• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PAPUYU (Anabastestudineus Bloch) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PAPUYU (Anabastestudineus Bloch) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

40

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN DAN PAKAN

KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PAPUYU

(Anabastestudineus Bloch) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA

THE EFFECT OF ARTIFICIAL FEED AND COMMERCIAL FEED ON

PAPUYU GROWTH (Anabas testudineus Bloch) PRESERVED IN THE

HAPA

Rusminah

1

, Syachradjad Fran

2

, dan Junius Akbar

3

1,2,3Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat

Email: rusminah.fpik@gmail.com

ABSTRACT

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan, pakan gulma itik yang difermentasi, dan pakan komersial terhadap pertumbuhan ikan papuyu (Anabas testudineus Bloch) yang dipelihara dalam hapa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pembudidaya ikan bahwa melalui proses fermentasi gulma itik dengan menggunakan probiotik dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan untuk ikan papuyu, sehingga dapat membantu masyarakat perikanan untuk dapat menghemat biaya produksi pakan ikan. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Banua Lawas, Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong.Parameter yang diukur adalah pertumbuhan mutlak dan bobot relatif, efisiensi pakan, konversi pakan, kelangsungan hidup, daya apung pakan dan parameter kualitas air meliputi (suhu, pH, DO, dan amoniak). Hasil analisa keragaman anova terhadap pertumbuhan bobot ikan papuyu menunjukkan Fhitung (1,38ns) lebih kecil dari Ftabel

1% (10.92) dan Ftabel 5% (5.14). Berdasarkan hasil analisa keragaman anova terhadap efisiensi

pakan ikan papuyu menunjukkan Fhitung (4,08ns) lebih kecil dari Ftabel 1% (10.92) dan Ftabel 5%

(5.14). Berdasarkan hasil analisa keragaman anova terhadap sintasan ikan papuyu menunjukkan Fhitung (2,43ns) lebih kecil dari Ftabel 1% ( 10.92) dan Ftabel 5% (5.14), sehingga

diputuskan untuk menerima H0 dan tolak H1. Hasil dari parameter yang diukur menunjukkan

bahwa pemberian pakan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan ikan papuyu.

Kata Kunci: Ikan papuyu, gulma itik, pertumbuhan, efisiensi pakan, dan konversi pakan.

ABSTRACK

The purpose of this research was to find out the effect of artificial feeding, fermented duck weed feeding and commercial feed on papuyu (Anabas testudineus Bloch) growth which were nurtured in the hapa. The results of this research expectedly can provide information to the fish farmers that the duck weed through a fermentation process using probiotics can be used as an alternative material to feed papuyu, so it can help the fishing communities to be able to save the production cost of fish feeding. This research was conducted at SMK 1 Banua Lawas, District of Banua Lawas, Tabalong. The parameters which were measured were Relative Weights growth, Feeding Efficiency, Conversion Feed, Survival, Buoyancy Feed and water quality parameter including (temperature, pH, DO, ammonia). The result of ANOVA analysis of diversity on the growth of the weight of fish papuyu show Fvalue (1,38ns) was smaller than Ftable 1% (10.92) and Ftabel 5% (5:14). Based on the analysis of the diversity of the ANOVA to the feed efficiency of fish papuyu showed Fvalue (4,08ns) was smaller than Ftable 1% (10.92) and Ftable 5% (5:14). Based on the analysis of ANOVAdiversity,the

(2)

41

survival rate of papuyu showed Fvalue (2,43ns) was smaller than Ftable 1% (10.92) and Ftable 5% (5:14). Accordingly, it was decided to accept H0 and reject H1.

Keywords : Climbing perch, duckweed, growth, feed efficiency , and feed convertion.

PENDAHULUAN

Ikan papuyu (Anabas testudineus

Bloch) adalah ikan air tawar yang biasa

hidup di perairan rawa, sungai, danau,

dan saluran-saluran air hingga ke

sawah-sawah.

Ikan

papuyu

ini

memiliki

kemampuan

untuk

mengambil oksigen langsung dari

udara karena adanya organ labirin yang

terdapat pada bagian atas rongga

insang, alat pernapasan tambahan ini

sangat berguna pada saat ikan berada

di perairan berlumpur.Ikan papuyu ini

termasuk

ikan

pemakan

segala

(omnivora)

dan

juga

termasuk

golongan

ikan

yang

melakukan

pemijahan total, telur ikan papuyu

bersifat terapung dan tidak menempel

(Akbar 2012).

