S dan T. Hermawan. 2005. Pengaruh jenis pakan terhadap tingkat abnormalitas dan Kelulushidupan benih

(7)

Priyadi. A. dan Chumaidi. 2005. “Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap biomassa dan nisbah konversi pakan ikan Tilan merah, Mastacembellus erythrotaenia Bleeker”. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. ISBN: 979-8186-97- 4. Hlm : 89 – 94.

Sunaryanto, A. Sulistyo, I. Chaidir dan Sudjiharno. 2001. Pengembangan teknologi budidaya kerapu : Permasalahan dan kebijaksanaan. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Peningkatan daya saing agribisnis Kerapu yang berkelanjutan melalui penerapan IPTEK Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian, BPPT Jakarta, 2001 Hlm : 1-15.

Suwirya, K., M. Marzuqi., A. Prijono dan N.A. Giri. 2005. Pengaruh substitusi minyak ikan dengan Minyak Kedelai dalam lemak pakan terhadap pertumbuhan benih kerapu lumpur, Epinephelus coioides. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 11 (5) : 63-68

Suwirya, K. 1994. Kecernaan beberapa sumber lemak pakan pada udang windu, Penaeus monodon. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Maros. J. Penelitian Budidaya Pantai, 10 (1) : 43–48.

Weatherley, A.H. 1972. Fish and invertebrate culture. Water management in closed system. Wiley interscience. New York. 145 p. Dalam Susanto. B, I. Setyadi dan G.S. Sumiarsa. 2005. Pertumbuhan crablet Rajungan Portunus pelagicus turunan 1 (F-1) dengan jenis pakan berbeda. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Hlm : 187–196. ISBN : 979-8186-97- 4.

Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Pustaka Utama. Gramedia. Jakarta. Hlm : 308 – 318.

Gambar

Tabel 3. Komposisi asam lemak pakan percobaan (%). Jenis asam lemak

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan imbuhan tepung daun kelor 2,5; 5; 7,5; dan 10% dalam pakan yang diberikan selama 6 minggu tidak meningkatkan indeks

 Mengutamakan pendidikan dan latihan semula dengan menganjurkan kuliah, bengkel, ceramah, seminar, forum, apresiasi filem dan sebagainya di seluruh negeri.  Networking

Mengenai kemampuan mengadakan variasi pembelajaran berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan di PAUD di Kecamatan Kartasura. Sumber bahan ajar yang utama yang digunakan

Kuesioner model pertama digunakan sebagai observasi penelitian dan juga digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez

Wawancara merupakan salah satu teknik utama dalam penelitian ini. Teknik ini sangat diandalkan karena dalam waktu yang relatif singkat berbagai data yang diperlukan dapat

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model CD- CCPS dalam perkuliahan Pendalaman IPA pada mahasiswa calon guru SD dapat lebih meningkatkan level pemahaman konsep

Dengan demikian, ditemukan tim mengenai pengembangan kompetensi profesionalisme guru bidang studi rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah dalam melaksanakan tugas dan