Kendala

utama

dalam

pengembangan budi daya ikan papuyu

adalah

pemenuhan

pakan.Pakan

merupakan hal yang sangat penting

dalam kegiatan budi daya ikan baik

secara

semi

intensif

maupun

intensif.Ketersediaan

pakan

dalam

jumlah yang cukup, tepat waktu,

berkesinambungan, memenuhi syarat

gizi, mudah dicerna dan disukai ikan

merupakan faktor yang sangat penting

dalam budi daya ikan secara semi

intensif dan intensif.Salah satu zat

makanan yang sangat dibutuhkan ikan

sebagai sumber gizi dan juga sebagai

penghasil energi utama pada ikan yang

dapat

menghasilkan

pertumbuhan

adalah protein.Bahan pakan sumber

protein nabati dapat berasal dari

biji-bijian

maupun

hijauan,

tersedia

sepanjang tahun serta tidak bersaing

dengan

kebutuhan

pangan

manusia.Salah satu hijauan yang dapat

dijadikan sebagai bahan pakan sumber

protein nabati adalah gulma itik

(Akbar, 2014).

Gulma

itik

sebagai

sumber

protein alami, memiliki asam amino

esensial lebih baik dari pada protein

nabati lain dan lebih menyerupai

protein hewani(Hillman & Culley,

1978). Saat baru dipanen gulma itik

mengandung 43% protein berat kering

dan dapat digunakan tanpa pengolahan

sebagai pakan yang lengkap untuk

ikan.

Usaha budi daya ikan papuyu

(Anabas testudineus Bloch) masih

belum

banyak

dilakukan,

karena

kurangnya pengetahuan dan teknologi

tentang budi daya ikan papuyu.Selain

itu karena ikan papuyu masih tersedia

(3)

42

di perairan umum dan masih bisa

ditangkap secara bebas. Akan tetapi,

keberadaan

ikan

papuyu

tidak

selamanya akan tersedia di perairan

umum, pada saat tertentu ikan papuyu

ini dapat berkurang atau bahkan punah

akibat penangkapan yang dilakukan

secara terus-menerus. Ikan ini juga

termasuk ikan yang musiman, yang

pada musim tertentu produksinya di

perairan melimpah, sedangkan pada

musim lainnya ikan ini sulit didapat

sehingga membuat harga ikan ini

relatif mahal.

Mengatasi

masalah

tersebut,

maka perlu adanya usaha budi daya

ikan papuyu.Namun, usaha budi daya

masih terkendala dengan harga pakan

komersial yang juga relatif mahal.

Untuk itu diperlukan penelitian tentang

pengembangan teknologi budi daya

dan efisiensi biaya yang dikeluarkan

untuk

pembuatan

pakan

dengan

menggunakan bahan baku yang mudah

didapat, dengan harga yang relatif

murah.

Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian pakan buatan, pakan gulma

itik yang difermentasi, dan pakan

komersial terhadap pertumbuhan ikan

papuyu (Anabas testudineus Bloch)

yang dipelihara dalam hapa.

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi kepada

para pembudidaya ikan bahwa melalui

proses fermentasi gulma itik dengan

menggunakan

probiotik

dapat

digunakan sebagai alternatif bahan

pakan untuk ikan papuyu, sehingga

dapat membantu masyarakat perikanan

untuk dapat menghemat biaya produksi

pakan ikan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

Laboraturium Nutrisi Ikan dan SMKN

1 Banua Lawas, Kabupaten Tabalong,

Provinsi Kalimantan Selatan.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ikan uji (benih

ikan papuyu) dengan ukuran 3-5 cm,

tepung gulma itik, tepung kacang

nagara, tepung ikan rucah, tepung

bungkil kelapa, minyak ikan, vitamin

mix, meniral mix, kanji, biovisi,

kromium CrCl

3

.6H

2

O, enzim fitase,

dan dedak.

Wadah

pemeliharaan

yang

digunakan dalam penelitian adalah

hapa ukuran 1x1 meter sebanyak 9

buah dan diletakan dalam kolam

dengan padat tebar 50 ekor/hapa. Ikan

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ikan yang sehat, tidak terserang

penyakit, dan homogen.

(4)

43

Metode yang digunakan dalam

penelitian

ini

adalah

metode

eksperimen. Percobaan didesain dalam

Rancangan Acak Lengkap (RAL),

terdiri dari 3 (tiga) perlakuan dan

masing-masing diulang 3 (tiga) kali,

sehingga dihasilkan 9 unit percobaan

yaitu:

Perlakuan A :

Pakan

komersil

(kontrol)

Perlakuan B : Pakan buatan berbahan

baku lokal

Perlakuan C : Pakan gulma itik

Parameter kualitas air yang

diamati adalah suhu, oksigen terlarut

(DO), derajat keasaman (pH) dan

amoniak (NH

3

). Selanjutnya akan

dianalisis

yang

meliputi

uji

kenormalan, homogenitas, dan analisis

keragaman (anova).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan

analisis untuk mengetahui kandungan

gizi suatu bahan seperti protein, lemak,

kadar abu, kadar air, dan serat suatu

bahan. Hasil analisis pakan uji yang

difermentasi dapat dilihat pada Tabel 1

sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Proksimat Pakan Uji

K a n d u n g a n G i z i

Nama Sampel Protein A i r Abu Lemak S e r a t Kasar Pakan pellet 30,00 12,00 10,00 6 , 0 0 5 , 0 0 Pakan buatan 27,65 14,97 14,12 2 , 5 4 4 , 1 6 Pakan gulma itik 25,84 15,90 11,16 6 , 1 1 7 , 2 6

Sumber:Hasil Analisis Lab. Nutrisi danMakanan Ternak Fakultas Pertanian Unlam (2016)

Pertumbuhan

Mutlak

dan

Pertumbuhan Bobot Relatif

Pertumbuhan adalah suatu proses

pertambahan panjang dan bobot yang

terjadi secara terus-menerus di dalam

tubuh ikan. Pertumbuhan biasanya

dinyatakan dengan pertambahan bobot

dan panjang dari ikan dalam kurun

waktu tertentu (Djajasewaka, 1985).

Tabel 2. Rerata Pertumbuhan Mutlak dan Pertumbuhan Bobot Ikan Papuyu

P e r l k

P en g a ma t a n p a d a Pertumbuhan Mutlak

( g )

Pertumbuh an Bobot Relatif (%) Bobot Awa (g) Bobot Akhir (g)

A 1 1 4 0 . 8 2 4 8 1 0 7 . 2 7 6 . 1 4 A 2 1 1 5 . 9 1 8 3 6 7 . 1 5 7 . 8 9 A 3 1 0 9 . 7 2 3 7 1 2 7 . 3 1 1 6 . 0 4 J u ml a h 3 6 6 . 4 6 6 8 3 0 1 . 6 2 5 0 . 0 7 R e r a t a 1 2 2 . 1 3 2 2 2 . 6 7 1 0 0 . 5 3 8 3 . 3 6 B 1 1 5 0 . 8 2 4 5 9 4 . 2 6 2 . 4 7 B 2 1 3 7 2 5 6 1 1 9 8 6 . 8 6 B 3 1 1 0 . 3 2 0 5 9 4 . 7 8 5 . 8 6 J u ml a h 3 9 8 . 1 7 0 6 3 0 7 . 9 2 3 5 . 1 8 R e r a t a 1 3 2 . 7 2 3 5 . 3 3 1 0 2 . 6 3 7 8 . 3 9 C 1 1 0 4 . 9 2 1 9 1 1 4 . 1 1 0 8 . 7 7 C 2 1 2 4 . 6 2 4 3 1 1 8 . 4 9 5 . 0 2 C 3 1 1 3 . 1 2 3 3 1 1 9 . 9 1 0 6 . 0 1 J u ml a h 3 4 2 . 6 6 9 5 3 5 2 . 4 3 0 9 . 8 1 R e r a t a 1 1 4 . 2 2 3 1 . 6 7 1 1 7 . 4 7 1 0 3 . 2 7

Sumber : Data primer yang diolah (2016).

Tabel dan grafik tersebut di atas

menunjukkan bahwa, selama masa

penelitian ikan papuyu dapat tumbuh

yang bisa ditandai dengan pertambahan

mutlak dan bobot tubuh. Pertumbuhan

mutlak ikan tertinggi terdapat pada

(5)

44

perlakuan C (pakan gulma itik) 117,47

g, kemudian diikuti perlakuan B

(pakan berbahan baku lokal) 102,63 g,

dan terendah pada perlakuan A (pakan

kontrol) 100,53 g. selain pertumbuhan

mutlak, pertumbuhan relatif yang

tertinggi juga terdapat pada perlakuan

C (pakan gulma itik) 103,27%.

Perlakuan C lebih tinggi dari

perlakuan B dan A diduga karena

pakan C sesuai dengan bukaan mulut

ikan, selain itu karena juga fermentasi

dari bahan pembuat pakan yang

bertujuan meningkatkan daya cerna

ikan. Selain itu faktor umur juga

mempengaruhi

pertumbuhan

ikan,

karena pada perlakuan A lebih banyak

ikan yang mati jika dibandingkan

dengan perlakuan B dan C.

Efisiensi Pakan dan Konversi

Pakan

Efisiensi pemanfaatan pakan dan

konversi pakan merupakan parameter

yang dapat digunakan untuk menilai

kualitas

pakan.Nilai

efisiensi

pemanfaatan pakan dan konversi pakan

yang digunakan selama penelitian

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Efisiensi Pakan dan Konversi Pakan Ikan Papuyu

P e r l k

Konsum si Pakan

( g )

Bobot Ikan Mati Efisiensi Pakan Konversi Pakan Bobot Total Awal

( g )

Bobot Total Akhir (g)

A 1 1 4 0 .8 2 4 8 5 6 8 . 6 2 6 1 9 .90 5 . 0 2 A 2 1 1 5 .9 1 8 3 4 6 5 . 9 2 4 4 2 3 .80 4 . 1 9 A 3 1 0 9 .7 2 3 7 5 1 2 . 5 9 8 2 6 .30 3 . 7 9 Jumlah 3 6 6 .4 6 6 8 1547.13 5 8 7 0 .00 1 3 .0 1 Rerata 122.13 222.67 5 1 5 . 7 1 1 9 .33 2 3 .33 4 . 3 4 B 1 1 5 0 .8 2 4 5 6 0 0 . 4 7 5 1 6 .50 6 . 0 5 B 2 1 3 7 2 5 6 6 0 3 . 8 5 3 2 0 .20 4 . 9 5 B 3 1 1 0 .3 2 0 5 5 0 3 . 8 8 4 1 9 .50 5 . 1 1 Jumlah 3 9 8 .1 7 0 6 1 7 0 8 . 2 1 2 5 6 .20 1 6 .1 1 Rerata 1 3 2 .7 235.33 5 6 9 . 4 4 . 0 0 1 8 .73 5 . 3 7 C 1 1 0 4 .9 2 1 9 4 9 7 . 1 2 5 2 3 .90 4 . 1 7 C 2 1 2 4 .6 2 4 3 5 6 0 . 6 9 6 2 2 .10 4 . 5 1 C 3 1 1 3 .1 2 3 3 5 2 0 . 6 5 4 2 3 .70 4 . 2 0 Jumlah 3 4 2 .6 6 9 5 1578.46 1 5 6 9 .70 1 2 .8 8 Rerata 1 1 4 .2 231.67 5 2 6 . 1 2 8 . 3 3 2 3 .43 4 . 2 9

Konsumsi pakan ikan papuyu

berkisar

antara

465,92-603,85

g.

Perbedaan jumlah konsumsi pakan

diduga karena dipengaruhi oleh bahan

pakan yang berbeda, selain itu jumlah

dan bobot ikan yang dipelihara.

Pemanfaatan pakan yang terbaik

terdapat pada perlakuan C (pakan

gulma itik) dengan efisiensi pakan

23,34% dan konversi pakan 4,2.,

efisiensi pakan dianalisis untuk menilai

kualitas pakan, semakin tinggi nilai

efisiensi pakan maka pakan akan

semakin bagus (Kordi, 2002). Efisiensi

pakan merupakan kemampuan ikan

dalam memanfaatkan pakan secara

optimal,

kemampuan

ikan

dalam

mencerna pakan yang diberikan dan

kemudian menyimpannya dalam tubuh.

Tingkat

efisiensi

berkaitan

dengan konversi pakan, di mana jika

nilai efisiensi tinggi maka konversi

pakan rendah. Menurut

Mudjiman

(2000), nilai konversi pakan ikan

berkisar antara 1,5-8,5. Nilai konversi

pakan berkisar antara 4,29-5,37, ini

(6)

45

berarti bahwa nilai konversai pakan

ikan masih dalam kisaran yang baik.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup atau juga

bisa

disebut

dengan

sintasan

merupakan persentase dari jumlah ikan

yang masih hidup selama masa

penelitian.Data jumlah ikan pada

berbagai perlakuan setiap periode

pemeliharaan dan hasil perhitungan

kelangsungan hidup (%) pada akhir

pemeliharaan ikan papuyu dengan

pemberian jenis pakan berbeda dapat

dilihat pada Tabel 5

.

Tabel 5. Rerata Kelangsungan Hidup Ikan Papuyu

P e r l k Jumlah Awal (ekor) Jumlah Akhir (ekor) Kelangsungan Hidup (%)

A 1 5 0 4 7 9 4 A 2 5 0 3 5 7 0 A 3 5 0 4 4 8 8 Jumlah 1 5 0 1 2 6 2 5 2 Rerat a 5 0 4 2 8 4 B 1 5 0 4 7 9 4 B 2 5 0 4 9 9 8 B 3 5 0 4 9 9 8 J u ml a h 1 5 0 1 4 5 2 9 0 Rerat a 5 0 4 8 , 3 3 9 7 C 1 5 0 4 6 9 2 C 2 5 0 4 7 9 4 C 3 5 0 4 8 9 6 Jumlah 1 5 0 1 4 1 2 8 2 Rerat a 5 0 4 7 9 4

Pada akhir perlakuan, jumlah

ikan terlihat adanya perbedaan yaitu

berkisar antara 35-49 ekor.Tingkat

kelangsungan hidup setiap perlakuan

berkisar antara 70-98%.Nilai rerata

perlakuan kelangsungan hidup ikan

papuyu 84-97%. Tingkat kelangsungan

hidup tertinggi terdapat pada perlakuan

B (pakan buatan berbahan baku lokal),

diikuti oleh perlakuan C (pakan gulma

itik), dan terendah pada perlakuan A

(pakan komersial), yang

masing-masing sebesar 97%, 94%, dan 84%.

Kelangsungn hidup ikn papuyu selama

penelitin masih tergolong tinggi karena

tingkat kelangsungan hidupnya di atas

80%.

Kualitas Air

Kualitas air adalah setiap peubah

(variabel)

yang

mempengaruhi

pengelolaan dan kelangsungan hidup,

berkembangbiak, pertumbuhan atau

produksi ikan (Boyd, 1983). Kualitas

air yang cocok sangat penting baik

pertumbuhan dan kelangsungan biota

perairan. kualitas air merupakan faktor

pendukung dalam pertumbuhan dan

kelangsungan hidup yang dihasilkan.

Pengukuran kualitas air yang dilakukan

selama penelitian meliputi suhu, pH,

DO dan NH

3

.Hasil pengamatan selama

masa pemelihraan dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Parameter Kualitas Air

P a r a m e t e r Hasil Pengukuran L i t e r a t u r S u h u ( º C ) 28,7-29,1 2 5 – 3 3OC ( K o r d i , 2 0 1 0 ) p H 6,20-6,81 5-8 (Hanafie & Slamat, 2007) D O ( m g / L ) 2 , 2 - 3 , 5 2 - 6 m g / L ( K o r d i , 2 0 1 0 ) NH3-N (mg/L) 0,19-0,295 < 1 mg/L (Afrianto &Evi 2005)

Berdasarkan hasil pengukuran

kualitas air yang dilakukan dua kali

(awal-akhir)

selama

masa

(7)

46

pemeliharaan,

menghasilkan

nilai

setiap parameter kualitas air seperti

suhu (

o

C), derajat keasaman (pH),

oksigen terlarut (DO), dan amoniak

yang

telah

dibandingkan

dengan

literatur (Tabel 6) masih dalam kisaran

yang

baik

dan

layak

untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan papuyu.

Kelimpahan Plankton

Tabel 7. Hasil Penghitungan Kelimpahan Plankton N o F i l u m G e n e r a Kode Sampel K o l a m Fitoplankton

1 Chlorop yta Draparnaldia plumosa 6 4 G emi n el l a s p 8 G o n a t o z yg o n 1 2 0 2 Chrysophyta S p i r o t a e n i a 1 6 0 P. trochuscum 9 6 C e r i o s p o r a 8 0 O e c l a d i u m 1 0 4 Chlorodermis comosa 7 2 Chlorodermis flavicons 9 6 G omp honema 1 6 K e l i m p a h a n ( S e l / l i t e r ) 8 1 6 Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 2 . 1 3 1 4 I n d e k s K e s e r a g a m a n 0 . 9 2 5 7 I n d e k s D o m i n a s i 0 . 1 2 8 0 J u m l a h T a k s a 1 0 zoop lankt on 1 P r o t o z o a Chlamidomonas 2 4 K e l i m p a h a n ( i n d i v i d u / l i t e r ) 2 4 Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 0 . 0 0 0 0 Ind eks Kes eraga ma n

0 . 0 0 0 0

I n d e k s D o m i n a s i

1 . 0 0 0 0

J u m l a h T a k s a

1

Perubahan

terhadap

kualitas

perairan erat kaitannya dengan potensi

perairan ditinjau dari kelimpahan dan

komposisi

plankton.Plankton

yang

ditemukan

terdiri

dari

10

jenis

fitoplankton

dan

1

jenis

zooplankton.Hasil dari pengamatan

plankton

yang

dianalisis

kelimpahannya 816 sel/L, menurut

Sugianto

(1994)

kelimpahan

sel

plankton yang kurang dari 1000 sel/L

maka kelimpahannya tergolong rendah.

Rendahnya kelimpahan plankton, hal

ini disebabkan hapa untuk memelihara

ikan papuyu diletakkan di dalam kolam

semen.Selain itu, tingginya suhu akibat

dari waktu penelitian pada musim

(8)

47

kemarau.Faktor

yang

menentukan

perkembangan

hidup

fitoplankton

adalah kekeruhan, proses fotosintesis,

dan penyediaan atau tersedianya unsur

hara yang memadai (Akrimi &

Subroto, 2002).

Daya Apung Pakan

Pakan ikan merupakan salah satu

faktor yang berperan penting dalam

proses

pertumbuhan

ikan.

Pertumbuhan ikan dapat berjalan

optimal apabila jumlah pakan, kualitas

pakan dan kandungan nutrisi terpenuhi

dengan baik.Hasil penelitian yang

dilakukan

selama

75

hari

memperlihatkan daya apung pakan

ikan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Daya Apung Pakan Ikan

P e r l a k u a n Lama Waktu Tenggelamnya Pakan A ( P a k a n K o n t r o l ) 0 :0 9 :3 8 :6 4 - 0 0 :4 1 :0 7 :3 0 men i t B ( P a k a n b u a t a n ) 0 0 :07 :54 :68-00 :3 6 :43 :67 meni t C (Pakan Gulma Itik) 0 0 :01 :16 :43-00 :1 7 :51 :54 meni t

KESIMPULAN

Dari

hasil

penelitian

yang

dilakukan selama penelitian dengan

perlakuan jenis pakan yang berbeda,

maka didapat kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pertumbuhan bobot relatif pada ikan

papuyu

selama

penelitian

menunjukkan bahwa pertumbuhan

yang tebaik terdapat pada perlakuan

C (pakan gulma itik) (103%),

diikuti

perlakuan

A

(pakan

komersial) (83%), dan terendah

perlakuan B (pakan buatan) (78%).

2. Efisiensi pakan

yang tertinggi

terdapat pada perlakuan A (pakan

komersial)

(23,33%),

diikuti

perlakuan C (pakan gulma itik)

(23,23%), dan terendah perlakuan B

(pakan buatan) (18,73%).

3. Konversi

pakan

yang

terbaik

terdapat pada perlakuan B (pakan

buatan) (5,37), diikuti perlakuan A

(pakan

komersial)

(4,33),

dan

terendah perlakuan C (pakan gulma

itik) (4,29).

4. Tingkat kelangsungan hidup ikan

papuyu (Anabas testudineus) yang

diberi pakan buatan berbahan baku

lokal lebih besar (96,67±2,31%)

dibandingkan

dengan

pakan

komersial

(84,00±12,49%)

dan

pakan gulma itik (94,00±2,00%).

5. Kualitas air selama masa penelitian

mendukung terhadap kelangsungan

hidup

dan

pertumbuhan

ikan

papuyu yang dipelihara dalam hapa,

di mana kondisi kualitas air tersebut

merupakan kondisi yang layak dan

berada pada kisaran optimal untuk

kehidupan ikan papuyu.

6. Kelimpahan plankton di tempat

pemeliharaan ikan papuyu tergolong

rendah.

(9)

48

7. Berdasarkan daya apung pakan,

pakan

yang

berkualitas

bagus

adalah pakan A (pakan komersial)

sebesar

(00:09:38:64-00:41:07:30

menit), diikuti pakan B (pakan

buatan)

sebesar

(00:07:54:68-00:36:43:67 menit), dan terakhir

pakan C (pakan gulma itik) sebesar

00:01:16:43-00:17:51:54 menit).

REFERENSI

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty.,

2005.Pengendalian Hama dan

Penyakit Ikan.Kanasius, Yogyakarta.

Akrimi dan Gatot Subroto., 2002.Teknik pengamatan kualitas air dan plankton di Reservat Danau Arang-Arang Jambi.Buletin Teknik

Pertanian. Vol. 7, No 2, 2002:

54-57.

Djajasewaka, H., 1985. Pakan Ikan

(Makanan Ikan). Yasa Guna., Jakarta.

Hanafiah, K. A., 1993. Rancangan

Percobaan Teori dan Aplikasi.Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang.

Hanafie, A. dan Slamat., 2007.

Keragaman Genetik Ikan Rawa sebagai Dasar Manipulasi Reproduksi untuk Mempersiapkan Brood Stock.Tesis. (unpublished) Bioteknologi, IPB, Bogor.

Hillman, W.S and Culley, D.D., 1978. The uses of duckweed.American Scientist, 66: 442-451.

Kordi, H.G.M., 2010. Panduan Lengkap

Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal.Liliy Publisher, Yogyakarta.

Pederson, C., 1971. Microbiology of Food

Fermentation.The AVI Publ. Co. Inc.

Westport.Coneccticut.

Prescott, S.C. dan Dune, C.G.,

1982.Industrial Microbiology. New York. McGraw-Hill.

Saanin, H., 1986. Taksonomi dan Kunci

Identifikasi Ikan. Penerbit Bina

Cipta, Bogor.

Sudjana., 1992. Metode Statistika. Tarsito, Bandung.

Sugianto., 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas.Airlangga University Press, Surabaya.

Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan

Gambar

Tabel 7. Hasil Penghitungan Kelimpahan  Plankton   N o  F i l u m  G e n e r a  Kode Sampel  K o l a m  Fitoplankton

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dilihat dari bahasa dan penggunaan kata sandang (artikula), kedua prasasti tersebut menggunakan Bahasa Melayu dan terdapat juga dua kata yang merupakan Bahasa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

Berdasarkan hal tersebut dilakukan sebuah penelitian untuk membuat sebuah purwarupa robot beroda dua yang dapat menyeimbangkan diri dengan menggunakan ChibiOS/RT

Nilai setiap piksel pada array final adalah jumlah luas fraksi (luas setiap fraksi sebelumnya dikalikan dengan nilai dimana tempat luas masing-masing fraksi berada pada array

Perlakuan lama uap panas dan tingkat kematangan secara mandiri berpengaruh nyata terhadap kekerasan dan total padatan terlarut, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap warna

Ing panliten iki nggunakake metode nyimak, amarga data kang dibutuhake diklumpukake banjur diwaca lan nyimak data nuli kadudut kanggo nemokake pesen kang kinandhut

Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang akan diuji, dengan menggunakan bantuan SPSS 20 yakni Tingkat pemahaman mahasiswa STAKN Kupang Semester V mengenai

Namun demikian, tidak ada peristiwa yang dikenal dengan sebutan ‘pilar se- jarah’ dapat direkonstruksi secara tepat dari novel atau karya sastra lainnya.. Per- tanyaan